Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA II

“Asuhan Keperawatan Waham”

Dosen Pembimbing :

Ns. Dwin Seprian,M.Kep

Disusun Oleh:

Sri Wahyuni (821181011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK

TAHUN AJARAN

2020/2021
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah,
keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi
secara akurat (Azizah, 2016 : 327)
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau
terusmenerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran.
Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham
sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia (Ah yusuf 2015 : 112).
Waham adalah kenyakinan terhadap suatu yang salah dan secara kukuh dipertahankan
walaupun tidak dinyakinin oleh orang lain dan dipertentangkan dengan realita normal (Stuart dan
Sundeen, 2015) dalam (Fitria nita, 2012 :75).
Waham adalah suatu keenyakinan yang salah yang dipertahanakan secara kuat/terus
menerus, tetapi tidak sesua dengan kenyataan (Anna budi dan Akemat 2019 :147).
Waham adalah kepercayaan tau kenyakikinan yang salah, tidak mudah dogoyahkan dan
tidak sesuai dengan latar belakang budaya psien, karakteristik berikut sangat ppenting untuk
memehami waham (menurut Anggung kusumawardhani,2015:126)
a. Pasien tidak akan melihat adanya perbedaan antara waham dengan kenyakinan
yang normal karena keduanya benar-benar dialami pasien. Karena itu waham
hanya dapat dideteksi oleh pengamatan eksternal. Dalam hal ini, waham adalah isi
pikir yang salah, sebagaimana halusinasi adalah presepesi yang salah.
b. Kenyakinan dalam waham disebut salah atau abnormal karena penegambilan
kesimpulan yang wajar. Seseorang suami mungkin memiliki waham yang bahwa
istrinya berselingkuh dan mungkin memang benar istrinya berselingkuh. Akan
tetapi, kenyakinan suami tetap disebut waham karena karena kesimpulan tersebut
ia buat berdasrkan kenyakinan adanya konspirasi rahasia yang melibatkan istinya.
c. Waham tidak sesuai dengan latar belakang sosialkultural pasien sehingga perlu
digali dengan benar bahwa kenyakinan pasien memang tidak umum dipengang
oleh orang-orang dari latar belakang yang sama.
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Etiologi
Salah satu penyebab dari perubahan proses fikir: waham yaitu gangguan konsep
diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai ideal diri (Azizah, lilik dkk 2016 : 328)
Waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masalalu atau
kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap
dan sulit untuk dikoreksi. Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungan menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang –
ulang. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan
religiusnya bahwa apa- apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada
konsekuensi sosial.keyakinan religiusnya bahwa apa- apa yang dilakukan menimbulkan
dosa besar serta ada konsekuensi sosial (Azizah, lilik dkk 2016: 329)
b. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir: waham adalah (Fitria nita
2012) adalah :
1) Menolak makan.
2) Tidak ada perhatian pada perawatan diri.
3) Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan. Gerakan tidak terkontrol. Mudah
tersinggung. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kebenaran.
4) Tidak bisa membedakan antara dan bukan hanya.
5) Menghindar dari orang lain.
6) Mendominasi pembicaraan.
7) Berbicara kasar.
8) Melakukan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
c. Rentang respons
Menurut Prabowo, 2017 : 138 rentang respons yaitu:
Respon adaptif Respon maladaptif
Pikiran logis Kadang proses pikir Gangguan isi pikir
Presepsi akurat terganggu Perubahan proses
Pengalaman Emosi berlebihan emosi
Perilaku sosial Berprilaku yang Perilaku tidak
Hubungan sosial tidak biasa terirganisasi
Harmonis Menarik diri Isolasi sosial
d. Proses terjadinya masalah
Faktor prediposisi menurut Azizah, 2015:329 menyatakan bahwa faktor predisposisi
terdiri dari:
1) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal
ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi,
klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif
2) Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham .
3) Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap kenyataan
4) Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau
perubahan sell kortikal dan limbik
e. Faktor presipatasi
Faktor presipatasi menurut fitria nita,2012:77 menyatakan bahwa faktor presipatasi terdiri
dari :
1) Faktor Sosial
Budaya Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor Biokimia
Dopamin, nerepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham ada seseorang.
3) Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien.
f. Tanda dan gejala
Menurut prabowo 2017 :139 menyatakan bahwa tanda dan gejala waham terdiri dari:
1) Pasien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (agama, kebesaran, kecurigaan,
keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan).
2) Pasien tampak tidak mempunyai orang lain.
3) Curiga.
4) Bermusuhan.
5) Merusak (diri, orang lain, lingkungan).
6) Takut, sangat waspada.
7) Tidak tepat menilai lingkungan/realitas
8) Ekspresi wajah tegang
9) Mudah tersinggung.
g. Akibat
Akibat dari waham pasien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai
dengan pikiran tidak realistic flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata
yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya
adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Prabowo,2017:140)
h. Macam-macam waham
Menurut Azizah , 2016 :327 menyataakaan bahwa jenis jenis terdiri dari :
1) Waham Kebesaran
Menganggap nilai, kekuasaan, pengetahuan identitasnya terlalu tinggi.
Contoh: “ Saya ini titisan bung karno, punya banyak perusahaan, punya rumah di
berbagai negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.”
2) Waham curiga/paranoid/kejar
Keyakinan klien terhadap seseorang/kelompok secara berlebihan yang berusaha
merugikan, mencederai, menganggu, mengancam, memata-matai dan membicarakan
kejelekannya
Contoh: “Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup
saya, suster akan meracuni makanan saya”.
3) Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “ Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus
memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga.”
4) Waham somatic/hipokondrik
Keyakinan klien terhadap tubuhnya/penampilan/fungsi tubuhnya sudah berubah(ada
sesuatu yang tidak beres).
Contoh: “ Sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh
saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang.”
5) Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya/orang lain sudah tidak ada di dunia/meninggal dunia,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “ Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada disini adalah roh –
roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”
6) Waham Dosa
Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau berbuat
dosa/perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
7) Waham Bizar terdiri dari
(a) Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain disisipkan ke
dalam pikiran dirinya
(b) Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya dipakai oleh/
disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia
tidak pernah secara nyata mengatakan pada orang tersebut.
(c) Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran,emosi dan
perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan di luar dirinya yang
aneh.
i. Mekanisme Koping
Berdandan dengan baik dan berpakian rapi, tetapi mingkin terlihat eksentrik dan
aneh.tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain. Pasien biasa
cerdik ketika di lakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data selain itu
perasaan hati nya konsisten dengan isi waham (Prabowo,2017:140)
j. Penatalaksanan
Terapi yang diterima oleh pasien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi
tingkah laku, terapi keluaroa terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan pasien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat (Prabowo,2017 :
140)
k. Status Mental
Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat eksentrik dan aneh.
Tidak jarang curiga atau bermusuhan terhadap orang lain. Klien biasanya cerdik ketika
pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data. Selain itu perasaan hatinya konsisten
dengan isi waham (Fitria nita 2012 hal 79).
l. Sensori dan kognisi
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap
oraang, waktu dan waktu. Daya ingat atau kongnisi lainnya biasanya akurat. Pengadilan
impuls pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat adanya rencana untuk bunuh
diri, membunuh, atau melakukan kekerasan pada orang lain (Fitria Nita 2012 hal 79).
Gangguan proses pikir: waham biasanya diawali dengan adanya riwayat penyakit
berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik otak. Bisa dikarenakan terjatuh atau
didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya perubahan emosional seseorang yang
tidak stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian
mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai
manifestasi ketidakmanmpuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respons
lingkungan kurang mendukung terhadap perilakunya dimungkinkan akan timbul risiko
perilaku kekerasan pada orang lain (Fitria Nita 2012 hal 80).
m. Tanda dan gejala (Azizah,Lilik dkk. 2016 hal 331-332)
a) Kognitif
(1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
(2) Individu sangat percaya pada keyakinannya
(3) Sulit berpikir realita
(4) Tidak mampu mengambil keputusan

