Oleh:
dr. Anna Nasriawati, M.K.K
Pembimbing:
Dr. Muhammad Ilyas, Sp.Ok
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap, serta pelayanan kegawatdaruratan medis memiliki risiko tinggi
terhadap penularan infeksi Covid-19 bagi sumber daya manusia yang terlibat dalam
pelayanan tersebut. Maka diperlukan upaya manajemen persiapan dan penanggulangan
bencana covid-19 di Rumah sakit.
RSUD sebagai rumah sakit pemerintah yang juga berfungsi sebagai rumah sakit rujukan
yang melakukan berbagai jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, pelayanan keperawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan
peningkatan kualitas kesehatan, tempat Pendidikan, dan/ atau pelatihan medik dan para
medik.
Berdasarkan peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia No. 27 tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
dalam rangka pencegahan infeksi terkait layanan kesehatan, atau lebih dikenal dengan
istilah infeksi nosokomial yang tidak hanya terbatas infeksi kepada pasien namun dapat
juga kepada petugas fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu upaya untuk merealisasikan
hal tersebut adalah melalui mitigasi penyelenggaraan K3 fasilitas di tiap unit pelayanan
kesehatan rumah sakit.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan penilaian risiko kesehatan ini adalah:
1. Mengetahui besarnya risiko terhadap kesehatan yang dihadapi pekerja dengan adanya
pajanan bahaya potensial Covid-19 di unit kerja
2. Mengetahui upaya stakeholders dan pekerja dalam penanganan bahaya Covid-19
3. Memberikan rekomendasi pengendalian risiko pajanan bahaya potensial kerja.
1.3 Metode
Program penanganan bencana covid-19 di Rumah Sakit menggunakan beberapa metode
yang terdiri dari:
1. Walk through survey untuk membuat penilaian manajemen risiko fasilitas di ruang rawat
isolasi covid-19, pelayanan rawat jalan, rawat inap, IGD dan Ponek.
2. Pelatihan dalam bentuk table top exercise pada direksi dan manajemen terkait
penanganan bencana covid-19 di Rumah Sakit
3. Pelatihan untuk sosialisasi K3 terkait covid-19 di unit kerja
4. Kuisoner pada seluruh pegawai untuk pengisian data skrinning dan tracing terkait risiko
covid-19
5. Pemeriksaan Kesehatan pekerja
BAB II
PROFIL K3RS
RUMAH SAKIT CIKALONG WETAN
Potensi bahaya di Rumah Sakit, selain penyakit – penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya – bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Rumah Sakit, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi
listrik dan sumber – sumber cidera lainnya). Radiasi, bahan – bahan kimia yang
berbahaya, gas – gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi
bahaya tersebut diatas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi karyawan di Rumah
Sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan Rumah Sakit.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakan, oleh karena itu K3RS perlu dikelola
dengan baik dan harus dibentuk struktur organisasi K3RS.
Agar penyelenggaraan K3RS lebih efektif , efisien dan terpadu, diperlukan sebuah
pedoman manajemen K3 di RS, baik bagi pengelola maupun karyawan RS.
URAIAN TUGAS
1. Ketua :
a. Bertanggungjawab atas terselenggaranya program tim K3RS
b. Mengkoordinasikan tim K3RS agar selalu dalam keadaan siap untuk penyelenggaraan
kegiatan K3 dengan lancar dan bermutu
c. Memantau pelaksanaan Program K3
d. Melaporkan kegiatan Program K3
e. Melakukan evaluasi Program K3
f. Melakukan perencanaan, pencatatan, pelaporan
g. Mengarsipkan semua dokumen dari seluruh tim atau seksi
2. Anggota :
a. Menyusun program dan mengkoordinasikan program dengan unit kerja terkait Rumah
Sakit
b. Melakukan monitoring dan evaluasi program K3
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan – kegiatan terkait prgram K3
d. Menyusun dan menetapkan pedoman pelaksanaan program K3
SASARAN
Sasaran dari program kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit adalah :
1. Pengelolaan Rumah Sakit
2. SDM Rumah Sakit
PELAKSANAAN
Kegiatan – kegiatan dalam program keselamatan pasien Rumah Sakit ini dibuat dalam
bentuk time schedule yang terlampir dalam program ini
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Kegiatan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan program kesehatan dan
keselamatan kerja ini dilakukan secara teratur dengan mengadakan pertemuan evaluasi dengan
Direktur.
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
1. Kegiatan K3 didokumentasikan secara tertulis dari masing – masing unit kerja Rumah Sakit
dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS
2. Data yang dikumpulkan selanjutnya dilaporkan/ diinformasikan oleh organisasi K3RS ke
Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah Sakit (Dinkes setempat,
penanggungjawab/ pengelola program keehatan kerja)
3. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing – masing aspek K3, dilaksanakan
dengan membuat atau menggunakan formulir – formulir yang telah ada atau yang telah
ditetapkan sesuai dengan aturan yang berlaku
4. Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap waktu,
sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dan atau pada saat
terjadi kejadian/ kasus (tidak terjawdal)
5. Pelaporan terdiri dari : pelaporan berkala (bulanan, semester dan tahunan) dilakukan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pelaporan sesuai / insidentil, yaitu pelaopran yang
dilakukan sewaktu – waktu pada saat kejadian kasus yang berkaitan dengan K3
6. Tim K3RS menganalisis akan penyebab permasalahan semua kejadian yang berhubungan
dengan K3RS
7. Berdasarkan hasil analisis akar masalah tim K3RS merekomendasikan solusi kepada
pimpinan rumah sakit.
8.
STRUKTUR ORGANISASI
KETUA
SEKERTARIS
SIE PERALATAN SIE SANITASI DAN SIE PELAYANAN KESEHATAN SIE DISTATER
MEDIS & NON LIMBAH & PAK PROGRAM
MEDIS, SAPRAS
Desi Agustin Musyabil Yudi
Yudi
BAB III
MANAJEMEN PENANGANAN COVID-19
DI RUMAH SAKIT CIKALONG WETAN
Salah satu program K3RS dalam penanganan bencana covid diampu pada tugas
pokonya dalam program penanganan bencana baik itu bencana covid sebagai bencana
internal maupun bencana eksternal. Penanganan Covid-19 maka diperlukan ruang
perawatan isolasi khusus covid-19 yang tersendiri. Saat ini RSUD hanya memiliki 4
kamar isolasi (1 di IGD, 3 di ruang rawat inap) dan sudah digunakan untuk merawat
pasien ODP/PDP. Namun, dikarenakan tidak tertampungnya dan diprediksi akan
semakin banyak pasien covid-19 terutama di wilayah kerja RSUD Cikalong Wetan, maka
manajemen RSUD mengajukan penambahan ruang perawatan isolasi khusus covid di
Gedung perawatan kelas 1 dan VIP. K3RS melakukan upaya penilaian risiko atas
fasilitas yang direncanakan untuk penambahan rawat isolasi covid sebelum unit tersebut
dihgunakan untuk menjadi acuan rekomendasi pelayanan yang standar dan optimal.
3.1.1. Membuat asessmen risiko fasilitas ruang perawatan isolasi covid-19
a. Lingkungan kerja
1. Pintu masuk ruang isolasi
Ket: belum ada anteroom ruangan, setting ruangan tekanan negative dan hepafilter belum ada
1. ruang perawatan isolasi
b. Identifikasi bahaya potensial, gangguan kesehatan dan kecelakan kerja Ruang Isolasi
Perawatan Pasien Covid 19
Tabel 3.2 Identifikasi bahaya potensial, risiko gangguan kesehatan dan risiko kecelakaan kerja
karyawan ruang isolasi perawatan pasien Covid 19
Proses kerja Bahaya Potensial Risiko Risiko
kesehatan kecelakan
kerja
Fisika Kimia Biologi Ergonomi Psikosos
ial
Melakukan - -cairan Airborne Posisi - - DKI/DKA -tertusuk
tindakan microshiel organism kerja workload - ISPA jarum
keperawatan d Virus dan janggal tinggi, - Covid 19 -luka
(chlorhexi bakteri dlm (membu shift - Hepatitis robek
dine), cairan ngkuk kerja, B,C -tertimpa
hand rub pasien dan tuntutan - HIV benda
Proses kerja Bahaya Potensial Risiko Risiko
kesehatan kecelakan
kerja
Fisika Kimia Biologi Ergonomi Psikosos
ial
(aalcohol (darah, urin, berdiri ketelitian - LBP/HNP berat
95%,perhi droplet) saat saat - Hipertensi -
drol melakuk bekerja, - Insomnia kebakaran
gliserol an rasa - Stress
3%, tindakan) cemas kerja
farfum), Manual tertular
bethadine lifting
solution pasien
(povidine antar
iodine), bed
alcohol Mendoron
70%, latex g
(handscoo brangkar
n), gas O2 pasien
Keterangan :
1. Rare : Suatu kejadian mungkin dapat terjadi pada suatu kondisi khusus / luar
biasa / setelah bertahun-tahun atau probabilitas terjadinya efek pajanan
<0,1% dari total pegawai.
2. Unlikely : Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa kondisi tertentu, namun
kecil kemungkinan terjadinya atau probabilitas terjadinya efek pajanan
<0,1-1% dari total pegawai.
3. Possible : Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi khusus atau
probabilitas terjadinya efek pajanan <1-10% dari total pegawai.
4. Likely : Suatu kejadian yang mungkin akan terjadi pada hampir semua kondisi
atau probabilitas terjadinya efek pajanan 10-50% dari total pegawai.
5. Almost Certain : Suatu kejadian pasti akan terjadi pada semua kondisi/setiap kegiatan
yang dilakukan atau probabilitas terjadinya efek pajanan >50% dari total pegawai.
Hasil perkalian dari Consequence dan Likelihood akan membentuk suatu tingkat risiko,
yang dapat terlihat dari Matrix Penentuan Risiko yang tertera pada Tabel dibawah.
Tabel 3.3.3 Matrix Risk Rating berdasarkan National Patient Safety Agency (2008)
Penatalaksanaan Risk :
Extreme: diperlukan tindakan segera
High: perlu perhatian manajemen direksi
Moderate: tindak lanjut oleh kepala instalasi
Low: manajemen melalui prosedur rutin (SOP)
Tabel 3.3.4 Analisis Risiko Gangguan Kesehatan Kerja di Ruang Isolasi Perawatan
Pasien Covid 19
18
Belum ada senam ada
peregangan spesifik untuk
leher
DKI/DKA Cairan Penyediaan MSDS di lemari Dilaksana
kan
pembersih dan penyimpanan B3.
antiseptik Tersedianya sarana dan
prasarana untuk mencuci
( alkohol 70 %, 3 3 9 (M) L)
tangan dan mata.
povidone
iodine ), klorin
dan formalin.
e. Stratifikasi Risiko
Berdasarkan analisis Health Risk Assesment (HRA) diatas dilakukan risk rating
dan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.4 Stratifikasi Risiko Gangguan Kesehatan Kerja pada tenaga kesehatan di
ruang Isolasi
f. Evaluasi Risiko
Berdasarkan analisa risiko didapatkan bahaya potensial biologi, kimia, ergonomi dan
kecelakaan kerja dengan penilaian tertinggi yaitu pada proses melakukan tindakan
perawatan dengan faktor pajanan biologi yang menimbulkan gangguan kesehatan
tertular penyakit airborne disease dan bloodborne disease yaitu tertular virus Covid
19, hepatitis B,C dan HIV. Pengendalian yang telah dilaksanakan oleh RSUD
Cikalong Wetan belum maksimal diperlukan banyak renovasi dan setting pembuatan
ruangan isolasi sesuai standar; pembuatan anteroom,HVAC system, penyediaan
ruang dan alat dekontaminasi, penyediaan APD standar dengan jaminan stok yang
19
memadai untuk keselamatan petugas kesehatan, dan stok penyediaan obat-obatan
yang juga masih minim.
Saran
1. Memperbaiki sarana dan prasarana ruang perawatan Isolasi Covid 19
o Membuat sekat untuk anteroom di loby ruang papandayan lantai 2 dan loby
Manglayang di lantai 1
o Merenovasi ruangan dengan membuat settingan tekanan negatif pada
anteroom di loby ruang papandayan lantai 2 dan loby Manglayang di lantai 1
dan memasang HVAC system atau dengan AC sirculating system pada
setiap ruangan perawatan
o Membuat ruang dekontaminasi sesuai standar
o Membuat stasi perawat
o Pengadaan Air sterilizer system dengan Hepafilter
2. Menjamin ketersediaan APD secara lengkap sesuai potensi bahaya yaitu berupa
safety shoes, handscoen, sarung tangan panjang, masker N95, kaca
mata/google, Hazmat dan penutup kepala.
3. Menjamin ketersediaan obat untuk terapi pasien Covid 19.
4. Membuat pemetaan wilayah pelayanan berdasarkan zona risiko
20
5. Penyediaan sarana dan alat BSC level 2 (Biosafety level cabinet) untuk
pemeriksaan sampel swab pasien Covid 19
6. Pelatihan pengambilan sampel swab naso dan orofaring untuk tenaga
laboratorium
7. Penyediaan sarana dan prasarana pemulasaran jenazah khusus untuk pasien
Covid 19 yang meninggal.
Pelatihan manajemen bencana dalam bentuk diskusi kasus antar direksi dan
manajer Rumah sakit terkait dengan perencanaan dan persiapan manajemen dalam
melakukan penanganan bencana Covid-19 sebagai bencana internal maupun
eksternal.
Desain Pelatihan Manajemen bencana:
Bentuk pelatihan: table top exercise
21
Peserta: direksi dan manajer RS
Waktu : 1-2 jam
Hasil : tidak dilakukan penilaian hanya sebagai brainstorming dan penambah
wawasan ilmu manajemen bencana Covid di RS
22
3.1.5. Setting pengendalian teknis unit kerja
Kontrol Teknik di rawat jalan dibuat dengan pemasanagan garis batas jarak 2m
antar dokter dan pasien, merubah posisi duduk dokter menjadi didepan AC dan
membuka pintu belakang agar aliran udara mengarah dari AC belakang dokter ke
pasien lalu keluar pintu belakang yang terbuka.
23
3.1.6. Membuat PCRA renovasi Gedung perawatan isolasi Covid-19
Skrinning atau surveilans medis pada pegawai terkait risiko Covid-19 dilakukan
dengan menggunakan kuisoner aplikasi google form dengan cara didistribusikan
kepada kepala unit kerja/kepala instalasi untuk disebar kepada seluruh pegawai unit
kerja nya. Pengisian skrinning dilakukan rutin setiap sebulan sekali dengan data
kuisoner inti tetap dan sebagaian direvisi berdasar waktu pengisian.
1. Dibuat rank Risiko berdasar kriteria epidemiologis (zona risiko: kontak dan area
transmisi) dan kriteria klinis (significant dan non significant symptoms)
Low Risk (kriteria epidemiologis(+) tetap bekerja dg precaution ketat)
High Risk (kriteria epidemiologis dan klinis (+) lanjut periksa poli u
konfirmasi)
2. High risk maka ditindak lanjuti untuk pemeriksaan rapid test jika hasil negatip maka
karantina 14 hari, jika hasil positip maka dilanjutkan dg test PCR (lanjutkan dg
algoritme ODP/PDP Pegawai RS)
13-05-2020
24
*Data Konfirmasi kategori risiko
25
12 Nelly 082126987560 PONEK Bidan Nyeri tenggorokan TAK Fit to work
13 Luthfia 087825155965 IRNA Perawat Nyeri tenggorokan batuk Periksa poli
14 Heru 085221775606 IGD Perawat TAK, kontak PDP TAK, APD observasi
rapid + level 2
15 Akhmad 087828261307 Farmasi apoteker Test + TAK (belum
depi test)
16 Sonia 081221981227 RM admin Pilek TAK Fit to work
17 Sisca 087821158665 Yanmed Perawat Batuk Batuk+pilek Periksa poli
Rekomendasi pemberian PMT berupa suplemen vitamin, madu dan susu untuk
26
3.1.10. Membuat juknis pemeriksaan Kesehatan pegawai
a. Pemriksaan prakerja untuk petugas ruang rawat isolasi covid-19
Tenaga Kesehatan Unit Rawat Isolasi adalah tenaga yang ditugaskan untuk
melakukan pelayanan di unit rawat isolasi RSUD Cikalong Wetan
Tujuan Pemeriksaan
Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan Kesehatan dilakukan 7hari sebelum petugas bertugas di unit rawat isolasi
Jenis Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik sesuai dg hazard risk asessmen
2. Pemeriksaan laboratorium darah: darah lengkap + GDP
3. Pemeriksaan Rontgen
4. Pemeriksaan skrinning stress kerja (SRQ-test)
Hasil Pemeriksaan
Resume hasil pemeriksaan dikeluarkan 3hari sebelum tenaga Kesehatan bertugas
Status Kesehatan
1. Fit to work
2. Unfit to work
27
c. algoritma Fit to work/return to work pada pegawai terkait covid-19
Pegawai RSUD
28
3.1.12. Pemantauan K3 Operasi hepafilter pada HVAC di ruang Rawat isolasi
29
5. Elektrostatik - Partikel bantalan muatan elektrostatik negatif tertarik untuk
menyaring dengan serat bermuatan positif. Efisiensi penyaringan tinggi.
Semua area umum fasilitas perawatan kesehatan wajib memiliki dua bank
dari filter - 30% (ASHRAE 52,1) prefilter dan 90% penyaring akhir. Asalkan filter akhir
dipasang dan dipelihara dan asalkan ada sedikit atau tidak ada bypass disekitar
filter, efisiensi gabungan dari dua filter bank hampir 100% menghilangkan partikel
dari 1μm - 5 m.
Sistem filtrasi digunakan sebagian besar tempat perawatan pasien di fasilitas
perawatan rawat jalan, dan lingkungan ruang operasi.Sebuah metrik umum untuk
kinerja filter adalah minimum nilai pelaporan efisiensi (Merv), peringkat berasal dari
metode pengujian yang dikembangkan oleh ASHRAE. Rating Merv menunjukkan
kemampuan filter untuk menangkap partikel antara 0,3 dan 10,0 mikron dalam
diameter.
Sebuah nilai yang lebih tinggi Merv diterjemahkan menjadi filtrasi yang lebih baik,
sehingga Merv-13 Filter bekerja lebih baik daripada Merv-8 filter. Dalam fasilitas
perawatan kesehatan filter akhir Merv-14 adalah dapat menhilang partikel cukup
memuaskan. Filter High Efficiency Particulate Air (HEPA) HEPA filter memiliki
efisiensi awal minimum 99,97% untuk menghilangkan partikel 0,3 mikron.
Ini adalah titik kritis karena filter ini digunakan untuk menghilangkan jamur dan
bakteri, biasanya 1 sampai 5 mikron dalam ukuran ketika udara, serta partikel virus
yang submikron dalam ukuran (sebagai referensi, spora Aspergillus adalah 2,5 - 3 m
di diameter).
Setiap filter HEPA secara individual diuji di pabrik untuk mengkonfirmasi kesesuaian
mereka untuk standar ini. Mereka juga mungkin diuji lapangan untuk mengkonfirmasi
mereka kepatuhan berkelanjutan untuk persyaratan efisiensi.
30
Catatan - Pedoman tidak menentukan udara buangan dari ruang isolasi menular
menggunakan HEPA untuk penyaringan sebelum dibuang di luar ruangan kecuali
ada kemungkinan bahwa pembuangan udara bisa masuk kembali sistem.
Namun, selalu ada kemungkinan exhaust re-entri di bawah angin tertentu dan
kondisi iklim. Oleh karena itu, lebih baik untuk menyaring semua udara yang
dibuangan keluar.
Pemeliharaan HEPA Efisiensi dari sistem filtrasi tergantung pada kepadatan filter
yang dapat menimbulkan penurunan tekanan kecuali dikompensasi oleh kipas
efisien tinggi sehingga aliran udara tetap terjaga. Ketika filter HEPA digunakan dalam
aplikasi pengendalian infeksi sangat penting untuk memiliki program pemeliharaan
teliti di tempat.
Untuk kinerja yang optimal, sangat penting bahwa:
HEPA filter yang akan diinstal pada peralatan yang segel filter di tempat untuk
mencegah udara yang terkontaminasi dari melewati filter. HEPA filter yang akan diuji
di situs ketika mereka pertama kali diinstal dan setiap enam bulan kemudian untuk
mengkonfirmasi bahwa mereka beroperasi pada efisiensi desain mereka.
HEPA filter harus dipantau (dengan manometer atau tekanan lainnya yang
menunjukkan perangkat) secara teratur dan diganti sesuai dengan rekomendasi
pabrikan dan praktek pemeliharaan preventif standar.
HEPA filter adalab item anggaran mahal. Dalam rangka untuk memperpanjang umur
filter HEPA dan mengurangi biaya penggantian yang sedang berlangsung, sangat
disarankan untuk memberikan prefilter hidup seadanya sebelum HEPA tersebut.
Studi menunjukkan bahwa efisiensi yang rendah-prefilter dapat memperpanjang
umur filter HEPA sebesar 25%, sambil menambahkan filter efisiensi yang lebih tinggi
antara seperti Merv 14 (95% oleh ASHRAE 52,1 uji debu spot) filter dapat
memperpanjang umur dari filter HEPA sebanyak 900%. Konsep ini, yang disebut
"filtrasi progresif," memungkinkan HEPA filter di daerah perawatan khusus yang
harus digunakan selama 10 tahun atau lebih. HEPA filter efisiensi dipantau dengan
dioctylphthalate (DOP) Uji partikel menggunakan partikel yang 0,3 m dengan
diameter.
Perhatian : HEPA filter pengganti membutuhkan karung-in / tas-out prosedur untuk
meminimalkan risiko paparan dari personil pemeliharaan untuk bahan infeksius. dan
sebaiknya setelah itu dimusnahkan.
KontrolBau
Ada beberapa daerah dalam fasilitas perawatan kesehatan di mana bau gas atau
kontaminan yang umum. Beberapa kontaminan ini hanya mungkin menjadi
gangguan atau kenyamanan terkait, sementara yang lain mungkin merupakan
31
ancaman bagi kesehatan pribadi. Asap dan bau dapat dihilangkan dari udara oleh
proses kimia seperti Penyerapan gas "gas sorption” yang mengendalikan senyawa
yang berperilaku seperti gas daripada sebagai partikel (misalnya, kontaminan gas
seperti formaldehida, sulfur dioksida, ozon, dan oksida nitrogen). Penyerapan gas
melibatkan satu atau lebih dari proses berikut dengan bahan serapan (misalnya,
karbon aktif, alumina aktif atau diolah secara kimia lempung aktif): Reaksi kimia
antara polutan dan sorben, Sebuah mengikat polutan dan sorben, atau Difusi
kontaminan dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah.
Penyerapan unit Gas tersedia dalam berbagai tanah liat diperlakukan kimia, masing-
masing melakukan secara berbeda untuk gas yang berbeda. Prefilter A dianjurkan
hulu unit serapan gas untuk memastikan bahwa filter pori-pori tidak tersumbat
dengan partikel. Saat ini tidak ada standar untuk rating kinerja pembersih udara gas,
membuat desain dan evaluasi sistem tersebut bermasalah. Filtrasi Udara untuk
Melindungi Peralatan HVAC Akumulasi debu dan kelembaban dalam sistem HVAC
meningkatkan risiko penyebaran kesehatan-terkait jamur lingkungan dan bakteri.
Komponen unit penanganan udara seperti koil pendingin, filter, dan membutuhkan
saluran kerja bisa menjadi lingkungan yang ideal untuk bakteri berkembang biak,
jamur dan jamur. Ini tidak dikelola dengan baik, ini akan menjadi penyebab untuk
infeksi. Praktek umum untuk melindungi HVAC termasuk mencari filter hulu dari koil
dan memiliki rating filter setidaknya Merv 8.
Saringan harus pas ke dalam frame pemegang, menjadi kaku, konstruksi tahan
kelembaban, dan dibangun dari bahan-bahan yang tidak akan mendukung
pertumbuhan mikroba.
Perawatan harus diambil untuk memastikan bahwa tidak ada udara melewati
sekitar filter. Bypass dapat dikurangi dengan gasketing filter untuk menyegel mereka
di tempat dan dengan memasang filter pada ruang kosong adalah jalur filter tidak
mengandung filter.
Ultraviolet Germicidal Irradiation (UVGI) Sebagai tindakan pembersih udara
tambahan, UVGI efektif dalam mengurangi penularan infeksi bakteri dan virus udara
di rumah sakit, tetapi hanya memiliki efek minimal terhadap menonaktifkan spora
jamur. UVGI juga dianjurkan dalam unit penanganan udara untuk mencegah atau
membatasi pertumbuhan bakteri vegetatif dan jamur. Lampu UV yang paling tersedia
secara komersial digunakan untuk tujuan kuman adalah tekanan rendah lampu uap
merkuri yang memancarkan energi radiasi terutama pada panjang gelombang 253,7
nm dari. Dua sistem UVGI telah digunakan dalam pengaturan kesehatan - iradiasi
saluran dan iradiasi udara atas kamar. Dalam sistem iradiasi saluran, lampu UV
ditempatkan di dalam ducting sedangkan di iradiasi udara diatas kamar, lampu UV
32
yang baik dari langit-langit atau dipasang di dinding. Studi inaktivasi bakteri
menggunakan BCG marcescens mikobakteri dan Serratia telah memperkirakan efek
UVGI sebagai setara dengan 10 ACH - 39 ACH. Studi lain, bagaimanapun,
menunjukkan bahwa UVGI dapat mengakibatkan sedikit setara ACH di zona-
perawatan pasien, terutama jika pencampuran udara antara zona tidak
cukup.Karena efektivitas klinis sistem UV dapat bervariasi, UVGI tidak dianjurkan
untuk manajemen udara sebelum resirkulasi udara dari ruang isolasi udara dan juga
dalam kamar operasi. Pemeliharaan rutin UVGI sistem sangat penting dan biasanya
terdiri dari menjaga lampu bebas dari debu dan mengganti lampu lama yang
diperlukan. Untuk memahami masalah keamanan yang terkait dengan penggunaan
sistem UVGI dari pemasok dan produsen
3.1.13. Memantau pengendalian limbah dari ruang rawat isolasi menuju IPAL/
TPS
33
Limbah dari pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dapat diklasifikasikan
dalam beberapa kategori utama, yaitu limbah umum, limbah patologis (jaringan
tubuh), limbah radioaktif, limbah kimiawi, limbah berpotensi menular (infectious),
benda-benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, dan kontainer dalam
tekanan. Dari sekian banyak jenis limbah klinis tersebut, maka yang membutuhkan
sangat perhatian khusus adalah limbah yang dapat menyebabkan penyakit menular
(infectious waste) atau limbah biomedis. Limbah ini biasanya hanya 10 – 15 % dari
seluruh volume limbah kegiatan pelayanan kesehatan. Jenis dari limbah ini secara
spesifik adalah:
Limbah yang harus dipisahkan dari yang lain adalah limbah patologis dan infeksius.
Limbah infeksius beresiko tinggi perlu ditangani terlebih dahulu dalam autoclave
sebelum menuju pengolahan selanjutnya atau sebelum disingkirkan di landfill.
Limbah darah yang tidak terinfeksi dapat dimasukkan ke dalam saluran limbah kota
dan dibilas dengan air, sedang yang terinfeksi harus diperlakukan sebagai limbah
34
berbahaya. Kontainer-kontainer dibawah tekanan (aerosol dan sebagainya) tidak
boleh dimasukkan ke dalam insinerator.
35
sakit itu sendiri, dan umumnya disimpan untuk menunggu waktu paruhnya telah
habis, untuk kemudian disingkirkan sebagai limbah non-radioaktif biasa.
4. Limbah kimia; dapat berupa padatan, cairan maupun gas misalnya berasal dari
pekerjaan diagnostik atau penelitian, pembersihan / pemeliharaan atau prosedur
desinfeksi. Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah identik
dengan limbah lainnya yang tidak termasuk kategori berbahaya. Konsep
penanganan limbah kimia yang berbahaya adalah identik dengan penjelasan
sebelumnya yang terdapat dalam diktat ini tentang limbah berbahaya.
36
infeksi. Benda-benda ini mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi atau bahan sitotoksik. Limbah ini harus dikemas dalam kemasan yang
dapat melindungi petugas dari bahaya tertusuk, sebelum dibakar dalam insinerator.
7. Limbah farmasi: berupa produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan
kimiawi yang dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah,
kadaluwarsa atau terkontaminasi atau harus dibuang karena sudah tidak digunakan
lagi. Obat-obatan yang tidak digunakan dan masa kadaluwarsanya masih lama
dikembalikan pada apotik, sedangkan yang tidak terpakai dan sudah mendekati atau
sudah lewat masa kadaluwarsanya ditangani secara khusus misalnya diinsinerasi
atau di landfilling atau dikembalikan ke pemasok.
8. Kontainer-kontainer di bawah tekanan; berupa tabung yang mengandung gas dan
aerosol yang dapat meledak bila diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena
kecelakaan (tertusuk dan sebagainya). Pengolahannya dengan cara landfilling atau
didaur-ulang.
Pengaturan limbah dari ruang rawat isolasi Covid dibuat label limbah infeksius
dengan penanganan seperti limbah infeksius lainya.
37
BAB IV
PENUTUP
38