Anda di halaman 1dari 15

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …………


NOMOR : 188.4/ /415.48/SK/ 2019
TANGGAL : November 2019

PANDUAN SURVEIANS PPI


DI RUMAH SAKI UMUM DAERAH ..............

BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi

Surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus


menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi
guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan
efisien.Salah satu dari bagian surveilans kesehatan adalah Surveilans infeksi terkait
pelayanan kesehatan (Health Care Associated Infections/HAIs).
Surveilans infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated
Infections/HAIs) adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus menerus
dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi data kesehatanyang
penting di fasilitas pelayanan kesehatan pada suatu populasi spesifik dan
didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan, serta evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan.
Kegiatan surveilans HAIs merupakan komponen penunjang penting dalam
setiap program pencegahan dan pengendalian infeksi. Informasi yang dihasilkan
oleh kegiatan surveilans berguna untuk mengarahkan strategi program baik pada
tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap evaluasi.Dengan kegiatan
surveilans yang baik dan benar dapat dibuktikan bahwa program dapat berjalan
lebih efektif dan efisien.

B. Tujuan

1. Tersedianya informasi tentang situasi dan kecenderungan kejadian HAIs di fasilitas


pelayanan kesehatan dan faktor risiko yang mempengaruhinya.
2

2. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya fenomena


abnormal (penyimpangan) pada hasil pengamatan dan dampak HAIs di fasilitas
pelayanan kesehatan.
3. Terselenggaranya investigasi dan pengendalian kejadian penyimpangan pada hasil
pengamatan dan dampak HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan.
3

BAB II
RUANG LINGKUP

A. Cakupan surveillance rumah sakit:


1. Surveilans Infeksi Luka Infus (ILI) adalah pengumpulan data kejadian infeksi aliran
darah akibat penggunaan alat intravaskuler secara sistematik, analisis dan
interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan penerapan
dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang
didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.
2. Surveilans Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah pengumpulan data kejadian infeksi
saluran kemih akibat penggunaan alat dower kateter atau tindakan aseptik lain
melalui saluran kemih secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus
menerus untuk digunakan dalam perencanaan penerapan dan evaluasi suatu
tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang di desiminasikan secara
berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.
3. Surveilans Ventilator Aquired Pneumonia (VAP) adalah pengumpulan data kejadian
infeksi pneumonia yang didapat lebih dari 48 jam setelah menggunakan ventilasi
mekanik secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk
digunakan dalam perencanaan penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan yang didesiminasikan secara berkala kepada
pihak-pihak yang memerlukan.
4. Surveilans Hospital Aquired Pneumonia (HAP) adalah pengumpulan data kejadian
infeksi saluran napas bawah, mengenai parenkim paru tidak diintubasi yang terjadi
lebih dari 48 jam hari rawat dan tidak dalam masa inkubasi secara sistematik,
analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan
penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang
didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.
5. Surveilans Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah pengumpulan data kejadian infeksi
akibat tindakan pembedahan yang dapat mengenai :
a. Superfisial (Superficial Incicional Site) : ILO yang terjadi 30 hari setelah
pembedahan, dan hanya mengenai kulit dan jaringan sub kutan.
b. Profunda ( Deep Incicional) : ILO yang terjadi 30 hari setelah tindakan
pembedahan bila tidak ada implan atau infeksi terjadi dalam satu tahun bila ada
pemasangan implan, mengenai jaringan lunak dalam dari tempat insisi (faskia
dan otot).
c. Organ/rongga : ILO yang terjadi 30 hari pasca bedah tanpa implan atau 1 tahun
pasca bedah apabila terdapat implan, mengenai semua organ yang
dimanipulasi selama operasi kecuali jaringan lunak superficial dan dalam.

B. Unit yang dilakukan survei


4

1. Kamar bedah, IGD, VK, Nifas, Rawat Jalan :


Form surveillance disediakan untuk memantau kejadian infeksi luka operasi (ILO)
2. Unit Rawat Inap, VK, ICU :
Form surveillance disediakan untuk memantau kejadian infeksi luka pemasangan
infuse (ILI), infeksi saluran kemih akibat pemasangan katerter urinr (ISK), infeksi
akibat pemakaian ventilator (VAP), infeksi saluran nafas akibat tirah baring terlalu
lama (HAP), infeksi tekan pada jaringan kulit dan otot akibat tirah baring terlalu lama
(decubitus).
3. IGD :
Form surveillance disediakan untuk memantau kejadian infeksi luka pemasangan
infuse (ILI), infeksi saluran kemih akibat pemasangan katerter urinr (ISK)

