Anda di halaman 1dari 58

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Keperawatan Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti

dari suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil,

keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial

manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga

masyarakat yang baik karena dalam keluarga lah seluruh anggota

keluarga belajar berbagai dasar kehidupan masyarakat (Kurniawan,

2020).

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari

suami, istri, dan anak yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah,

dan mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material,

bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki hubungan yang serasi, selaras

dan seimbang antar anggota keluarga dan dengan masyarakat (Ayuni,

2020).

2.1.2 Tipe atau bentuk keluarga

Menurut Siregar (2020), tipe atau bentuk keluarga meliputi

keluarga tradisional dan keluarga non tradisional atau kontemporer.

a. Keluarga Tradisional meliputi :

1) Suami, istri, dan anak-anak yang tinggal bersama dalam satu

rumah tangga.

10
11

2) Keluarga Dyad : terdiri dari suami dan istri yang tinggal

bersama tanpa anak atau memiliki anak yang sudah dewasa

yang tinggal didalam rumah.

3) Keluarga Dewasa Tunggal : dimana satu orang dewasa tinggal

sendiri karena pilihan atau karena berpisah dari pasangan atau

anak-anak keduanya.

4) Keluarga Multigenerasi : dimana beberapa generasi atau

kelompok unsur tinggal bersama dalam rumah tangga yang

sama.

5) Keluarga Terbentuk dari Kekerabatan: dimana beberapa

keluarga inti tinggal di dalam rumah yang sama atau

berdekatan satu sama lain dan berbagi barang dan jasa. Mereka

dapat memiliki dan menjalankan bisnis keluarga.

6) Keluarga Campuran : dimana orang tua tinggal menikah dan

membesarkan anak-anak dari hubungan mereka sebelumnya

bersama-sama.

7) Keluarga dengan Orang Tua Tunggal : termasuk satu orang

dewasa (baik ayah atau iabu) yang merawat seorang anak atau

anak-anak sebagai akibat dari hubungan sementara, perpisahan

atau perceraian yang sah, atau kematian pasangan.

8) Keluarga Komuter (Commuter Family) : kedua pasangan

dalam keluarga ini bekerja, namun pekerjaan mereka berada

dikota yang berbeda.


12

b. Keluarga Non Tradisional atau Kontemporer

Keluarga ini atau keluarga tradisional telah menjadi bagian

fundamental dari warisan budaya dan diperkuat oleh agama,

pendidikan, institusi sosial berpengaruh lainnya.

2.1.3 Struktur Keluarga

Struktur keluarga adalah rangkaian hubungan yang teratur

didalam keluarga, antara keluarga dan sistem sosial lainnya. Dalam

menentukan struktur keluarga, perawat perlu mengidentifikasi hal-hal

berikut antara lain :

a. Individu yang termasuk dalam keluarga.

b. Hubungan di antara anggota keluarga.

c. Interaksi antara anggota keluarga.

d. Interaksi dengan sistem sosial lain.

Memahami struktur keluarga memungkinkan perawat membantu

keluarga mengidentifikasi strategi koping yang efektif untuk gangguan

kehidupan sehari hari, krisis perawatan kesehatan, promosi kesehatan,

dan pencegahan penyakit. Keluarga terdapat dalam berbagai bentuk dan

ukuran. Struktur atau komposisi keluarga yang bervariasi tersebut

membentuk karakteristik kolektif individu yang membentuk satu

kesatuan keluarga ( usia, jenis kelamin, dan jumlah) (Siregar,2020).

2.1.4 Fungsi Keluarga

Ayuni (2020) menyatakan bahwa, fungsi keluarga berfokus pada

proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan bersama


13

anggota keluarga. Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan

diantaranya :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif

tampak melalui keluarga yang bahagia.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami

individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak individu

dilahirkan dan berakhir setelah meninggal. Tahap perkembangan

individu atau keluarga akan mencapai melalui interaksi atau

hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi Keluarga

Sebuah peradaban yang dimulai dari rumah yaitu hubungan suami-

istri terkait pola reproduksi. Sehingga adanya fungsi ini ialah untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan sebuah

keluarga.

d. Fungsi Ekonomi Keluarga

Fungsi ekonomi keluarga meliputi keputusan rumah tangga,

pengelolaaan keuangan, pilihan asuransi, jumlah uang yang

digunakan perencanaan pensiun dan tabungan. Kemampuan keluarga


14

untuk memilki penghasilan yang baik dan mengelola finansialnya

dengan bijak merupakan faktor kritis untuk kesejaterahan ekonomi.

e. Kemampuan keluarga untuk menggunakan pelayanan kesehatan

Pada masyarakat tradisional, keluarga yang sakit memiliki

kecenderungan untuk enggan pergi ke pusat pelayanan kesehatan

yang sudah disediakan pemerintah. Alasan biaya biasanya menjadi

masalah. Akan tetapi belakangan ini, pemerintah telah membuat

program penjaminan kesehatan masyarakat sehingga masalah biaya

bisa diatasi.

2.1.5 Tahap Perkembangan Keluarga

Sulistyo Andarmoyo, (2011) mengungkapkan bahwa setiap

keluarga akan melalui tahap perkembangan yang unik, namun secara

umum mengikuti pola yang sama. Hal ini berarti bahwa setiap keluarga

mempunyai variasi dalam perkembangannya, akan tetapi secara

normatif tiap keluarga mempunyai perkembangan yang sama.

Perbedaan/variasi dari perkembangan ini biasanya akibat perbedaan

dari bentuk atau tipe keluarga, penundaan kehamilan, serta kematian

dan perceraian. Adapun tahap perkembangan keluarga sebagai berikut:

a. Tahap I: keluarga baru/pemula perkembangan keluarga tahap I

adalah mulainya pembentukan keluarga yang berakhir ketika

lahirnya anak pertama. Pembentukan keluarga pada umunya

dimulai dari perkawinan seorang laki-laki dengan perempuan serta

perpindahan dari status lajang ke hubungan yang intim serta mulai

meninggalkan keluarganya masing-masing. Pada tahap ini,


15

pasangan belum mempunyai anak. Tugas-tugas perkembangan

keluarga yaitu:

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai

orang tua).

b. Tahap II: tahap mengasuh anak (child bearing) tahap kedua dimulai

dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak tersebut berumur

30 bulan atau 2,5 tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan

menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam kehidupan rumah

tangga. Oleh karena itu, keluarga dituntut untuk mampu

beradaptasi terhadap peran baru yang dimiliknya dan harus mampu

melaksanakan tugas dari peran baru tersebut. Tugas-tugas

perkembangan keluarga yaitu:

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

3) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran orang tua dan kakek-nenek.

c. Tahap III: keluarga dengan anak prasekolah tahap ke tiga siklus

kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 30 bulan

atau 2,5 tahun dan berakhir ketika berusia 5 tahun. Pada tahap ini,

kesibukan akan semakin bertambah sehingga menuntut perhatian


16

yang lebih banyak dari orang tua. Tugas-tugas perkembangan

keluarga yaitu:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi dan keamanan.

2) Menyosialisasikan anak.

3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di

luar keluarga.

d. Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah tahap ini dimulai

ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah

dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.

Untuk mencapai tugas perkembangan yang optimal, keluarga akan

membutuhkan bantuan dari pihak sekolah dan kelompok sebaya

anak. Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1) Menyosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Tahap V: keluarga dengan anak remaja perkembangan keluarga

tahap V adalah perkembangan keluarga yang dimulai ketika anak

pertama melewati umur 13 tahun. Tahap ini berlangsung selama 6

hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
17

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih

tinggal di rumah hingga umur 19 atau 20 tahun. Tugas-tugas

perkembangan keluarga yaitu:

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

3) Mempertahankan etika dan standar moral keluarga.

f. Tahap VI: keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

Permulaan tahap kehidupan keluarga di tandai oleh anak pertama

meninggalkan rumah dan berakhir dengan anak terakhir

meninggalkan rumah. Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluaga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami

maupun istri.

g. Tahap VII: keluarga usia pertengahan tahap ini dimulai ketika anak

terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau

kematian salah satu pasangan. Orang tua memasuki usia 45-55

tahun dan berakhir saat seseorang pensiun. Tugas-tugas

perkembangan keluarga yaitu:

1) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.


18

2) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

3) Memperkokoh hubungan perkawinan.

h. Tahap VIII: keluarga lanjut usia Merupakan tahap akhir dan

perkembangan keluarga yang dimulai ketika salah satu atau kedua

pasangan memasuki masa pensiun, sampai salah satu pasangan

meninggal dan berakhir ketika kedua pasangan meninggalkan.

Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Meneruskan untuk memahami eksitensi mereka.

2.2. Pengkajian Keperawatan Keluarga

2.2.1. Identifikasi Data

Pengkajian terhadap data umum keluarga menurut Sulistyo

Andarmoyo, 2012 meliputi:

1. Nama Kepala Keluarga (KK).

Identifikasi siapa nama KK sebagai penanggung jawab penuh

terhadap keberlangsungan keluarga.

2. Alamat dan telepon.

Identifikasi alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi sehingga

memudahkan dalam pemberian asuhan keperawatan.


19

3. Pekerjaaan dan Pendidikan.

KK Identifikasi pekerjaaan dan latar belakang pendidikan. Kepala

Keluarga dan anggota keluarga yang lainnya sebagai dasar dalam

menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

4. Komposisi keluarga.

Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang

diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.

5. Genogram

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram menggambarkan

konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan genogram merupakan

alat pengkajian informatif yang digunakan untuk mengetahui

keluarga, dan riwayat, serta sumber-sumber keluarga.

6. Tipe Keluarga.

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

7. Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

8. Agama

Mengkaji agama yang dianut keluarga serta keperacayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

9. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status


20

sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan

yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki

oleh keluarga.

Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan adalah status ekonomi:

1) Berapa jumlah pendapatan per bulan?

2) Darimana sumber-sumber pendapatan perbulan?

3) Berapa jumlah pengeluaran perbulan?

4) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga?

5) Bila tidak, bagaimana keluarga mengaturnya?

10. Rekreasi Keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun

dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan

aktivitas rekreasi.

2.2.2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Adapun riwayat perkembangan Keluarga meliputi:

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga inti

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum

terpenuhi.
21

3. Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,

dijelaskan mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat

penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber

pelayananan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta

pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan, termasuk

juga dalam hal ini riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian

dan pengalaman kesehatan yang unik atau yang berkaiatan dengan

kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga.

4. Riwayat keluarga sebelumnya/asal

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri/keluarga asal kedua orang tua seperti apa kehidupan

keluarga asalnya, hubungan masa silam dan saat dengan orang tua

dari ke dua orang tua) .

2.2.3. Data Lingkungan

Data lingkungan meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai

dari pertimbangan bidang-bidang yang paling sederhana seperti aspek

dalam rumah hingga komunitas yang lebih luas dan kompleks di mana

keluarga tersebut berada.

a. Karakteristik rumah

1) Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,

dll). Apakah keluarga memilki sendiri atau menyewa rumah

ini.
22

2) Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior

rumah). Interior rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar,

penggunan kamar dan bagaimana kamar tersebut diatur.

3) Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat masak.

4) Di kamar mandi, amati sanitasi air, fasilitas toilet, ada tidaknya

sabun dan handuk.

5) Kaji pengaturan tidur di dalam rumah.

6) Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.

7) Kaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah.

8) Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga

merasakan privasi mereka memadai.

9) Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya terhadap

keamanan rumah/lingkungan.

10) Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.

11) Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara

keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah.

b. Karakteristik tetangga dan Komunitas

1) Apa karakteristik-karakteristik fisik dari lingkungan yang

paling dekat dan komunitas yang lebih luas?

2) Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah di lingkungan atau

komunitas dapat diakses dan bagaimana kondisinya?

3) Fasilitas- fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini?

4) Bagaimana insiden kejahatan di lingkungan dan komunitas?

5) Apakah ada masalah keselamatan yang serius?


23

c. Mobilitas Geografi Keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

berpindah tempat.

1) Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini

2) Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal?

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh

mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.

a) Siapa di dalam keluarga yang sering menggunakan

fasilitas pelayanaan kesehatan?

b) Berapa kali atau sejauh mana mereka menggunakan

pelayanan dan fasilitas?

c) Apakah keluarga memanfaatkan lembaga-lembaga yang

ada di komunitas untuk kesehatan keluarga?

d) Bagaimana keluarga memandang komunitasnya?

e) Sistem pendukung keluarga yang termasuk pada sistem

pendukung keluarga adalah sejumlah keluarga yang sehat,

fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang

kesehatan.

Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau

dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau

dukungan dari masyarakat setempat


24

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah

perilaku.

3) Struktur peran menjelaskan peran dari masing-masing anggota

keluarga baik cara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga menjelaskan mengenai nilai dan

norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan

kesehatan.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi Sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan

dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar dispilin,

3) Fungsi Perawatan Kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang


25

sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga

melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga

mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap

anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan

setempat.

4) Fungsi Reproduksi

a) Berapa jumlah anak?

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak?

c) Metode apa yang digunakan keluarga dalan mengendalikan

jumlah anak?

5) Fungsi Perawatan Keluarga

Fungsi ini penting untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

f. Stres dan Koping Keluarga

Stresor jangka pendek dan panjang

1) Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stresor jangka

panjang (> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga.

2) Apakah keluarga dapat mengatasi stresor biasa dan ketegangan

sehari-hari?

3) Bagaimana keluarga mengatasi tersebut?


26

4) Jelaskan Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga

untuk menghadapi masalah-masalah? (koping apa yang

dibuat?)

5) Apakah anggota keluarga berbeda dalam cara–cara koping

terhadap masalah-masalah mereka sekarang?

g. Pemeriksaan Fisik

Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data

tentang kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan

kondisi kesehatan seluruh anggota keluarga.

1) Status Kesehatan Umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi

badan, berat badan dan tanda-tanda vital. pada penderita

diabetes didapatkan berat badan yang di atas normal/obesitas.

2) Kepala dan Leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran

pada leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada

kelainan pada pendengaran. Biasanya pada penderita diabetes

mellitus ditemui penglihatan yang kabur/ganda serta diplopia

dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang berdenging,

lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi

mudah goyah, gusi bengkak dan berdarah.

3) Sistem Integumen

Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor

kulit menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka
27

atau maka warna sekitar luka akan memerah dan menjadi

warna kehitaman jika sudah kering. Pada luka yang susah

kering biasanya akan menjadi ganggren.

4) Sistem Pernafasan

Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya

pada penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada

sistem pernafasan.

5) Sistem Kardiovaskuler

Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi

jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi, aritmia, kardiomegalis.

6) Sistem Gastrointestinal

Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi,

polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,perubahan

berat badan, peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.

7) Sistem Perkemihan

Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya

poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit

saat berkemih.

8) Sistem Muskuluskletal

Pada penderita diabetes mellitus (DM) biasanya ditemui

terjadinya penyebaran lemak, penyebaran massa otot,

perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya

gangren di ekstremitas.
28

9) Sistem Neurologis

Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya

penurunan sensoris, anastesia, letargi, mengantuk, kacau

mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.

2.2.4. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosis

seperti:

a. Diagnosis sehat/wellness

Diagnosis sehat/wellness, digunakan bila keluarga mempunyai

potensi untuk ditingkatkan, belum ada maladaptif. Perumusan

diagnosis keperawatan keluarga potensial, hanya terdiri dari

komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S (symptom/sign),

tanpa komponen etiologi.

b. Diagnosis ancaman

Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan masalah

kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang

memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis

keperawatan keluarga risiko, terdiri dari problem (P), etiologi (E),

dan symptom/sign (S).

c. Diagnosis nyata/gangguan

Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah gangguan/masalah

kesehatan di keluarga, di dukung dengan adanya beberapa data

maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata terdiri

dari problem (P), etiologi (E), dan symptom/sign (S).


29

Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan

pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) mengacu pada

5 tugas keluarga yaitu:

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi:

a) Persepsi terhadap keparahan penyakit

b) Pengertian

c) Tanda dan gejala

d) Faktor penyebab

e) Persepsi keluarga terhadap masalah

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:

a) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah

b) Masalah dirasakan keluarga

c) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami. d. Sikap

negatif terhadap masalah kesehatan

d) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

e) Informasi yang salah

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

meliputi:

a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit?

b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan

c) Sumber-sumber yang ada di dalam keluarga

d) Sikap keluarga terhadap yang sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan meliputi:


30

a) Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan

b) Pentingnya hygiene sanitasi

c) Upaya pencegahan penyakit

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga,

meliputi:

a) Keberadaan fasilitas kesehatan

b) Keuntungan yang didapat

c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

d) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga. Setelah

data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,

selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu

diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan

sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga.

Tabel 2.1 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

Kriteria Bobot Skor

Sifat masalah 1 Aktual= 3


Risiko=2
Potensial=1
Kemungkinan masalah 2 Mudah= 2
untuk dipecahkan Sebagian= 1
Tidak dapat= 0
Potensial masalah untuk 1 Tinggi= 3
dicegah Cukup= 2
Rendah =1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi=
2 Tidak segera
diatasi= 1
Tidak dirasakan
adanya
masalah= 0
( Komang Ayu Henny Achjar, 2012)
31

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada


keluarga dengan diabetes mellitus yaitu (NANDA, 2015):
a. Ketidakstabilan gula darah
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Resiko komplikasi penyakit DM
d. Resiko syok hipovolemik
e. Kerusakan integritas kulit
Setelah dilakukan skoring menggunakan skala prioritas, maka
didapatkan diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA
(2015) dengan etiologi menurut Friedman (2010), sebagai berikut:
a. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit diabetes mellitus tipe II
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan diabetes
mellitus tipe II
c. Resiko komplikasi penyakit DM berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit diabetes mellitus tipe II
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit diabetes
mellitus tipe II.

2.2.5. Intervensi Keperawatan Keluarga/NIC


Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan
keluarga adalah melakukan perencanaan. Tujuan terdiri dari tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka
panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka
pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi
(E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S=spesifik,
32

M=measurable/dapat diukur, A=achievable/dapat dicapai, R=reality,


T=time limited/punya limit waktu) (Komang Ayu Henny Achjar, 2012).

2.2.6. Implementasi Keperawatan Keluarga


Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah
perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah dari keluarga, memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan
program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk
merenacanakan implementasi (Komang Ayu Henny Achjar, 2012).

2.2.7. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Menurut Komang Ayu Henny Achjar (2012) evaluasi merupakan
tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan
informasi yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan
efektifitas dari serangkaian program yang digunakan terkait program
kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai . Program
evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencana
program dan pengambil kebijakan tentang efektivitas dan efisiensi
program. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan keterampilan
untuk menentukan apakah program sudah sesuai rencana dan tuntutan
keluarga.
Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa tujuan yang
ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan efektif
untuk keluarga setempat sesuai dengan kondisi dan situasi keluarga,
apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah
keluarga. Evaluasi ditujukan untuk menjawab apa yang menjadi
kebutuhan keluarga dan program apa yang dibutuhkan keluarga, apakah
media yang digunakan tepat, ada tidaknya program perencanaan yang
dapat diimplementasikan, apakah 93 program dapat menjangkau
keluarga, siapa yang menjadi target sasaran program, apakah program
yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan keluarag. Evaluasi juga
33

bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dalam perkembangan


program dan penyelesainnya.
2.3 Konsep Teori Diabetes Mellitus (DM)

2.3.1 Definisi
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan

metabolisme kronis yang disebabkan oleh banyak faktor yang ditandai

dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat dari gangguan dari

fungsi insulin (Marasabessy, 2020). Menurut Graha (2019), kencing

manis atau diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolisme

yang ditandai dengan meningkatnya tinggi melebihi batas normal

(hyperglycemia). DM akan meningkat kasusnya sejalan dengan

pertambahan usia.

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan tubuh

tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat

sehingga kadar glukosa di dalam darah tinggi (Maria, 2021).

2.3.2 Klasifikasi
American Diabetes Assosiation/World Health Organization

mengklasifikasikan penyakit diabetes mellitus (DM) berdasarkan

penyebabnya, yaitu :

a. Diabetes Mellitus Tipe I

Diabetes mellitus (DM) tipe I disebut juga dengan juvenile diabetes

(diabetes usia muda) namun ternyata diabetes ini juga dapat terjadi

pada orang dewasa, maka istilahnya lebih sering digunakan diabetes

mellitus tipe I atau Insuline Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)


34

yaitu suatu tipe diabetes mellitus (DM) dimana penderitanya akan

bergantung pada pemberian insulin dari luar.

b. Diabetes Mellitus(DM) Tipe II

Diabetes mellitus (DM) tipe II adalah gangguan sekresi insulin

ataupun gangguan kerja insulin (resistensi insulin) pada organ target

utama hati dan otot. Awalnya resistensi insulin masih belum

menyebabkan diabetes secara klinis. Pada saat tersebut sel beta

pankreas masih dapat mengkompensasi keadaan ini dan terjadi suatu

hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau sedikit

meningkat.

2.3.3 Etiologi

Penyebab pada diabetes mellitus (DM) tipe II terjadi akibat

resistensi insulin perifer, defek progresif sekresi insulin, peningkatan

gluconegenesis. Diabetes mellitus (DM) tipe II dipengaruhi faktor

lingkungan beruppa obesitas, gaya hidup tidak sehat, diet tinggi

karbohidrat. Diabetes mellitus (DM) tipe II memiliki presimtomatis

yang panjang yang menyebabkan penegakan diabetes mellitus(DM) tipe

II dapat tertunda 4-7 tahun (Maria, 2021).

Diabetes tipe 2 ini yang menumbang 90-95% dari kasus dengan

diabetes, istilah sebelumnya disebut sebagai diabetes non-

insulindependen atau diabetes onset dewasa. Pada awalnya mencakup

individu yang memiliki resistensi insulin relatif. Seseorang yang

menderita diabetes mellitus(DM) tipe II ini seringkali sepanjang

hidupnya tidak membutuhkan terapi insulin untuk bertahan hidup


35

namun dapat dilakukan dengan pengobatan hipoglikemik oral,

pengaturan diet dan olahraga. Kebanyakan penderita diabetes mellitus

(DM) tipe II ini mengalami obesitas dan menyebabkan beberapa

derajad resistensi insulin. Ketoasidosis jarang terjadi secara spontan

pada diabetes ini tetapi biasanya timbul sehubungan dengan stress dari

penyakit lain seperti infeksi. Resiko diabetes mellitus (DM) tipe II ini

meningkat seiring bertambahnya usia, obesitas, dan kurangnya aktivitas

fisik (Trinovita dkk,2019).

2.3.4 Patofisiologi

Proses patofisiologi dalam diabetes mellitus (DM) tipe II adalah

resistensi terhadap aktivitas insulin biologis, baik di hati maupun

jaringan perifer. Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Orang

dengan diabetes mellitus (DM) tipe II memiliki penurunan sensitivitas

insulin terhadap kadar glukosa, yang mengakibatkan produksi glukosa

hepatik berlanjut, bahkan sampai dengan kadar glukosa darah tinggi.

Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak

untuk meningkatkan ambilan glukosa. Mekanisme penyebab resistensi

insulin perifer tidak jelas namun, ini tampak terjadi setelah insulin

berkaitan terhadap reseptor pada permukaan sel.


36

Dibawah ini merupakan pathway dari diabetes mellitus meliputi :

Bagan 1.1 : WOC Diabetes Mellitus

Ke Kerusakan sel beta dan


alfa pankreas

Gagal produksi insulin Produksi glukosa


dan/resistensi insulin berlebihan

Produksi glukagon dan


simpanan protein dari lemak

Pemakaian berlebihan
massa lemak tubuh

Osmolaritas karena Peningkatan gula darah kronis


glukosa

Penumpukan glikoprotein
dinding otot

Penyakit Percepatan Fungsi imun


pendarahan kecil aterosklerosis terganggu

Neuropati Nefropati diabetik Retino diabetik


diabetik
Neuropati autonom Gagal ginjal tahap akhir

Black & Hawks,2021


37

2.3.5 Komplikasi
Maria (2021) menyatakan bahwa, komplikasi pada diabetes

mellitus diantaranya komplikasi akut dan komplikasi kronis. Di bawah

ini merupakan penjelasan dari komplikasi diabetes mellitus (DM):

a. Komplikasi Akut

1) Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetik : hiperglikemia akibat

saat glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel karena

kekurangan insulin.

2) Sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketosis : adalah

varian ketoasisdosis diabetik yang ditandai dengan

hiperlikemia ekstrim (600-2.000 mg/dl), dehidrasi nyata,

ketonuria ringan atau tidak terdeteksi, dan tidak ada asidosis.

3) Hipoglikemia : adalah ciri umum dari DM tipe I dan juga

dijumpai di dalam klien dengan DM tipe II yang diobati

dengan insulin atau obat oral.

b. Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus

Komplikasi kronis adalah penyebab utama kesakitan dan kematian

pada klien DM. Klien dengan DM yang hidup lebih lama, dengan

peningkatan resiko untuk komplikasi kronis yaitu :

1) Komplikasi makrovaskuler yaitu penyakit arteri koroner,

penyakit serebrovaskuler, hipertensi, penyakit pembulu darah

dan infeksi.

2) Komplikasi mikrovaskuler yaitu renopati, nefropati, ulkus

tungkai dan kaki, neuropati sensorimotor, neuropati autonomy

yaitu pupil, jantung, gastrointestinal, dan urogenital.


38

2.3.6 Penatalaksanaan
Menurut Graha (2019), ada beberapa macam penanganan pada

penderita diabetes mellitus antara lain :

a. Penatalaksanaan Medis

1) Penanganan secara medis dilakukan dengan langkah pemberian

obat hiperglikemia oral dan insulin

2) Pembedahan : penanganan melalui pembedahan meliputi

debridement merupakan pengangkatan jaringan mati pada luka

ulkus dabetikum, neourocromi dan amputasi.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Diet

Diet harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa

2) Pemantauan

Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara

mandiri dan optimal

3) Terapi Insulin

Terapi insulin dapat diberikan setaip hari sebanyak 2 kali

sesudah makan dan pada malam hari.

4) Penyuluhan kesehatan

5) Nutrisi

6) Stress mekanik :

Untuk meminimalkan BB pada ulkus, cara modifikasinya adalah

seperti bedrest dimana semua pasien beraktifitas ditempat tidur

jika diperlukan dan setiap hari tumit kaki harus dilakukan

pemeriksaan.
39

7) Tindakan Masase

Masase berfungsi untuk memperlancar peredaran darah.

2.3.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif & Kusuma (2016) menyatakan bahwa, pemeriksaan

pada klien diabetes mellitus meliputi :

a. Kadar glukosa darah

b. Tes laboratorium DM : jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes

saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk

mendeteksi komplikasi.

c. Tes saring meliputi :

1) GDP, GDS

2) Tes Glukosa Urin

d. Tes diagnostik

Tes-tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa

Darah 2 Jam Post Prandial), glukosa jam ke-2 TTGD.

2.4 Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus (DM)

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian untuk pasien dengan Diabetes Mellitus (DM) yang

dilakukan menurut Doenges (2018) yaitu :

1) Identitas Klien

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh,

kesemutan, menurunnya berat badan, meningkatnya napsu


40

makan, sering haus, banyak kencing, menurunnya ketajaman

penglihatan.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat penyakit pankreas, hipertensi, ISK berulang.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit pankreas, hipertensi, ISK berulang.

5) Pemeriksaan Penunjang

a) Kadar glukosa darah - gula darah sewaktu/random >200

mg/dl - gula darah puasa > 140 mg - gula darah 2 jam PP >

200 mg/dl.

b) Aseton plasma – hasil ( +) mencolok.

c) Aseton lemak bebas – peningkatan lipid dan kolestrol.

d) Osmolaritas serum ( >330 osm/l).

e) Urinalisis – proteinuria, ketonuria, glukosuria.

Pengkajian pada penderita Diabetes Mellitus (DM) menurut

LeMone, Burke & Baudolf (2016) yaitu :

1) Aktivitas atau istrahat.

Tanda :Lemah, letih, susah, bergerak/susah berjalan, kram

otot,tonus otot menurun. Tachicardi, tachipnea pada keadaan

istrahat/daya aktivitas, Letargi / disorientasi, koma.

2) Sirkulasi

Tanda : Adanya riwayat hipertensi infark miokard akut,

kesemutan pada ekstremitas dan tachicardia. Perubahan tekanan


41

darah postural (hipertensi), nadi yang menurun/tidak ada.

Disritmia, krekel (DVJ).

3) Neurosensori

Gejala : Pusing, gangguan penglihatan, disorientasi, mengantuk,

lifargi, stuport/koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan,

kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan,

gangguan memori, kacau mental, refleks tendo dalam RTD

menurun , aktifitas kejang.

4) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri(sedang berat), wajah

meringis dengan palpitasi/tampak sangat berhati – hati.

5) Keamanan Gejala

Gejala : Kulit kering, gatal, demam diaphoresis, menurunnya

kekuatan imun/rentang gerak, parastesiaparalysis otot termasuk

otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup

tajam). Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang

menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipololemia barat). Abdomen

keras, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

6) Pemeriksaan Diagnostik

Gejala : Glukosa darah meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih,

Aseton plasma positif secara menyolok, asam lemak bebaskadar

lipid dan kolesterol meningkat, osmolaritas serum meningkat tetapi

biasanya kurang dariosm/l.


42

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang sering muncul pada penderita

diabetes millitus (DM) menurut Doenges (2015) adalah sebagai berikut:

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,

kehilangan gastrik berlebihan masukkan yang terbatas.

2) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

pemantauan glukosa darah atau menejemen medikasi yang tidak

adekuat.

3) Resiko gangguan persepsi sensoris penglihatan berhubungan dengan

perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa atau

insulin atau karena ketidakseimbangan elektrolit.

4) Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi atau

perubahan kimia tubuh status hipermetabolik atau infeksi.

5) Ketidak efektifan koping berhubungan dengan penyakit progresif

dan jangka panjang yang tidak dapat disembuhkan.

6) Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan

kurang pengetahuan.

Adapun Diagnosa Keperawatan yang sering muncul pada

penderita diabetes mellitus (DM) menurut Lemone, Burke, Bauldoff

(2016) adalah sebagai berikut:

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

dari hiperglikemia, kehilangan gastrik berlebihan, diare, muntah,

masukan dibatasi, mual, kacau mental.


43

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa

oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme

protein/lemak), penurunan masukan oral, anoreksia, mual, lambung

penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran, status

hipermetabolisme, pelepasan hormon stres (misalnya : epinefrin,

kortisol dan hormon pertumbuhan), proses infeksius.

3) Resiko tinggi infeksi terhadap sepsis berhubungan dengan kadar

glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi,

infeksi pernapasan yang ada sebelumnya, atau ISK.

4) Risiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan

dengan perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa dan

elektrolit.

5) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan

kebutuhan energi, status hipermetabolik/infeksi.

6) Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan

interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi.

2.4.3 Intervensi

Perencanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan diabetes mellitus

(DM) menurut Doenges (2015) adalah :

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,

kehilangan gastrik berlebihan masukan yang terbatas.


44

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

kekurangan volume cairan tidak terjadi Pasien akan menunjukkan

hidrasi adekuat dalam batas normal selama dalam perawatan.

Kriteria hasil :

- Turgor kulit baik,

- Tanda vital stabil,

- Nadi perifer dapat teraba,

- Cairan dan elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

a) Kaji riwayat pasien berhubungan dengan lamanya/intensitas dari

gejala seperti muntah, pengeluaran berlebihan.

Rasional: Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume

tubuh total.

b) Pantau Tanda Vital.

Rasional : hipovolemi dapat ditandai dengan hipotensi dan

takikardi.

c) Pantau masukan dan pengeluaran,catat jumlah urin.

Rasional : Memberikan perkiraan akan pergantian cairan dan

fungsi ginjal dan keefektifan terapi.

d) Ukur BB setiap hari.

Rasional : Memberikan hasil pengkajian terbaik dan status cairan

yang sedang berlangsung.

Kaloborasi :
45

(1)Berikan terapi cairan sesuai indikasi

Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat

kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.

2) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

pemantauan glukosa darah atau menejemen medikasi yang tidak

adekuat.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam kadar gula

darah dalam batas normal.

Kriteria hasil :

- Peningkatan haluaran urine,

- Urine encer,

- Tidak merasa cepat letih,

- Tonus otot baik tidak lemah,

- Gula darah dalam batas normal <140mg/dl menurut WHO.

Intervensi :

a) Lakukan pemeriksaan pemantauan gula darah.

Rasional : Semua pemantauan glukosa yang tersedia akan

memberikan bacaan memuaskan jika digunakan dengan benar dan

dipelihara serta dikalibrasikan secara rutin.

b) Tentukan kelas obat oral (sulfonylurea), (klorpropamid),

biguonida (metformin), meglitinida (repaglinida).

Rasional : Terkadang pasien tidak mengikuti catatan terapi yang

dianjurkan sehingga dapat menyebabkan kegagalan terapi.


46

c) Tentukan tipe terapi insulin seperti kerja cepat, kerja sedang,

kerja lama.

Rasional : Faktor-faktor ini mempengaruhi penentuan waktu efek

dan memberikan petunjuk penentuan waktu potensial

ketidakstabilan glukosa.

d) Periksa area suntikan.

Rasional : Absorbsi insulin dapat bervariasi dari hari ke hari

ketempat yang sehat dan kurang dapat diabsorbsi pada jaringan

tertentu.

e) Tinjau program diet pasien dan pola yang biasa.

Rasional : Mengidentifikasi deficit dan penyimpangan dari

rencana terapi yang dapat membuat glukosa tidak stabil.

f) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Mengkaji keadekuatan asupan nutrisi baik absorpsi

maupun penggunaannya.

g) Auskultasi bising usus.

Rasional : Hiperglikemi dan gangguan cairan serta elektrolit

menurunkan motilitas dan fungsi lambung.

h) Berikan minuman yang mengandung nutrient dan eletrolit.

Rasional : Rute oral dipilih ketika pasien sadar, fungsi usus pulih.

i) Identifikasi pilihan makanan.

Rasional : Memasukkan sebanyak mungkin pilihan makanan

untuk meningkatkan kerja sama dengan paduan diet setelah

pemulangan.
47

j) Observasi tanda hipoglikemia

Rasional : begitu metabolisme karbohidrat kembali, kadar glukosa

darah akan turun, dan ketika insulin disesuaikan hipoglikemia

dapat terjadi.

3) Resiko gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan

perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa atau

insulin atau karena ketidakseimbangan elektrolit.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam resiko

gangguan persepsi sensori tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Tidak terdapat tanda dan gejala yang mempengaruhi persepsi

sensori.

Intervensi:

a) Pantau tanda vital dan status mental.

Rasional : Menyediakan data dasar untuk membandikan

temuan.

b) Orientasikan kembali sesuai kebutuhan (tempat,orang,waktu dan

situasi)

Rasional : Menguragi kebingungan dan membantu

mempertahankan kontak dengan realitas.

c) Jadwalkan waktu keperawatan untuk memberikan periode

istirahat tanpa gangguan


48

Rasional : Meningkatkan tidur yang tenang, mengurangi keletihan

dan dapat meningkatkan kognitif.

d) Pertahankan rutinitas pasien sekonsisten mungkin.

Rasional : Membantu pasien tetap berhunginan dengan kenyataan

dan mempertahankan orientasi terhhadap lingkungan.

e) Lindungi pasien dari cidera atau letakkan tempat tidur pada posisi

yang rendah.

Rasional : Pasien yang mengalami disorientasi rentan terhadap

cidera dan mengurangi resiko cidera fisik.

f) Evaluasi ketajaman penglihatan jika diindikasikan.

Rasional : Memerlukan terapi korektif atau perawatan

supertif.

g) Periksa adanya ulkus, area kemerahan, titik tekanan atau

kehilangan sensori pada kaki dan tungkai.

Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan ketidak

nyamanan berat dan tidak adanya atau distorsi sensasi yang

berpottensi menimbulkan resiko cidera dan gangguan

keseimbangan.

h) Bantu dalam perubahan posisi (jaga tangan dan kaki tetap

hangat).

Rasional : Meningkatkan keselamatan pasien dan mengurangi

ketidak nyamanan dan potensi untuk cidera.

4) Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi atau

perubahan kimia tubuh status hipermetabolik atau infeksi.


49

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam klien tidak

mengalami keletihan dan mampu untuk berpatisipasi dalam aktifitas

yang di inginkan.

Kriteria hasil :

Mampu mempertahankan rutinitas biasa, konsentrasi tidak terganggu

dan kondisi pisik membaik.

Intervensi :

a) Diskusikan dengan pasien mengenai perlunya aktivitas

Rasional : Edukasi dapat memberikan motivasi untuk

meningkatkan tingkat aktivitas walaupun pasien mungkin

merasa lemah pada awalnya.

b) Selingi aktivitas dengan periode istirahat dan tidur tanpa

gangguan

Rasional : Mencegah keletihan berlebihan.

c) Pantau TTV sebelum dan sesudah aktivitas

Rasional : Mengindikasikan tingkat tolerasi fisiologis.

d) Tingkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas harian sesuai

tolerasi

Rasional : Meningkatkan tingkat kepercayaan diri, harga diri,

dan tingkat tolerasi.

5) Ketidakefektifan koping berhubungan dengan penyakit progresif

dan jangka panjang yang tidak dapat disembuhkan.


50

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pasien

dapat mengungkapkan perasaan kontrol, berhadaptasi terhadap

perubahan kehidupan, mengunakan stategi koping yang efektif.

Kriteria Hasil :

Pasien mampu untuk memecahkan masalah, meminta tolong dan

berperilaku yang di arahkan pada tujuan.

Intervensi :

a) Kaji tingkat nyeri, kualitas, frekuensi, presipitasi, durasi dan

lokasi.

Rasional : mengetahui subjektivitas klien terhadap nyeri untuk

menentukan tindakkan selanjutnya.

b) Monitor vital sign.

Rasional : nyeri mempengaruhi TTV.

c) Lakukan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : mengalihkan perhatian untuk mengurangi nyeri.

6. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit

dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan

interprestasi.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

pengetahuan pasien tentang penyakitnya terpenuhi selama dalam

perawatan.
51

Kriteria hasil :

Pasien dapat mengungkapkan masalah,meminta informasi dan

selalu bertanya, mengungkapkan pemahaman terhadap penyakit.

Intervensi :

a) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan

penuh perhatian dan selalu ada untuk pasien.

Rasional : menanggapi perlu diciptakan sebelum pasien

bersedia mengambil bagian dalam pross belajar.

b) Diskusikan tentang rencana diit dan penggunaan makanan

tinggi serat.

Rasional : kesadaran pentingnya kontrol diit akan membantu

pasien dalam merencanakan makan dan mentaati program diet.

c) Instruksikan pemeriksaan secara rutin pada kaki dan lakukan

perawatan kaki.

Rasional : mencegah, mengurangi komplikasi yang

berhubungan dengan neuropati perifer dan gangguan sirkulasi

terutama ganggren dan amputasi.

7. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan

kurang pengetahuan.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pasien

dapat mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan

potensi komplikasi serta dapat mengidentifikasi hubungan tanda


52

dan gejala terhadap proses penyakit dan menghubungkan gejala

dengan faktor penyebab.

Kriteria hasil :

mengurangi faktor resiko dan tidak terdapat percepatan gejala

penyakit atau komplikasi yang tidak diharapkan.

Intervensi :

a) Ciptakan lingkungan saling percaya

rasional : Hubungan baik dan hormat perlu dibina sebelum klien

bersedia diberi metode pembelajaran.

b) Kerjasama dengan klien untuk menentukan tujuan pembelajaran

bersama

rasional : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan

antusiasme dan kerja sama dengan prinsip yang dipelajari.

c) Memilih strategi penyuluhan

rasional : Penggunaan sarana yang berbeda dalam mengakses

informasi meningkatkan retensi informasi.

d) Melakukan penyuluhan proses penyakit

rasional : Memberikan pengetahuan dasar sehingga klien dapat

membuat pilihan gaya hidup berbasis informasi.

e) Mendemonstrasikan pemeriksaan

rasional : Melakukan pemantauan glukosa darah sendiri, 6

hingga 8 kali per hari merupakan dasar manajemen diabetes

intensif.
53

f) Meninjau rencana diet khusus klien

Rasional : Terapi nutrisi medis untuk diabetes dan mendorong

klien membuat pilihan makanan sesuai dengan kebutuhan dan

kesukaan individu.

g) Meninjau program medikasi

Rasional : Memahami semua aspek penggunaan obat dan

meningkatkan penggunaan obat dengan benar. Menyusun

algoritma dosis, dengan cara mempertimbangkan dosis obat

selama evaluasi rawat inap, jumlah yang biasa digunakan, dan

jadwal aktivitas fisik, dan rencana makan. Dan menyertakan

orang terdekat untuk memberikan dukungan tambahan untuk

klien.

h) Meninjau tipe insulin basal klien

Rasional : Memastikan pemahaman dan ketepatan prosedur.

i) Meninjau pemberian mandiri insulin, baik injeksi, pompa, dan

perawatan perlengkapan.

Rasional : Memastikan jika klien mahir dalam keterampilan atau

akan memerlukan bantuan dan perawatan penu dalam menata

dan melaksanakan prosedur dan perlengkapan.

Adapun perencanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan

Diabetes Mellitus menurut Lemone, Burke, Bauldoff (2016) adalah :

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

(dari hiperglikemia), kehilangan gastrik berlebihan, diare, muntah,

masukan dibatasi, mual, kacau mental.


54

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

kekurangan volume cairan teratasi atau tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Menyatakan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi

perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,

haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas

normal.

Intervensi :

a) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah

ortostatik.

Rasional : Dehidrasi mempengaruhi TTV

b) Kaji pola napas dan bau napas seperti adanya pernapasan

kusmaul atau pernapasan yang berbau keton.

Rasional : Pola nafas berubah ketika klien mengalami dehidrasi

c) Kaji warna dan kelembaban kulit.

Rasional : Kelembapan dan warna menandakan dehidrasi.

d) Kaji pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

Rasional : dehirasi mempengaruhi perubahan membrane.

e) Pantau intake dan output.

Rasional : Menentukan implementasi selanjutnya

Kolaborasi :

a) Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi : Berikan kalium

atau elektrolit yang lain melalui IV/melalui oral sesuai indikasi.


55

b) Pantau hasil lab seperti : Hematokrit, BUN/kreatinin, natrium

dan kalium.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan

penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan

metabolisme protein/lemak), penurunan masukan oral, anoreksia,

mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran, status

hipermetabolisme, pelepasan hormon stres (misalnya : epinefrin,

kortisol dan hormon pertumbuhan), proses infeksius.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan

nutrisi sesuai kebutuhan tubuh.

Kriteria hasil :

Klien dapat mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat,

menunjukkan tingkat energi biasanya, mendemonstrasikan berat

badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya/yang

diinginkan dengan nilai laboratorium normal.

Intervensi :

a) Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi.

Rasional : Mengidentifikasi perubahan signifikan.

b) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut

kembung, mual, muntah, pantau asupan makan, pertahankan

puasa sesuai indikasi.

Rasional : Waspada gejala diluar penyakit.


56

c) Beri makanan yang mengandung nutrien.

Rasional : Agar bisa dicerna dengan baik oleh tubuh

d) Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat

kesadaran, dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar dan pusing,

peka rangsang, cemas, sakit kepala.

Rasional : Mengidentifikasi perubahan signifikan

Kolaborasi :

a) Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger

stick.

b) Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV

secara intermitten atau secara kontiniu.

c) Tentukan program diit dan pola makanan klien dibandingkan

dengan makanan yang dapat dihabiskan klien.

3) Risiko tinggi infeksi terhadap sepsis berhubungan dengan kadar

glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada

sirkulasi, infeksi pernapasan yang ada sebelumnya, atau ISK.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam resiko

tinggi infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah

terjadinya infeksi.
57

Intervensi :

a) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam,

kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen, urin warna

keruh berkabut dan infeksi nosokomial.

Rasional : Mengetahui implementasi selanjutnya.

b) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan

yang baik, setiap kontak pada semua barang yang berhubungan

dengan klien termasuk kliennya sendiri.

Rasional : Mengurangi resiko terjadi infeksi faktor dari luar

c) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti

pemasangan infuse, kateter folley).

Rasional : Mengurangi resiko terjadi infeksi faktor dari luar

d) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Massage daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering,

linen kering dan tetap kencang (tidak berkerut).

Rasional : Mencegah terjadi luka baru atau dekubitus.

e) Kolaborasi Berikan antibiotik sesuai indikasi.

Rasional : memblok pertahanan imun dari dalam

4) Risiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan

dengan perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan

glukosa/insulin dan/atau elektrolit.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam resiko

tinggi perubahan sensori tidak terjadi.


58

Kriteria hasil :

Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

a) Pantau tanda-tanda vital, suhu.

Rasional : TTV mempengaruhi perubahan sensori.

b) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan

sensori pada paha/kaki.

Rasional : Mengetahui implementasi selanjutnya.

c) Berikan tempat tidur yang lembut.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan sensori pasien.

d) Bantu klien dalam ambulansi atau perubahan posisi.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan sensori pasien.

e) Kolaborasi pantau nilai laboratorium seperti glukosa darah,

osmolaritas darah, Hb/Ht, ureum dan kreatinin.

Rasional : Mengetahui perubahan signifikan.

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi

energi, metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,

peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolik/infeksi.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam intoleransi

aktivitas tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam

aktivitas yang diinginkan.


59

Intervensi :

a) Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional : Memotivasi aktivitas yang bisa dilakukan.

b) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup

tanpa diganggu.

Rasional : Mencukupi kebutuhan energi untuk melakukan

aktifitas.

c) Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah

sebelum/sesudah melakukan aktivitas.

Rasional : TTV mempengaruhi evaluasi aktivitas pasien.

d) Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-

hari sesuai toleransi.

Rasional : Memotivasi aktivitas yang bisa dilakukan.

6) Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat,

kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah.

Kriteria hasil :

Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit

dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab, dengan benar

melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan,


60

melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam

program pengobatan.

Intervensi :

a) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan

penuh perhatian dan selalu ada untuk klien.

Rasional : Meningkatkan rasa kenyamanan pasien.

b) Komplikasi penyakit akut dan kronik meliputi gangguan

penglihatan, perubahan neurosensori dan kardiovaskuler,

perubahan fungsi ginjal.

Rasional : Mendeteksi gejala diluar penyakit.

c) Demonstrasikan cara pemeriksaan gula darah dengan

menggunakan finger stick.

Rasional : Mengetahui perubahan signifikan.

d) Diskusikan tentang rencana diit, penggunaan makanan tinggi

serat dan cara untuk melakukan makan di luar rumah.

Rasional : Mencukupi kebutuhan nutrisi dan energy pasien.

e) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang penyakitnya

Rasional : pengetahuan mempercepat proses penyembuhan

f) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah

setiap hari.

Rasional : Agar gula darah tetap stabil.


