Anda di halaman 1dari 8

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


UMUM WIJAYAKUSUMA KEBUMEN
NOMOR : 06/PER.DIR/RSKIA.WK/ V /2013
TENTANG
PANDUAN SURVEILANS

BAB I
DEFINISI

Surveilans adalah suatu proses pengumpulan data secara sistemik, terus


menerus, analisis interpretasi dan sebarluas untuk digunakan sebagian dasar
tindakan perbaikan Pentingnya pengendalian infeksi dan surveilans penyakit harus
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk atau prosedur yang benar.Kegiatan surveilans
adalah:
1. Mencari masalah yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan keselamatan
pasien/pasien safety
2. Mengukur hasil jadi (outcome) dalam proses perawatan secara menyeluruh dan
penyampaian kondisi yang ditemukan dalam upaya perbaikan
3. Merupakan komponen penting dalam menekan angka kejadian tidak
diinginkan /KTD (adverse events) missal:infeksi RS/Healthcare-assosiated
infections (HAIs)
4. Mendapatkan gambaran kuantitatif jumlah kejadian secara tepat sehingga
dapat menilai kemajuan yang ada
5. Membantu pencapaian program PPI secara tepat sasaran dan efisien dana

Suatu program surveilans dapat berjalan dengan baik bila tujuan jelas dan
telah dijabarkan langkah - langkahnya dengan efisien dan efektif. Langkah – langkah
tersebut adalah sebagai berikut :

A. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah penting untuk mengetahui kebutuhan dilaksanakannya
surveilans. Masalah diketahui melalui :
1. Temuan kasus secara aktif oleh IPCN dan IPC Link Nurse (IPCLN).
2. Laporan dari ruangan (termasuk KLB).
3. Pertimbangan para ahli rumah sakit yang bersangkutan.

B. Penetapan Prioritas Masalah


Prioritas ditetapkan melalui besaran masalah atas dasar :
1. Angka kejadian infeksi (peningkatan dari angka dasar).

1
2. Potensi terjadi infeksi :
a. Karakteristik patogen penyebab
b. Perilaku petugas
c. Kondisi lingkungan
d. Jenis tindakan
e. kualitas instrumen
3. Risiko penularan :
a. kecepatan penularan
b. cara penularan (kontak, droplet, airborne, vechicle)
4. Unit perawatan berisiko tinggi.
5. Ketersediaan sumber daya.

C. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah penting untuk mengetahui kebutuhan dilaksanakannya
surveilans. Masalah diketahui melalui :
1. Temuan kasus secara aktif oleh IPCN dan IPC Link Nurse (IPCLN).
2. Laporan dari ruangan (termasuk KLB).
3. Pertimbangan para ahli rumah sakit yang bersangkutan.

D. Penetapan Prioritas Masalah


Prioritas ditetapkan melalui besaran masalah atas dasar :
Angka kejadian infeksi (peningkatan dari angka dasar).
1. Potensi terjadi infeksi :
a. karakteristik patogen penyebab
b. perilaku petugas
c. kondisi lingkungan
d. jenis tindakan
e. kualitas instrumen
2. Risiko penularan :
a. kecepatan penularan
b. cara penularan (kontak, droplet, airborne, vechicle)
3. Unit perawatan berisiko tinggi.
4. Ketersediaan sumber daya.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Pelaksanaan surveilans Infeksi RS (pengumpulan, pencatatan) dilakukan oleh


IPCLN dan Tim PPIRS. Pengolahan dan analisis data dilakukan oleh Tim PPI. Hasil
dilaporkan ke Komite PPI untuk dilakukan pembahasan dan penyusunan
rekomendasi. Komite PPI melaporkan keseluruhan hasil dan rekomendasi ke
Direktur rumah sakit. Umpan balik dan rekomendasi ke unit terkait dilakukan oleh
Komite PPI. Pemantauan tindak lanjut rekomendasi dilakukan oleh Tim PPI.

Penyediaan Sumber Daya


Sumber daya berikut ini dibutuhkan untuk terlaksananya surveilans :
1. Petugas :
a. IPCN (purna waktu / full time) yang sudah mengikuti pelatihan PPI Dasar
dan Surveilans.
b. IPCLN yang sudah mengikuti pelatihan PPI.
2. Dana :
Dukungan dana operasional dari Pimpinan rumah sakit.
3. Sarana, prasarana dan pendukung :
a. Kantor dan ruang rapat Komite dan Tim PPI.
b. Komputer, fax, telepon, internet.
c. Petugas sekretariat dan teknologi informasi (TI).

3
BAB III
TATALAKSANA

A. Pengumpulan Data
1. Pengumpul Data
Tim PPI bertanggung jawab atas pengumpulan data tersebut di atas,
karena mereka yang memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi IRS
sesuai dengan kriteria yang ada. Sedangkan pelaksana pengumpul data
adalah IPCN yang dibantu IPCLN.
Mekanisme pelaksanaan surveilans : IPCLN mengisi dan
mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien berisiko di unit rawat
masing-masing setiap hari. Pada awal bulan berikutnya, paling lambat
tanggal 5 formulir surveilans diserahkan ke Tim PPI dengan diketahui dan
ditandatangani Kepala Ruangan.
Apabila ada kecurigaan terjadi infeksi, IPCLN segera melaporkan ke
IPCN untuk ditindaklanjuti (investigasi).
2. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari :
a. Rekam medis
b. Catatan perawatan
c. Catatan hasil pemeriksaan penunjang
d. (laboratorium dan radiologi)
e. Farmasi
f. Pasien / keluarga pasien.
3. Numerator
Angka kejadian infeksi.
4. Denominator
Denominator ditentukan oleh jenis infeksi rumah sakit.

j uml a h kasu s ISK


insi den rate ISK = x 1000
juml ah lama hari pemakaian kateter urin menetap

� ㍢ umla h kasu s pneu monia


insi den rate HAP= x 1 000
juml a hl ama harirawa t

� 〱umla h k as u s VAP
insi den rate VAP= x 1 000
jum lah lama hari pemakaian ETT

juml a h kasu s ILO


insi den rate ILO= x 100
juml ah kasus operasi

4
juml a h kasu s plebitis
insi den rate pleb itis= x 1 000
jum l ah lama hari pemakaian kateter pe rifer

5. Pengolahan dan penyajian data

B. Perhitungan
Perhitungan dilakukan dalam satu bulan. Kurun waktu harus jelas dan sama
antara numerator dan denominator sehingga laju tersebut mempunyai arti.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan waktu dan menyita
hamper separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga dibutuhkan penuh waktu /
full time. Dalam hal ini bantuan komputer akan sangat membantu, terutama
akan meningkatkan efisien pada saat analisis. Besarnya data yang harus
dikumpulkan dan kompleksitas cara analisisnya merupakan alasan mutlak untuk
menggunakan jasa komputer, meski di rumah sakit kecil sekalipun. Lagi pula
sistem surveilans tidak hanya berhadapan dengan masalah pada waktu
sekarang saja, tetapi juga harus mengantisipasi tantangan di masa depan.Untuk
penghitungan angka infeksi rumah sakit, Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Wijayakusuma menggunakan teknik manual dengan mengumpulkan angka
infeksi dengan buku catatan harian angka infeksi di tiap unit.Dari setiap buku
catatan,tiap unit akan dimasukkan ke dalam computer untuk di lakukan analisis.

