Anda di halaman 1dari 20

0

PANDUAN
INFECTION CONTROLE RISK ASESSMENT
(ICRA)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN


KABUPATEN KEBUMEN
2022
-1-

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN


DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KELUARGA BERENCANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN
Jl. Kebumen Raya - Muktisari Kebumen Telpon : (0287) 3873318
Faxs : (0287) 385274 Email : rsud@kebumenkab.go.id
Website : https://rsuddrsoedirman.kebumenkab.go.id Kode Pos 54351

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
NOMOR 015 TAHUN 2022

TENTANG

PANDUAN INFECTION CONTROLE RISK ASSESMENT (ICRA)


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Menimbang : a. bahwa untuk mengelola risiko infeksi di lingkungan


RSUD dr.Soedirman, perlu diatur tersendiri dengan
Peraturan Direktur;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Direktur tentang PanduanInfection
Controle Risk Assesment (ICRA);

Mengingat : 1. Undang–undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
lingkungan Propinsi Jawa Tengah ( Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
sebagaimana telah diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072)
sebagaimana telah diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
-2-

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5612);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017
tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6041);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang
Perumasahsakitan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6659);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 7
Tahun 2019 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Kebumen Tahun 2019 Nomor 7 Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 127)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 5 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Kebumen Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun
2021 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Nomor 183);

Memperhatikan : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


17 Tahun 2017 Tentang Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
857);
2. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 7 Tahun
2019 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun
2019 Nomor 7 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
-3-

Kebumen Nomor 127) sebagaimana telah diubah dengan


Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 5 Tahun
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Kebumen Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2021
Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Kebumen Nomor 183);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Peraturan Direktur Tentang Panduan Infection Controle


Risk Assesment (ICRA)

Pasal 1

Panduanmerupakan acuan dalam mengelola risiko-risiko infeksi di lingkungan


Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedirman Kebumen

Pasal 2

Panduan Infection Controle Risk Assesment(ICRA) Pada Rumah Sakit Umum


Daerah dr. Soedirman Kebumen sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.

Pasal 3

Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Kebumen
pada tanggal 5 Januari 2022
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN,

WIDODO SUPRIHANTORO
-4-

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
NOMOR 015 TAHUN 2022
TENTANG PANDUAN INFECTION
CONTROLE RISK ASSESMENT (ICRA)
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT (ICRA)


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan mempunyai dampak
risiko terjadi nya infeksi di rumah sakit. Risiko terjadinya Infeksi di rumah
sakit atau infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan/Health-
care Associated Infection (HAIs) merupakan masalah penting di seluruh
dunia. Kesadaran masyarakat yang tinggi untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu dan aman menuntut rumah sakit memberikan
pelayanan kesehtanyang bermutu, efektif dan efisien serta menjamin Patient
Safety.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit
yang merupakan salah satu pilar menuju Patient Safety. Diharapkan
kejadian infeksi di Rumah Sakit dapat diminimalkan serendah mungkin
sehingga masyarakat dapat menerima pelayanan kesehatan secara optimal.
Penilaian Risiko Infeksi atau Infection Control Risk Assesment (ICRA) adalah
proses multidisiplin, terorganisir dan terdokumentasi bahwa setelah
mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan program :
1. Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi,
2. Bertindak sepanjang tahap perencanaan, desain, konstruksi, renovasi,
pemeliharaan fasilitas.
3. Mengoordinasikan dan mempertimbangkan pengetahuan mengenai
infeksi, agen infeksi, dan perawatan lingkungan, yang membuat
organisasi mampu mencegah potensi kejadian (risiko) yang tidak
diharapkan
-5-

B. TUJUAN
Tujuan Penilaian Risiko Infeksi adalah untuk mencegah dan mengurangi
risiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan pengunjung di rumah sakit,
dengan cara :
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap :
a. Paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung
b. Penularan melalui tindakan/prosedur invasif yang dilakukan baik
melalui peralatan, tehnik pemasangan, ataupun perawatan.
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak
lanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas.

C. RUANG LINGKUP ICRA


1. ICRA HAIs
Strategi yang dilakukan dalam menyusun penilaian risiko adalah
dengan menerapkan konsep manajemen risiko. Risiko adalah
kemungkinan untuk terjadinya kesalahan atau kehilangan. Manajemen
risiko merupakan pendekatan proaktif yang bertujuan untuk mencegah
atau meminimalkan terjadinya kerusakan. Masalah yang potensial
diidentifikasi dan potensinya untuk menimbulkan kerusakan dinilai.
Kemudian dibuat rencana tindakan (aksi) untuk menurunkan
kecenderungan masalah menjadi meningkat atau membatasi kerusakan
yang diakibatkan.

Dalam PPI risiko dapat berupa suatu agen biological yang berpotensi
menyebabkan infeksi atau suatu mekanisme yang membuat transmisi
agen infeksius terjadi. Manajemen risiko dapat dibagi menjadi 4 tahap
penting yaitu:

a. Identifikasi risiko
b. Analisis risiko
c. Pengontrolan risiko
d. Monitoring risiko
Setelah risiko diidentifikasi, kecenderungan akibat terhadap pasien
harus diperkirakan. Hal ini dapat diperoleh dengan menganalisis 4
pertanyaan kunci, yaitu:

a. Mengapa infeksi terjadi?


-6-

b. Seberapa sering infeksi terjadi? (tabel 1)


c. Apakah kecenderungan akibat yang terjadi jika tindakan yang sesuai
tidak diambil?
d. Berapakah biaya untuk mencegahnya?

KAJIAN RISIKO

PROBABILITAS DAMPAK SISTEM YG ADA

POTENSIAL
SKOR RANK
RISIKO
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

HAIs

 IDO

 VAP

 HAP

 IADP

 DEKUBITUS

 PHLEBITIS
KEWASPADAAN
STANDAR

 Hand Hygiene

 Safety injection
 EtikaBatuk
TRANSMISSION
BASED
PRECAUTION

 LACK OF
AIRBORNE
 PRECAUTION

 LACK OF
DROPLET
-7-

PROBABILITAS DAMPAK SISTEM YG ADA

POTENSIAL
SKOR RANK
RISIKO
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

 PRECAUTION

 LACK OF
CONTACT
 PRECAUTION

ENVIRONMENT

 PROBLEM WITH
CLEANING/DISI
NFECTION

 LACK OF
CURRENT
POLICIESOR
PROCEDURES

Tabel 1. Kajian risiko

ANALISIS RISIKO
a. Probabilitas Risiko

Tingkat Deskripsi Kejadian


Risiko

0 Never Tidak pernah

1 Rare Jarang (Frekuensi 1-2 x /tahun)

2 Maybe Kadang (Frekuensi 3- 4 x/tahun)

3 Likely Agak sering(Frekuensi 4-6 x/tahun)

4 Expect it Sering (Frekuensi > 6 – 12 x /tahun


-8-

b. Penilaian Dampak Risiko

TK Deskripsi Dampak
RISIKO

1 Minimal Tidak ada cedera


clinical

Moderate  Cedera ringan , mis luka lecet


clinical  Dapat diatasi dng P3K
2

 Cedera sedang, mis : luka robek


 Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis atau
3 Prolonged intelektual (reversibel. Tdk berhubungan
length of dng penyakit
stay  Setiap kasus yg meperpanjang
perawatan

 Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh


 Kehilangan fungsi motorik/sensorik/
4 Temporer
psikologis atau intelektual (ireversibel),
loss of
tdk berhubungan dng penyakit
function

5 Katatropik  Kematian yg tdk berhubungan dng


perjalanan penyakit

c. Penilaian Sistem Yang Ada

TK Deskripsi Kegiatan
RISIKO

1 Solid Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan


-9-

2 Good Peraturanada, fasilitasada,


tidakselaludilaksanakan

3 Fair Peraturanada, fasilitasada, tidakdilaksanakan

4 Poor Peraturanada, fasilitastidakada,


tidakdilaksanakan

5 None Tidakadaperaturan

Penentuan skor :

Setelah semua informasi mengenai severity, Dampak serta system


didapatkan, penghitungan skor risiko dilakukan dengan cara berikut:

SKOR = Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada

Skorrisiko yang paling tinggi menjadi prioritas untuk dilakukan tindak


lanjut.

TINDAKAN SESUAI TINGKAT DAN LEVEL RISIKO


- 10 -

LEVEL/BANDS TINDAKAN

EKSTREM Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45


hari, membutuhkan tindakan segera, perhatian
(SANGAT
sampai ke Direktur RS : perlu pengkajian yang
TINGGI)
sangat dalam

HIGH Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari,


kaji dng detail & perlu tindakan segera, serta
(TINGGI)
membutuhkan tindakan top manajemen : perlu
penanganan segera

MODERATE Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana


paling lama 2 minggu. Manajer/pimpinan klinis
(SEDANG)
sebaiknnya menilai dampak terhadap bahaya &
kelola risiko : menggunakan monitoring / audit
spesifik