b) Afektif
(1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
(2) Afek tumpul
c) Perilaku dan hubungan social
(1) Hipersensitif
(2) Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
(3) Mengancam secara verbal
(4) Aktivitas tidak tepat
(5) Curiga
Tanda dan gejala yang lain yang bisa terjadi pada waham yaitu sebagai berikut:
(1) Menolak makan.
(2) Tidak ada perhatian pada perawatan diri.
(3) Mudah tersinggung
(4) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
(5) Menghindar dari orang lain.
(6) Mendominasi pembicaraan.

3. Asuhan Keperawatan Teoritis


a. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis, psikologis, social dan spiritual (Keliat, Budi Ana, 1998: 3) dalam
(Azizah, 2016 : 332).
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai panduan
untuk mengkaji pasien dengan waham: (Azizah, 2016 : 332).
1) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
7) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya
atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua
informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima
keyakinan pasien.
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah (Azizah, 2016 : 332):
1) Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal
pengkajian dan sumber data yang didapat.
2) Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi kurang atau
tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman
berada dengan orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak
mampu berkonsentrasi, merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat
melangsungkan hidup. Apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini. Umumnya klien yang mengalami
Waham di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat,
terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah
sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
3) Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan,
perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
atau frustrasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur social,
terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus di operasi, kecelakaan, perceraian, putus
sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh
KKN, dipenjara tiba-tiba), mengalami kegagalan dalam pendidikan maupun karier,
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien atau perasaan negative terhadap
diri sendiri yang berlangsung lama.
4) Faktor precipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress seperti
kehilangan, didikan yang keras dari keluarga yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk memiliki perasaan egois serta menyebabkan ansietas. Pada pasien
Waham tingkat emosional yang tinggi akan kepercayaan bahwa dirinya adalah
sesuatu yang pantas untuk dititukan dan diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah dalam kehidupannya.
5) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.
6) Psikososial
(a) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
(b) Konsep diri
(1) Gambaran
diri Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian
yang disukai.
(2) Identitas diri
Klien dengan waham mengalami ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mempu mengambil keputusan.
(3) Fungsi peran
Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat.
(4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya yaitu mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
(5) Harga diri
Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan negatif terhadap diri
sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai tujuan.
3) Hubungan sosial
Pasien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan jenis
waham yang dialami. Misalnya waham curiga , klien menghindari orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.

7) Status mental
(a) Penampilan
Pada pasien waham penampilannya sesuai dengan waham yang dialami.
Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.
(b) Pembicaraan
Pada pasien waham cenderung pembicaraan nya selalu mengarah ke
wahamnya, bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan.
(c) Aktivitas
Motorik Klien waham cenderung bersikap aneh
(d) Afek dan Emosi
Euforia: rasa senang, riang gembira, bahagia yang berlebihan tidak sesuai
dengan keadaan. Kesepian: merasa dirinya ditinggalkan/dipisahkan dari atau
yang lainnya.
(e) Interaksi selama wawancara
Defensif: selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
(f) Persepsi–Sensori
(1) Tidak ada halusinasi
(2) Tidak ada ilusi
(3) Tidak ada depersonalisai
(4) Tidak ada realisasi
(5) Tidak ada gangguan somatusensorik
(g) Proses Pikir
(1) Arus pikir dan bentuk pikir
Derreistik: bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada atau tidak
mengikuti logika secara umum)
(2) Isi pikir
Pada pasien waham isi pikirnya sesuai wahamnya.
(a). Waham agama yaitu keyakinan bertema tentang agama/kepercayaan
yang berlebihan.
(b).Waham somatic/hipokondrik yaitu keyakinan klien terhadap tubuhnya
ada sesuatu yang tidak beres, seperti ususnya busuk, otaknya mencair,
perutnya ada kuda.
(c). Waham kebesaran yaitu keyakinan klien terhadap suatu kemampuan,
kekuatan, pendidikan, kekayaan atau kekuasaan secara luar biasa,
seperti “Saya ini ratu adil, nabi, superman dan lain-lain”.
(d).Waham curiga/kejaran yaitu keyakinan klien terhadap seseorang/
kelompok secara berlebihan yang berusaha merugikan, mencederai,
mengganggu, mengancam, memata-matai dan membicarakan
kejelekan dirinya.
(e). Waham nihilistik yaitu keyakinan klien terhadap dirinya/orang lain
sudah meninggal/dunia sudah hancur dan sesuatunya tidak ada
apaapanya lagi.
(f). Waham dosa yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah/selalu
salah/berbuat dosa/perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
(g).Waham bizar terdiri dari:
(1).Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain
disisipkan ke dalam pikiran dirinya.
(2).Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya
dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang
ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan
pada orang tersebut.
(3).Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa
pikiran, emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi oleh
kekuatan di luar dirinya yang aneh.
(h) Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah: kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak
nomal, bukan disosiasi, hal ini karena kemampuan untuk mengadakan (relasi)
dan pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu
dan secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
(i) Memori Konfabulasi: ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan tidak
sesuai kenyataan, memasukkan cerita tidak benar untuk menutupi gangguan
daya ingatnya.
(j) Tingkat Konsentrasi dan berhitung Klien waham mampu berkonsentrasi dan
mampu berhitung
(k) Kemampuan Penilaian
(1). Gangguan ringan
(2). Gangguan bermakna
1) Daya Tilik hal-hal di luar dirinya, bilamana ia cenderung menyalahkan orang
lain/ lingkungan dan ia merasa orang lain/lingkungan di luar dirinya yang
menyebabkan ia seperti ini.

B. Pohon Masalah

Berikut pohon masalah


KERUSAKAN KOMUNIKASI
VERBAL AKIBAT

HARGA DIRI RENDAH

GANGGUAN PROSES PIKIR:


WAHAM CORE PROBLEM

DEFISIT PERAWATAN DIRI

KURANGNYA DUKUNGAN CAUSA / PROBLEM


KELUARGA

Skema 2.1: Pohon Masalah


C. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan proses pikir: waham


2. Resiko tinggi perilaku kekerasan: resiko mencederai diri, orang lain.
3. Harga diri rendah; kronis

D. Rencana Intervensi

1. Tindakan keperawatan untuk pasien (Ah yusuf,dkk 2016 hal 116)


a. Tujuan
a) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d) Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.

b. Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b) Bantu orientasi realitas.
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
4) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
c) Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien.
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
5) Melatih minum obat yang benar.
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal.
b. Tindakan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut.
(a) Cara merawat pasien waham di rumah.
(b) Follow up dan keteraturan pengobatan.
(c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat).
d. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.

DAFTAR PUSTAKA

Ah Yusuf dkk. 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Selemba Medika.
Anindita, B. 2012, Pengaruh Teknik Relaksasi Proresif Terhadap Tingkat Kecemasan pada
Klien Skizrofenia Faronoid di RSJD. Surakarta.
Azizah, Lilik dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori Dan Aplikasi Praktik
Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Budi, Akemat. 2019. Model praktik keperawatan professional Jiwa. Jakarta. EGC
Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan dan strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
Prabowo,2017. Konsep dan Aplikasi asuhan keperawatan jiwa.Nuha Medika. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai