1
PROGRAM KOMITE PPI RSIA BUNDA ALIYAH
TAHUN 2018
2
LEMBAR PENGESAHAN
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atar rahmat dan karunia
Nya, kami dapat menyelesaikan rencana program PPIRS tahun 2018. Pedoman ini
merupakan acuan bagi seluruh petugas yang terkait dengan pencegahan dan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit kepada pasien RSIA Bunda Aliyah.
Kami mengucapkan teriima kasih pada semua pihak terkait yang telah membantu dalam
menyelesaaikan penyusunan panduan ini, Kami siap menerima saran dan kritik yang
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.
Penyusun
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN …………………………………………………………. 6
LATAR BELAKANG……………………………………………………..…… 6
TUJUAN ………………………………………………………………………. 7
KEGIATAN POKOK…………………………………………………………….. 8
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN ………………………………….… 13
SASARAN MUTU ……………………………….…………………………… 14
JADWAL KEGIATAN…………………………………………………….…… 15
RENCANA ANGGARAN……………………….…………………………….. 16
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN LAPORAN………………… . 17
PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI…………………………….. 17
KERANGKA ACUAN KEWASPADAAN ISOLASI…………………………… 19
KERANGKA ACUAN SURVEILANS INFEKSI………………………………. 25
KERANGKA ACUAN OUTBREAK……………..………….…………………. 28
KERANGKA ACUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG RASIONAL….. 31
KERANGKA ACUAN MANAJEMEN RESIKO………………………………. 25
KERANGKA ACUAN PELAYANAN UNIT STERILISASI DAN LINEN…… 25
KERANGKA ACUAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN……………. . 25
5
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
I. PENDAHULUAN
Semakin pesatnya ilmu dan teknologi di bidang medis masa kini, maka
semakin kompleks pula pelayanan kesehatan di rumah sakit, ditandai dengan
meningkatnya prosedur-prosedur invasive baik untuk terapi maupun untuk
pemantauan kondisi pasien. Keadaan ini akan menimbulkan dampak meningkatnya
kejadian infeksi di pusat pelayanan terutama rumah sakit yang dikenal dengan
infeksi rumah sakit / healthcare associated infections (HAIs).
Infeksi rumah sakit akan berdampak menurunkan mutu pelayanan kesehatan
pada pasien karena akan meningkatkan angka kematian dan biaya perawatan akibat
semakin lamanya hari rawat serta biaya pengobatan semakin besar. Disamping itu
infeksi rumah sakit juga membahayakan petugas medis sendiri karena mereka
beresiko tertular infeksi di tempat kerja yang penatalaksaan umumnya sulit dan
mahal. Keluarga pasien dan pengunjung juga berpotensi menularkan penyakit dari
komunitas kepada pasien yang sementara dirawat, namun mereka juga berpotensi
tertular infeksi rumah sakit seperti tuberkolosis atau metisilin resisten stafilokokus
aureus (MRSA).
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang
dilaksanakan oleh semua unit di rumah sakit meliputi kualitas pelayanan,
manajemen risiko, clinical governance serta kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Tujuan Khusus :
a. Mencegah terjadinya HAIs ( Healthcare Associated Infction )atau Infeksi
Rumah Sakit dengan melaksanakan kegiatan surveilans
b. Meningkatkan kegiatan kewaspadaan isolasi
c. Meningkatkan kegiatan kegiatan pendidikan dan sosialisasi PPI
d. Meningkatkan penggunaan Antibiotik yang rasional
e. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI
f. Menentukan upaya tindak lanjut dalam menurunkan angka kejadian infeksi
nosokomial di rumah sakit.
g. Menggerakkan segala sumberdaya yang ada di rumah sakit secara efektif
7
dan efisien dalam pelaksanaan PPI.
2) Penggunaan APD
a. Identifikasi sarana prasarana APD
b. Sosialisasi APD kepada petugas RS, pasien, keluarga, pengunjung
dan masyarakat
c. Audit kepatuhan penggunaan APD
8
6) Penyuntikan yang aman
a. Identifikasi sarana prasarana yang ada
b. Sosialisasikan cara penyuntikan yang benar
c. Sosialisasikan cara penanganan limbah jarum dan tajam yang benar
d. Audit tindakan penyuntikan
7) Penempatan pasien
a. Identifikasi sarana dan tempat pengisolasian
b. Sosialisasikan cara penempatan pasien sesuai kewaspadaan transmisi
c. Audit cara penempatan pasien
8) Perawatan peralatan pasien
Identifikasi sarana peralatan yang ada
Identifikasi peralatan kritikal, semi kritikal, dan non kritikal
Sosialisasi jenis peralatan dan cara perawatannya
Audit perawatan peralatan
9) Penatalaksanaan linen
2. Identifikasi sarana yang ada
3. Identifikasi alur linen bersih dan kotor
4. Sosialisasi prosedur mengenai linen
5. Audit penatalaksanaan linen
10) Kesehatan karyawan
a. Identifikasi seluruh karyawan RSIA Bunda Aliyah untuk dilakukan
pemeriksaan medical ceck up secara berkala sesuai dengan unit
karyawan tersebut bekerja
b. Pemberian imunisasi pasif dan aktif kepada karyawan
c. Konseling kesehatan karyawan
d. Pengobatan karyawan yang terpapar infeksi
e. Audit penanganan kesehatan karyawan
11) Praktik lumbal punksi
a. Identifikasi sarana prasarana lumbal fungsi
b. Audit pelaksanaan lumbal punksi
B Survailans Infeksi
Case Finding (menemukan masalah/ kasus dugaan infeksi rumah sakit oleh
Tim PPI RS
a. Melakukan survei pada pasien yang terpasang infuse
b. Melakukan survei pada pasien yang pasca operasi
c. Melakukan survei pada pasien yang terpasang kateter urin
d. Melakukan survey pada pasien yang terpasang ventilator
e. Melakukan Survey pada pasien yang terpasang CVP, PICC, Umbilical
infus
f. Bila ditemukan kasus dugaan infeksi rumah sakit pada pasien saat survey
Sasaran Khusus :
1. Kepatuhan petugas melakukan cuci tangan 70% selama tahun 2018
2. Sasaran mutu dari program kerja surveilans adalah menurunkan Angka kejadian
HAIs dibawah standard
Pasien dengan ISK ≤ 4,7‰
Pasien dengan IAD ≤ 3,5‰
Pasien dengan IDO < 2 %
Pasien dengan VAP ≤ 5,8‰
14
Pasien dengan HAP ≤ 1‰
Pasien dengan Plebitis ≤ 1‰
3. Petugas 100% menggunakan APD sesuai standar di tahun 2018
4. Proses dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi instrumen 100% dilakukan
sesuai prosedur
5. Pengelolaan linen 100% dilakukan sesuai prosedur selama tahun 2018
15
JADWAL KEGIATAN
No Kegiatan 2018
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
KEWASPADAAN ISOLASI
1 Kewaspadaan Standar
A Kebersihan Tangan
B Alat Pelindung Diri
C Pengelolaan limbah dan
benda tajam
D Pengendalian Lingkungan
E Etika Batuk
F Penyuntikan yang Aman
G Penempatan Pasien
H Perawatan Perelatan
Pasien
I Penatalaksaan Linen
J Kesehatan Karyawan
K Praktek Lumbal Pungsi TENTAFIF
2 Kewaspadaan berdasar
Transmisi
A Kontak
B Droplet
C Airbone
3 Surveilans Infeksi
4 Investigasi Wabah TENTATIF
(KLB)
5 Pembuatan ICRA
ICRA Surveilans
ICRA Renovasi TENTATIF
6 Penggunaan Antibiotik
Rasional
7 Pembuatan Manajemen
Resiko
8 Mengukur dan Me-
review resiko Infeksi
9 Pelayanan Sterilisasi dan
Linen
10 Hygiene Dan Sanitasi
Makanan
11 Pendidikan dan
Pelatihan
16
VII. RENCANA ANGGARAN PROGRAM PPI
NO
JENIS KEGIATAN ITEM BIAYA BIAYA (Rp)
1 KEWASPADAAN APD
ISOLASI
* MASKER
25,000,000.00
* SARUNG TANGAN
150,000,000.00
* TOPI
12,000,000.00
* KACA MATA GOOGLE
300,000.00
* SEPATU BOOT
2,000,000.00
* SABUN CAIR
20,000,000.00
DESINFEKTAN
50,000,000.00
DIKLAT INTERNAL &
EKSTERNAL 8,000,000.00
PEMERIKSAAN KUMAN
10,000,000.00
BUKU REFERENSI
500,000.00
2 PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN EKSTERNAL
SOSIALISASI PPI
*PPI Dasar
6,500,000.00
*TOT PPI
6,000,000.00
PENDIDIKAN INTERNAL
* PERALATAN
1,000,000.00
* DOKUMENTASI
400,000.00
* SNACK
3,000,000.00
3 PENYEHATAN FORMULIR DOKUMENTASI
HYGIENE DAN (BUKU) 960,000.00
SANITASI MAKANAN
SWAB RECTAL
3,500,000.00
PEMERIKSAAN USAP ALAT
2,400,000.00
MAKANAN
PEMERIKSAAN BERKALA
MAKANAN 600,000.00
ATK
500,000.00
17
4 MANAJEMEN RESIKO
FORMULIR DOKUMENTASI
300,000.00
PERALATAN (TINDAKLANJUT
ICRA) 2,000,000.00
5 OUTBREAK SESUAI KEJADIAN TENTATIF
6 PELAYANAN UNIT
FORMULIR DOKUMENTASI
STERILISASI DAN 300,000
LINEN
PELATIHAN CSSD
6,000,000
PEMERIKSAAN SAMPEL LINEN
3,000,000
KALIBRASI ALAT
6,000,000
SWAB ALAT
3,000,000
7 PENGGUNAAN
FORMULIR MONITORING
ANTIBIOTIK YANG
DOKUMENTASI
RASIONAL 500,000.00
8 SURVEILANCE
FORMULIR DOKUMENTASI HAIs
INFEKSI 960,000.00
FORMULIR SURVEILANS IDO
12,000.00
FORMULIR AUDIT KEPATUHAN
180,000.00
ATK
500,000.00
TOTAL ANGGARAN PROGRAM PPIRS 325,412,000.00
18
4. Laporan tahunan
Hasilnya di koordinasikan kepada manager pelayanan medis dan manager
keperawatan kemudian membuat laporan kepada direktur
19
KERANGKA ACUAN KEWASPADAAN ISOLASI
A. PENDAHULUAN
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang
disusun olehCenter for Desease Control(CDC) yang diterapkan di rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya. Penerapan kewaspadaan isolasi untuk menurunkan
resiko trasmisi penyakit dari pasien ke pasien lain atau ke pekerja medis.
Pencegahan penularan penyakit infeksi didasarkan pada 2 lapis kewaspadaan; lapisan
pertama, kewaspadaan standar meliputi semua darah dan cairan tubuh – baik yang
berasal dari pasien maupun dari petugas – dianggap infeksius) dan lapisan kedua,
kewaspadaan berdasarkan transmisi / cara penularan (ditujukan kepada pasien yang
terbukti atau diduga berpenyakit menular atau yang secara epidemiologis mengidap
kuman patogen). Kewaspadaan yang didasarkan atas cara penularan/transmisi penyakit
meliputi: Airborne precautions (kewaspadaan penularan lewat udara), droplet
precautions (kewaspadaan penularan lewat droplet), contact precautions (kewaspadaan
penularan lewat kontak)
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mencegah terjadinya HAIs di RSIA Bunda Aliyah.
b. Tujuan Khusus
Mencegah terjadinya HAIs ( Healthcare Associated Infction )atau Infeksi
Rumah Sakit dengan melaksanakan kegiatan surveilans
Meningkatkan kegiatan kewaspadaan isolasi
Menentukan upaya tindak lanjut dalam menurunkan angka kejadian infeksi
nosokomial di rumah sakit.
Menggerakkan segala sumberdaya yang ada di rumah sakit secara efektif dan
efisien dalam pelaksanaan PPI.
C. TATA LAKSANA
1. Kegiatan Pokok dan Rincian kegiatan
c. Kewaspadaan standar
20
12) Kebersihan tangan
a. Identifikasi sarana prasarana kebersihan tangan
b. Sosialisasi kebersihan tangan kepada petugas rs, pasien, klg,
pengunjung dan masyarakat
c. Audit kepatuhan kebersihan tangan
21
18) Penempatan pasien
d. Identifikasi sarana dan tempat pengisolasian
e. Sosialisasikan cara penempatan pasien sesuai kewaspadaan transmisi
f. Audit cara penempatan pasien
19) Kesehatan karyawan
f. Identifikasi ruangan beresiko
g. Identifikasi petugas yang beresiko
h. Identifikasi kejadian beresiko infeksi
i. Pemberian imunisasi pasif dan aktif kepada karyawan
j. Pengobatan karyawan yang terpapar infeksi
k. Audit penanganan kesehatan karyawan
20) Praktik lumbal punksi
c. Identifikasi sarana prasarana lumbal fungsi
d. Audit pelaksanaan lumbal punksi
d. Kewaspadaan berdasarkan transmisi
4. Kontak
f. Identifikasi pasien yang beresiko
g. Identifikasi ruangan yang beresiko
h. Sosialisasi mengenai penggunaan APD di ruangan beresiko
i. Sosialisasi penempatan pasien
j. Audit penanganan pasien dengan penularan airborne
5. Droplet
f. Identifikasi pasien beresiko
g. Sosialisasi penempatan pasien
h. Sosialisasi penggunaan APD
i. Sosialisasi pemindahan transport/pemindahan pasien
j. Audit penanganan pasien dengan penularan droplet
6. Airborne
e. Identifikasi pasien beresiko
f. Sosialisasi penempatan pasien
g. Sosialisasi penggunaan APD
h. Audit penanganan pasien dengan penularan kontak
22
2. Cara melaksanakan
a. Mengadakan rapat untuk berkoordinasi dengan unit terkait
b. Membuat atau revisi SPO tentang
Hand Hygiene
Penggunaan APD
Pengendalian lingkungan
Pengelolaan limbah tajam
Etika Batuk
Penyuntikan yang aman
Kesehatan karyawan
Praktik lumbal punksi
Penempatan pasien isolasi
c. Mengadakan diklat atau pelatihan untuk melakukan sosialisasi
d. Membuat permohonan untuk pengadaan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam menjalankan SPO
e. Monitoring pelaksanaan SPO
f. Melakukan Audit Kepatuhan tentang SPO PPIRS
g. Evaluasi dan Analisa terhadap pelaksanaan SPO
h. Memberikan feedback pada unit terkait
i. Memberikan rekomendasi pada direktur berdasarkan hasil evaluasi dan
analisa
3. Waktu pelaksanaan
Rapat koordinasi dengan Komite PPI setiap bulan
Rapat koordinasi dengan Komite PMKP setiap 3 bulan
Monitoring di unit pelayanan setiap hari
Sosialisasi setiap ada kebijakan
Analisa pencapaian hasil monitoring dan audit setiap 3 bulan
Laporan ke Direktur setiap 3 bulan
Diklat untuk petugas baru dan untuk karyawan resosialisasi sesuai
kondisi
23
D. SASARAN
100% karyawan dan pasien RSIA Bunda Aliyah memahami dan mampu
melaksanakan SPO tentang PPIRS
Terlaksananya pertemuan berkala sesuai jadwal
SPO PPIRS update 100%
Diklat terlaksana 100%
Hasil monitoring kegiatan PPIRS seluruh unit
Hasil Audit kegiatan PPIRS
Kebijakan pimpinan sesuai rekomendasi dari komite PPI
E. ANGGARAN BIAYA
a. APD, : Rp . 250.000.000
Masker : Rp. 25.000.000
Sarung tangan : Rp 150.000.000
Topi : Rp 12.000.000
Kaca mata Google : Rp 300.000
Sepatu Boot : Rp 2.000.000
Sabun Cair : Rp 20.000.000
b. DESINFEKTAN : Rp 50.000.000
c. Diklat (internal & eksternal : Rp. 8.000.000
d. Periksa Kuman : Rp 10.000.000
e. Buku Referensi : Rp 500.000
Total Rp. 277 800 000
24
B. PENCATATAN, PELAPORAN & EVALUASI KEGIATAN
Komite PPI akan membuat analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan
kegiatan selama 1 tahun. Hasil evaluasi ini akan dilaporkan sesuai jadwal kepada
Direktur sebagai bahan rekomendasi.
25
KERANGKA ACUAN SURVEILANS INFEKSI
1. PENDAHULUAN
Pengendalian HAI’s merupakan infeksi yang terjadi di RS yang dapat di cegah
dengan mematuhi SPO yang ada sesuai dengan kebijakan RS. Komite PPI
mempunyai tanggung jawab meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Untuk
mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi di rumah sakit perlu adanya
kegiatan yang perlu dilakukan melalui program yang berhubungan dengan PPI.
Program Komite PPI ini diharapkan dapat merubah perilaku baik petugas rumah
sakit, maupun pasien dan keluarga serta masyarakat ke arah perilaku hidup sehat.
Surveilans infeksi merupakan salah satu program yang dibuat PPI sebagai upaya
untuk mengetahui kejadian infeksi, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat
sesegera mungkin.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tersedianya data dan informasi yang dapat dijadikan acuan dalam mengambil
keputusan
b. Tujuan Khusus
Surveilans dilakukan diharapkan
3. Tersedianya data dugaan infeksi meliputi IDO, IAD, ISK, Phlebitis, VAP,
dan HAP
4. Tersedianya data kepatuhan petugas terhada Hand hygiene
5. Tersedianya data kepatuhan petugas dalam menggunakan APD yang rasional
3. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Kegiatan Pokok
Case Finding (menemukan kasus dugaan infeksi di rumah sakit oleh TIM
PPIRS
Case Report ( laporan kejadianinfeksi di RS .
b. Cara Pelaksanaan
26
Case Finding
Melakukan survei pada pasien yang terpasang infuse
Melakukan survei pada pasien yang pasca operasi
Melakukan survei pada pasien yang terpasang kateter urin
Melakukan survey pada pasien yang terpasang ventilator
temuan kasus dugaan infeksi pada pasien saat supervisi
Case Report
Laporan dari unit tentang kejadian HAI,s setelah 3x24 pasien dirawat.
Surveilans kepatuhan perugas terhadap hand hygiene dengan audit setiap 6
bulan
Surveilans penggunaan APD pada petugas denganaudit kepatuhan dengan
menggunakan formulir
a. Sasaran
Angka kejadian IDO < 2%
Phlebitis < 1‰
IAD < 3,5 ‰
VAP < 5,8 ‰
HAP 1‰
ISK <4,7‰
data surveilans terkumpul 100%
100% patuh terhadap hand hygiene
100% petugas patuh dalam menggunakan APD
b. Pelaksana kegiatan
IPCN, IPCLN, dan Perawat ruangan terkait
c. Waktu pelaksanaan
Monitoring/ surveilans setiap hari
Audit setiap 6 bulan
d. Anggaran kegiatan
Formulir dokumentasi phlebitis, IAD, ISK 80 buku x Rp. 12.000 = Rp
960.000
Formulir Surveilans IDO 1 buku x Rp. 12.000 = Rp
12.000
27
Formulir audit kepatuhan 4 x 300 org x Rp. 12.000 = Rp
180.000
ATK = Rp
500.000
Total
=Rp1.652.000
4. PENUTUP
28
KERANGKA ACUAN PROGRAM EMERGING & REEMERGING
INFECTION DESEASES (OUTBREAK)
1. PENDAHULUAN
Pengendalian HAI’s merupakan upaya rumah sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan dengan menurunkan atau meminimalkanan kejadian pandemik yang
terjadi di masyarakat. Wabah penyakit yang terjadi di masyarakat perlu penanganan
yang sesegera mungkin dengan cara outbreak yaitu sistem pengumpulan data untuk
menghadapi penyakit pandemi.
Upaya yang dilakukan Rumah Sakit untuk mengatasi penyakit yang mewabah
dengan melakukan tindakan emerging dan reemerging infection desease yang ada
di masyarakat. Hal ini dapat mengurangi kegelisahan di masyarakat akibat adanya
wabah dan juga mengurangi meluasnya pandemik penyakit menular.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meninhgkatkan mutu pelayanan RSIA Bunda Aliyah dengan mengurangi
kejadian pandemi penyakit menular
b. Tujuan Khusus
Program Outbreak di komite PPI diharapkan dapat :
1). Mengatasi penyakit pandemi, bekerjasama dengan dinas kesehatan jakarta
timur
2) Mengurangi kegelisahan masyarakat
3) Memenuhi obat-obatan yang dibutuhkan pasien
4) Masyarakat mengetahui tentang penyakit yang mewabah
5) Masyarakat memahami akan pentingya cuci tangan
3. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Kegiatan Pokok
b. Pengadaan stock obat-obatan.
c. Peyuluhan tentang penyakit pandemic
d. Penyuluhan tentang hand hygiene
e. Bekerjasama dengan dinas kesehatan .
29
1) Cara Pelaksanaan
Surveilans atau investigasi outbreak KLB kasus infeksi yang terjadi atau
muncul ulang (emerging dan reemerging) serta kuman multi resisten lain
yang di pantau melalui pemantauan hasil laboratorium mikrobiologi
misalnya MDRO (Multi Drug Resistant Staphylococcus Aureus), MRSA
(methicillin resistant stapilococcuc aureus), VRE (Vancomycin Resistant
Enterococcus), Diare yang mewabah.
Menganalisa data yang terkumpul
Melakukan identifikasi resiko potensial KLB
Menyiapkan ruangan untuk tempat persiapan bila terjadi pandemi
menular
2) Sasaran
Outbreak dilakukan dengan kriteria
Timbul penyakit/ infeksi dan atau kuman yna sebelumnya tidak ada
Adanya peningkatan kejadian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah
yang terjadi dalam kurun waktu yang sama pada tahun sebelumnya
Menurunkan angka MDRO, MRSA, VTE, dll.
Tidak ditemukan kuman multiresisten dalam 6 bulan.
