Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PENYAKIT GAGANTISME

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Maimaznah, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH :

DESI ASTUTI 2018 11 003

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES BAITURAHIM JAMBI


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh sekresi Growth Hormon (GH) yang berlebihan dan
terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis.
Keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang mensekresi GH atau karena kelainan hipotalamus
yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan.
Gigantisme sangat jarang dijumpai, di Eropa setiap tahunnya hanya dilaporkan 3 – 4 kasus/1 juta
penduduk. Kejadiannya pada wanita dan laki – laki sama  Laporan adanya kasus di Indonesia juga sangat
jarang.
Dalam KIONAS PERKEM II Tahun 1989 di Surabaya, Wijasa dkk melaporkan adanya kasus yang
dirawat di RSUD Dr. Soeteomo Surabaya.
Sasaran pengobatan Gigantisme adalah mengendalikan pertumbuhan atau menormalkan sekresi GH dan
mengangkat massa tumor. Terdapat 3 macam pengobatan gigantisme yaitu  pengobatan medis, bedah dan
radiasi dimana pengobatan medis bertujuan untuk menghilangkan keluhan/gejala efek lokal dari tumor
dan/kelebihan GH. Untuk itu mahasiswa diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan yang baik
pada klien dengan gigantisme.

B.      Tujuan
Tujuan Umum    :  Mampu memahami dan membuat Askep pada Anak dengan Gigantisme.
Tujuan Khusus   :
a.       Mengidentifikasi pengkajian pada Anak dengan Gigantisme.
b.      Mengidentifikasi masalah keperawatan pada Anak dengan Gigantisme.
c.       Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada Anak dengan Gigantisme.
d.      Mengidentifkasi tindakan keperawatan pada Anak dengan Gigantisme.
e.       Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada Anak dengan Gigantisme.

C.      Metode Penulisan
Metode penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan studi kepustakaan dimana penulis
mempelajari buku – buku dan sumber ilmiah yang ada hubungannya dengan Kasus Gigantisme.

D.      Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis terdiri dari 3 Bab yaitu :
Bab I      :    Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika
Penulisan.
Bab II     :    Tinjauan Pustaka terdiri dari Konsep Dasar Teori dan Konsep Dasar Askep Gigantisme.
Bab III   :    Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      KONSEP DASAR  MEDIS
1.      Pengertian
Gigantisme      :  Kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormon pertumbuhan atau Growth
hormon yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis (Brunner &
Suddarth, 2001).
Gigantisme      :  Suatu keadaan yang abnormal pada anak yang  disebabkan oleh produksi Growth
hormon yang berlebihan
Gigantisme      :  Seseorang yang tumbuh hingga ketingian yang berlebihan diatas rata- rata normal orang
dewasa

2.      Etiologi
Penyebab gigantisme dapat digolongkan sebagai berikut :
*        Gigantisme primer atau hipofisis, penyebabnya adenoma hipofisis.
*        Gigantisme sekunder atau hipotalamik, disebabkan oleh karena dari hipotalamus.
*        Giganstisme yang disebabkan oleh karena tumor ektopik  (Paru, Pankreas).

3.      Patofisiologi
Sel asidofilik sel pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat aktif atau
bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut.  Hal ini mengakibatkan sekresi hormon
pertumbuhan menjadi sangat tinggi.  Akibatnya seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali
termasuk tulang. Pada gigantisme hal ini terjadi sebelum masa remaja yaitu sebelum epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat seperti raksasa.
Biasanya penderita gigantisme juga mengalami hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi karena produksi
hormon pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormon pertumbuhan tersebut menurunkan
pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh darah dan sel-sel
beta pulau langerhans pankreas menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemia dan akhirnya sel – sel tersebut
berdegenerasi.
Akibatnya kira – kira 10 persen pasien gigantisme menderita DM.
Pada sebagian besar penderita gigantisme akhirnya akan menderita panhipopituitarisme bila gigantisme
tetap tidak diobati sebab gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang
tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.

4.      Manifestasi Klinis
*        Lingkar kepala bertambah
*        Hidung melebar
*        Lidah membesar
*        Wajah kasar
*        Mandibula tumbuh berlebihan
*        Gigi menjadi terpisah – pisah
*        Jari dan ibu jari tumbuh menebal
*        Kifosis
*        Kelelahan dan kelemahan
*        Hipoganadisme
*        Keterlambatan maturasi seksual
*        Pembesaran kaki dan tangan
*        Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku
5.      Pemeriksaan Diagnostik
*        Laboratorium
-    Kadar GH berlebihan mencapai 400 mg/ml
-    Tes Toleransi Glukosa, hiperglikemia
-    Kadar Somatomidin meningkat 2,6 – 21,7 µ/ml (0,31 – 1,4 µ/ml)
*        CT Scan
*        MRI

6.      Penatalaksanaan
Tujuan Pengobatan adalah :
*        Menormalkan kembali kadar GH atau EGF – 1
*        Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
*        Menormalkan fungsi hipofisis
Macam – macam terapi yang diberikan untuk mengobati penyakit gigantisme antara lain :
a.       Terapi Pembedahan
Intervensi bedah dilakukan apabila terjadi peningkatan tekanan intra cranial. Tindakan pembedahan
adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu :
Bedah Makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala atau TC (Trans Kranial) dan Bedah
Mikro atau TESH (Trans Etmoid Sphenoid Hypophysectomy).
Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan
jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.
Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 – 20 % kasus namun pada umumnya dapat diatasi. Komplikasi
pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan cerebro spinal (CSF leak), fistula Oro Nasal, Epitaksis,
Sinusitis dan infeksi pada luka operasi.  
Keberhasilan therapi ditandai dengan menurunnya kadar GH  dibawah 5 µg/l/
b.      Terapi Radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai therapi pilihan secara tunggal kalau tindakan operasi tidak memungkinkan
dan menyertai tindakan pembedahan, kalau masih terjadi gejala akut setelah terapi pembedahan
dilaksanakan. Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH tetapi dapat pula
mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya
radiasi dilaksanakan.
Eastment, dkk menyebutkan bahwa terjadi penurunan GH 50 % dari kadar sebelum disinar/base line level
setelah penyinaran dalam kurun waktu  2 tahun dan 75 % setelah 5 tahun penyinaran.

Peneliti hanya menyebutkan bahwa kadar GH mampu diturunkan di bawah 5 µg/l setelah pengobatan
berjalan 5 tahun pada 50% kasus. Kalau pengobatan dilanjutkan s/d 10 tahun maka 70% kasus mampu
mencapai kadar tersebut.
B.      KONSEP DASAR  ASKEP
1.      Pengkajian
a.       Riwayat Penyakit, manifestasi klinis tumor hipofise bervariasi tergantng pada hormon mana yang
disekresi berlebihan. Tanyakan manisfestasi klinis dari peningkatan GH mulai dirasakan.
b.      Kaji usia,  jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
c.       Keluhan utama, mencakup :
*  Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh seperti  jari – jari, tangan.
*  Perubahan tingkat energi, kelelahan.
*  Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
*  Nyeri kepala
*  Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
d.      Pemeriksaan Fisik mencakup :
*  Amati bentuk wajah khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, hilang supra orbita
menjorok.
*  Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
*  Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik.
*  Amati perubahan pada  persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak, pada pemeriksaan
ditemukan mobilitas terbatas.
*  Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat komprosi syaraf optikus akan dijumpai penurunan visus.
*  Hipertensi
*  Disfagia akibat lidah membesar
*  Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar
e.       Pemeriksaan Diagnostik, mencakup :
*  Kadar prolaktin serum : ACTH, GH.
*  Foto tengkorak
*  CT Scan otak
*  Angiografi
*  Tes toleransi glukosa

2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan bodi image b/d perubahan struktur tubuh.
2.      Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gigi tumbuh terpisah – pisah, lidah membesar.
4.      Gangguan integritas kulit b/d wajah kasar, kulit tebal.
5.      Kurang pengetahuan b/d kurang terpapar sumber informasi.

3.      Intervensi
Dx. I.               :  Gangguan bodi image b/d perubahan struktur tubuh.
Tujuan             :  Mulai menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri.
Kriteria Hasil   :  * Klien dapat menerima perubahan diri.
                           * Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan.
Intervensi :
1. Kaji klien dengan mengidentifikasi dan mengembangkan mekanisme koping untuk
mengatasi perubahan fisik.
 Dapat mengetahui sejauh mana mekanisme koping yang dimiliki klien dalam penerimaan diri.
2. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan
dengan perubahan fisik.
 Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup.
3. Diskusikan perasaan yang berhubungan dengan perubahan yang dialami oleh klien.
 Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu
pemecahan masalah.
4.    Pertahankan lingkungan yang kondusif untuk membicarakan perubahan citra tubuh.       
 Meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.

Dx. II.             :  Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.


Tujuan             :  Menunjukkan perbaikan kemampuan berpartisipasi dalam melakukan aktivitas.
Kriteria Hasil   :  * Tidak terjadi kelelahan yang berarti pada klien setelah melakukan aktivitas.
                            * Menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi        :
1)      Observasi tanda – tanda vital, catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
 Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat takikardia mungkin akan ditemukan.
2)      Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur.
   Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
3)      Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/masase.
   Dapat menurunkan energi dalam syaraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
4)      Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan emosi yang tidak stabil.     
   Dorongan dan saran orang terdekat untuk berespon secara positif dan memberikan dukungan
pada pasien.
5)      Berikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang seperti membaca,
mendengarkan radio.        
    Memungkinkan untuk menggunakan energi dengan cara konstruktif dan mungkin juga
menurunkan ansietas.

Dx. III.            :  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurangnya nafsu makan
Tujuan             :  Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Kriteria Hasil   :  Mempertahankan/meningkatkan berat badan.
Intervensi        :
1)      Timbang BB sesuai indikasi.
 Mengkaji pemasukan yang adekuat.
2)      Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki klien.
 Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan dapat
membantu kebutuhan nutrisi.
3)      Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi.
 Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi.
4)      Berikan makanan sedikit tapi sering.          
 Membantu mencegah distensi gaster/ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan.
5)      Berikan kebersihan atau sebelum makan.   
 Meningkatkan rasa dan membantu nafsu makan yang baik.

Dx. IV.            :  Gangguan integritas kulit b/d wajah kasar, kulit tebal.


Tujuan             :  Berpartisipasi pada tingkat kemampuan untuk mencegah kerusakan kulit.
Kriteria Hasil   :  Menyatakan pemahaman akan faktor penyebab terjadinya gangguan integritas kulit.
Intervensi        :
1)      Inspeksi seluruh area kulit.
 Kulit biasanya cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer, ketidakmampuan untuk
merasakan tekanan, gangguan pengaturan suhu.
2)      Anjurkan pada klien untuk memberikan perawatan pada kulit.
 Kelembaban meningkatkan pertumbuhan bakteri yang dapat menimbulkan infeksi.
3)      Anjurkan menggunakan buku – buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
 Menurunkan potensial cedera kulit
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormon pertumbuhan atau Growth
Hormon  yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis.
Penyebab terbanyak gigantisme adalah adanya adenoma hipofisis.
Manifestasi klinis dari gigantisme : lingkar kepala bertambah, hidung lebar, lidah membesar, wajah kasar,
mandibula tumbuh berlebihan, pembesaran pada kaki dan tangan.
Tujuan pengobatan dari gigantisme :
*        Menormalkan kembali kadar GH/IGF – 1.
*        Memperkecil tumor/menstabilkan besarnya tumor.
*        Menormalkan fungsi hipofisis.
Selain pengobatan medis terapi pembedahan dan terapi radiasi juga menjadi pilihan untuk pengobatan
gigantisme dimana terapi pembedahan merupakan cara pengobatan utama.

Saran
*        Bagi pasien gigantisme diharapkan untuk mengikuti program pengobatan secara teratur sesuai
anjuran dokter.
*        Bagi mahasiswa/i keperawatan mampu memahami tentang penyakit gigantisme sehingga dapat
berguna dalam praktek pelayanan di masyarakat

Anda mungkin juga menyukai