PENDAHULUAN
Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hasil analisis dari
WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia.
Skizofernia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan jiwa
lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal dinegara berkembang, 8
dari 10 orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan
medis. Gejala skizofernia muncul pada usia 15-25 tahun lebih banyak
ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan (Ashturkar & Dixit, 2013).
Skizofernia merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering ditunjukan oleh
adanya gejala positif, diantaranya adalah halusinasi. Gangguan persepsi
sensori (halusinasi) merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat
ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa
suara , penglihatan, pengecapan, perabaan, penghiduan tanpa stimulus yang
nyata (Keliat, 2012).
2.1 Tujuan
1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan halusinasi pendengaran serta dapat menangani kasus pemicu
dengan masalah halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari halusinasi
b. Untuk mengetahui rentang respon neurobiology halusinasi
c. Untuk mengetahui tingkat halusinasi
d. Untuk mengetahui jenis-jenis halusinasi
e. Untuk mengetahui asuhan keperawatan halusinasi.
Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucinatio yang bermakna secara
mental atau menjadi linglung. (Jardri, dkk. 2013). Salah satu manifestasi yang
timbul adalah halusnasi membuat klien tidak dapat memenuhi kehidupannya
sehari-hari. Halusinasi merupakan salah satu dari sekian bentuk psikopatologi
yang paling parah dan membingungkan. Secara fenomenologis halusinasi
adalah gangguan yang paling umum dan paling penting. Selain itu halusinasi
dianggap sebagai karakteristik psikosis. (Sutejo, 2017).
Isolasi sosial
b. Data Objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi melakukan hal-hal berikut :
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit
5. Mengkaji Waktu
Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh klien. Hal tersebut dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi.
Selain itu, pengkajian tersebut digunakan untuk menghindari situasi
yang menyebabkan munculnya halusinasi, sehingga klien tidak larut
dengan halusinasinya. Pengetahuan tentang frekuensi halusianasi
dapat dijadikan sebagai landasan perencaan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang selalu digunakan klien dengan halusinasi
meliputi :
a. Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang
digunakan untuk menanggulangi ansietas. Energi yang tersisa
untuk aktivitas sehari-hari tinggal sedikit, sehingga klien menjadi
malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proteksi
Klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
c. Menarik diri
Klien sulit mepercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
Isolasi sosial
Diagnosis Keperawatan
1. Risiko peliaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Isolasi sosial
C. Rencana Intervensi
Tindakan Keperawatan Untuk Pasien
1. Tujuan tindakan untuk pasien
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
2. Tindakan keperawatan
a. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat),
waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusianasi muncul, dan respon pasien saat
halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar
mampu mengontrol halusinasi, anda dapat melatih pasien empat cara
yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai
berikut.
3.1 Kasus
Tn. M (26 th) dirawat dirumah sakit AR Sehat ruang mawar. Klien masuk
rumah sakit tanggal 10 Febuari 2017. Ibu klien mengatakan, anaknya
mengalami perubahan sekitar 1 tahun yang lalu sejak ditinggal pacarnya
menikah dengan orang lain. Menurut, keluarga klien merasa kehilangan dan
terpukul dengan kejadian tersebut, sejak itu klien berubah perilakunya mulai
terlihat murung, sedih dan kadang menyalahkan diri sendiri. Klien mulai
mabuk-mabukkan dan pernah ketahuan menggunakan obat terlarang (ganja).
Keluarga sudah berusaha membawa ke alternative supaya klien bisa kembali
seperti semula tapi tidak membuahkan hasil.
Dan beberapa akhir ini klien mulai berubah perilkunya semakin memburuk,
klien mulai berubah perilakunya semakin memburuk, klien mulai senang
mulai melamun dan menyendiri dikamar, tidak mau bertemu dengan orang
lain dan lebih banyak melamun dan terlihat seperti pikirannya kosong. Dan
semakin sekarang keadaannya semakin mengkhawatirkan suka marah tanpa
sebab. Menurut keluarga, alasan membawa Tn. M ke rumah sakit karena ia di
rumah suka ngomong sendiri, susah di ajak berbicara dan kadang-kadang
suka marah tanpa sebab sambil komat kamit. Pernah sekali marah-marah
membanting pintu tanpa alasan yang jelas, sambil mengumpat “benci kalian
semua”. Ibu klien mengatakan tidak ada riwayat gangguan jiwa dan tidak ada
riwayat yang menggunakan obat terlarang baik dari keluarganya maupun dari
keluarga suaminya. Ekspresi wajah klien sedih dan menyalahkan diri sendiri
Klien terlihat jarang berkomunikasi dengan orang lain.
Pada saat dirumah sakit, perawat melakukan pengkajian kepada klien. Dari
pemeriksaan fisik diperoleh data: TD; 110/70 mmHg, N: 80 x/mnt, RR: 17
x/menit, S: 36oC. Tinggi badan: 150 cm, Berat badan 45 kg. Terlihat klien
jarang berinterkasi dengan teman-temannya, senang menyendiri, dan sering
Pertayaan:
1. Buatlah analisa data
2. Buatlah pohon msalah
3. Tentukan prioritas diagnosa keperawatan
4. Buatlah rencana tindakan untuk diagnosa utama saja
5. Buat strategi komunikasi tindakan keperawatan pada klien (SP Klien)
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (Minimal 3 generasi)
Tn.M
Keterangan:
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai semua anggota
tubuhnya apa lagi matanya, tetapi klien tidak suka karena tubuhnya
kurang tinggi.
b. Identitas : Klien sebagai anak yang tinggal bersama kedua
orang tuanya, klien anak tertua dari 3 bersaudara.
c. Peran : Klien berperan sebagai anak dan tidak bekerja
d. Ideal diri : Klien mengharapkan dapat cepat keluar dari rumah
sakit agar dapat berkumpul dengan keluarga
e. Harga diri : Klien jarang keluar rumah, tidak mau bergaul
dengan orang lain, klien senang menyendiri dan melalmun di kamar
dan sering duduk di pojok ruangan, klien mengatakan tidak ada
gunanya karena orang lain juga tidak bisa emmbantu dirinya dalam
menghadapi kesepian.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti: keluarganya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok: klien tidak pernah mengikuti
kegiatan kelompok di lingkungan rumahnya, semenjak sakit klien
hanya mengurung diri di kamar.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengurung
diri dikamarnya dan melamun, klien tidakmau berinteraksi dengan
orang lain. Klien senang menyendiri di kamar karena malas megobrol
sama orang lain dan tidak ada gunanya karena orang lain juga tidak
bisa membantu diriya dalam mengahadapi kesepian.
Masalah keperawatan: Isolasi social dan gangguan persepsi sensori:
halusinasi Pendengaran
3. Aktifitas Motorik
( ) Lesu (√ ) Tegang ( ) Gelisah ( ) Agitasi
( ) Tik ( ) Grimasen ( ) Tremor ( ) Kompulsif
Jelaskan: Klien mengatakan kesal mendengar suara yang mengejek saya,
suara itu bilang saya bukan pria jantan karena selalu di tinggal pacar. dan
ingin memukul jika mendengar suara itu. Klien terlihat tegang.
Masalah keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
4. Alam Perasaan
( √ ) Sedih ( ) Ketakutan ( ) Putus Asa
( ) Khawatir ( ) Gembira Berlebihan
Jelaskan: Klien merasa kehilangan semenjak ditinggal pacarnya menikah
dengan orang lain. Klien terlihat murung, sedih dan kadang menyalahkan
diri sendiri.