3) Pelaksana kegiatan
IPCN, IPCLN, dan Perawat ruangan terkait
4) Waktu pelaksanaan
5) Saat terjadi wabah
6) Anggaran kegiatan
7) Sesuai dengan kebutuhan pasien saat terjadi wabah
8) Evaluasi dan Laporan
Evaluasi kegiatan dilakukan setiap akhir kegiatan dan membuat laporan
kegiatan oleh IPCN dan dilaporkan ke ketua PPI yang diteruskan membuat
rekomendasi ke Direktur
30
9) PENUTUP
31
KERANGKA ACUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG RASIONAL
A. PENDAHULUAN
Data WHO 50% peresepan obat-obatan di dunia diberikan secara tidak tepat, tidak
efektif dan tidak efisien. Indonesia masih banyak penggunaan antibiotik secara rasional
belum optimal dan masih banyak menggunakan obat polifarmasi, penggunaan
antibiotik yang irasional.
Kebijakan penggunaan obat rasional merupakan salah satu upaya untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas , menjamin keamanan, efektifitas serta biaya terjangkau.
Selain itu penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien menerima pengobatan sesuai
dengan kebutuhan klinis, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan dalam periode
waktu yang adekuat dan dengan biaya terjagkau.
Pemerinta telah mengatur pengobatan Antibotik dalam Undang-Undang Republik
Idonesia No. 40 tahun 2004 yang dijadikan acuan untuk pemberian antibiotic pada
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pedoman ini untuk menjamin ketersediaan
dan akses terhadap obat serta menjamin kerasionalan penggunaan obat yang aman dan
bermanfaat serta bermutu bagi masyarakat.
Maka dari itu untuk penggunaaan antibiotika secara bijak dan peningkatan
mutu seoptimal mungkin perlu adanya pengendalian resistensi antimikroba di secara
kontinyu oleh KomitePPRA dan Komite PPI
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu yang dapat menjamin
keamanan, efektitifitas dan efisiensi pengobatan di RSIA Bunda Aliyah
b. Tujuan Khusus
Terlaksananya penggunaan antibiotik yang rasional
Urgensi monitoring indikator peresepan
Meningkatkan pengetahuan tentang peran tenaga kesehatan dalam
penggunaan obat yang rasional.
32
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
b. Kegiatan Pokok dan Rincian kegiatan
Peresepan obat antibiotik secara rasional
Monitoring penggunaan atau peresepan obat antibiotik
c. Cara Pelaksanaan
Sosialisasi panduan penggunaan obat yang rasional pada dokter – dokter
yang ada di lingkungan RSIA Bunda Aliyah
Implementasi penggunaan angtibiotik yang rasional
Monitoring peresepan obat-obat antibiotik yang diberikan oleh dokter-
dokter RSIA Bunda Aliyah. Dengan menggunakan formulir yang berlaku.
D. SASARAN
Dokter-dokter RSIA Bunda Aliyah menggunakan obat-obat rasional sesuai
panduan PPRA 100%
E. PELAKSANA KEGIATAN
Dokter-dokter yang ada di lingkungan RSIA Bunda Aliyah
F. WAKTU PELAKSANAAN
Saat dokter memberikan pelayanan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
G. ANGGARAN KEGIATAN
i. Formulir dokumentasi : Rp. 500.000
33
10) PENUTUP
Demikianlah kerangka acuan kegiatan ini kami sampaikan, semoga dapat menjadi
acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. Atas perhatian dan
kebijaksanaanya kami mengucapkan terimakasih.
34
KERANGKA ACUAN MANAJEMEN RESIKO
1. PENDAHULUAN
Target manajemen risiko sebagai pencapaian mutu keselamatan pasien adalah
menurunkan angka HAIs di Rumah Sakit. Pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit.
Program PPI sehubungan dengan kegiatan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit, salah satunya adalah menilai dan mengontrol infeksi di RS melalui kegiatan
ICRA
2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mencegah dan atau menurunkan angka infeksi di RS
2. Tujuan Khusus
Tercapainya perlindungan terhadap pasien, petugas dan pengunjung rumah
sakit dari risiko infeksi.
Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di rumah sakit.
Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko infeksi di
rumah sakit.
Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di
seluruh area rumah sakit.
3. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Kegiatan Pokok
ICRA Surveilans
ICRA Renovasi
Mengukur dan mereviesw resiko infeksi
b. Cara Pelaksanaan
c. Tahap-tahap ICRA
Identifikasi resiko berdasarkan isue infeksi
Analisa resiko
Evaluasi
d. Proses pembuatan ICRA :
35
user membuat memo ke bagian teknisi, lalu teknisi membuat memo ke Tim
PPI yang berisi susunan kegiatan renovasi
IPCN melakukan analisa berdasarkan kegiatan yang akan dilakukan
IPCN menentukan kegiatan yang perlu dilakukan
Pelaksana Implementasi tindakan setelah ada rekomendasi dari kmite PPI.
4. SASARAN
Keamanan peralatan yang digunakan dalam pemberian pelayanan
Keamana Pasien saat proses renovasi
5. PELAKSANA KEGIATAN
IPCN bekerjasama unit terkait
6. WAKTU PELAKSANAAN
ICRA surveilans dibuat satu tahun sekali
ICRA renovasi dibuat ketika akan renovasi bangunan Rumah Sakit
7. ANGGARAN KEGIATAN
Formulir dokumentasi : Rp. 300.000
Peralatan : Rp. 2.000.000
36
9. PENUTUP
Demikianlah kerangka acuan kegiatan ini kami sampaikan, semoga dapat
menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. Atas perhatian
dan kebijaksanaanya kami mengucapkan terimakasih.
37
KERANGKA ACUAN PELAYANAN DI UNIT STERILISASI DAN LINEN
a. PENDAHULUAN
Infeksi rumah sakit akan berdampak menurunkan mutu pelayanan kesehatan pada
pasien karena akan meningkatkan angka kematian dan biaya perawatan akibat semakin
lamanya hari rawat serta biaya pengobatan semakin besar. Infeksi rumah sakit juga
dapat membahayakan petugas medis sendiri karena mereka beresiko tertular infeksi di
tempat kerja yang penatalaksaan umumnya sulit dan mahal. Resiko infeksi bisa
disebabkan salah satunya bisa melalui peralatan yang digunakan.
Peralatan yang digunakan untuk setiap tindakan invasif perlu diperhatikan kualitas
kesterilannya., sehingga akan memberikan keamanan bagi pasien. Kualitas kesterilan
peralatan medis yang baik diperlukan pengelolaan sesuai standar, sehingga kejadian
infeksi dapat dihindari.
b. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan unit sterilisasi dalam sterilisasi instrumen dan
linen untuk mencegah HAI,s di RSIA Bunda Aliyah
2. Tujuan Khusus
A. Menyediakan kebutuhan persediaan peralatan kamar operasi dan unit lain
terjamin kualitas hasil sterilisasi pada setiap peralatan dan linen
B. Mendeteksi sedini mungkin bila terjadi permasalahan terhadap peralatan dan
linen ya g dikelola oleh unit Sterilisasi
c. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Kegiatan Pokok dan Rincian kegiatan
1. Meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi
Pendidikan dan pelatihan tenaga unit sterilisasi
Pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang ruang sterilisasi
Pemeriksaan sample instrumen, linen dan kasa setiap 6 bulan sekali
Kalibrasi alat autoclave setiap 6 bulan sekali
Pemantauan, pengendalian, pelaporan dan evaluasi kinerja setiap bulan
2. Pengadaan alat
38
Meja Packing
Trolly
Almari
3. Pengembangan ruang sterilisasi
4. Pelayanan Pengelolaan Linen
a. Program peningkatan mutu pelayanan laundry
1) Pendidikan dan pelatihan tenaga Laundry baik pengelolaan maupun
menejemen laundry.
2) Pemeliharaan sarana dan prasarana laundry
3) Pemantauan,pengendalian,pelaporan dan evaluasi kinerja setiap
bulan.
b. Program fasilitas pengembangan ruangan laundry
5. Pelayanan Non sterilisasi
a. Kalibrasi alat sterilisasi (Autocalave) setiap 1 tahun sekali.
b. Pemeliharaan alat (Autocalave) sesuai jadwal
c. Pemeliharaan alat dan hasil sterilisasi setiap 6 bulan
d. Pelatihan petugas sterilisasi tentang sterilisasi dan pencucian linen
yang benar
e. Monitoring mutu hasil sterilisasi secara visual setiap pelaksanaan
kegiatan.
f. Monitoring desinfeksi tempat kerja laundry sesuai jadwal.
d. CARA PELAKSANAAN
Implementasi sterilisasi sesuai SPO
Kalibrasi sesuai dengan jadwal
Pengadaan alat sesuai standar
Monitoring setiap hari tentang sterilisasi peralatan dengan menggunakan
formulir sterilisasi
1) Perawatan peralatan pasien
Identifikasi sarana peralatan yang ada
Identifikasi peralatan kritikal, semi kritikal, dan non kritikal
Sosialisasi jenis peralatan dan cara perawatannya
Audit perawatan peralatan
39
2) Penatalaksanaan linen
Identifikasi sarana yang ada
Identifikasi alur linen bersih dan kotor
Sosialisasi prosedur mengenai linen
Audit penatalaksanaan linen
e. SASARAN
Peralatan yang digunakan dalam layanan 100% steril
Alat terkalibrasi sesuai jadwal
Kebutuhan peralatan Unit layanan keperawatan terpenuhi 100%
Petugas loundry terampil dalam pengelolaan linen dan loundry
f. PELAKSANA KEGIATAN
Rumah Tangga dan Umum
g. WAKTU PELAKSANAAN
Pemeriksaan sample instrumen, linen dan kasa setiap 6 bulan sekali
Kalibrasi alat autoclave sekali setiap tahunnya
Pemeriksaan uji swab alatn setiap 6 bulan
Pemeriksaan sampel linen setiap 6 bulan
h. ANGGARAN KEGIATAN
Formulir dokumentasi : Rp. 300.000
Pelatihan : Rp. 6.000.000
Pemeriksaan sampel linen : Rp. 3.000.000
Kalibrasi Alat : Rp. 6.000.000
Swab Alat : Rp. 3.000.000
Total : Rp. 18.300.000
40
Laporan kegiatan oleh bagian umum, dan analisa dilakukan oleh IPCN,
kemudian dilaporkan ke ketua PPI yang diteruskan membuat rekomendasi ke
Direktur
I. PENUTUP
Demikianlah kerangka acuan kegiatan ini kami sampaikan, semoga dapat menjadi
acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. Atas perhatian dan
kebijaksanaanya kami mengucapkan terimakasih.
41
KERANGKA ACUAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN
A. PENDAHULUAN
Pengelolaan makanan dengan baik dan memenuhi syarat merupakan salah satu
program komite PPI. Pemantauan penyehatan makanan dan minuman ialah upaya
untuk mengendalikan factor-faktor seperti orang, makanan, tempat dan
perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan lainnya.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mencegah terjadinya infeksi di Rumah Sakit
b. Tujuan Khusus
Mencegah penularan penyakit lewat makanan (food borne desease)
Menciptakan lingkungan kerja sesuai ergonomis
Mencegah kecelakaan kerja
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Kegiatan Pokok
Monitoring inspeksi kesehatan lingkungan
Pemeriksaan usap alat makan
Pemeriksaan berkala bahan makanan
b. Cara Pelaksanaan
Monitoring dan observasi pelaksanaan pengelolaan makan dan minuman pasien
dari mulai penyajian sampai makanan dan minuman tersebut sampai di depan
pasien, pendistribusian makanan ke ruang perawatan, kepatuhan petugas
menggnakan APD, kepatuhan hand hygiene, prosedur pencucian dsn
penyimpanan alat makan, pencatatan suhu dan kelembaban ruangan
D. SASARAN
Monitoring inspeksi kesehatan lingkungan terlaksana
Pemeriksaan usap alat makan terlaksana
Pemeriksaan berkala bahan makanan terlaksana
42
E. PELAKSANA KEGIATAN
IPCN bekerjasama dengan koordinator GIZI
F. WAKTU PELAKSANAAN
Monitoring dilaksanakan setiap hari
Pemeriksaan usap alat makanan 1x setiap tahunnya
Pemeriksaan berkala setiap 6 bulan
G. ANGGARAN KEGIATAN
Formulir dokumentasi 70 buku x Rp. 12.000 = Rp 960.000
Swab rektal 10 org x Rp.350.000 = Rp 3.500.000
Pemeriksaan usap alat makanan
6 set alat makan x Rp. 400.000 = Rp 2.400.000
Pemeriksaan berkala makanan
6 sampel makan x 100.000 org = Rp. 600.000
ATK = Rp 500.000
Total = Rp 7.960.000
H. EVALUASI DAN LAPORAN
Evaluasi kegiatan monitoring dilakukan setiap akhir bulan, dan dianalisa setiap
6 bulan sampai dengan 1 tahun oleh IPCN. Laporan kegiatan oleh IPCN dan
dilaporkan ke ketua PPI yang diteruskan membuat rekomendasi ke Direktur
I. PENUTUP
Demikianlah kerangka acuan kegiatan ini kami sampaikan, semoga dapat
menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. Atas perhatian dan
kebijaksanaanya kami mengucapkan terimakasih.
43
KERANGKA ACUAN PENDIDIKAN DAN SOSIALISASI PPI
A. PENDAHULUAN
Pengendalian HAI’s merupakan upaya rumah sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan. Peran petugas dalam memberikan pelayanan sangatlah penting,
sehingga perlu adanya pedoman pelayanan yang dibuat sebagai acuan petugas
dalam bekerja , khususnya mencegah dan mengendalikan infeksi yang terjadi di
rumah sakit.
Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah sakit dapat dilakukan
dengan baik melalui petugas yang kompeten dan komitmen terhadap peningkatan
mutu pelayanan Rumah Sakit. Upaya yang dilakukan komite PPI untuk
memberikan pemahaman tentang implementasi Program PPI perlu pelatihan
tentang PPI dan sosialisasi program PPI
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mreningkatkan mutu pelayanan RSIA Bunda Aliyah dengan melaksanakan
Program PPI
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan pelatihan dan sosialisasi PPI, karyawan dapat
a. Meningkatkan pengetahuan karyawan tentang ppi sesuai dengan unit
kerjanya
b. Melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi saat bertugas
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Rincian Kegiatan
b. Pelatihan PPI dasar untuk tenaga IPCLN dan IPCD
c. Pelatihan TOT untuk IPCN
d. Sosialisasi PPI dasar pada dokter & perawat
e. Sosialisasi untuk karyawan baru
E. MATERI
PPI Dasar
44
APD
Hand Hygiene
Etika Batuk
Spilkit
Sterilisasi Alat
Pengelolaan Linen Loundry
Pengelolaan Kamar Jenajah
Pengelolaan Limbah
F. SASARAN
Seluruh Karyawan RSIA Bunda Aliyah
G. PEMATERI
IPCD dan IPCN
H. Waktu pelaksanaan
3 x dalam setahun
Saat Orientasi Perawat Baru
I. METODE PELAKSANAAN
Ceramah
Diskusi
Demonstrasi
f. Media
Laptop
Infocus
Ruang Pelatihan & sosialisasi
Materi Pelatihan
ANGGARAN KEGIATAN
PENDIDIKAN Eksternal
1. PPI Dasar : Rp. 6.500.000 x 1 = Rp. 6.500.000
2. TOT PPI : Rp. 6.000.000 x 1 = Rp. 6.000.000
45
Pendidikan Internal
1. Peralatan : Rp. 250.000 x 4 = Rp.1.000.000
2. Dokumentasi : Rp. 100.000 x 4 = Rp. 400.000
3. Snack : Rp. 10.000 x 300 = Rp.3.000.000
TOTAL Rp.16.900.000
J. PENUTUP
46
KERANGKA ACUAN
PENINGKATAN KESEHATAN KARYAWAN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUNDA ALIYAH
TAHUN 2018
A. PENDAHULUAN
Dalam peningkatan kinerja, karyawan dituntut untuk selalu memperhatikan
kesehatan dalam dirinya. Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan
harus diperiksa riwayat dan status kesehatannya. Ini berhubungan dengan daerah
tempat kerjanya akan mempunyai banyak resiko dalam penularan infeksi. Rumah
sakit dan pelayanan kesehatan lainnya diwajibkan unuk memperhatikan kesehatan
karyawan dengan memberikan hak untuk mempertahankan status kesehatan
karyawan. Keputusan pelaksanaan peningkatana kesehatan karyawan ini tergantung
pada risiko paparan pada petugas, kontak petugas dengan pasien, karakteristik
pasien rumah sakit, dan dana rumah sakit.
B. LATAR BELAKANG
Petugas kesehatan berisiko terinfeksi saat bekerja, disamping juga dapat
menularkan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan yang lain. Oleh
karena itu, petugas kesehatan harus mendapatkan pengetahuan mengenai penyakit
infeksi, cara transmisi, cara pencegahan dan pengendaliannya. Kepada petugas juga
perlu diberikan sosialisasi Kewaspadaan Isolasi (Kewaspadaan standar dan
Kewaspadaan berbasis transmisi), serta Kebijakan Kementerian Kesehatan tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) terkini. Selain itu, rumah sakit/fasilitas
kesehatan harus memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi bagi
petugas kesehatan, serta program kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Terjaminnya keselamatan dan kesehatan petugas di lingkungan rumah sakit ibu
dan anak bunda aliyah.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengurangi biaya perawatan
47
b. Mencegah ketidakhadiran petugas dan ketidakmampuan bekerja
c. Mencegah tuntutan hukum.
d. Mencegah timbulnya KLB
D. KEGIATAN POKOK
1. Sosialisasi alur paska pajanan
2. Edukasi penggunaan APD untuk pencegahan infeksi pada petugas
3. Vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
4. Penatalaksanaan paska pajanan
5. Kampanye Penyuntikan yang Aman
6. Monitoring dan surveilans pajanan darah / cairan tubuh pada petugas
F. SASARAN
Tercapainya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi petugas
kesehatan dan pemberian Profilaksis Paska Pajanan (PPP) pada petugas sebesar
100%.
48
5. Kampanye Penyuntikan yang Aman Minggu I setiap K3RS, Tim
bulan PPI,Bidang
Keperawatan
6. Monitoring dan surveilans pajanan Sesuai jadwal Tim
darah / cairan tubuh pada petugas K3RS PPI,K3RS
H. ANGGARAN KEGIATAN
Pemeriksaan HBSAG 300 X Rp. 209000 =Rp 62.700.000.
Pemeriksaan Ro. Thorax 300 X Rp.331200 =Rp.99.360.000
Pemeriksaan H2TL 300 X Rp. 126500 =Rp.37.950.000
Formulir dokumentasi 70 buku x Rp. 12.000 = Rp 960.000
Konseling kesehatan untuk karyawan 10 orang = Rp 1.000.000
Pengobatan karyawan yang terpapar infeksi = Rp 2.000.000
Total = Rp 203.970.000
Mengetahui
Direktur RSIA Bunda Aliyah Ketua Komite PPI
49
KERANGKA ACUAN
RUANG ISOLASI
I. PENDAHULUAN
Konsep isolasi penderita penyakit menular dengan adanya pengasingan yang
menekankan pentingnya asepsis dan kebersihan lingkungan yang dimulai
dengan mengisolasi pasien di ruang isolasi secara individual maupun kelompok ,
dengan alat-alat terpisah dan penggunaan desinfektan .Kewaspadaan
(precautions) terhadap darah dan cairan tubuh membedakan pada transmisi
penyakit yang terdiri dari:
• Airbone precautions : penularan melalui udara
• Droplet precautions : penularan dari orang yang terinfeksi melalui
percikan produk saluran napas yang mengenai mukosa hidung/ mulut,
selaput mata.
• Contact precautions : penularan melalui kontak langsung atau kontak
tak langsung dengan benda dilingkungan pasien
Jenis-jenis kewaspadaan dapat juga berupa kombinasi adanya daftar pasien
dewasa dan pasien anak-anak yang dianggap infeksius berdasar diagnosa kerja
empiris yg dikaitkan dengan cara penularan yang ada .
III. TUJUAN
TUJUAN UMUM
Menurunkan resiko transmisi dari pasien infeksi/kolonisasi, dan menurunkan
resiko infeksi silang
ke pasien non infeksi.
50
TUJUAN KHUSUS
1. Teridentifikasinya penempatan pasien-pasien yang membutuhkan kamar
isolasi
2. Terpenuhinya standar pelayanan ruang isolasi
IV. KEGIATAN POKOK
1. Mengidentifikasi pasien-pasien yang membutuhkan kamar isolasi
2. Membuat standar pelayanan ruang isolasi.
V. RINCIAN KEGIATAN
1. Mengidentifikasi pasien-pasien yang membutuhkan kamar isolasi
2. Membuat panduan ruang isolasi
3. Melatih petugas khusus ruang isolasi
4. Membuat SPO penggunaan ruang isolasi
VI. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Melakukan identifikasi diagnose pasien
2. Membuat SPO penggunaan ruang isolasi
3. Koordinasi dengan unit-unit terkait
4. Surveileans PPI
VII. SASARAN
1. 100 % pasien yang masuk isolasi sesuai dengan indikasi
2. 75 % terpenuhi standar pelayanan dan fasilitas ruang isolasi
51
VIII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
WAKTU
NO NAMA KEGIATAN 2018
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Melakukan identifikasi
diagnose pasien
Membuat SPO
2 penggunaan ruang
isolasi
Sosialisasi SPO Ruang
3
Isolasi
Koordinasi dengan
4
unit-unit terkait
5 Surveilens PPI
IX. ANGGARAN
52
2. Pelaporan
Data yang diperoleh kemudian diolah menjadi suatu informasi yang dibuat
setiap 6 bulan sekali dan dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan
kebijakan dan upaya tindak lanjut serta penyusunan rencana kegiatan
selanjutnya.
XI. PENUTUP
Demikianlah program PPI dan isolasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Aliyah
ini dibuat. Mudah-mudahan dapat terlaksana dengan baik dan sangat bermanfaat
bagi seluruh karyawan dan lingkungan internal RSIA Bunda Aliyah
Mengetahui
Direktur RSIA Bunda Aliyah Ketua Komite PPI
53