LOW Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana


paling lama 1 minggu diselesaikan dng prosedur
(RENDAH)
rutin

2. ICRA Renovasi
a. Kebijakan
1) ICRA merupakan bagian yang penting pada perencanaan renovasi,
konstruksi dan pemeliharaan bangunan di Rumah Sakit. Assesment
ICRA mulai dilakukan sejak masa perencanaan awal proyek, sebelum
konstruksi dimulai dan pemantauan saat proyek konstruksi
berlangsung sampai dengan akhir dari proyek yang dikerjakan.
2) Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) akan melakukan
assesment ICRA proaktif sejak fase awal desain perencanaan sampai
fase akhir proyek untuk semua renovasi, konstruksi dan proyek-
proyek pemeliharaan bangunan. Dalam pelaksanaanya Tim PPI
dibantu oleh Tim Kerumahtanggaan, Penanggung Jawab proyek dan
- 11 -

Pengawas proyek yang akan bersama-sama mengawasi jalannya


konstruksi berlangsung serta memantau berjalanya sistem
pencegahan dan pengendalian infeksi.
3) Assesment ICRA difokuskan terutama pada pencegahan,
pemantauan, pengujian dan intervensi ketika teridentifikasi
terjadinya suatu masalah.
b. Tanggung Jawab
1) Direktur Rumah Sakit
a) Menunjuk Tim PPI untuk memastikan secara ketat tindakan
pencegahan di tempat proyek dan setiap kali renovasi, konstruksi
dan pemeliharaan bangunan yang dilakukan di daerah-daerah
yang diduduki dalam Fasilitas Perawatan Pasien.
b) Menyetujui atau menolak hasil rekomendasi pengontrolan infeksi
di tempat proyek untuk memindahkan pasien ke daerah lain dari
fasilitas yang tidak terpengaruh oleh konstruksi.
2) Tim Pencegah dan Pengendali Infeksi
a) Mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan
terjadinya penyebaran infeksi akibat renovasi, konstruksi dan
kegiatan pemeliharaan bangunan.
b) Menentukan apakah konstruksi menimbulkan peningkatan
risiko yang cukup untuk meminta/menyarankan pasien
dipindahkan ke area fasilitas yang tidak terpengaruh oleh
konstruksi.
c) Mengkoordinasikan system pencegahan infeksi pada
pembangunan renovasi, konstruksi dan pemeliharaan
baangunan bersama-sama dengan penanggung jawab dan
pengawas proyek.
d) Memastikan dokumen kontrak yang ditandatangani penanggung
jawab dan pengawas proyek untuk melaksanakan semua
persyaratan ICRA selama konstruksi.
e) Setiap desain dan perencanaan untuk setiap proyek konstruksi
harus diawali dengan membuat ICRA.
f) Secara rutin memantau konstruksi dan system pencegahan
dengan ICRA.
- 12 -

g) Memeriksa kembali daerah konstruksi setelah pembersihan akhir


dan menyetujui pembukaan/pembukaan kembali daerah
tersebut.
h) Memastikan setiap personil konstruksi menerima orientasi dan
pelatihan dalam langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
infeksi tentang risiko yang terkait dengan paparan potensi
kontaminasi mikroba, patikulat anorganik dan bahan kimi
organik yang mudah menguap yang dihasilkan dari kegiatan
konstruksi yang dapat diidenitfikasi pada ICRA sebelum memulai
pekerjaan.
i) Melakukan pengawasan rutin untuk mengidentifikasi penyakit
HAIs, memulai penyelidikan lingkungan dan epidemiologi
(termasuk ulasan retrospektif) untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan sumber infeksi jika lebih dari satu kasus yang
ditemukan, menginformasikan kepada dokter yang merawat
pasien beresiko tinggi, dan membangun sistem untuk surveilans
prospektif untuk kasus tambahan.
3) Penangungjawab dan Pengawas Proyek
a) Memberi tahu tim PPI pada setiap pekerjaan yang direncanakan
dan memperoleh persetujuan sebelum memulai pekerjaan
proyek.
b) Mengikuti aturan ICRA yang disetujui untuk meminimalkan
pembentukan debu.
c) Memastikan pekerjaan daerah proyek benar-benar dibersihkan
setelah pekerjaan selesai.
4) Kepala Kerumahtanggaan / Penunjang Non Medis:
a) Bekerjasama dengan tim PPI untuk mengidentifikasi daerah-
daerah yang perlu dipel basah/dibersihkan dan membersihkan
daerah-daerah seprti di jadwalkan.
b) Memastikan daerah baru dan direnovasi benar-benar bersih
sebelum menerima pelayanan perawatan pasien.
c) Mengkoordinasikan inspeksi pembersihan akhir dengan tim PPI
sebelum pembukaan/membuka kembali daerah yang telah
direnovasi atau konstruksi.
c. LANGKAH-LANGKAH
- 13 -

1) Langkah 1. Identifikasi Tipe Aktifitas Konstruksi

Tipe A Aktifitas Inspeksidan Non Infasive


Termasuk:
 Penggantian genteng sampai seluas
50 m2
 Pengecetan
 Pemasang wall paper, pekerjaan jaringan listrik,
membenarkan saluran air, dan aktifitas yang tidak
menimbulkan debu
Tipe B Skala Kecil, aktifitas singkat dan debu minimal
Termasuk:
 Instalasi telepon dan pemasangan kabel computer
 Membuka akses keruangan
 Memecah tembok atau atap dimana debu bisa
dikendalikan
Tipe C Pekerjaan yang menimbulkan debu sedang hingga
tinggi atau memerlukan pemindahan benda-benda
yang ada di gedung, Termasuk:
 Pelapisan dinding dengan semen
 Mengangkat penutup lantai, papan langit – langit
dan penghalang/ sekat
 konstruksidindingbaru
 Membenahilistrikdiatasatap
 Mengerjakanpemasangankabel mayor
 Aktifitas yang tidak mungkin diselesaikan dalam
satu kali ganti jaga( 7 jam).
Tipe D Penghancuran mayor dan proyek bangunan
Termasuk:
 aktifitas yang membutuhkan waktu lebih dari satu
kali jaga
 mengganti system kabel secara lengkap
 konstruksi baru.
2) Langkah 2. Identifikasi Kelompok Resiko Pasien yang akan
terpengaruh.

Risiko Risiko Risiko Tinggi Risiko sangat


Rendah Sedang Tinggi

Area  Area rawat  IGD  Perawatan


Kantor jalan /  VK Intensif
poliklinik,  Perinatologi
kecuali
- 14 -

Risiko Risiko Risiko Tinggi Risiko sangat


Rendah Sedang Tinggi

klinik  Ruang rawat  Perawatan


bedah inap anak, Immuno
 Fisioterapi bedah, nifas kompromais
 Radiologi  Laboratorium Perawatan luka
 Farmasi bakar
 IBS
 CSSD
 Ruang Isolasi
tekanan negatif
 Ruang kateter
jantung
 Ruang
perawatan
interna
 Hemodialisa
Catatan : Apabila lebih dari 1 kelompok resiko, dipilih dengan resiko
terbesar.
3) Langkah 3.
Padankan antara Kelompok Resiko Pasien dengan Tipe Proyek
Konstruksi pada matrix berikut untuk mendapatkan Kelas
Pencegahan atau Level Aktifitas Pencegahan Infeksi yang diperlukan.

TIPE PROYEK KONSTRUKSI

PATIENT /
OFFICIAL RISK
A B C D

RENDAH KELAS I KELAS II KELAS II KELAS III

KELAS
SEDANG KELAS I KELAS II KELAS IV
III

KELAS
TINGGI KELAS I KELAS II KELAS IV
III
- 15 -

KELAS KELAS
SANGAT TINGGI KELAS II KELAS IV
III III

KETERANGAN : Jika lebih dari satu kelompok risiko akan terkena


dampak, pilih kelompok risiko yang lebih tinggi. Persetujuan dari
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi diperlukan bila
aktifitas konstruksi dan level resiko mencapai Kelas III atau Kelas IV
dan membutuhkan prosedur pencegahan infeksi.

Aktifitas dan Rekomendasi Pencegahan Infeksi yang


dibutuhkan berdasarkan Kelas:

SELAMA PROSES SETELAH PROSES


KELAS
KONTRUKSI KONSTRUKSI

1. Minimalkan debu 1. Bersihkan area kerja


darikonstruksi yang setelah pekerjaan
I dikerjakan selesai.
2. Mengganti atap /
langit-langit yang
tidak sesuai.
1. Lkukan metode aktif 1. Bersihkan permukaan
untuk mencegah debu kerja dengan
beterbangan ke desinfektan
udara. 2. Tutup limbah
2. Semprotkan air ke konstruksi sebelum
permukaan kerja diangkut dalam wadah
II untuk mengontrol yang tertutup rapat
debu pada saat 3. Pelbasah dan atau
memotong. vakum dengan HEPA
3. Tutup pintu yang filter sebelum
tidak terpakai dengan meninggalkan area kerja
selotip 4. Pindahkan system HVAC
4. Blok dan tutup dari area kerja
ventilasi udar.
- 16 -

SELAMA PROSES SETELAH PROSES


KELAS
KONTRUKSI KONSTRUKSI

5. Lakukan isolasi
sistem HVAC di area
kerja.
1. Pindahkan atau 1. Jangan pindahkan
jauhkan system HVAC penghalang debu dari
dari area kerja untuk area kerja sampai ada
mencegah petugas yang berwenang
kontaminasi system melakukan inspeksi
duktus 2. Pindahkan material
2. Pasang penghalang denganhati-hati untuk
debu seperti meminimalkan
sheetrock, penyebaran kotoran dan
plywood, plastic, debu terkait konstruksi
untuk menutup area 3. Vacuum area kerja
kerja dengan area non dengan HEPA filter
III kerja sebelum 4. Pelbasah area kerja
melakukan dengan desinfektan
konstruksi 5. Pindahkan system HVAC
3. Jaga tekanan udara dari area kerja
negative dalam area
kerja dengan
menggunakan HEPA
4. Tutup limbah
konstruksi sebelum
diangkut dalam
wadah yang tertutup
rapat
5. Tutup troli angkutan
dengan rapat
1. Jauhkan system 1. Pindahkan material
HVAC dari area kerja dengan hati-hati untuk
untuk mencegah meminimalkan
kontaminasi system penyebaran kotoran dan
duktus debu terkait konstruksi
IV 2. Pasang penghalang 2. Tutup limbah
debu seperti konstruksi sebelum
sheetrock, diangkut dalam wadah
plywood, plastic, yang tertutup
untuk menutup area 3. Tutup troli angkutan
kerja dengan area non dengan rapat
- 17 -

SELAMA PROSES SETELAH PROSES


KELAS
KONTRUKSI KONSTRUKSI

kerja sebelum 4. Vacuum area kerja


melakukan dengan HEPA filter
konstruksi 5. Pel basah area dengan
3. Jaga tekanan udara desinfektan
negative dalam area 6. Pindakan system HVAC
kerja dengan dari area kerja
menggunakan HEPA
4. Tutup lubang-lubang,
saluran, pipa, celah
dengan benar
5. Bangun anteroom dan
minta semua personil
melewati anteroom
sehingga mereka bias
divakum
menggunakan HEPA
sebelum
meninggalkan area
kerja atau mereka
dapat memakai baju
atau kain kertas yang
menutupi yang dapat
diganti setiap mereka
meninggalkan area
kerja
6. Semua personil yang
memasuki area kerja
diminta
menggunakan
pelindung sepatu.
Pelindung sepatu
harus diganti setiap
pekerja keluar area
kerja
7. Jangan pindahkan
penghalang debu dari
area kerja sampai
proses konstruksi
diinspeksi oleh Tim
dalin
- 18 -

4) Langkah 4. Identifikasi area sekitar proses konstruksi, ases


potensial dampak
a) Identifikasi area sekeliling area proyek, kaji potensi akibat
yang dapat timbul akibat proyek konstruksi.

Unit di Unit di Samping Samping Belakang Depan


bawah atas kiri kanan

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko

b) Identifikasi lokasi aktifitas spesifik, contoh kamar pasien,


ruangan obat dll.
c) Identifikasi isu terkait: ventilasi, saluran air, listrik
seandainya ada gangguan padajaringan tersebut
d) Identifikasi penghalang debu apa yang digunakan., misal
penghalang tembok triplek, terpal, apakah diperlukan
HEPA filter?
e) Pertimbangkan potensial risiko kerusakan air. Apakah ada
resiko terkait struktur bangunan misal tembok, atap,
plafon.
f) Identifikasi waktu pengerjaan: Bisakah konstruksi
dilakukan diluar jam perawatan pasien?
g) Apakah plan membutuhkan ruangan isolasi atau aliran
udara negative?
h) Apakah plan membutuhkan tempat cucit angan
(handwashing sinks)?
i) Apakah tim pengendalian infeksi setuju dengan jumlah
minimal tempat cuci tangan untuk proses ini?
j) Apakah tim pengendalian infeksi setuju dengan plan
kebersihan ruangan?
k) Plan untuk membicarakan isu berikut terkait proses misal
alur lalu lintas, housekeeping, menghilangkan kotoran
atau debu.
D. PENUTUP
Demikian panduan Infection Control Risk Asessment (ICRA) Renovasi,
Konstruksi dan Pemeliharaan Bangunan, dibuat agar dapat digunakan
- 19 -

untuk panduan petugas dalam penatalaksanaan pajanan di RSUD


dr.Soedirman Kebumen.

Ditetapkan di Kebumen
pada tanggal 5 Januari 2022
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN,

WIDODO SUPRIHANTORO

Anda mungkin juga menyukai