Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK DENGAN MASALAH RHEMATOID ARTHRITIS


PADA LANSIA NY. G
DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO

Oleh :
MOCHAMMAD BASKORO FAJRI
201703122

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2017

1
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep dasar lansia


1.1 Pengertian
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-
75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari,
berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001).
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap
akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1
ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam,
2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).

1.2 Proses Menua (Aging Process)

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti


seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara
fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan
kurang gairah.

2
1.3 Teori Proses Menua

1.3.1 Teori Teori Biologi

1) Teori Genetik Dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory). Menurut teori ini
menua telah terprogram secara genetik untuk spesies spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).

2) Pemakaian Dan Rusak. Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel
tubuh lelah (rusak).

3) Reaksi Dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory). Di dalam proses


metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.

4) Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)/


Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

5) Teori Stres. Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai.

6) Teori Radikal Bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

3
7) Teori Rantai Silang. Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

8) Teori Program. Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang


membelah setelah sel-sel tersebut mati.

1.3.2 Teori Kejiwaan Sosial

1) Aktivitas Atau Kegiatan (Activity Theory). Ketentuan akan meningkatnya


pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan
bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada
cara hidup dari lanjut usia.. Mempertahankan hubungan antara sistem
sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory). Dasar kepribadian atau


tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan
dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimiliki.

3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory). Teori ini menyatakan bahwa


dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni : Kehilangan
Peran, Hambatan Kontak Sosial, Berkurangnya Kontak Komitmen.

1.3.3 Teori Psikologi

1) Teori Tugas Perkembangan. Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas


perkembangan pada masa tua antara lain adalah:

a. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

4
b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan

c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya

e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes

1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan


yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus.
Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka
timbulah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar
Sunyoto (1994) menyebutkan masalah masalah yang menyertai lansia yaitu:

a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada


orang lain,

b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total


dalam pola hidupnya,

c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah


meninggal atau pindah,

d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang


bertambah banyak dan

e. Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa.


Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa
perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.

5
1.5 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

a. Hereditas atau ketuaan genetik

b. Nutrisi atau makanan

c. Status kesehatan

d. Pengalaman hidup

e. Lingkungan

f. Stres

1.6 Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

1.6.1 Perubahan Fisik

a) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,


berkurangnya cairan intra dan extra seluler

b) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam


respon waktu untuk mereaksi, mengecilnya saraf panca indra sistem
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin

c) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya


respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.

d) Sistem Kardiovaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku,


kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meninggi.

6
e) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu

f) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi, sehingga menyebkan gizi


buruk, indera pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir
dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya
sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin

g) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi


sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi
meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.
Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh pria diatas 55 tahun. Pada
vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.

h) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi


hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal
metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti :
progesteron, estrogen dan testosteron.

i) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan


jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis menjadi kelabu,
sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi
keras dan rapuh.

j) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin


rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut -

7
serabut otot, sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kram dan
tremor.

1.6.2 Perubahan Mental

faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b) Kesehatan umum

c) Tingkat pendidikan

d) Keturunan

e) Lingkungan.

1.6.3 Perubahan Perubahan Psikososial

a) Pensiun : nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan


dengan peranan dalam pekerjaan

b) Merasakan atau sadar akan kematian

c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak


lebih sempit.

1) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

2) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan


teman dan famili.

3) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap


gambaran diri, perubahan konsep diri.

8
1.6.4 Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya


(Maslow, 1970) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner, 1970).

1.7 Tipe Lansia


Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang
dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani dan pengkritik.
4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5) Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh
(Nugroho, 2008).

1.8 Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri
terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh

9
kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah
sebagai berikut :
1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
2) Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4) Mempersiapkan kehidupan baru.
5) Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai.
6) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
(Maryam, 2008).

10
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Marifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu.


Yogyakarta. 2011

Jaime L. Stockslager. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta :


EGC.

Maryam Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.

Nugroho Wahjudi, 2003. Keperawatan Gerontik dan Gerontrik Edisi 3. Jakarta :


EGC.

Pudjiastuti Sri Surini, dkk. 2003. Fisioterapi pada lansia. Jakarta : EGC
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa: Nety Juniarti,
Sari Kurnianingsih. Editor: Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 2006

S. Tomher-Nookasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Capernito Lynda juall (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih
Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta

11
C. Long barbara ( 1996) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan
Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung
Depkes R.I (1999) Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja, Medi
Media, Jakarta
Nugroho Wahyudi (1995) Perawatan Usia Lanjut, Penerbit EGC, Jakarta
Setyabudhi T, Hadiwinoyo (1999) Panduan Gerontologi, Tinjauan dari
Berbagai Aspek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai