Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN GIGANTISME

Disusun Oleh :
Herodiana Andayani P 1420122163
Margaretha Wilyana 1420122162

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN ALIH JENJANG A


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2023
1. Pengertian :
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan
tinggi dan besar yang diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan
jumlah hormon pertumbuhan. Pada penderta gigantisme pertumbuhan tubuhnya
abnormal. Pertumbuhan badan secara longitudinal terjadi sangat cepat, tinggi
badannya bisa mencapai 2 meter. Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan
orang sebagai "raksasa." tinggi dewasa.
Gigantisme adalah keluarnya hormon pertumbuhan yang terlalu banyak
mengakibatkan produksi somatomedin yang terlampau banyak yang
mengakibatkan sel tulang, jaringan ikat kartilago dan jaringan lunak menjadi
sangat banyak.

2. Tanda dan Gejala


a. Tanda dan gejala Gigantisme yaitu :
1. Lingkar kepala bertambah
2. Hidung lebar
3. Lidah membesar
4. Wajah kasar
5. Mandibula tumbuh berlebihan
6. Gigi menjadi terpisah-pisah
7. Jari dan ibu jari tumbuh menebal
8. Kifosis
9. Kelelehan dan kelemahan gejala awal
10. Hipogonadisme
11. Keterlambatan maturasi seksual
12. Kehilangan penglihatan pada pemeriksaan lapang
pandang secara seksama

3. Anatomi dan Fisiologi

Kelenjar Hipofisis atau nama lainnya adalah kelenjar pituitary


merupakan kelenjar yang sebesar kelereng namun mempunyai makna fisiologis
yang sangat penting bagi kelangsungan dan homeostasis tubuh manusia. Selain
itu hipofisis, terutama bagian anterior, memiliki kemampuan dalam mengatur
kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kelenjar ini
diberi nama Master of Gland. Pituitary adalah kelenjar majemuk sekresi internal
yang terletak di dalam sel tursika, yakni suatu lekukan di dalam tulang sfenoid .

Kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior atau


neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior atau
adenohipofisis yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis.
Pada manusia lobus Intermedia terdapat menyatu dengan lobus anterior. (azwari,

2012).

Berdasarkan strukturnya, kelenjar hipofisis terdiri atas tiga bagian, yaitu


bagian depan (lobus anterior), bagian tengah (intermediet), dan bagian belakang
(posterior). Bagian tengahnya hanya dimiliki oleh bayi, sementara pada orang
dewasa telah hilang atau tinggal sisanya saja. Oleh karena itu, pada orang
dewasa, kelenjar hipofisis hanya tersusun dua bagian saja yakni bagian depan
dan bagian belakang. Berikut dibahas dua bagian kelenjar hipofisis tersebut.

a. Kelenjar Hipofisis Anterior

Kelenjar hipofisis anterior berkembang dari lipatan langit-langit mulut


yang tubuh ke arah otak. Lipatan tersebut akhirnya kehilangan persambung
an dengan saluran pencernaan. Bagian depan kelenjar hiposifis ini
menghasilkan banyak hormon. Selain itu, berpengaruh juga terhadap
berbagai macam organ di dalam tubuh, berbagai hormon yang disekresikan
kelenjar hipofisis anterior ini hanya digunakan dengan jumlah tertentu saja.
Apabila terlalu berlebihan atau justru kekurangan dapat
memberikan dampak yang tidak baik bagi tubuh. Misalnya saja, kelebihan
hormone somatotrof (hormon pertumbuhan) dapat menyebabkan
pertumbuhan raksasa (gigantisme). Selanjutnya, bila kelebihan tersebut
terjadi pada waktu dewasa dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak
seimbang (akromegali), seperti tulang muka, jari-jari tangan, dan kaki yang
membesar. Sebaliknya, bila sekresi hormon pertumbuhan kurang, akibatnya
adalah pertumbuhan terhambat atau kekerdilan (kretinisme).

b. Kelenjar Hipofisis Posterior

Kelenjar hipofisis posterior merupakan hasil dari perluasan otak.


Tepatnya berasal dari perkembangan tonjolan hipotalamus ke arah bawah,
ke arah lipatan mulut yang membentuk bagian anterior hipofisis.
Hormon yang dihasilkan kelenjar ini ada tiga, yakni vasopressin
(antidiuretic hormone = ADH), pretesin, dan oksitosin. Vasopresin dan
pretesin berfungsi mengurangi jumlah air yang hilang dari ginjal saat keluar
sebagai urine. Selain itu, kedua hormon tersebut berfungsi menaikkan
tekanan darah dengan mengecilkan arteriol. Sementara, oksitosin berperan
dalam membantu proses kelahiran dengan kontraksi uterus. Oksitosin juga
membantu sekresi susu dari payudara ibu. (Zaif, 2010).

Growth hormon atau somatotropin mempunyai pengaruh metabolik


utama, baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Pada anak-anak,
hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan somatik. Pada orang dewasa
berfungsi untuk mempertahankan ukuran orang dewasa normal dan juga
berperan dalam pengaturan sintesis protein dan pembuangan zat makanan.
GH disintesis di sel somatrotop pada kelenjar hipofisis anterior. Kerja GH
yang paling dramatis adalah pada pertumbuhan otot dan tulang skelet.
Hormon pertumbuhan banyak dihasilkan selama masa pertumbuhan,tetapi
menurun setelah manusia mencapai usia dewasa. Jika hormon itu dihasilkan
dalam jumlah berlebih selama masa pertumbuhan, akan didapatkan anak
menjadi sangat tinggi (gigantism); tetapi bila produksi itu teIjadi setelah usia
dewasa, tumbuh berlebih (dagu,jari, dll.), dinamakan acromegali.Hormon
yang kurang pada masa anak-anak menyebabkan anak tumbuh menjadi
orang dewasa yang kecil dengan tubuh berimbang.
4. Etiologi

Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini


dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan
hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme
dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum
lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan.
Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor
pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan.

Penyebab gigantisme yang paling sering adalah adenoma kelenjar


pituitary, tetapi gigantisme telah di amati pada anak laki-laki berusia 2,5 tahun
dengan tumor hipotalamus yang mungkin mensekresi GHRH (Growt Hormone
Releasing Hormon) atau yang di kenal somatokrinin.

5. Patofisiologi

Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis


anterior menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis
tersebut. Hal ini mengkibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat
tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk
juga pertumbuhan tulang. Pada gigantisme, hal ini terjadi sebelum massa remaja,
yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga
tinggi badan akan tearus meningkat.

Biasanya penderita gigantisme juga mengalami hiperglikemi.


Hiperglikemi terjadi karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat
banyak. Hormon pertumbuhan merupakan antagonis insulin, jadi jika hormone
pertumbuhan banyak, maka antagonis insulin meningkat. Hal ini menyebabkan
menurunkan ambilan dan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak
glukosa yang beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans
pancreas menjadi terlalu aktif. Pada sebagian besar penderita gigantisme, akan
menderita panhipopitutarisme bila gigantisme tidak di obati sebab gigantisme
biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh
terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.

6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Pengobatan gigantisme lebih kompleks. Pengobatan gigantisme dengan


pembedahan, radiasi dan terapi medik. (Arvin, 2000).

Radiasi hipofisis, pembedahan kelenjar hipofisis untuk mengangkat


tumor hipofisis, atau kombinasi keduanya, dapat mengakibatkan penurunan atau
perbaikan penyakit. Pengobatan medis dengan menggunakan ocreotide, suatu
analog somatostatin, juga tersedia. Ocreotide dapat menurunkan supresi kadar
GH dan IGF-1, mengecilkan ukuran tumor, dan memperbaiki gambaran klinis.
Terapi yang paling tepat untuk kelebihan hormone pertumbuhan tak lain adalah
pengangkatan tumor pada hipofisis sedini mungkin untuk mencegah efek
negative darinya.

7. Pemeriksaan fisik

a. Identitas

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya. Gigantisme biasanya menyerang pada anak-anak
umur 6-15 tahun.

b. Riwayat masuk RS

Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH seperti pertumbuhan tubuh


secara longitudinal yang sangat cepat dan abnormal, tinggi badan mencapai 2
meter. Pada gigantisme klien biasanya mengatakan pertumbuhan tulang yang
berlebihan sehingga tinggi badan abnormal, untuk anak-anak
pertumbuhannya 2x tinggi badan normal pada usia tersebut. Didapatkan masa
pubertas yang tertunda dan alat kelamin tidak dapat tumbuh sempurna. Amati
adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik.
Disfagia akibat lidah membesar.
c. Sistem Pernafasan

DS: kaji gangguan pernapasan

DO: -

d. Sistem kardiovaskuler

DS : kaji adanya riwayat hipertensi,

DO : Perubahan tekanan darah postural, nadi yang menurun, lipatan kulit


kasar.

e. Sistem Persyarafan

DS: pusing/ pening, sakit kepala hebat, gangguan penglihatan.

DO: disorientasi; mengantuk, letargi.

f. Sistem Perkemihan

DS : kaji gangguan elimnasi

DO : urine encer juga kuning.

g. Sistem Pencernaan

DS : sering terjadi kehilangan nafsu makan.

DO : kulit tebal, turgor jelek, basah dan berminyak.

h. Sistem muskuloskeletal

DS : lemah, cepat lelah, Kelelehan dan kelemahan

DO : lemah

8. Pemeriksaan Lab dan Diagnosik

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:

a. Pemeriksaan Laboratorium

b. Pemeriksaan glukosa darah Gigantisme (+): glukosa darah meningkat


c. Pemeriksaan Growth Hormone darah atau SM-C (IGF 1): Gigantisme (+):
peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)

d. Pemeriksaan Somatostatin Gigantisme (+) : somatostatin meningkat

e. Pemeriksaan radiologi

f. CT-Scan

g. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Roentgenogram tengkorak dapat menunjukkan pembesaran sella tursika dan


sinus paranasalis; sken tomografi komputasi atau foto resonansi nmagnetik
(MRI) menampakkan tumor. Ikatan falangs dan bertambahnya penebalan
bantal tumit adalah biasa. Maturasi tulang adalah normal

9. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DO : pasien Sekresi Gangguan citra diri


GH
mengaku malu akan
tubuhnya, tidak
Lempeng epifisis
percaya diri.
belum menutup
DS : pasien menarik
diri dari lingkungan. Gigantism
Tidak mau bergaul e
dengan orang sekitar
karena merasa malu Pertumbuhan organ

akan bentuk tubuhnya yang berlebih

Gangguan citra diri


DO : - Gigantism Resti gangguan
e
integritas kulit
DS : kulit tebal, turgor
buruk, kulit berminyak Kulit tebal dan
dan licin berminyak

Resti gangguan integritas


kulit

DS :lemah, cepat lelah Sekresi Intoleransi aktivitas


GH
DO :letargi/ isorientasi
Lempeng epifisis
belum menutup

Gigantisme

Kelelaha
n

Intoleransi aktivitas

DS : pasien merintih Adenoma Nyeri


hipofisis
mengeluh nyeri

DO : wajah meringis, Nyeri kepala bitemporal


skala nyeri

DS : penglihatan kabur Tumor hipofisis Resiko Cidera

DO : penurunan visus

penekanan siasma optikum

Gangguan penglihatan
Resiko Cidera

10. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pertumbuhan organ-


organ yang berlebihan.

b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit basah,


tebal, dan berminyak yang disebabkan oleh hiperlipidemia.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

d. Nyeri berhubungan dengan tumor hipofisis

e. Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori


penglihatan.

f. Rencana Keperawatan

a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pertumbuhan organ-


organ yang berlebihan.

Tujuan : Pengurangan kecemasan pasien.

Kriteria hasil : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam


kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan hidup dan kemungkinan
keterbatasan.

No. Intervensi Rasional


1. Dorong mengungkapkan Mendorong mengungkapkan
mengenai masalah tentang masalah tentang proses
proses penyakit penyakit dan memberikan
kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa takut.
2. Ikut sertakan pasien dalam Mengikut sertakan pasien
merencanakan perawatan dan dalam memenentukan
membuat jadwal aktivitas perawatan untuk meningkatkan
perasaan
kompetensi/ harga diri dan
mendorong kemandirian.
3. Bantu dengan kebutuhan Membantu kebutuhan
perawatan yang diperlukan. perawatan yang diperlukan
untuk mempertahankan
penampilan yang dapat
meningkatkan citra diri.
4. Berikan bantuan positif. Memberikan bantuan positif
bila perlu agar
memungkinkan pasien merasa
senang terhadap diri
sendiri, menguatkan perilaku
positif, meningkatkan percaya
diri.

5. Kolaborasikan untuk Untuk mengurangi atau


melakukan pembedahan pada menghentikan produksi hormone
pertumbuhan yang berlebihan maka tumor di
tumor atau terapi penyinaran. angkat. Terapi penyinaran tidak
mempengaruhi pembentukkan hormone
hipofisa lainnya.

6. Kolaborasikan untuk Untuk menghalangi


pemberian okreotid atau pembentukan hormon pertumbuhan
bromokriptin.

b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit basah,


tebal, dan berminyak yang disebabkan oleh hiperlipidemia.

Tujuan : turgor kembali normal

Kriteria hasil :

1. Turgor kulit baik (keelastisannya)


2. Berpartisipasi pada tingkat kemampuan untuk
mencegah kerusakan kulit

3. Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan

No. Intervensi Rasional


1. Kaji turgor kulit Mengkaji turgor kulit
(keelastisannya). (keelastisannya).
2. Observasi keadaan kulit Mengobservasi keadaan kulit.
(kelembapan)
3. Anjurkan pasien agar Menganjurkan pasien untuk
menjaga pakaian agar tetap menjaga pakaian agar tetap
kering dan bebas kotoran. kering untuk mencegah adanya
iritasi pada kulit.
4. Bersihkan dan keringkan Membersihkan dan me-
kulit khususnya daerah- ngeringkan kulit karena kulit
daerah kelembapan tinggi. yang bersih dan kering
cenderung mengalami
kerusakan.
5. Kolaborasi dalam mem- Berkolaborasi dalam mem-
berikan cairan untuk hidrasi berikan cairan untuk hidrasi
yang adekuat. yang adekuat.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan : pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri
Kriteria hasil :
1. Kebutuhan personal terpenuhi
2. Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh dan memenuhi
AKS dengan teknik penghematan.
No. Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan pasien Untuk mengetahui sejauh mana
dalam beraktivitas (makan, kelemahan yang terjadi.
minum)
2. Dekatkan keperluan pasien Untuk mempermudah pasien
dalam jangkauannya dalam melakukan aktivitas

3. Berikan latihan mobilisasi Untuk menghindari kekakuan


secara bertahap sendi dan mencegah adanya
dekubitus.

d. Nyeri berhubungan dengan tumor hipofisis


Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil : skala nyeri berkurang berkurang sampai dengan hilang
No Rencana Tindakan Rasional
1 Kaji karakteristik Mengetahui tingkat nyeri sebagai
nyeri,
evaluasi untuk intervensi selanjutnya
lokasi, frekfensi

2 Kaji faktor penyebab Dengan mengetahui faktor


timbul
penyebab nyeri menentukan tindakan
nyeri (takut , marah, cemas)
untuk mengurangi nyeri
3 Ajarkan tehnik relaksasi tarik Tehnik relaksasi dapat mengatsi
nafas dalam rasa nyeri
4 Kolaborasi dengan dokter Analgetik efektif untuk
untuk pemberian analgetik mengatasi nyeri

e. Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori


penglihatan

Tujuan : tidak terjadi cidera pada pasien.

Kriteria Hasil : Pasien tidak ada cidera, Pasien tidur dengan tempat tidur
yang terpasang pengaman, Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya
dalam lingkungan.
No. Intervensi Rasional

1. Orientasikan pasien terhadap memberikan peningkatan,


lingkungan, staf, orang lain di kenyamanan, dan kekeluargaan, serta
areanya. mampu menurunkan cemas

2 Tempatkan pasien pada Menurunkan kemungkinan


tempat tidur yang menggunakan adanya trauma jika pasien
pengaman. bergerak.

3. Letakkan barang yang memungkinkan pasien melihat


dibutuhkan atau posisi bell objek lebih muda dan memudahkan
pemanggil dalam jangkauan panggilan untuk pertolongan bila
dibutuhkan.
4. Lakukan tindakan untuk menurunkan bahaya, keamanan,
membantu pasien menangani berhubungan dengan perubahan lapang
keterbatasan penglihatan, contoh : pandang atau kehilangan penglihatan
atur perabot/ permainan, terutama dan akomodasi pupil terhadap sinar
perbaiki sinar suram dan masalah lingkungan.
penglihatan malam.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Harold. 2011. Akromegali dan Gigantisme (Antropobiologi).


http://krewengcool.blogspot.com.

Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Azwari, Renal. 2012. http://banjaristi.blogspot.com/2011/09/makalah-


hipofungsi- kelenjar-hipofisis.html. Makalah Hipofungsi Kelenjar Hipofisis
(Hipopitutarisme).

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Beradero, Mary, Mary Wilfrid Dayrit dan Yakobus Siswandi. 2005. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Suddart & Bruner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Taylor, Cynthia M, dan Sheila Sparks Ralph. 2003. Diagnosis Keperawatan


dengan Rencana Asuhan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tjokronegoro, Arjatmo. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi
Ketiga. Jakarta: Balia Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai