DI SUSUN OLEH:
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
RSJD. Dr. Amino Gondohutomo Semarang PROVINSI JAWA TENGAN" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Stase Jiwa . Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien halusinasi bagi para pembaca dan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maryati selaku Dosen Stase jiwa. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
Penulis
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya.
Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study
terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar
76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun
utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada
dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.
Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat
kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin
berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian
meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2018).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien halusinasi di RSJD Amino
Gondohutomo Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan halusinasi di RSJD
Amino Gondohutomo Semarang .
b. Merumuskan diagnose keperawatan pada pasien halusinasi di RSJD Amino
Gondohutomo Semarang
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
di RSJD Amino Gondohutomo Semarang
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan halusinasi di RSJD
Amino Gondohutomo Semarang
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan halusinasi di RSJD
Amino Gondohutomo Semarang
C. MANFAAT
1. Mengetahui pengertian halusinasi
2. Mengetahui Klasifikasi halusinasi
3. Mengetahui Tanda – Gejala Halusinasi
4. Mengetahui Etiologi Halusinasi
5. Mengetahui Rentang Respon Halusinasi
6. Mengetahui Pohon Masalah Halusinasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
(persepsi) pancaindra tanpa ada rangsangan dari luar yg dapat meliputi semua system
yang sebenarnya tidak terjadi , suatu pencerapan pancaindra tanpa ada rangsangan
dari luar.
a. Tahap 1 (comforting)
Bicaralambat
b. Tahap 2 (condemning)
Cemas
Konsentrasi menurun
c. Tahap 3
Afek labil
petunjuk)
d. Tahap 4 (controlling)
3. Penyebab
social adalah oper cobaan untuk mengindari interaksi dengan orang lain,
g. Mobilitas kurang
a. Akibat
Akibat dari perubahan sensoori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu perilaku maladaptive dalam
dapat berupa menciderai diri sendiri, melalukan penganiayaan terhadap orang lain
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai suatu
ancamn( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan marah sendiri merupakan suatu hal
yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan beradap ada rentang adaptif.
Data obyektif :
a. Mata merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
e. Suka berdebat
Data subyektif
dn bingung
4. POHON MASALAH
Isolasisosial
1. Masalahkeperawatan
b. Perubahansensoriperseptual : halusinasi
c. Isolasisosial : menarikdiri
Data Subyektif :
Klienmengatakanbenciataukesalpadaseseorang.
mengusiknyajikasedangkesalataumarah.
Data Objektif :
Mata merah, wajah agak merah.
b. Perubahansensoriperseptual : halusinasi
Data Subjektif :
yang nyata
Klienmengatakanmenciumbautanpa stimulus
Klienmerasamakansesuatu
Klienmerasaadasesuatupadakulitnya
Klientakutpadasuara/bunyi/gambar yang
dilihatdandidengar
Data Objektif :
Klienberbicaradantertawasendiri
mendengarkan sesuatu
Disorientasi
c. Isolasisosial : menarikdiri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan,
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
6. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahansensoripersepsi : halusinasi
2. Isolasisosial : menarikdiri
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuankhusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
b. Perkenalkandiridengansopan
d. Jelaskantujuanpertemuan
e. Jujurdanmenepatijanji
f. Tunjukkansikapempatidanmenerimaklienapaadanya
Tindakan :
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
teman bicara
c. Katakanperawatpercayaklienmendengarsuaraitu
,namunperawatsendiritidakmendengarnya.
2.4 Diskusikandenganklien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidakmenimbulkanhalusinasi
3. Kliendapatmengontrolhalusinasinya
Tindakan :
marah, menyibukkandiridll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
c. Membuatjadwalkegiatansehari-hari
sendiri
3.6 Evaluasihasilnyadanberipujianjikaberhasil
Tindakan :
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejalah alusinasi yang dialamiklien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
Tujuankhusus :
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas
tunjukkanbahwaperawatmengikutipembicaraanklien.
Tindakan :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
3. 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
Tindakan :
lain
a. Berikesempatankepadaklienuntukmengungkapkanperasaantentangkeuntungan
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
lain
lain
4. Kliendapatmelaksanakanhubungansosial
Tindakan :
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – Kel/Klp/Masy
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
Tindakan :
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
Tindakan :
6.1 Binahubungansalingpercayadengankeluarga :
Salam, perkenalandiri
Jelaskantujuan
Buatkontrak
Eksplorasiperasaanklien
6.3 Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk
PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara karena putus obat selama 6 bulan
2. Diagnosa keperawatan:
ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan Stikes Widya Husada yang akan merawat
bapak Nama Saya xxx, senang dipanggilxxx. Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar
tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering Bapak dengar
suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada
waktu sendiri?”
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik
suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak
mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu
tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D
sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan bapak xxx setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa Bapak xxx?Bagaimana kalau
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus !
Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman
untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong,
saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara.
Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari
untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami
halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam
berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu
muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ?
Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi
yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu.
Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya.
Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan.
Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain
akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan
siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat
menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan
jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam
nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari
jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak
boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan
kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta
ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan
ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar
punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat
diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat
jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang
kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita
masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta
obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita
ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam
a. Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun
di rumah
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan
pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit
sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien
tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah).Keluarga yang mendukung pasien
secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan
kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus
pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun
di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah:
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara
ORIENTASI:
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang Ibu
bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu?
KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk
membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama,
dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya
bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak
muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk
membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi.
Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara teratur. Jadi
Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya
untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1
siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya
sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan cara
menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut. Bapak sudah
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak,
katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara
itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak
”Bagus Bu”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
ORIENTASI:
“Selamat pagi”
”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang sedang mengalami
halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus
KERJA:
”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan suara-suara
yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk mempraktekkan cara
memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau
tersenyum-senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibu
peragakan cara memutus halusinasi yang sedang bapak alami seperti yang sudah kita pelajari
sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara dengan menutup telinga
dan menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap
pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal
harian bapak. (Pasien memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah,
sekarang saya dan istri bapak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan
Bapak?”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila Bapak mengalami
halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan harian
Bapak. Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”
ORIENTASI
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk membicarakan
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu!”
KERJA
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat
mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu jadwal
yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak
selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika
hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di berikan
tindakan”
TERMINASI
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat bapak
Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa”
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
RUANG RAWAT: G
TANGGAL DIRAWAT: 29 Desember 2020
A. IDENTITAS KLIEN
Tanggal pengkajian : 30 Desember 2020
RM NO : 66389200
Inisial : Tn. O
Umur : 43 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S. A
Pekerjaan :-
Status :-
Alamat : XXX
B. ALASAN MASUK
Pasien sering teriak-teriak dirumah, gelisah, menggamuk, susah tidur, dan sering mendengar
suara-suara karena putus obat selama 6 bulan.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernahkah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
Pasien mengatakan sudah pernah masuk RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang 3
kali pada tahun 2010, 2015, dan 2018
2. Pengobatan sebelumnya?
Putus minum obat selama 6 bulan, karena pasien bosen karena sehari-harinya disuruh
minum obat, jadi pasien tidak mengonsumsinya lagi
3. Aniaya fisik?
Pasien mengatakan pernah mengalami aniaya sama keluarganya sendiri, kemudian
pasien membalasnya.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?
Pasien mengatakn tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
5. Hubungan keluarga
Ibu dan bapak kandung
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan dirinya di tinggal temannya karena tidak sehat
FAKTOR PRESIPITASI
1. Apakah klien putus obat (tidak minum obat)?
Pasien mengatakan bosan minum obat secara rutin, karena itu putus obat selama 6 bulan
2. Apakah klien mengkonsumsi NAPZA?
Pasien mengatakan tidak mengonsumsi obat-obatan NAPZA
3. Apakah klien mengalami peristiwa atau kejadian yang tidak menyenangkan dalam 6
(enam) bulan terakhir?
Pasien mengatakan di tinggal temannya karena tidak sehat
Masalah keperawatan: Perpisahan, regiment terapiutikin adekuat
D. FISIK
Tanda Vital : TD: 120/80mmhg
N: 88 x/menit
S: 35,7C
Ukur : TB; 158 cm BB : 57 Kg
Keluhan Fisik : Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dikeluhkan
E. PSIKOSOSIAL
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki : (pasien )
Penjelasan:
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, pasien suah menikah, anak pertama
laki-laki, dan anak kedua perempuan yang saat ini sudah menikah. Pasien tinggal serumah
dengan kedua orang tuanya dan satu adiknya. Pola komunikasi keluarga cukup baik.
Pemecahan masalah dilakukan secara musyawarah
1. Konsep Diri
Ganbaran diri : Pasien mengatakan senang dengan kondisi tubuhnya, bagian dari
tubuhnya yang paling disukai adalah hidungnya menurut pasien
hidungnya sangat bagus dan mancung.
Identitas diri : Pasien seorang laki-laki yang sudah menikah, pasien puas sebagai laki-
laki
Peran : Pasien mengatakan dirumah berperan sebagai anak, pasien juga sudah
bekerja sebagai pegawai, saat ini tidak bekerja.
Ideal diri : Pasien ada keinginan untuk sembuh cepat, agar bisa bekerja lagi di
kemudian hari
Harga diri : Pasien merasa sedih ketika berhenti dari pekerjaannya, sehingga pasien
malu terhadap dirinya sendiri.
Masalah keperawatan: Harga diri rendah, gangguan penampilan peran
2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti: Pasien mengatakan orang yang berarti adalah ibu dan bapaknya,
karena menurut pasien ibu dan bapaknyalah yang selalu sayang dan selalu mengerti dia
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Pasien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan dalam kelompok
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan malas
berhubungan dengan tetangga, karena tetangga menurut pasien suka syirik dengan
selalu menilai kejelekan pasien
Masalah keperawatan: Harga diri rendah
3. Spiritual
Nilai dan keyakinan : Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama islam. Pada saat
ditanya saat gangguan jiwa pasien mengatakan masih
menjalanankan sholat.
Kegiatan Ibadah : Pasien jarang melakukan ibadah sholat.
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan cukup rapi, menggunakan baju sesuai dengan identitasnya, rambut di sisir,
kuku tangan pendek.
2. Pembicaraan
Pasien mampu mulai berbicara, nada bicara keras, terbukti saat pasien ingin bertemu pada
ibu dan bapaknya, dan pada saat diajak berbincang nada nya lemah sesaat.
Masalah Keperawatan: Resiko perilaku kekerasan
3. Aktifitas motorik
Ketika berbincang-bincang, kontak mata klien kurang, pasien lebih banyak diam ketika
tidak ditanya.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan sedih karena ingin bertemu dengan ibu dan bapaknya.
5. Afek
Datar, karena selama interaksi pasien diam kalau tidak ditanya, dan menjawab
seperlunya.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
6. Interaksi selama wawancara
Cepat, terbukti saat di Tanya pasien langsung menjawab.
7. Persepsi.
Pendengaran, terbukti pada saat ditanya pasien mengatakan kalau sendirian kadang-
kadang mendengar suara untuk mengajaknya keluar rumah tanpa tau tujuannya. Saat
terjadi halusinasi pasien menutup telinga dan menghardik.
Masalah keperawatan: halusinasi pendengaran, idan isolasi sosial
8. Proses Pikir
Blocking, terbukti pada saat diajak ngobrol pembicaraan pasien tiba-tiba terhenti dan
kemudian lanjut kembali.
9. Isi Pikir
Pasien tidak mengalami gangguan isi pikir seperti waham.
10. Tingkat Kesadaran
Bingung, terbukti saat melakukan kegiatan sehari hari pasien bertingkah laku aneh, pasien
juga mengalami disorientasi waktu terbukti pada saat ditanya ini hari apa pasien tidak
mampu menyebutkannya.
“eee…hari ini hari apa ya?”
Masalah keperawatan: gangguan proses fikir
11. Memori
Pasien mampu mengingat kejadian yang telah lalu dan baru-baru terjadi, pasien masih
ingat jam berapa tadi dibangunkan.
Masalah keperawatan: tidak ditemukan
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Konsentrasi baik terbukti pada saat pasien disuruh menghitung pasien bisa
melakukannya,contohnya pada perkalian 5x5=25, 6x5=30 pasien bisa menjawabnya
Masalah keperawatan: tidak ditemukan
13. Daya Tilik Diri
Pasien mengatakan tau kalau sekarang berada pada rumah sakit jiwa tetapi pasien
mengatakan bahwa dirinya tidak sakit jiwa
Masalah keperawatan: kurangnya pengetahuan
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Pasien mampu makan sendiri dengan diarahkan, pasien makan 3 kali sehari dengan menu
diet dari rumah sakit, makan diruangan bersama-sama dengan temannya, makan
menggunakan sendok
2. BAB/BAK
Pasien mampu BAB/BAK secara mandiri. Pasien mengatakan BAB lancar setiap dua kali
sehari, sedangkan BAKnya 3-4 kali sehari.
3. Mandi
Pasien mampu mandi 2 kali sehari tanpa bantuan, mandi menggunakan sabun dan sampo
lalu dibilas dengan air, dan menyikat gigi dengan pasta gigi
4. Berpakaian/berhias
Pasien mampu memakai pakaian sendiri tanpa bantuan orang lain
5. Istirahat tidur
Pasien mengatakan tidur nya cukup, pasien mengatakan tidur mulai jm 8 malam dan
bangun sekitar jam set 6 pagi
6. Penggunaan Obat
Pasien mampu minum obat secara mandiri sesuai aturan
7. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan jika pulang dari RSJ pasien akan kontrol ke RSJ yang pernah
merawatnya
8. Kegiatan didalam rumah
Pasien mengatakan saat dirumah pasien biasanya juga membersihkan rumah, seperti
menyapu, mengepel
9. Kegiatan diluar rumah
Pasien mengatakan kegiatan diluar rumahnya adalah bekerja sebagai pegawai
G. MEKANISME KOPING
Pasien mengatakan jika ada maslaah pasien sering marah-marah kepada orang terdekat.
H. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Keluarga pasien mendukung pasien
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Jarang berkumpul dengan tetangga, karena ada tetangga yang syirik
3. Masalah dengan pendidikan, spesifik
Pasien mengatakan pendidikannya sampai kuliah S. A saja
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Pasien mengatakan tidak ada masalah bekerja sebagai pegawai
5. Masalah dengan perumahan, spesifik
Pasien mengatakan keluarga mendukung pasien untuk sembuh
6. Masalah ekonomi, spesifik
Kebutuhan ekonomi tercukupi.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan,
Pasien memanfaatkan fasilitas keehatan yang ada di wilayahnya.
Analisa Data
Data Masalah
DS: Pasien mengatakan sering Gangguan presepsi sensori
mendengar suara-suara yang halusinasi pendengaran
aneh
DO: pasien saat interaksi kadang
terdiam seperti lagi
mendengarkan sesuatu
DS:Pasien mengatakan pada saat
dirumah pernah melempar-
lempar barang. Resiko menciderai diri, orang
DO: Pasien tampak kesal pada lain, dan lingkungan
saat bercerita
DS : Pasien mengatakan malas
untuk berhubungan dengan
tetangganya
DO :
Pasien tampak kontak mata
kurang, ksering menyendiri
- Klien tidak pernah memulai
Isolasi sosial
pembicaraan, maupun
perkenalan, pasien hanya diam
saat mendengar halusinasi
-
J. ASPEK MEDIK
1. Diagnosa Medik: Skizofronia
Terapi Medik :
1. Haloperidol 5mg
2. Pemeriksaan EKG
Tanggal 25 januari 2021
Hasil:
HR: 74 BPM RVS: 0,43 MV
R-R: 804 MS SV1: 0,38 MV
QRS: 99 MS RTS: 0,81 MV
QT: 425 MS
QTC: 473 MS
Abnormal:
821: sinus arrhitmia
141: QT prolongation
131: low voltaje(line b leads)
3. Pemeriksaan laboratorium
-
K. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan presepsi sensori halusinasi pendengaran
2. Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan
3. Isolasi social
L. POHON MASALAH
Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan (Akibat)
6. Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih , jika berhasil
beri pujian
7. Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktivitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi
1. Diskusikan dengan
klien tentang manfaat
dan kerugian tidak
minum obat, nama ,
warna, dosis, cara ,
efek terapi dan efek
samping penggunan
obat
2. Pantau klien saat
penggunaan obat
c. Setelah 1x
interaksi klien
menyebutkan
akibat berhenti 1. Bina hubungan saling
minum obat tanpa percaya dengan :
konsultasi dokter - beri salam setiap
berinteraksi
- Perkenalkan nama,
nama panggilan perawat,
dan tujuan perawat
berkrnalan
Setelah 2 X
- Tanyakan dan panggil
interaksi klien
nama kesukaan klien
menunjukan tanda-
- Tunjukan sikap jujur
tanda percaya
dan menepati janji setiap
kepada atau
kali berinteraksi
terhadap perawat :
- Tanyakan perasaan dan
- Wajah cerah,
masalah yang dihadapi
tersenyum
klien
- Mau berkenalan
- Buat kontrak interaksi
- Ada kontak mata
yang jelas
- Bersedia
- Dengarkan dengan
menceritakan
penuh perhatian ekspresi
perasaan
perasaan klien
TUM : Klien - Berseddia
mampu mengungkapkan
1.Tanyakan pada klien
berinteraksi masalahnya
tentang :
dengan orang
- Orang yang tinggal
lain
serumah atau dengan
sekamar klien
TUK 1 : Klien
- Orang yang paling
dapat dekat ddengan klien
membina dirumah atau diruangan
hubungan 2.Setelah 2 kali perawatan
saling percaya interaksi klien dapat - Apa yang membuat
menyebutkan klien dekat dengan orang
minimal satu tersebut
penyebab menarik - Orang yang tidak dekat
diri : dengan klien dirumah
-Diri Sendiri atau diruangan perawat
- Orang lain - Apa yang membuat
- Lingkungan klien tidak dekat dengan
orang tersebut
- Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
TUK 2 : dengan orang tersebut
Klien mampu
menyebutkan 2.Diskusikan dengan
penyebab klien penyebab menarik
tanda dan diri / tidak mau bergaul
gejala isolasi dengan orang lain
sosial
3.Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya
2.Diskusikan bersama
klien tentang manfaat
berhubungan sosial dan
3.Setelah 2 X
kerugian menarik diri
interaksi dengan
klien dapat
3.Beri pujian terhadap
menyebutkan
kemampuan klien
keuntungan
mengungkapkan
berhubungan sosial,
perasaannya
misalnya :
-Banyak teman
- Tidak kesepian
1.Observasi perilaku
- Saling menolong
klien tentang
Dean kerugian berhubungan sosial
TUK 3 : menarik diri
Klien mampu misalnya : 2.Beri motivasi dan
menyebutkan -Sendiri bantuu klien untuk
keuntungan - Kesepian berkenalan /
berhubungan - Tidak bisa diskusi berkomunikasi dengan
perawat lain, klien lain,
sosial dan
4.Setelah 2 X kelompok
kerugian interaksi klien dapat
menarik diri melaksanakan 3.Libatkan klien dalam
hubungan soosial terapi aktivitas kelompok
secara bertahaap sosialisasi
dengan :
-Perawat 4.Diskusikan jadwal
- Perawat lain harian yang dilakukan
- kelompok untuk meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
TUK 4 :
Klien dapat 5.Beri motivasi klien
melaksanakan untuk melakukan
hubungan kegiatan sesuai jadwal
yang telah dibuat
sosial secara
bertahap 6.Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas pergaulanya
melalui aktifitas yang
dilaksanakan
1.Diskusikan dengan
klien tentang perasaanya
setelah berhbungan sosial
dengan :
-Orang lain
- Kelompok
O. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/ja Dx Implementasi Respon TTD
m
23 juni 1 Membina hubungan DS: Pasien mengatakan
2021 saling percaya bersedia untuk ditanyai
09:00 WIB DO: Pasien kooperatif,
menjawab semua pertanyaan
perawat, kontak mata dengan
perawat kurang.
Pada bagian ini kelompok membahas berdasarkan teori dan aplikasi / penerapan berdasarkan
beberapa referensi atau acuan yang didapatkan dilapangan sebagai pelaksanaan proses
keperawatan pada klien dengan masalah utama perubahan persepsi sensori : pendengaran.
Kemudian membandingkan adanya kesenjangan antara teori dan praktek, dalam ruang lingkup
proses keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi.
A. Pengkajian :
Pada tahap pengkajian sumber informasi didapatkan dari klien dan perawat ruangan. Data
yang di dapatkan sesuai dengan tanda dan gejala pada landasan teori halusinasi kecuali pada
gejala pemicu kondisi kesehatan ( nutrisi kurang, infeksi, kurang tidur).
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang ditemukan, pada kasus kien halusinasi pendengaran ada empat
diagnosa keperawatan yaitu : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
berhubungan dengan halusinasi pendengaran; Perubahan persepsi sensorik : halusinasi dengar
berhubungan dengan menarik diri; Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri berhubungan dengan
Harga diri rendah; dan Defisit perawatan diri: mandi/kebersihan, berpakaian/berhias
berhubungan dengan intoleransi aktifitas.Sedangkan pada kasus klien kelolaan didapatkan lima
diagnosa. Hal ini karena pada kasus ditemukan, masalah berduka disfungsional yang menjadi
penyebab Harga Diri Rendah
C. Rencana keperawatn yang dilakukan sesuai dengan landasan teori pada asuhan perawatan
halusinasi
D. Implementasi yang telah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang ada
E. Pada evaluasi kasus kelolaan klien mampu secara mandiri dalam mengontrol halusinasinya hal
ini karena klien masih merasa sulit untuk melakukan cara baru mengatasi halusinasinya.
Hal ini dapat dilihat pada diagnosa keperawatan ::
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
pendengaran klien mampu melakukan sampai pada TUK 5
2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan Menarik diri, klien
mampu melakukan sampai pada TUK 4
3. Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah, klien mampu
melakukan sampai pada TUK 5
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional, klien
mampu melaksanakan sampai pada TUK 3
5. Defisit perawatan diri : Kebersihan diri berhubungan dengan kurang motivasi, klien mampu
melaksanakan samapai pada TUK 4
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
terhadap pasien halusinasi, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya
perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus-menerus, membina
hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan
pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti
keadaan dan permasalahan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan
membina kerjasama dalam memberikan perawatan pada pasien. Dalam hal ini dapat
menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhan kllien.
B. Saran
Sebagai seorang perawat kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus halusinasi
yang terjadi dan kita harus mampu membedakan resiko halusinasi tersebut dan bagaimana cara
penanganan.
DAFTAR PUSTAKA
1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI.
1999
2000