Masalah keperawatan: Harga diri rendah
5. Afek
( ) Datar ( ) Tumpul ( ) Labil ( ) Tidak Sesuai
7. Persepsi
Halusinasi
(√) Pendengaran (- ) Penglihatan ( - ) Perabaan
( - ) Pengecapan ( - )Penghidu
Jelaskan : klien mengatakan mendengar suara yang mengejek dirinya yang
bilang bahwa saya bukan pria jantan karena selalu di tinggal pacar. Suara
itu sering muncul sehari bias lebih dari 5 kali terutama pada saat saya
sendiri. Klien mengatakan rasanya kesal dengar suara itu ingin pukul saja.
Klien terlihat sering komat-kamit sendiri seperti ada yang mengajaknya
bicara, dan mengarahkan satu telinga kearah tertentu speerti
mendengarkan sesuatu.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
8. Proses Pikir
( ) Sirkumstansial ( ) Tangensial
( ) Kehilangan asosisi ( ) Flight of ideas
( ) Pengulangan pembicaraan/persevarasi ( ) Blocking
Jelaskan: Jawaban klien sesuai dengan pertanyaan perawat
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
( ) Obsesi ( ) Fobia ( )Hipokondria
11. Memori
( - ) Gangguan daya ingat jangka panjang
( - ) Gangguan daya ingat saat ini
( - ) Gangguan daya ingat jangka pendek
( - ) Kofabulasi
Jelaskan: Klien masih ingat jumlah suadar-saudaranya. Klien tahu saat ini
sedang di RSJ dan mengalami gangguan jiwa
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
X. PENGETAHUAN KURANG
( √ ) Penyakit jiwa ( ) Sistem pendukung
( ) Faktor presipitasi ( ) Penyakit fisik
( √ ) Koping ( ) Obat-obatan
Jelaskan: klien mengatakan tidak bisa mengambil keputusannya sendiri dan
klie mengatakan bahwa ia tidak sakit jiwa
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
(Kelompok 6)
ANALISA DATA
3.4 Setelah 2 x
interaksi klien
dapat
melaksnakan
cara yang telah
3.5 beri kesempatan klien untuk
dipilih untuk
melakukan cara yang dpilih
mengendalikan
4.2 Setalah 2 x
4.2 Dikusikan dengan keluarga
interaksi,
(pada sat pertemuan
keluarga
keluarag/kunjungan rumah
menyebutkan
- Pengertian halusinasi
pengertia, tanda - Tanda dan gejala
gejala, proses halusinasi
- Proses terjadinya
terjadinya
halusinasi
halusinasi dan
- Cara yang dapat
tindakan untuk
dilakukan klien dan
mengendalikan
keluarga untuk
halusinasi.
memutuskan halusinasi
obat-obatan halusinasi
- Cara merawat anggota
keluarga yang mengalam
halusinasi di rumah (beri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasi
d. Klien mendapat dukungan dari keluarga
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatam
a. Membina hubungan saling percaya dengan komunikasi teraupetik
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
d. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
e. Mengajarkan klien untuk menghardik halusinasi
f. Memasukan cara menghardik kedalam jadwal harian
b. Evaluasi/Validasi:
Bagaimana kabar mas hari ini? Apa yang mas rasakan pada hari
ini? Kalo boleh tau, apa yang membuat mas dibawa kesini?
c. Kontrak
Topik:
Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara-suara yang mas
dengar selama ini tapi tidak ada wujudnya?
Waktu:
Kira-kira kita bisa mulai dari jam berapa mas? Bagaimana kalo
kita mulai dari jam 10.00 sampai jam 10.30?
Tempat:
Mas kalau kita ngobrolnya di taman? Oh baiklah kalau mas
maunya di ruang TV
2. Fase Kerja
Apakah mas suka mendengar suara-suara orang padahal tidak ada
wujudnya? Apa mas kenal dengan suara itu? Apa yang dikatakan suara
itu mas? Biasanya mas mendengar suara-suara itu ketika sedang apa?
Ketika mas sedang memikirkan apa? Kapan biasanya suara-suara itu
muncul mas? Pagi, siang, sore, atau malam mas? Apa yang ma lakukan
ketika suara-suara itu muncul mas? Apa dengan mas seperti itu suaran
jadi hilang?.
Nah sekarang kita mulai dengan cara yang pertama ya mas, yaitu
dengan cara menghardik. Jika suara itu muncul, mas langsung bilang
“pergi kamu... kamu tidak nyata... pergi kamu dari sini... kamu
palsu...” terus ulang kata-kata itu hingga suara hilang mas atau tidak
ada lagi.
Nah coba sekarang coba mas ulangi yang tadi saya ajarkan! Nah iya
bagus ya mas, mas sudah bisa mengulangi. Coba sekarang mas coba
lagi sekali lagi, anggap suara itu benar-benar ada dan mas segera
hardik mereka. Baik sekali mas, mas bisa melakukannya dengan baik.
3. Fase Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan mas setelah tau cara menghardik?
2) Evaluasi Objektif
Coba mas ulangi lagi apa yang sudah saya ajarkan tadi.
Waktu:
Kira-kira mas mau berapa lama nih mas untuk pertemuan besok?
Oke 30 menit lagi ya mas, dimulai dari jam? Bagaimana kalau jam
10.00 sampai 10.30 lagi mas? Oke ya.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS:
- Klien mengatakan sering mendengar suara yang mengejek dirinya
dan suara itu bilang saya bukan pria jantan karena selalu ditinggal
pacar. Suara itu sehari bisa lebih dari 5 kali terutama pada saat saya
sendiri
- Klien mengatakan ketika mendenngar suara tersebut klien hanya
diam atau tidur
- Keluarga klien mengatakan klien sering berbicara sendiri, suka
berbicara sendiri dan kadang tiba-tiba marah
- Klien mengatakan melakukan hardik jika suara-suara itu mulai
muncul.
DO:
- Klien sering terlihat komat-kamit sendiri seperti ada yang
mengajaknya bicara.
- Klien terlihat mengarahkan satu telingannya kearah tertentu seperti
mendengarkan sesuatu.
- Klien terlihat lebih banyak melamun dan menyendiri.
- Klien terihat menghardik sesuatu ketika sedang sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatam
a. Membina hubungan saling percaya dengan komunikasi
teraupetik
b. Mengevaluasi jadwal harian klien
c. Melatih mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
d. Fase Kerja
Apakah mas masih mendengar suara-suara tersebut? Apakah mas
melakukan apa yang kemarin saya ajarkan? Kalo mas berkenan coba
perlihatkan kepada saya bagaimana mas menghardiknya. Baik mas itu
sudah benar.
e. Fase Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan mas setelah tau cara bercakap-cakap dengan
orang lain?
2) Evaluasi Objektif
Coba mas ulangi lagi apa yang sudah saya ajarkan tadi.
Waktu:
Untuk waktu pertemuannya mau sama dengan hari ini atau mas
ingin dilain waktu? Oke tetap seperti hari ini ya mas. Bearti mulai
dari jam 10.00 sampai 10.30.
Tempat:
Besok mau di ruang TV lagi? Oh oke kalo begitu mas mau besok
kita di taman.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS:
- Klien mengatakan melakukan hardik jika suara-suara itu mulai
muncul.
- Klien mengatkan sering mendengar suara-suara yang mengejek
tapi tidak ada wujudnya
- Klien mengatakan ketika suara-suara itu muncul selalu
menghardiknya
- Klien mengatakan sudah berkenalan dengan teman satu kamarnya
DO:
- Klien terihat menghardik sesuatu ketika sedang sendiri
- Kontak mata klien kurang
- Klien terlihat mengarahkan satu telinganya kearah tertentu seperti
mendengarkan sesuatu
- Klien mampu mempratekkan cara menghardik dan bercakap-cakap
dengan orang lain
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Klien dapat melakukan kegiatan yang sudah terjadwal setiap harinya
4. Tindakan Keperawatam
a. Membina hubungan saling percaya dengan komunikasi teraupetik.
b. Mengevaluasi jadwal harian klien
c. Melatih mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal setiap hari
d. Memasukan cara mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
sesuai jadwal ke dalam jadwal harian.
b. Evaluasi/Validasi:
Bagaimana kabar mas hari ini? Apa yang mas rasakan pada hari ini?