61

2.4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan menurut Doenges (2015) adalah :

1) Melakukan tindakkan keperawatan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan untuk mencegah terjadinya kekurangan volume

cairan.

2) Melakukan tindakkan keperawatan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan untuk mencegah terjadinya gangguan

ketidakstabilan kadar glukosa darah.

3) Melakukan tindakkan keperawatan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan untuk mencegah terjadinya resiko gangguan

persepsi sensoris penglihatan.

4) Melakukan tindakkan keperawatan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan untuk mengurangi keletihan.

5) Melakukan tindakkan keperawatan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan untuk mengatasi ketidakefektifan koping pasien

tentang penyakitnya.

6) Melakukan tindakkan keperawatan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan untuk mengatasi ketidakefektifan manajemen

kesehatan diri pasien.

Adapun penjelasan tentang implementasi keperawatan menurut

Lemone, Burke, Bauldoff (2016) adalah : Inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan

dimulai setelah rencana tindakan disusun, lalu dilaksanakan sesuai

dengan rencana tindakan untuk membantu klien mencapai tujuan yang


62

diharapkan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

2.4.5 Evaluasi

Menurut Manurung (2018), evaluasi adalah kegiatan yang di

sengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan

anggota tim kesehatan lainnya, dalam hal ini diperlukan pengetahuan

tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi evaluasi. Evaluasi

merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi

adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan

tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

Menurut LeMone, Burke & Baudolf (2016), Evaluasi

merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan

secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk

mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur

hasil dari proses keperawatan.

Menurut Rohmah. N & Walid. S, (2016) Evaluasi adalah

penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien

dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap

perencanaan. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengakhiri rencana

tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan

dan meneruskan rencana tindakan keperawatan.


63

Adapun Macam-macam Evaluasi yaitu :

1) Evaluasi Proses (Formatif)

a) Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.

b) Berorientasi pada etiologi.

c) Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah

ditentukan.

2) Evaluasi Hasil ( Sumatif)

a) Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan

secara paripurna.

b) Berorientasi pada masalah keperawatan.

c) Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan.

d) Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai

dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

Adapun Proses-proses Evaluasi yaitu :

1) Mengukur Pencapaian Tujuan

a) Tujuan dari kognitif. Pengukuran perubahan kognitif dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu :

(1)Interview/ Tanya Jawab

(a) Menanyakan kembali segala sesuai yang telah dijelaskan

oleh perawat untuk mengklarifikasi pemahaman

klien/keluarga terhadap pengetahuan yang telah diberikan.

Pengukuran pengetahuan ini penting untuk menjamin

bahwa apa yang telah disampaikan benar-benar telah

dipahami dengan baik dan benar. Perawat sering


64

menganggap bahwa ketika klien/keluarga sudah

mengganggukan kepala, menandai ia sudah paham,

padahal belum tentu.

(b)Komprehensif

Pertanyaan komprehensif adalah pertanyaan yang diajukan

berdasarkan pemahaman klien terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

(c) Aplikasi Fakta

Pertanyaan berdasarkan aplikasi fakta adalah pertanyaan

yang ditujukkan unutk mengidentifikasi pemahaman klien

pada tingkat aplikasi. Perawat mengajukan beberapa

situasi atau kondisi yang mungkin terjadi pada klien dank

lien diminta untuk menentukan alternatif pemecahan

masalahnya.

(2)Tulis

Teknik yang kedua digunakan untuk mengukur

pencapaian tujuan kognitif adalah dengan mengajukan

pertanyaan tertulis. Pertanyaan-pertanyaan ini sudah

disiapkan sebelumnya dan berdasarkan tujuan dan kriteria

evaluasi yang telah ditetapkan. Teknik evaluasi tertulis ini

jarang digunakan untuk pendidikan kesehatan individual,

umunya digunakan untuk mengevaluasi tindakan

pendidikan kesehatan yang diberikan secara berkelompok


65

dengan topik yang sama sehingga dapat menghentikan

waktu.

b) Tujuan aspek afektif. Untuk mengukur pencapaian tujuan aspek

afektif, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

(1)Observesi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung

terhadap perubahan emosional klien ; apakah klien telah

kooperatif, apakah mekanisme koping telah efektif.

(2)Feed back dari staf kesehatan lain

Umpan balik, masukan dan pengamatan dari staf yang lain

dapat juga dipakai sebagai salah satu informasi tentang aspek

afektif klien.

c) Psikomotor

Pengukuran perubahan aspek psikomotor dapat dilakukan

observasi secara langsung terhadap perubahan perilaku klien.

d) Perubahan fungsi tubuh

Perubahan fungsi tubuh merupakan komponen yang paling

sering menjadi kriteria evaluasi. Dari pengamatan di rumah

sakit, pada umumnya dari daftar diagnosis keperawatan yang

ada kebanyakan bersifat fisik sehingga kriteria hasil yang ingin

dicapai mengacu pada aspek perubahan fungsi tubuh.

Mengetahui begitu banyaknya aspek perubahan fungsi tubuh,

untuk mengukur perubahannya dapat dilakukan dengan cara

obsevasi, interview, dan pemeriksaan fisik.


66

Evaluasi dilakukan sesuai dengan kerangka waktu

penerapan tujuan (evaluasi hasil) tetapi selama proses

pencapaian tujuan perubahan yang terjadi pada klien juga harus

selalu dipantau (evaluasi proses). Puskesmas menetapkan

kebijakan yang berbeda, evaluasi hasil diukur tiap shift jaga,

sedangkan rumah sakit lain evaluasi proses ditetapkan tiap 24

Jam sekali, kecuali untuk kasus gawat darurat dan Intensive

Care. Pada prinsipnya, semakin cepat perubahan yang terjadi

pada klien baik kearah perbaikan atau penurunan, semakin

sering evaluasi proses itu dilakukan. Dari pernyataan di atas,

dapat diketahui bahwa evaluasi proses itu dapat dilakukan

sewaktu-waktu sesuai dengan perubahan klien dan evaluasi hasil

dilakukan pada akhir pencapaian tujuan.

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau

memantau perkembangan pasien di gunakan komponen

SOAP/SOAPI/SOAPIER. Penggunaanya tergantung dari

kebijakan setempat.

S : Data subjebtif.

Perawat menuliskan keluhan klien yang masih dirasakan

setelah dilakukan tindakan keperawatan.

O : Data objektif.

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau

observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang

dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.


67

A : Analisis.

Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis

merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang

masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah atau

Diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status

kesehatan klien yang telah terindetifikasi datanya dalam

data Subjektif dan Objektif.

P : Perencanaan / Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,

dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana

tindakan keperawatan.

I : Implementasi

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan

sesuai dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam

komponen P (Perencanaan).

E : Evaluasi

Evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

R : Reassement

Reassement adalah pengkajian ulang yang dilakukan

terhadap perencanaan setela diketahui hasil evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai