Disusun Oleh :
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing). Masa ini
merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 %
tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
1. Suami merasa diabaikan.
2. Peningkatan perselisihan dan argument.
3. Interupsi dalam jadwal kontinu.
4. Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
5. Konseling KB post partum 6 minggu.
6. Menata ruang untuk anak.
7. Biaya / dana Child Bearing.
8. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
B. Klasifikasi
Diare dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Diare akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi
dan kualitas defekasi.
2. Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari 2 minggu.
C. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal
sebagai berikut:
1) Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler,
tersinia, aeromonas, dsb.
2) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere,
poliomyelitis), adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain
3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong
Ylokles, protzoa (Entamoeba histolytica, Giarella lemblia,
tracomonas homonis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti
otitis media akut (OMA), tonsilitist tonsilofasingitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada
bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
b. Pada bayi dan anak yang terpenting dan terseirng intoleransi laktasi.
c. Malabsorbsi lemak
d. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
D. Manifestasi Klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nasfu
makan berkurang atau tidak ada. Kemudian disertai diare, tinja cair, mungkin
disertai lendir atau lendir darah.Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan
karena bercampur empedu. Anus dan daerah sektiar timbul lecet karena sering
defekasi dan tinja makin lama makin asam sehingga akibat makin lama makin
asam sehingga akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari latosa yang
tidak di absorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit. Bila pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit, mata
dan ubun-ubun cekugn (pada bayi) selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering (Ngastiyah, 1997).
E. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
F. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa
untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar
natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan /
sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut :
oralit.
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai engan
kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn tersedianya cairan
stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan
tergantung berat / rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan BB-nya.
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang
dari 7 kg jenis makanan :
- Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
- Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu
dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang /
tidak sejuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
- Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
- Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin,
ekstrak beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi
diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal,
tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak
diberikan lagi.
- Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB /
hari.
Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA,
faringitis, bronkitis / bronkopneumonia.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma
kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system terintegrasi dan
kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy, 1998).
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan
keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman
(1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :
1. Data Umum
a) Identitas kepala keluarga
b) Komposisi anggota keluarga
c) Genogram
d) Tipe keluarga
e) Suku bangsa
f) Agama
g) Status sosial ekonomi keluarga
2. Aktifitas rekreasi keluarga
a) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
b) Tahap perkembangan keluarga saat ini
c) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
d) Riwayat keluarga inti
e) Riwayat keluarga sebelumnya
3. Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) System pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga
c) Struktur peran (formal dan informal)
d) Nilai dan norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
b) Fungsi sosialisasi
c) Fungsi perawatan kesehatan
6. Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan
keluarga.
b) Respon keluarga terhadap stress
c) Strategi koping yang digunakan
d) Strategi adaptasi yang disfungsional
7. Pemeriksaan fisik
a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
8. Harapan keluarga
a) Terhadap masalah kesehatan keluarga
b) Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut
Supraji (2004), yaitu:
1. Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara
lain, perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah,
menjelaskan tujuan kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa
kehadiran perawat adalah menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat
yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada keluarga siapa tim
kesehatan lain yang ada di keluarga.
2. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan yang dilakukan.
3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh
data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang
berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat perlu
mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah
kesehatan yang penting dan paling dasar.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan sehat atau perubahan
pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat
dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status
kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).
Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:
1. Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan
standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
2. Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:
a) Masalah yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
b) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
c) Perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak
yang mendukung masalah dan penyebab. Dalam penyusunan masalah
kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada tipologi diagnosis
keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat digunakan.
Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen
Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).
2) Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat
menjadi masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan
diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E),
sign/symptom (S).
3) Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga
dan memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual
terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S).
Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5
tugas keluarga.
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan
skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
1) Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai
skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor
terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai
berikut :
a) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
b) Kemungkinan masalah dapat diubah.
c) Potensi masalah untuk dicegah.
d) Menonjolnya masalah.
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan
telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah
dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).
1. Kriteria :
Bobot
Skor
2. Sifat masalah :
Aktual =3
Risiko =2
Potensial =1
3. Kemungkinan masalah untuk dipecahkan
Mudah =2
Sebagian =1
Tidak dapat = 0
4. Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi =3
Cukup =2
Rendah =1
5. Menonjolnya masalah
Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
c. Jumlahkan skor untuk semua criteria
d. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang
telah diidentifikasi (Efendy,1998).
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan
keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta
meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson &
Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah
(P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya
adalah sebagai berikut :
1. Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai
masalah.
2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui
dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
3. Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-
faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara
teratur.
4. Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
5. Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah
diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.
D. Implementasi
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap keluarga yaitu:
1. Sumber daya keluarga.
2. Tingkat pendidikan keluarga.
3. Adat istiadat yang berlaku.
4. Respon dan penerimaan keluarga.
5. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana
perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik
maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas
yang telah dicapai (Friedman,1998).
Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
1. S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara
subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan.
2. O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang obyektif.
3. A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subyektif dan obyektif.
4. P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
(Suprajitno,2004)
DAFTAR PUSTAKA
http://www.akkesaskep.com/2017/01/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan.html
Guntur, prasetyo. 203. Laporan Pendahuluan Keperawatan Diare.
http://arsipguntur.blogspot.co.id/2013/04lp-diare.html?m=1