C. Analisis dan Interpretasi


Data insiden rate dianalisa, apakah ada perubahan yang signifikan seperti
penurunan maupun peningkatan IRS (Infeksi Rumah Sakit) yang cukup tajam
atau signifikan, kemudian dibandingkan dengan jumlah kasus dalam kurun
waktu bulan yang sama pada tahun yang lalu.Jika terjadi perubahan yang
signifikan dicari faktor-faktor penyebabnya mengapa hal tersebut terjadi. Bila
diketemukan penyebab dilanjutkan dengan alternatif pemecahannya. Dan
diantara pemecahan dipilih yang laik laksana bagi Rumah Sakit atau Fasilitas
Pelayanan Kesehatan setempat. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk
tabel, diagram dan grafik.

D. Pelaporan, Rekomendasi dan Diseminasi


1. Prinsip pelaporan surveilans IRS (Infeksi Rumah Sakit) :
a. Laporan dibuat sistematik, singkat, tepat waktu dan informatif.
b. Laporan dibuat dalam bentuk grafik atau tabel.
c. Laporan dibuat bulanan, triwulan, semester atau tahunan.
d. Laporan disertai analisis masalah dan rekomendasi penyelesaian.
e. Laporan dipresentasikan dalam rapat koordinasi dengan pimpinan.

5
2. Diseminasi
Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan informasi
tersebut untuk menetapkan strategi pengendalian IRS (Infeksi Rumah
Sakit). Laporan disampaikan pada seluruh anggota komite, direktur rumah
sakit, ruangan atau unit terkait.
3. ILO
a. Instruksi pelaporan :
1) Jangan melaporkan “stitch abscess” (inflamasi minimal dan adanya
keluar cairan (discharge) pada tempat penetrasi / tusukan jarum
atau tempat jahitan) sebagai suatu infeksi.
2) Jangan melaporkan infeksi luka yang terlokalisir (“localized stab
wound infection”) sebagai ILO, sebaiknya dilaporkan sebagai infeksi
kulit (SKIN) atau infeksi jaringan lunak (ST) tergantung dari
kedalamannya infeksi.
3) Laporkan infeksi pada tindakan sirkumsisi pada bayi baru lahir
sebagai CIRC. Sirkumsisi tidak termasuk kedalam prosedur operasi
pada NHSN.
4) Laporkan infeksi pada luka bakar sebagai BURN.
5) Bila infeksi pada tempat insisi mengenai atau melanjut sampai ke
fascia dan jaringan otot, laporkan sebagai ILO profunda (“deep
incisional SSI”).
6) Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai ILO superficial dan ILO
profunda klasifikasikan sebagai ILO profunda.
b. Instruksi pencatatan / pelaporan :
Secara spesifik tempat terjadinya infeksi harus dicantumkan dalam
pelaporan ILO organ / rongga tubuh (lihat juga kriteria untuk tempat
tersebut) :
- BONE - LUNG - BRST - MED - CARD - MEN
- DISC - ORAL - EAR - OREP - EMET - OUTI
- ENDO - SA - EYE - SINU - GIT - UR
- IAB - VASC - IC - VCUF - JNT

c. Biasanya infeksi organ / rongga tubuh keluar (drains) melalui tempat


insisi. Infeksi tersebut umumnya tidak memerlukan re-operasi dan
dianggap sebagai komplikasi dari insisi, sehingga keadaan tersebut
harus diklasifikasikan sebagai suatu ILO profunda.

4. Pneumonia
Hasil surveilans angka infeksi HAP dan VAP disampaikan ke unit terkait
secara berkesinambungan.

6
BAB IV
DOKUMENTASI

Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak bisa dihindari sehingga
dibutuhkan data dasar infeksi untuk menurunkan angka yang ada. Untuk itu perlunya
melakukan surveilans dengan metode yang aktif, terus menerus dan tepat sasaran.
Pelaksanaan surveilans memerlukan tenaga khusus yang termasuk tugas dari
IPCN. Untuk itu diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes kabupaten Kebumen. 2004. Buku Petunjuk Pelaksanaan Surveilans. Proyek


APBD II Kabupaten. Kebumen.
Dinkes Kabupaten Kebumen. 2004. Surveilans. Proyek APBD II Kabupaten.
Kebumen.

Anda mungkin juga menyukai