0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
98 tayangan7 halaman
Kelainan tumbuh kembang dento kraniofasial meliputi malformasi, deformasi, dan disrupsi akibat gangguan perkembangan. Akromegali dan gigantisme disebabkan oleh sekresi hormon pertumbuhan berlebihan yang dapat berasal dari tumor hipofisis atau organ lain. Pengobatan meliputi operasi, radioterapi, dan obat-obatan untuk menurunkan kadar hormon pertumbuhan.
Deskripsi Asli:
KELAINAN TUMBUH KEMBANG DENTO CRANIO MAXILLO FACIAL, AKROMEGALI, DAN GIGANTISME
Judul Asli
Kelainan Tumbuh Kembang Dento Cranio Maxillo Facial
Kelainan tumbuh kembang dento kraniofasial meliputi malformasi, deformasi, dan disrupsi akibat gangguan perkembangan. Akromegali dan gigantisme disebabkan oleh sekresi hormon pertumbuhan berlebihan yang dapat berasal dari tumor hipofisis atau organ lain. Pengobatan meliputi operasi, radioterapi, dan obat-obatan untuk menurunkan kadar hormon pertumbuhan.
Kelainan tumbuh kembang dento kraniofasial meliputi malformasi, deformasi, dan disrupsi akibat gangguan perkembangan. Akromegali dan gigantisme disebabkan oleh sekresi hormon pertumbuhan berlebihan yang dapat berasal dari tumor hipofisis atau organ lain. Pengobatan meliputi operasi, radioterapi, dan obat-obatan untuk menurunkan kadar hormon pertumbuhan.
KELAINAN TUMBUH KEMBANG DENTO CRANIO MAXILLO FACIAL,
AKROMEGALI, DAN GIGANTISME
A. Kelainan Tumbuh Kembang Dento Cranio Maxillofacial
Kelainan kraniofasial akibat gangguan tumbuh kembang perlu mendapat perhatian karena mengenai organ pengunyahan, pengecap, bicara, penglihatan, keseimbangan, dan pendengaran. Gangguan pada organ tersebut dapat mengakibatkan hambatan pada kemampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya. Manifestasi gangguan tumbuh kembang mempunyai variasi yang luas, dari yang tidak menunjukkan gejala klinis sampai malformasi yang membuat cacat fasial, dari yang terkena hanya satu gigi sampai seluruh kompleks fasial. Berdasarkan pengamatan pada bayi baru lahir 72% anomali ringan ditemukan di regio kepala dan leher atau tangan. Kelainan kaniofasial adalah suatu penyimpangan morfologi dari keadaan normal pada kompleks kraniofasial akibat gangguan tumbuh tembang, dapat berupa kelainan kongenital atau didapatkan (aquire). Berdasarkan patogenesisnya, ada 3 tipe anomali yaitu : 1. Malformasi Malformasi adalah defek morfologik suatu organ akibat gangguan pada proses perkembangan secara intrinsik. Malfomasi di regio kraniofasial pada umumnya merupakan kelainan kongenital berupa cacat bawaan yang sudah tampak sebagai defek sejak lahir. Sebagian besar dari cacat bawaan ini merupakan suatu sindroma. Yang dimaksud sindroma adalah suatu pola malformasi tertentu, sebagai suatu kumpulan gejala yang khas akibat satu etiologi dapat menyebabkan gangguan morfogenesis pada lebih dari satu lokasi. Contoh sindroma down. Kurang lebih 3% dari bayi baru lahir dengan malformasi yang nyata, dan l% mempunyai malformasi ganda sebagai sindroma. Frekuensi malformasi seperti celah langitan dan amelogenesis imperfecta berkisar l- 5%. Prognosis untuk tumbuh normal pada daerah yang terkena malformasi adalah buruk. Meskipun malformasi kraniofasial relatif jarang ditemui, namun demikian seorang dokter gigi khususnya spesialis kedokteran gigi anak perlu mengenal berbagai kelainan kraniofasial akibat gangguan tumbuh kembang karena berhadapan dengan pasien anak. Malformasi yang paling sering dijumpai adalah morfogenesis yang tidak sempurna karena proses perkembangan terhenti, seperti celah langitan. Pada saat embryogenesis normal, atap palatal akan menyatu. Jika terjadi gangguan karena suatu faktor, proses fusi berhenti mengakibatkan celah langitan berbentuk V. Pada anomali Robin, celah langitan berbentuk U. Pada awal pembentukan intra uterine mandibula hipoplastik, lidah tidak mempunyai ruang yang cukup dan posisinya diantara atap palatal. Ketika atap palatal mencoba untuk berfusi, proses tersebut dihalangi oleh lidah. Akibatya terjadi celah langitan berbentuk huruf U. 2. Deformasi Deformasi adalah suatu perubahan bentuk atau dismorfologi, merupakan defek struktural disebabkan bentuk atau posisi abnormal dari bagian tubuh yang sebelunmya mempunyai bentuk normal. Pada umumnya disebabkan nondisruptive mechanical forces. Sebagai akibat tekanan intra uterine yang abnormal. Deforrmasi cenderung mengenai organ yang utuh. Bukan defek pada organ tetapi defek regional karena organ sudah terbentuk. Kurang lebih 2% bayi baru lahir mempunyai deformasi. Prognosis untuk tumbuh normal pada umumnya baik. Deformasi mandibula dapat disebabkan posisi atau postur saat intra uterin. Proses terjadinya deformasi dapat pada saat fetal, yaitu pada akhir periode fetal karena adanva kekuatan mekanik yang mempengaruhi sistem muskuloskeletal. Selain itu dapat teriadi karena gangguan tumbuh kembang setelah Iahir akibat suatu penyakit atau keganasan. Salah satu diantaranya fasies cooley, yaitu deformitas dentoskeletal akibat anemia hemolitik pada penyakit thalassemia. 3. Disruption Disruption adalah defek morfologik organ atau bagian organ, atau sebagian besar dari tubuh akibat dari destruksi atau robeknva (splitting) atau hambatan perkembangan yang tadinya normal. Disruption terjadi sebagai akibat gangguan vaskularisasi, infeksi atau penyebab fisik. Pada umumnya memiliki prognosis buruk untuk dapat tumbuh normal pada regio yang terkena. B. Akromegali dan Gigantisme 1. Akromegali Akromegali merupakan pertumbuhan berlebih akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan, terjadi setelah epifisis tulang menutup. Akromegali merupakan penyakit menahun yang disebabkan oleh adenoma pada hipofisis dan dapat memberikan kelainan neurologic dan metabolik. Akromegali ditandai dengan membesarnya ujung anggota badan seperti hidung, dagu, telinga, dan kaki. a. Etiologi Akromegali disebabkan oleh sekresi GHRH yang berlebih dengan akibat hiperplasia somatotrof. Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa jinak (adenoma). Sebagian besar (98%) kasus akromegali disebabkan oleh tumor hipofisis. Gejala klinis yang dijumpai pada pasien akromegali disebabkan oleh massa tumor dan hipersekresi hormon pertumbuhan (growth hormone) yang terjadi setelah lempeng pertumbuhan tulang menutup. Dalam Akromegali, hipofisis terus melepaskan GH dan mengabaikan sinyal-sinyal dari hipotalamus. Dalam hati, hormon pertumbuhan menyebabkan produksi hormon yang disebut insulin seperti pertumbuhan faktor 1 (IGF-1), yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan seluruh tubuh. Ketika hipofisis menolak untuk menghentikan memproduksi GH, tingkat IGF-1 juga mencapai abnormal puncak. Tulang, jaringan lunak, dan organ di seluruh tubuh mulai untuk memperbesar, dan tubuh perubahan kemampuannya untuk proses dan nutrisi digunakan seperti gula dan lemak. Akromegali selain disebabkan oleh tumor hipofisis bisa juga disebabkan oleh tumor pankreas, paru-paru, dan bagian lain dari otak. Tumor ini juga mengakibatkan kelebihan GH, baik karena mereka menghasilkan GH diri sendiri atau, lebih sering, karena mereka menghasilkan GHRH, hormon yang merangsang pituitari untuk membuat GH. b. Perawatan Perawatan untuk menghentikan atau mengurangi produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan dengan cara pengangkatan atau penghancuran tumor melalui pembedahan atau terapi penyinaran. Terapi penyinaran menggunakan penyinaran berkekuatan tinggi; terapi ini tidak terlalu menimbulkan trauma dan biasanya tidak mempengaruhi pembentukan hormon hipofisa lainnya. Suntikan okreotid bisa membantu menghalangi pembentukan hormon pertumbuhan. Obat lainnya yang juga membantu adalah bromokriptin. Tujuan pengobatan adalah : 1) Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C 2) Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor 3) Menormalkan fungsi hipofisis 4) Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM- C akibat pembesaran tumor. 2. Gigantisme Gigantisme merupakan peningkatan hormon protein dalam banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa darah. Gigantisme terjadi pada periode anak-anak ketika skeleton masih berpotensi untuk tumbuh, atau pada pra pubertas. Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan. Penyebab gigantisme yang paling sering adalah adenoma kelenjar pituitary, tetapi gigantisme telah di amati pada anak laki-laki berusia 2,5 tahun dengan tumor hipotalamus yang mugkin mensekresi GHRH, terutama pada pancreas yg telah mensekresi dengan sejumlah besar GHRH). a. Etiologi Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan. Adenoma hipofisis merupakan penyebab yang paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai di sayap lateral sella tursica, tetapi gigantisme telah diamati pada anak laki-laki berusia 2,5 tahun dengan tumor hipotalamus yang mungkin mensekresi GHRH. Gigantisme terbanyak disebabkan oleh adenoma hipofisis yang mensekresi GH. Insiden hipersekresi GH dibagi menjadi 2 kategori yaitu primer pada hipofisis dan peningkatan Growth hormone- Realasing Hormon (GHRH) atau disregulasi. Kebanyakan insiden gigantisme karena adenoma hipofisis yang mensekresi GH atau karena hyperplasia. Gigantisme tampak juga pada keadaan lain seperti: multiple endokrin neoplasma (MEN) tipe satu, MC Cune- albright syndrome (MAS), Neurofibromatosis, sklerosis tuberrosistas atau kompleks carney. b. Perawatan 1) Operasi Operasi adalah pilihan utama yang dianjurkan pada kebanyakan pasien gigantisme, karena termasuk dalam pengobatan yang cepat dan efektif. Operasi dilakukan dengan melakukan insisi melalui hidung atau melalui bibir bagian atas. dengan alat khusus dokter bedah menghilangkan jaringan tumor. Operasi ini biasanya disebut operasi transsphenoidal. Prosedur ini mengurangi tekanan pada daerah otak sekitarnya dan dengan cepat menurunkan kadar GH. Jika operasi ini berhasil penampilan wajah dan pembengkakan jaringan akan kembali membaik pada beberapa hari. Pembedahan berhasil baik pada kebanyakan pasien dengan kadar GH dalam darah dibawah 45 ng/mg sebelum operasi dan jika diameter tumor hipofisis belum mencapai 10mm. Komplikasi yang mungkin terjadi saat pembedahan adalah kerusakan jaringan di sekitar hipofisis yang normal sehingga pasien memerlukan menggunaan hormon hipofisis dalam waktu yang lama. Bagian dari hipofisis menyimpan antidiuretik hormon yang penting dalam balance cairan yang mungkin secara sementara maupun permanen membahayakan kesehatan pasien sehingga pasien membutuhkan terapi medis. Komplikasi yang lain yaitu meningitis : 2) Terapi medikasi Terapi medis sering digunakan jika pembedahan tidak berhasil dengan baik Tiga kelompok obat yang digunakan untuk pengobatan akromegali gigantisme : a) Somatostatin analogs (SSAs) berefek pada penurunan produksi GH dan efektif menurunkan kadar GH dan IGF-I pada 50-70% pasien. SSAs juga mengurangi ukuran tumor sekitar 0-50% pasien tp hanya pada tingkat yang kecil. Beberapa penelitian menunjukkan SSAs aman dan efektif digunakan dalam jangka panjang dalam pengobatan pasien dengan akromegali gigantisme yang tidak disebabkan tumor hipofisis.
b) GH reseptor antagonist (GHRAs)
Kelompok obat yang kedua adalah antagonis reseptor GH (GHRAs), yang mengganggu kerja GH dan menormalkan kadar IGF-I di lebih dari 90 persen pasien. Diinjeksikan sehari sekali, GHRAs biasanya ditoleransi dengan baik oleh pasien. Efek jangka panjang pada pertumbuhan tumor masih diteliti. Efek sampingny antara lain sakit kepala, fatig dan gangguan fungsi hati. 3) Radioterapi Terapi radiasi biasanya diperuntukkan bagi pasien yang mempunyai sisa-sisa tumor paska pembedahan. Karena radiasi menyebabkan hanya sedikit penurunan kadar GH dan IGF-I pasien yang menjalani terapi radiasi juga menerima medikasi untuk menurunkan kadar hormon.