PANDUAN
INFECTION CONTROLE RISK ASESSMENT
(ICRA)
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
NOMOR 015 TAHUN 2022
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Ditetapkan di Kebumen
pada tanggal 5 Januari 2022
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN,
WIDODO SUPRIHANTORO
-4-
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
NOMOR 015 TAHUN 2022
TENTANG PANDUAN INFECTION
CONTROLE RISK ASSESMENT (ICRA)
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan mempunyai dampak
risiko terjadi nya infeksi di rumah sakit. Risiko terjadinya Infeksi di rumah
sakit atau infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan/Health-
care Associated Infection (HAIs) merupakan masalah penting di seluruh
dunia. Kesadaran masyarakat yang tinggi untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu dan aman menuntut rumah sakit memberikan
pelayanan kesehtanyang bermutu, efektif dan efisien serta menjamin Patient
Safety.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit
yang merupakan salah satu pilar menuju Patient Safety. Diharapkan
kejadian infeksi di Rumah Sakit dapat diminimalkan serendah mungkin
sehingga masyarakat dapat menerima pelayanan kesehatan secara optimal.
Penilaian Risiko Infeksi atau Infection Control Risk Assesment (ICRA) adalah
proses multidisiplin, terorganisir dan terdokumentasi bahwa setelah
mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan program :
1. Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi,
2. Bertindak sepanjang tahap perencanaan, desain, konstruksi, renovasi,
pemeliharaan fasilitas.
3. Mengoordinasikan dan mempertimbangkan pengetahuan mengenai
infeksi, agen infeksi, dan perawatan lingkungan, yang membuat
organisasi mampu mencegah potensi kejadian (risiko) yang tidak
diharapkan
-5-
B. TUJUAN
Tujuan Penilaian Risiko Infeksi adalah untuk mencegah dan mengurangi
risiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan pengunjung di rumah sakit,
dengan cara :
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap :
a. Paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung
b. Penularan melalui tindakan/prosedur invasif yang dilakukan baik
melalui peralatan, tehnik pemasangan, ataupun perawatan.
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak
lanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas.
Dalam PPI risiko dapat berupa suatu agen biological yang berpotensi
menyebabkan infeksi atau suatu mekanisme yang membuat transmisi
agen infeksius terjadi. Manajemen risiko dapat dibagi menjadi 4 tahap
penting yaitu:
a. Identifikasi risiko
b. Analisis risiko
c. Pengontrolan risiko
d. Monitoring risiko
Setelah risiko diidentifikasi, kecenderungan akibat terhadap pasien
harus diperkirakan. Hal ini dapat diperoleh dengan menganalisis 4
pertanyaan kunci, yaitu:
KAJIAN RISIKO
POTENSIAL
SKOR RANK
RISIKO
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
HAIs
IDO
VAP
HAP
IADP
DEKUBITUS
PHLEBITIS
KEWASPADAAN
STANDAR
Hand Hygiene
Safety injection
EtikaBatuk
TRANSMISSION
BASED
PRECAUTION
LACK OF
AIRBORNE
PRECAUTION
LACK OF
DROPLET
-7-
POTENSIAL
SKOR RANK
RISIKO
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
PRECAUTION
LACK OF
CONTACT
PRECAUTION
ENVIRONMENT
PROBLEM WITH
CLEANING/DISI
NFECTION
LACK OF
CURRENT
POLICIESOR
PROCEDURES
ANALISIS RISIKO
a. Probabilitas Risiko
TK Deskripsi Dampak
RISIKO
TK Deskripsi Kegiatan
RISIKO
5 None Tidakadaperaturan
Penentuan skor :
LEVEL/BANDS TINDAKAN
2. ICRA Renovasi
a. Kebijakan
1) ICRA merupakan bagian yang penting pada perencanaan renovasi,
konstruksi dan pemeliharaan bangunan di Rumah Sakit. Assesment
ICRA mulai dilakukan sejak masa perencanaan awal proyek, sebelum
konstruksi dimulai dan pemantauan saat proyek konstruksi
berlangsung sampai dengan akhir dari proyek yang dikerjakan.
2) Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) akan melakukan
assesment ICRA proaktif sejak fase awal desain perencanaan sampai
fase akhir proyek untuk semua renovasi, konstruksi dan proyek-
proyek pemeliharaan bangunan. Dalam pelaksanaanya Tim PPI
dibantu oleh Tim Kerumahtanggaan, Penanggung Jawab proyek dan
- 11 -
PATIENT /
OFFICIAL RISK
A B C D
KELAS
SEDANG KELAS I KELAS II KELAS IV
III
KELAS
TINGGI KELAS I KELAS II KELAS IV
III
- 15 -
KELAS KELAS
SANGAT TINGGI KELAS II KELAS IV
III III
5. Lakukan isolasi
sistem HVAC di area
kerja.
1. Pindahkan atau 1. Jangan pindahkan
jauhkan system HVAC penghalang debu dari
dari area kerja untuk area kerja sampai ada
mencegah petugas yang berwenang
kontaminasi system melakukan inspeksi
duktus 2. Pindahkan material
2. Pasang penghalang denganhati-hati untuk
debu seperti meminimalkan
sheetrock, penyebaran kotoran dan
plywood, plastic, debu terkait konstruksi
untuk menutup area 3. Vacuum area kerja
kerja dengan area non dengan HEPA filter
III kerja sebelum 4. Pelbasah area kerja
melakukan dengan desinfektan
konstruksi 5. Pindahkan system HVAC
3. Jaga tekanan udara dari area kerja
negative dalam area
kerja dengan
menggunakan HEPA
4. Tutup limbah
konstruksi sebelum
diangkut dalam
wadah yang tertutup
rapat
5. Tutup troli angkutan
dengan rapat
1. Jauhkan system 1. Pindahkan material
HVAC dari area kerja dengan hati-hati untuk
untuk mencegah meminimalkan
kontaminasi system penyebaran kotoran dan
duktus debu terkait konstruksi
IV 2. Pasang penghalang 2. Tutup limbah
debu seperti konstruksi sebelum
sheetrock, diangkut dalam wadah
plywood, plastic, yang tertutup
untuk menutup area 3. Tutup troli angkutan
kerja dengan area non dengan rapat
- 17 -
Ditetapkan di Kebumen
pada tanggal 5 Januari 2022
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN,
WIDODO SUPRIHANTORO