Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN SDR. D DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM


WISMA GATOTKACA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Keperawatan Jiwa
Pembimbing Akademik : Ns. Sutejo, M.Kep., Sp. Kep. J

Disusun oleh:
Nur Mustika Aji Nugroho P07120216049

KEMENTERIAN KESESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN SDR. D DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
WISMA GATOTKACA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA

Telah disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Mahasiswa,

Nur Mustika Aji nugroho


NIM P07120216049

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

Ns. Sutejo, M.Kep., Sp. Kep. J Etik Kristyaningsih, SST

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh
orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 2013).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 2012).

B. Jenis-jenis Waham
Adapun jenis-jenis waham menurut Marasmis, stuart and sundeen ( 2013) dan
Keliat (1998) waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu:

a. Waham agama : keyakinan klien terhjadap suatu agama secara berlebihan


diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

b. Waham kebesaran : klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki


kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.

c. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya


teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.

d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien
yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan
atau mencurigai dirinya, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.

e. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau
sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.

3
f. Waham bizar

1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di
dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan

2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut,
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

C. Etiologi
1. Teori Psikodinamika
Teori psikoanalitik berfokus pada hubungan anak dan orang tua, yang
tidak memuaskan sejak dini, dengan proses berduka yang tak terselesaikan. Ini
mengakibatkan individual terfiksasi pada tahap marah, dari proses berduka, dan
mengarahkannya ke diri sendiri. Ego tetap lemah sementara superego menjadi
luas dan menjadi sifat menghukum.
Teori kognitif menunjukkan keyakinan bahwa depresi terjadi sebagai
akibat dari gangguan kognitif, menimbulkan evaluasi negatif tentang diri selama
proses pikir terganggu. Individu menjadi pesimis dan memandang diri terhadap
berharga dan tidak adekuat, serta hidup dalam keputusasaan.
2. Teori Biologi
Adanya beberapa kekuatan/pengaruh dari beberapa penyakit keluarga
yang mempunyai gejala yang sama.
3. Teori Dinamika Keluarga
Orang tua yang terlalu pemarah, menuntut dan kaku, tidak percaya pada
diri sendiri, mudah tersinggung. Adapun rentang respon manusia terhadap stress
yang menguraikan tentang respon gangguan adaptif dan malladaptif dapat
dijelaskan sebagai berikut ( stuart dan sundeen, 2013 hal 302) :

4
Respon adaptif Respon maladaptif
1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang 1. Kelainan pikiran/
2. Persepsi akurat terganggu delusi
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Halusinasi
dengan 3. Reaksi emosional 3. Delusi
pengalaman berlebih 4. Ketidakmampuan
4. Perilaku cocok 4. Perilaku ganjil untuk mengalami
5. Hubungan seksual 5. Menarik diri emosi
5. Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu


merespon secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu
berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran
menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir
secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia makan berespon secara
maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham curiga.

Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap individu harus
mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik.Menurut seorang ahli medis
dalam penelitiannya memberikan definisi tentang mekanisme koping yaitu semua
aktivita kognitif dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk
mempertahanakna intregritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak
dan membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan.

D. Psikopatologi Waham
Seseorang yang merasa terancam dengan orang lain, atau dirinya sendiri
mempunyai pengalaman kecemasan dan timbul perasaan bahwa sesuatu yang tidak
menyenangkan akan terjadi dan menyangkal ancaman tersebut, terhadap persepsi diri
atau objek realita melalui manifestasi, kesan terhadap suatu kejadian atau suatu
keadaan dilanjutkan dengan memproyeksi pikiran dan perasaannya ke lingkungan,
sehingga pikiran, perasaan keinginannya yang negatif dan tidak dapat diterima akan

5
datang dari luar dirinya, akibatnya orang tersebut berusaha untuk memberi alasan atau
rasional tentang interprestasi perangai (dirinya sendiri/ terhadap realitas dirinya
sendiri dan orang lain).

E. Proses Terjadinya Waham


Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme
ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan.Klien dengan waham, menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi.Pada reaksi
formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan
dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi
kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran
akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari
mengenal impuls yang tidak dapat diterima didalam dirinya sendiri.Hypersensitifitas
dan perasaan inferioritas, telah dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan
proyeksi, waham kebesaran dan superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil
pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk
meningkatkan harga diri mereka yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi
perasaan maha kuasa dari anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat
disangkal dan dihilangkan (Kaplan dan Sadock, 2010).
Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (2010) menggambarkan 7 situasi yang
memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk mendapat
terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi
sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan
menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang
melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan
untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu.

F. Akibat dari Waham


Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang
lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

6
G. Gejala-gejala Waham
Menurut Kaplan dan Sadock (2010), kondisi klien yang mengalami waham
adalah:
a. Status mental
1. Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat
normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
2. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
3. Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.
4. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang
terkenal. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan
merasakan adanya kualitas depresi ringan.Klien dengan waham, tidak
memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali pada klien
dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan
ditemukan halusinasi dengar.
b. Sensori dan kognisi
1. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.
2. Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).
3. Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.
4. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan
dirinya. Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi
klien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang
direncanakan.

H. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi

Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan


skizofrenia secara umum menurut Townsend (2004), Kaplan dan Sadock (2010)
antara lain :

7
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi
gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25 mg, kemudian
dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000
mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik
diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.
c) Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania.
Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg.
2) Anti Parkinson
Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk
menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan
: 1-15 mg/hari Difehidamin Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari.
3) Anti Depresan
Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan
keluhan somatik.Dosis : 75-300 mg/hari. Imipramin, untuk depresi dengan
hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari,
dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform,
kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara
gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti
ansietas antara lain:
Fenobarbital : 16-320 mg/hari
Meprobamat : 200-2400 mg/hari
Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari

8
b. Psikoterapi

Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling


percaya.Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok.Terapis tidak
boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus
membicarakan tentang wahamnya.Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat
perjanjian seteratur mungkin.Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang
kuat dan saling percaya dengan klien.Kepuasan yang berlebihan dapat
meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak
semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa
keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan
mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan
wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas.

Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal


klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya
dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda
lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga
menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu
klien memiliki keraguan terhadap persepsinya.Saat klien menjadi kurang kaku,
perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat
timbul.Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu
hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat
dilakukan.

c. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien,
sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat
dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.

9
I. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian :
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Ketidakmampuan, individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan,
misal rasa saling percaya yang tidak terbina, kegagalan dalam mengungkap
perasaan dan pikiran.
b. Lingkungan
Yang tidak terapeutik sering mengancam dan menimbulkan cemas
berkepanjangan.
c. Interaksi
1) Curiga merasa diawasi, kaku dan tidak toleran terhadap dirinya.
2) Yang perlu diantisipasi, yaitu memperhatikan dalam perubahan
penampilan, persepsi dan isi pikir.
3) Tidak mampu memfokuskan pikiran dan tidak terselesaikan, tidak mampu
mengorganisasikan pikiran untuk menyelesaikan masalah
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor internal
Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang bermakna, secara berulang dan
ketakutan karena adanya penyakit fisik.
b. Faktor eksternal
Adanya trauma/serangan fisik, kehilangan hubungan penting dengan orang
yang berarti dan adanya kritikan dari orang lain.
c. Faktor biokimia
Kadar dopamine yang meningkat di atas, kelebihan dopamin akibat
meningkatnya produksi dan pelepasannya.
3. Faktor perilaku
a. Dimensi fisik
1) Nutrisi tidak adekuat terhadap delusi yang menyiksa.
2) Kesukaran tidur
3) Kesenangan dan keindahan, kurang perhatian ketika area pada delusi.
4) Aktivitas tidak fungsional.

10
Kebiasaan pengobatan menolak tidak menurut aturan hidup karena takut
akan membahayakan (waham penganiayaan)
5) Perilaku destruktif
a) Kurang pengontrolan pikiran berdasarkan delusi.
b) Usaha bunuh diri
c) Pembunuhan
b. Dimensi emosional
1) Ekspresi emosi, kadang-kadang tidak ada
2) Takut yang berlebihan
3) Mencurigai orang lain/tidak percaya pada orang lain
4) Kasar, tidak menghargai, sukar marah
5) Terlihat bingung dan senang berfantasi
6) Merasa bersalah
7) Bermusuhan
c. Dimensi sosial
1) Percaya diri tidak realistik
2) Curiga
3) Menarik diri dan isolasi
4) Merasa dirinya orang terkenal/hebat.
d. Dimensi spiritual
1) Kepercayaan yang berlebihan
2) Tidak mampu menikmati hidup
3) Merasa dirinya Tuhan
4. Mekanisme koping
a. Denial : menghindari kenyataan yang tidak diinginkan.
b. Proyeksi : mengatakan harapan, pikiran, perasaan, motivasi sendiri sebagai
harapan.
c. Disosiasi : memisahkan diri dari lingkungan.

11
J. Diagnosa Keperawatan
Pohon Masalah

Resiko tinggi
mencederai diri
sendiri orang lain dan Akibat
lingkungan

Gangguan proses Masalah Utama


pikir: waham

Gangguan harga diri, Causal/penyebab


harga diri rendah
Diagnosa Keperawatan :
1. Resiko tinggi mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan waham.
2. Perubahan proses pikir waham berhubungan dengan harga diri rendah kronis.

K. Perencanaan
1. Diagnosa : Resiko tinggi mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perubahan proses pikir waham.
Tujuan umum : Klien dapat melakukan komunikasi verbal
Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Klien dapat membina hubungan realitas
4. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Perencanaan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Jangan menambah dan mendukung waham klien
c. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
d. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri.
e. Beri tujuan pada penampilan dan kemampuan klien yang realitas.

12
f. Observasi kebutuhan sehari-hari.
g. Bicara dengan klien dalam kontak realitas
h. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok
i. Diskusikan dengan keluarga tentang gejala waham, cara merawatnya.

2. Diagnosa 2 : Perubahan proses pikir berhubungan dengan harga diri rendah kronis
Tujuan umum : Proses pikir baik sesuai dengan realita.
Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
4. Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai kondisi
5. Klien dapat menggunakan sistem pendukung yang ada.
Perencanaan :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Diskusikan kemampuan dan aspek yang dimiliki.
c. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
d. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
e. Beri kesempatan pada klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan
f. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Budi Ana Keliat, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta

: Nuha Medika.

Kaplan, Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC.

Keliat B, A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Marilynn E. Doenges. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Jakarta :

EGC.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Andi

OFFSET.

Nita, Fitria. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan


Keluarga. Jakarta : PT. Fajar Interpratama.

Stuart dan Sundeen. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Townsend, Mary C. 2004. Buku Saku Pedoman Obat dalam Keperawatan

Psikiatri. Jakarta: EGC.

Videbeck, dan Sheila, L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Ed. Cet 1. Jakarta:

ECG.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.

14

Anda mungkin juga menyukai