Kemarin yang saya ajarkan diterapkan tidak mas? Adakah
pengaruhnya ketika mas sudah melaukan hardik?
c. Kontrak
Topik:
Hari ini kita akan membicarakan tentang menghilangakan
halusinasi dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal setiap
hari.
Waktu:
Waktunya 30 menit ya mas, sesuai dengan kesepakatan kita
kemarin. Dimulai dari jam 10.00 sampai jam 10.30.
Tempat:
Kemarin mas mau kita ngobrolnya di taman ya mas. Dan sekarang
kita sudah ditaman.
2. Fase Kerja
Apakah mas masih mendengar suara-suara tersebut? Apakah mas
melakukan apa yang kemarin saya ajarkan? Kalo mas berkenan coba
perlihatkan kepada saya bagaimana mas menghardiknya. Baik mas itu
sudah benar. Lalu sudah berapa banyak orang yang mas ajak bercakap-
cakap. Bagus mas itu sebuah kemajuan yang luar biasa.
Baik sekarang coba ulangi apa yang saya katakan mas. Baik, betul
sekali mas. Mas harus melakukan kegiatan yang sudah terjadwal
dibuku harian ya mas, dikerjakan dengan hati yang tulus ikhlas ya mas.
3. Fase Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan mas setelah tau cara yang ketiga yaitu
melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal harian.
2) Evaluasi Objektif
Coba mas ulangi lagi apa yang sudah saya ajarkan tadi.
Waktu:
Untuk waktu pertemuannya mau sama dengan hari ini atau mas ingin
dilain waktu? Oke tetap seperti hari ini ya mas. Bearti mulai dari jam
10.00 sampai 10.30
Tempat:
Besok mau di taman lagi? Oke besok di taman ya mas
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS:
- Klien mengatakan melakukan hardik jika suara-suara itu mulai
muncul.
- Klien mengatkan sering mendengar suara-suara yang mengejek
tapi tidak ada wujudnya
- Klien mengatakan ketika suara-suara itu muncul selalu
menghardiknya
- Klien mengatakan sudah berkenalan dengan teman satu kamarnya
- Klien mengatakan sudah melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal
harian
DO:
- Klien terihat menghardik sesuatu ketika sedang sendiri
- Kontak mata klien kurang
- Klien terlihat mengarahkan satu telinganya kearah tertentu seperti
mendengarkan sesuatu
- Klien mampu mempratekkan cara menghardik dan bercakap-cakap
dengan orang lain
- Klien terlihat ada saat kegiatan senam pagi
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengkonsumsi obat-obatan dengan tepat dan benar
4. Tindakan Keperawatam
a. Membina hubungan saling percaya dengan komunikasi teraupetik.
b. Mengevaluasi jadwal harian klien.
c. Melatih mengendalikan halusinasi dengan cara mengkonsumsi
obat-obatan dengan tepat dan benar.
d. Memasukan cara mengendalikan halusinasi dengan mengkonsumsi
obat secara tepat dan benar ke dalam jadwal harian.
b. Evaluasi/Validasi:
Bagaimana kabar mas hari ini? Apa yang mas rasakan pada hari
ini? Kemarin yang saya ajarkan diterapkan tidak mas? Adakah
pengaruhnya ketika mas sudah melaukan hardik? Apa saya nih
kegiatan yang sudah mas lakukan?
c. Kontrak
Topik:
Hari ini kita akan membicarakan tentang menghilangakan
halusinasi dengan mengkonsumsi obat-obatan dengan tepat,
benar , juga teratur ya mas.
Waktu:
Waktunya 30 menit ya mas, sesuai dengan kesepakatan kita
kemarin. Dimulai dari jam 10.00 sampai jam 10.30.
Tempat:
Kemarin mas mau kita ngobrolnya di taman ya mas. Dan
sekarang kita sudah ditaman.
2. Fase Kerja
Apakah mas masih mendengar suara-suara tersebut? Apakah mas
melakukan apa yang kemarin saya ajarkan? Kalo mas berkenan coba
perlihatkan kepada saya bagaimana mas menghardiknya. Baik mas itu
sudah benar. Lalu sudah berapa banyak orang yang mas ajak bercakap-
cakap. Bagus mas itu sebuah kemajuan yang luar biasa. Kegiatan yang
sudah mas lakukan apa saja nih mas? Wah sangat baik itu mas.
Coba sekarang ulangi lagi mas apa yang saya bicarakan tadi. Coba mas
sebutkan obat-obatan apa yang harus mas minum dalam sehari? Bagus
ya mas, mas bisa mengerti untuk minum obat secara teratur ya mas.
3. Fase Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan mas setelah tau cara yang keempat yaitu
mengkonsumsi obat-obatan dengan tepat, benar dan teratur.
2) Evaluasi Objektif
Coba mas ulangi lagi apa yang sudah saya ajarkan tadi.
Waktu:
Lusa, waktu pertemuannya mau disamakan dengan hari ini atau ada
perubahan mas? Oke tetap disamakan ya mas.
Tempat:
Dan terakhir tempatnya mas mau dimana? Oke mas di taman lagi
ya.
4.1 Pengkajian
Menurut Yusud, dkk (2015) Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori
yang terjadi karena faktor eksternal yang mempengaruhi panca indra. Klien
yang mengalami gangguan halusinasi merasakan perubahan sensori persepsi
serta merasakan suara palsu, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau
penciuman yang sebenarnya tidak ada. Terjadinya halusinasi bisa dari
berbagai faktor penyebab. Salah satunya karena merasa dirinya tidak berguna,
atau ditinggal kekasih menikah dengan orang lain, seperti kasus yang kami
kelola.
Pada kasus kami menemukan beberapa tanda dan gejala yang mengacu pada
gangguan persepsi sensori halusinasi dengan jenis halusinasi pendengaran
dengan data klien Klien mengatakan sering mendengar suara yang mengejek
dirinya dan suara itu bilang saya bukan pria jantan karena selalu ditinggal
pacara. Suara itu muncul sehari bisa lebih dari 5 kali terutama pada saat saya
Dalam sumber literatur yang kami kutip terdapat tiga tujuan utama yaitu klien
dapat mengenali halusinasinya, klien dapat mengkontrol halusinasi, dan klien
mengikuti program pengobatan dengan baik. Kemudian masih dalam sumber
literatur yang sama, intervensi yang diberikan kepada klien meliputi ajarkan
klien cara menghardik, anjurkan dan ajarkan klien untuk bercakap-cakap
dengan orang lain, melakukan aktivitas yang sudah terjadwal, dan yang
terakhir menggunakan obat secara teratur. Hal ini sama dengan intervensi
yang kelompok berikan kepada klien tersebut, menggunakan strategi
pelaksanaan sebagai pendukung pemberian asuhan keperawatan. Hari
pertama klien akan diajarkan cara menghardik, hari kedua klien diajarkan
cara bercakap-cakap dengan orang lain, hari ketiga klien di anjurkan untuk
mengikuti seluruh kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang terakhir klien
dianjurkan untuk rutin mengkonsumsi obat-obatan yang sudah diresepkan.
5.1 Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Yusuf, dkk. 2015). Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 pravelensi gangguan jiwa
berat (psikosis/skizofernia) pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Prevalensi
gangguan jiwa tertinggi di Indonesia ke 2 terdapat di daerah Istimewa
Yogyakarta (27,8%), diikuti Aceh(27,6%) (Riskesdas, 2013).
DAFTAR PUSTAKA