Anda di halaman 1dari 9

TUTORIAL BLOK 23

Manajemen Puskesmas dalam menghadapi pandemic covid-19?


1.Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer menerbitkan Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas
Pada Saat Pandemi Covid-19 sebagai acuan Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan di
masa pandemi covid-19 dari segi aspek manajerial maupun penyelenggaraan baik ukp maupun
ukm. Pedoman ini menjelaskan tentang bagaimana pelaksanaan manajemen puskesmas di
masa pandemi, penyelenggaraan ukm, penyelenggaraan ukp, ppi dalam penyelenggaraan
puskesmas serta peran dinas kesehatan.

Manajemen Puskesmas
Puskesmas perlu menyesuaikan tahapan manajemen Puskesmas (P1,P2,P3) yang telah
disusun dan direncanakan sebelumnya dengan kebutuhan pelayanan dalam menghadapi
pandemi COVID-19.

Perencanaan (P1)
Penyesuaian target kegiatan
Mencari akar penyebab masalah tidak tercapai indikator program selain diakibatkan oleh situasi
pandemi COVID-19 dan merencanakan upaya inovasi pasca pandemi COVID-19.
Pelaksanaan revisi sesuai kebutuhan pandemi COVID-19
Menentukan target sasaran kasus COVID-19 dengan angka prevalensi dari Dinkes daerah
kabupaten/kota guna memperkirakan kebutuhan logistik, termasuk APD, BMHP untuk
pengambilan spesimen RT-PCR dan rapid test.
Menentukan populasi rentan (Lansia, orang dengan komorbid, ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir) untuk menjadi sasaran pemeriksaan.

Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)


Lokakarya mini (Lokmin) bulanan dan lokmin triwulanan tetap dilakukan dengan memperhatikan
kaidah-kaidah pada saat pandemi COVID-19 seperti physical distancing, atau dapat
memanfaatkan teknologi informasi/daring.
Pelaksanaan kegiatan (pemantauan/ sweeping orang dengan riwayat perjalanan dari daerah
transmisi lokal/zona merah, pemantauan harian OTG, ODP dan PDP ringan, tracing jika
ditemukan kasus konfirmasi covid-19).
Sistem pelaporan/pendataan untuk memantau orang dengan riwayat perjalanan dari daerah
transmisi lokal.
Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja Puskesmas (P3)
Tetap melakukan pemantauan pencapaian target prioritas.
Menetapkan target indikator keberhasilan penanganan COVID-19

UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)


Promosi Kesehatan
Melakukan kemitraan untuk mendapat dukungan dan menjalin kerjasama kegiatan Puskesmas
dalam pencegahan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas.
Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) dengan lintas sektor, Ormas serta mitra.
Melakukan advokasi kepada penentu kebijakan untuk mendapatkan dukungan terhadap
optimalisasi kegiatan.meningkatkan literasi serta kapasitas kader, toma, toga, dan kelompok
peduli kesehatan.melakukan pengorganisasian dan memobilisasi potensi/sumber daya
masyarakat.membuat media promosi kesehatan.melakukan KIE bersama kader, tokoh
masyarakat, tokoh agama, ormas, kelompok peduli kesehatan, UKBM serta mitra.
Kesehatan LingkunganKonseling, dilakukan terhadap OTG dan ODP yang diintegrasikan
dengan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan.Inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan
terhadap media sarana dan bangunan dengan mendata lingkungan yang pernah
didatangi/dikunjungi/kontak langsung oleh OTG dan ODP.Intervensi kesehatan lingkungan
berdasarkan hasil inspeksi.Pengelolaan air limbah, limbah padat domestik, dan limbah B3
medis padat.
Kesga (Kesehatan Keluarga)
Pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan siklus hidup (ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, bayi baru lahir, balita dan anak pra sekolah, usia sekolah dan remaja, calon
pengantin, pasangan usia subur, lansia.

Gizi
Pelayanan gizi dilakukan dengan janji temu atau kunjungan rumah. Pelayanan gizi yang tetap
dilakukan seperti pemantauan gizi buruk tetap memperhatikan physical distancing.

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Meskipun sedang pandemi covid-19 namun deteksi dan surveilans penyakit menular lainnya
tetap berjalan. Pelayanan penyakit tidak menular seperti pemantauan faktor risiko PTM dapat
melalui kunjungan rumah, janji temu atau penjadwalan khusus dengan tetap memperhatikan
konsep PPI dan physical distancing.

UKP (Upaya Kesehatan Perorangan )


Pelayanan medik dapat dimodifikasi untuk mencegah penularan COVID-19, antara lain dengan
menerapkan triase/skrining terhadap setiap pengunjung yang datang, mengubah alur
pelayanan, menyediakan ruang pemeriksaan khusus ISPA, mengubah posisi tempat duduk
pasien, saat pelayanan (jarak dengan petugas diperlebar), menggunakan kotak khusus bagi
pasien yang mendapatkan tindakan yang berpotensi menimbulkan aerosol yang dilakukan
disinfeksi sesuai pedoman setelah pemakaian, atau menggunakan sekat pembatas transparan
antara petugas kesehatan dan pasien.

PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)


PPI di Puskesmas
Kewaspadaan standar : Kebersihan tangan, penggunaan APD, kesehatan lingkungan,
penempatan pasien, etika batuk dan bersin, penyuntikan yang aman, pengolalaan limbah,
dekontaminasi alat, penanganan linen, perlindungan kesehatan petugas.
Kewaspadaan transmisi : Pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien dan ventilasi
mekanis di dalam suatu ruangan dengan memperhatikan arah suplai udara bersih yang masuk
dan keluar.
PPI di masyarakat
Rutin cuci tangan
Hindari kerumunan
Hindari menyentuh mata hidung dan mulut
Melakukan etika batuk dan bersin
Berdiam diri di rumah
Hindari daerah dengan jumlah kasus COVID-19 tinggi
Karantina diri selama 14 hari jika memiliki riwayat bepergian ke daerah terjangkit
Tidak berjabat tangan
Segera ganti baju dan mandi selepas bepergian ke luar rumah
Bersihkan barang-barang yang sering di sentuh
Menggunakan masker jika terpaksa harus ke luar rumah.

Peran Dinas Kesehatan


Dinas Kesehatan Kab/Kota
Menjamin kesinambungan ketersediaan sumber daya Puskesmas pada masa pandemi COVID-
19 sesuai standar, dalam menjamin mutu pelayanan.
Memastikan kesinambungan ketersediaan dana operasional dan pemeliharaan
sarana,prasarana, peralatan serta kalibrasi alat Puskesmas pada masa pandemi COVID-19.
Melakukan peningkatan kompetensi tenaga Puskesmas pada masa pandemi COVID-19.
Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Puskesmas pada masa pandemi COVID-19 di
wilayah kerjanya secara berkala dan berkesinambungan.
Melakukan bimbingan teknis secara terintegrasi antar program-program kesehatan yang
dilaksanakan di Puskesmas pada masa pandemi COVID-19.
Memberikan solusi atas masalah yang tidak mampu diselesaikan di Puskesmas pada masa
pandemi COVID-19.Mendukung pengembangan upaya kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
pada masa pandemi COVID-19.Mengeluarkan regulasi yang bertujuan memfasilitasi untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan pada masa pandemi COVID-19.
Mengeluarkan kebijakan operasional tingkat kabupaten/kota terkait COVID-19.
Memfasilitasi integrasi lintas program terkait kesehatan dan profesi dalam hal perencanaan,
implementasi dan evaluasi pelaksanaan program Puskesmas pada masa pandemi Covid-19.
Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor di tingkat kabupaten/kota.
Mengkoordinasikan seluruh Fasyankes yang ada di kabupaten/kota dalam penanganan COVID-
19 menyampaikan laporan kegiatan, data dan masalah kesehatan prioritas di Puskesmas pada
masa pandemi COVID-19 yang terdapat di kabupaten/kota secara berkala kepada dinas
kesehatan daerah provinsi.
2.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa pandemi covid 19,

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Penyelenggara Pelayanan Telemedicine


Fasilitas pelayanan kesehatan penyelenggara pelayanan telemedicine pada
masa pandemi COVID-19, terdiri atas:
1. rumah sakit;
2. puskesmas;
3. klinik;
4. praktik mandiri dokter/dokter gigi dan dokter spesialis/dokter gigi
spesialis;
5. laboratorium medis; dan
6. apotek.
Pelayanan kesehatan melalui telemedicine yang dilakukan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut dapat menggunakan aplikasi yang telah
dikembangkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri atau
bekerjasama dengan aplikasi lain milik pemerintah atau swasta.

B. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Melalui Telemedicine


Pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan melalui telemedicine meliputi:
1. Konsultasi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kesehatan merupakan
bentuk upaya promosi kesehatan untuk mencari informasi kesehatan
seputar gaya hidup sehat, diet, informasi olah raga dan kebugaran
tubuh, informasi terkait COVID-19, dan informasi kesehatan lainnya.
Pelayanan konsultasi KIE kesehatan tidak hanya dilakukan oleh
dokter saja, akan tetapi dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan lain
yang kompeten sesuai dengan kewenangannya.

2. Konsultasi Klinis
Konsultasi klinis merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh dokter melalui telemedicine meliputi:
a. Anamnesa, mencakup keluhan utama, keluhan penyerta,
riwayat penyakit yang diderita saat ini, penyakit lainnya atau
faktor risiko, informasi keluarga dan informasi terkait lainnya
yang ditanyakan oleh dokter kepada pasien/keluarga secara
daring.

3.upaya pencegahan dan penularan sebelum adanya kasus covid serta penanggulangan
setelah adanaya kasus covid

Pencegahan Covid-19 di area publik juga perlu dilakukan oleh masyarakat.


1. Di transportasi publik misalnya, bila kondisi tidak sehat, jangan mengemudikan kendaraan
dan segera periksa ke fasyankes. Bagi penumpang yang demam, batuk atau flu, menggunakan
masker, ukur suhu 2x sehari sebelum dan sesudah mengemudi.

Bila penumpang dengan gejala mirip flu, sarankan untuk mengenakan masker. bila tidak
memiliki masker, berikan masker.

2. Di instansi pendidik dilakukan melalui berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat,


kegiatan belajar melalui online, memberi tugas para siswa/siswi yang beragam, agar tidak
bosan di rumah, menyediakan sarana cuci tangan menggunakan air dan sabun atau
handsanitizer di sekolah, menghimbau warga sekolah yang sakit untuk mengisolasi diri di
rumah, melapor ke puskesmas terdekat tentang kondisi Anda, dan membersihkan sekolah.

3. Di Kegiatan Keagamaan dilakukan dengan Menjaga kebersihan dan lingkungan tempat


ibadah, menyediakan tempat cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau handsanitizer,
kegiatan agama melalui online, mengimbau umat untuk memperhatikan informasi dan panduan
resmi dari pemerintah, mendorong umat untuk mendukung himbauan pemerintah dalam
menerapkan social distancing.

4. Di Pusat Perbelanjaan dilakukan dengan pemeriksaan/ skrining pengunjung suhu tubuh


sebelum memasuki area perbelanjaan, Menjaga jarak minimal 1-2 meter dengan orang lain saat
berbelanja, menunda berbelanja bila sedang kurang sehat, bagi pemilik usaha agar
menyediakan tempat cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer, menjaga
kebersihan dan lingkungan tempat perbelanjaan.

EDUKASI MASYARAKAT KOMUNIKASI RISIKO DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


MENGENAI COVID 19
covid-19 serta 3 T. Apakah 3 T ?

3 T dikenal dengan Testing, Tracing dan Treatment, atau dalam Bahasa Indonesia disebut
dengan Tes, Telusur dan Tindak lanjut. 3 T merupakan upaya untuk memutus rantai penularan
Covid-19 dan penerapan 3 T masih perlu ditingkatkan pemahamannya di masyarakat karena
masyarakat lebih mengenal 3 M.

T yang pertama : Testing (Tes)

Adalahpemeriksaan dini untuk dapat mengetahui kondisi seseorang sudah terjangkit Covid-19
atau tidak. Hal ini sangat penting agar tindakan lebih lanjut atau perawatan dapat
diterima/dilakukan dengan cepat. Dengan testing, potensi penularan dapat diperkecil.

Tes dilakukan bila kita kontak erat atau kontak langsung dengan penderita Covid-19. Ada 3
jenis tes yang dilakukan untuk mendeteksi virus covid-19 yaitu Gennose, Swab Antigen dan
Swab PCR.

Masyarakat diharapkan bersedia melakukan tes atau pengecekan kesehatan jika diperlukan,
namun sebagian masyarakat masih enggan untuk tes karena masih adanya stigma. Selain itu
takut ketahuan postif, karena jika positif tidak bisa kerja.
Bila merasa tidak enak sebaiknya datang ke Puskesmas atau ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan.Bila orang tidak mau di test atau testingnya rendah, maka
tidak diketahui sejauh mana penyakit Covid-19 ini menyebar.Setelah menjalani tes dan bila
hasilnya positif ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
Informasikan kepada keluarga yang tinggal serumah.Melapor kepada aparat setempat (petugas
kesehatan, pak RT/RW, tim satgas setempat).Informasikan kepada aparat siapa saja yang
berkontak erat denganmu.Siapkan diri untuk menjalani isolasi selama 14 hari. Tetap berpikir
positif dan semangat.Siapkan keperluan selama isolasi mandiriMembuat jadwal harian selama
isolasi, seperti: berolah raga, makan bergizi seimbang, istirahat.

T yang kedua: Tracing (Telusur)

Telusur adalah proses mengidentifikasi siapa saja orang-orang yang telah berkontak dengan
pasien positif Covid-19. Ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19.

Setelah diidentifikasi, kontak erat pasien harus melakukan isolasi/karantina. Yang dimaksud
dengan kontak erat adalah orang yang berdekatan dengan pasien Covid-19 dalam radius 1 m
selama lebih dari 15 menit dalam 2 hari terakhir.

Masyarakat sebaiknya bersedia atau membuka diri terhadap proses tracing atau penulusuran
kontak kasus positif.

Dalam Telusur ada hal yang perlu dilakukan yaitu:

Mengidentifikasi waktu dan tempat dari orang-orang yang berkontak dengan pasien Covid-19
dan Menginformasikan orang-orang yang mungkin terpapar virus covid-19, serta
Mengisolasi orang-orang yang terjangkit Covid-19 untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

adalah Treatment (Tindak Lanjut)Tindak lanjut adalah perawatan kepada pasien yang
terkonfirmasi positif Covid-19. Perawatan ada 2 cara isolasi dirumah sakit atau isolasi di rumah
dengan pengawasan petugas puskesmas bagi yang positif tanpa gejala.Bagi yang bergejala
seperti demam, batuk, sesak nafas atau flu perawatan dilakukan di rumah sakit. Bagi yang
melakukan isolasi mandiri harus disiplin selama 14 hari dengan tetap menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), selalu bergembira dan bersyukur agar segera pulih kembali.

KLB dan wabah


Penanggulangan KLB/Wabah

Pasal 13

(1) Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh


Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
(2) Penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. penyelidikan epidemiologis;
b. penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan
karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat; dan
g. upaya penanggulangan lainnya.
(3) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf g antara lain berupa meliburkan sekolah untuk sementara
waktu, menutup fasilitas umum untuk sementara waktu, melakukan
pengamatan secara intensif/surveilans selama terjadi KLB serta
melakukan evaluasi terhadap upaya penanggulangan secara
keseluruhan.
(4) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan sesuai dengan jenis penyakit yang menyebabkan
KLB/Wabah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan penanggulangan
KLB/Wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran Peraturan ini

Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian


kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang
dapat menjurus pada terjadinya wabah.

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam


masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
 Penyebab Wabah secara garis besar adalah karena Toxin ( kimia &
biologi) dan karena Infeksi (virus, bacteri, protozoa dan cacing)

Mengetahui Sumber dan Cara Penyebaran KLB

Cara untuk mengetahui sumber dan cara penyebaran penyakit adalah


berdasarkan metode epidemiologi deskriptip, analitik dan kesesuaian
hasil pemeriksaan laboratorium antara penderita dan sumber
penyebaran penyakit yang dicurigai.

f. Menetapkan Cara-Cara Penanggulangan KLB

Cara-cara penanggulangan KLB meliputi upaya-upaya pengobatan


yang tepat terhadap semua penderita yang ada di unit-unit pelayanan
kesehatan dan di lapangan, upaya-upaya pencegahan dengan
menghilangkan atau memperkecil peran sumber penyebaran penyakit

atau memutuskan rantai penularan pada KLB penyakit menular. Cara-


cara penanggulangan KLB sebagaimana tersebut diatas sesuai
dengan masing-masing cara penanggulangan KLB setiap jenis
penyakit, keracunan atau masalah kesehatan tertentu dan penyakit
berpotensi KLB yang belum jelas etiologinya.

Undang-Undang Wabah , 1969:


Wabah : adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara
cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat
menimbulkan malapetaka.
Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian
dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu

(Undang-undang Wabah, 1969).


Peraturan Menteri Kesehatan RI No 949/ MENKES/SK/VII/2004Peraturan
Menteri Kesehatan RI No . 949/ MENKES/SK/VII/2004.
Kejadian Luar Biasa (KLB) : timbulnya atau meningkatnya kejadianKesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai