I. DEFINISI
A. AKROMEGALI
II. EPIDEMIOLOGI
III. ETIOLOGI
Pada akromegali dapat terjadi hipersekresi maupun penekanan sekresi
hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Hiperprolaktinemia
dijumpai ada 30% kasus sebagai akibat dari penekanan tangkai atau
histopatologi tumor tipe campuran. Selain itu, dapat terjadi hipopituitari
akibat penekanan massa hipofisis yang normal oleh massa tumor.
Bertambahnya sekresi hormon seks steroid pada waktu anak anak
dapat menyebabkan pubertas praecox, dengan permulaan pertambahan
ukuran tinggi secara dini. Walaupun begitu epifise tulang panjang telh
meningkat, sehingga hasil akhir yang didapat ialah tinggi tubuh bisa
berada di bawah normal.
Pada beberapa pasien dapat timbul akromegali sebagai respons
terhadap neoplasia yang menyekresi GHRA ektopik. Pada pasien yang
terdapat hipeplasia hipofisis somatotrop dan hipersekresi GH.
a. Pituitary Tumor
Dalam lebih dari 95 persen orang dengan akromegali, tumor jinak dari
kelenjar hipofisis, disebut adenoma, menghasilkan kelebihan GH. tumor
hipofisis diberi label baik mikro atau makro-adenoma, tergantung pada
ukuran mereka. Kebanyakan tumor GH-mensekresi yang makro-adenoma,
yang berarti mereka lebih besar dari 1 sentimeter. Tergantung pada lokasi
mereka, ini tumor yang lebih besar dapat kompres struktur otak
sekitarnya.
b. Tumor Nonpituitary
V. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama yang terkait dengan gigantisme adalah perawakan tubuh
besar dengan peningkatan ketinggian dibandingkan dengan rekan-rekan.
Otot dan organ mengalami perbesar juga.
Diagnosis
Manifestasi klinis akromegali yang muncul perlahan selama bertahun-
tahun menyebabkan terdapatnya rentang waktu yang lama antara
diagnosis dengan waktu timbulnya gejala untuk pertama kali, yaitu
berkisar antara 5-32 tahun. Pada hampir 70% kasus saat diagnosis
akromegali ditegakkan, ukuran tumor telah mencapai >10 mm (makro-
adenoma).
Hormon Pengujian untuk Gigantisme adalah kadar IGF-1 tingkat yang
lebih tinggi di darah dan pasien mungkin melakukan tes toleransi glukosa
oral (OGTT) untuk mengkonfirmasikan diagnosis, dengan cara minum 75
gram larutan glukosa menurunkan kadar GH darah ke kurang dari satu
nanogram per mililiter (ng / ml) pada orang sehat. Dalam akromegali,
penurunan ini tidak terjadi. Bahkan, kadang-kadang tingkat GH
meningkat.
Diagnosis akromegali ditegakkan berdasarkan atas temuan klinis,
laboratorium, dan pencitraan. Secara klinis akan ditemukan gejala dan
tanda akromegali. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium ditemukan
peningkatan kadar hormon pertumbuhan. Selain itu, dari penilaian
terhadap efek perifer hipersekresi hormon pertumbuhan didapatkan
peningkatan kadar insulin like growth factor-I (IGF-I). Oleh karena
sekresinya yang bervariasi sepanjang hari, pemeriksaan hormon
pertumbuhan dilakukan 2 jam setelah pembebanan glukosa 75 gram.
Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dengan kontras
diperlukan untuk mengonfirmasi sumber sekresi hormon pertumbuhan.
Pemeriksaan MRI dapat memperlihatkan tumor kecil yang berukuran 2
mm.
a. Pembedahan
b. Radioterapi
Radioterapi umumnya tidak digunakan sebagai terapi lini pertama
pada kasus akromegali karena lamanya rentang waktu tercapainya
terapi efektif sejak pertama kali dimulai. Radioterapi konvensional
dengan dosis terbagi memerlukan waktu 10-20 tahun untuk mencapai
terapi yang efektif, sementara beberapa teknik radioterapi yang baru,
yaitu gamma knife, proton beam, linac stereotactic radiotherapy dapat
memberikan remisi yang lebih cepat. Studi yang menilai efektivitas
stereotactic radiotherapy terhadap para pasien yang tidak berhasil
dengan radioterapi konvensional memperlihatkan penurunan kadar
IGF-I sebesar 38% dua tahun pascaterapi. Saat ini di Indonesia
modalitas stereotactic radiotherapy telah digunakan pada kasus
akromegali.
B. Farmakologi
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62929/1-
AKROMEGALI.pdf;sequence=1 3 FEBRUARI 2019