BAB III
TATA LAKSANA

A. Langkah-Langkah Surveilans
1. Perencanaan
2. Pengumpulan data
3. Analisis
4. Interpretasi
5. Pelaporan
6. Evaluasi
1. Perencanaan Surveilans
a. Tahap 1 : Mengkaji populasi pasien
Tentukan populasi pasien yang akan dilakukan survei apakah semua
pasien/sekelompok pasien/pasien yang berisiko tinggi saja.
b. Tahap 2 : Menseleksi hasil/proses surveilans
5

Lakukan seleksi hasil surveilans dengan pertimbangan kejadian paling


sering/dampak biaya/diagnosis yang paling sering.
c. Tahap 3 : Penggunaan definisi infeksi
Gunakan definisi infeksi yang mudah dipahami dan mudah diaplikasikan,
Nosocomial Infection Surveillance System (NISS)misalnya menggunakan
National Health Safety Network (NHSN), Center for Disease Control (CDC)
atau Kementerian Kesehatan.
2. Pengumpulan Data
Tahap 4 : mengumpulkan data surveilans
a. Mengumpulkan data surveilans oleh orang yang kompeten, profesional,
berpegalaman, dilakukan oleh IPCN.
b. Memilih metode surveilans dan sumber data yang tepat.
c. Data yang dikumpulkan dan dilakukan pencatatan meliputi data demografi,
faktor risiko, antimikroba yang digunakan dan hasil kultur resistensi, nama,
tanggal lahir, jenis kelamin, nomor catatan medik, tanggal masuk RS. Tanggal
infeksi muncul, lokasiinfeksi, ruang perawatan saat infeksi muncul pertama
kali. Faktor risiko : alat, prosedur, factor lain yang berhubungan dengan IRS,
Data radiology / imaging : X-ray, CTscan, MRI, dsb.
d. Metode observasi langsung merupakan gold standard.
3. Analisis
Tahap 5 : Penghitungan dan stratifikasi
a. Incidence rate Numerator adalah jumlah kejadian infeksi dalam kurun waktu
tertentu.
Denominator adalah jumlah hari pemasangan alat dalam kurun waktu
tertentu atau jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dalam
kurun waktu tertentu.
b. Menganalisis incidence rate infeksi
Data harus dianalisa dengan cepat dan tepat untuk mendapatkan informasi
apakah ada masalah infeksi rumah sakit yang memerlukan penanggulangan
atau investigasi lebih lanjut.

B. Alur kerja
1. Alur pengisian surveillance yaitu dimulai di ruangan yang melakukan tindakan untuk
mengisi form yang telah tersedia
2. Form kemudian diisi setiap hari untuk memantau infeksi pasien terkait tindakan yang
dilakukan kepada pasien (ILI, IADP, ILO, VAP, HAP, decubitus)
3. Setelah pasien pulang form (ILI, IADP, VAP, HAP) disimpan di tempat khusus data
PPI kemudian ditotal lama hari perawatan dan jumlah kejadian infeksi. Jumlah
kejadian infeksi dijadiakan sebagai numerator sedangkan lama hari perawatan
dijadikan sebagai denomerator kemudian dikali 1000/ per mil.
4. Setelah pasien pulang form (ILO, decubitus) disimpan di tempat khusus data PPI
kemudian ditotal jumlah operasi atau decubitus dan jumlah kejadian infeksi operasi
atau decubitus. Jumlah kejadian infeksi operasi atau decubitus dijadiakan sebagai
numerator sedangkan jumlah operasi atau decubitus dijadikan sebagai denomerator
kemudian dikali 100/ persen.
6

5. Hasil dari perhitungan diserahkan kepada tim PPI untuk dilaporkan sebagai laporan
bulanan untuk kemudian dilaporkan kepada komite mutu.

C. Waktu pelaksanaan surveilans


Kegiatan surveillance dilakukan setiap hari dan sesuai jadwal yang sudah ditentukan di
dalam program PPI.

D. Proses surveillance di ruangan

1. Form surveillance phlebitis ada di dalam setiap buku status pasien. Untuk form
surveillance ISK (Infeksi Saluran Kemih) ada di setiap ruangan pelayanan, form ISK
dimasukan dalam buku status pasien bila pasien dipasang cateter urin.
2. Form ILO (Infeksi Luka Operasi) ada di ruangan yang berhubungan dengan
tindakan pembedahan.
3. Setiap hari petugas ruang memberikan tanda “√” pada cheklist surveillance yang
sudah ditentukan dalam buku status pasien.
4. Petugas yang menemukan kejadian infeksi mencatat dalam cheklist surveillance
yang sudah ditentukan dalam buku status pasien di ruang masing - masing
5. Petugas ruang (IPCLN) mencatat kejadian infeksi
6. IPCLN melaporkan kejadian infeksi kepada IPCN untuk di tindak lanjuti
7. Setelah pasien pulang, cheklist surveillance Phlebitis dan ISK dicopy satu kali.
8. Lembar asli dimasukkan di dalam buku status pasien yang copy disimpan di tempat
khusus data PPI di ruang masing-masing
9. Khusus form surveillance ILO bila pasien pulang form langsug diserahkan ke poli
bedah atau ke poli obgyn tergantung DPJP yang menangani.
10. Petugas poli obgyn atau poli bedah mengevaluasi luka operasi pasien. Bila pasien
dirasa sudah tidak perlu kontrol atau luka operasi sudah sembuh form surveillance
ILO disimpan di tempat khusus data PPI
11. IPCLN melengkapi data tersebut kemudian di tanda tangani oleh kepala ruang
12. Setiap awal bulan data kejadian infeksi dikirim ke TIM PPI
13. IPCN merekap hasil laporan setiap bulan dan melaporkannya tim PPI dan Komite
Mutu
14. Tim PPI menganalisa dan merekomendasikan tindaklanjut hasil dilaporkan kepada
direktur
15. Jika ada kejadian infeksi yang harus ditangani secara khusus akan ditindak lanjuti
oleh direktur
16. Untuk KLB (Kejadian Luar Biasa) dilaporkan setiap saat.

E. Kamus indikator
7

1. Ventilator Associated Pneumonia (VAP)


Area Klinis
Kategori Indikator Tindakan pengendalian infeksi RS
Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran Strategis Terwujudnya kematangan proses bisnis dan organisasi
Komite PPIRS secara merata di seluruh unit
kerja/departemen.
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien
Tujuan Menurunkan kejadian VAP
Definisi Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah infeksi
saluran nafas bawah mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik >48jam dan sebelumnya tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi saluran nafas.
Frekuensi Perbulan
Pengumpulan Data
Numerator Jumlah pasien yang terinfeksi VAP
Denominator Jumlah hari terpasang ventilator pada pasien tidak
mengalami pneumonia sebelumnya X 1000
Formula (Jumlah pasien yang terinfeksi dibagi Jumlah hari
terpasang ventilator pada pasien tidak mengalami
pneumonia sebelumnya) x 1000
Inklusi Pasien rawat inap yang ditemukan memiliki tanda dan
gejala klinis (minimal):
1. Demam (≥38oC) tanpa ditemui penyebab lainnya.
2. Leukopenia (<4000 WBC/mm3) atau Leukositosis
(≥12000 SDP/mm3)

Dan minimal disertai 2 dari tanda berikut:


1. Timbulnya onset baru sputum purulen atau perubahan
sifat sputum
2. Peningkatan Fraksi inspirasi Oksigen ≥0,2 dari FiO2
sebelumnya
3. Peningkatan PEEP setiap hari sebesar ≥3cmH2O dari
PEEP sebelumnya selama 2 hari berturut-turut.
Eksklusi Pasien dengan pneumonia sebelum pemasangan ventilasi
mekanik
Bobot Lihat pada Daftar dan Bobot Indikator
Sumber Data Formulir surveilans

Standar Kriteria <5,8‰


Penilaian
Wilayah pengamatan ICU, NICU, HCU
Periode Pelaporan Perbulan
Rencana penyebaran Melalui pertemuan rutin bulanan dengan unit kerja,
hasil capaian kepada pengiriman analisa VAP setiap 3 bulan ke unit kerja dan
staf dinkes
PIC IPCN dan IPCN Link
Referensi 1. PMK no 27 tahun 2017
2. CDC NHSN, Maret 2011
3. Buku Pedoman PPI tahun 2011
4. Buku Pedoman Surveillance
infeksi RS Kemkes 2011
5. Center of Healthcare related
infections surveillance and prevention

2. Infeksi Saluran Kemih (ISK)


8

Area Klinis
Kategori Indikator Tindakan pengendalian infeksi RS
Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran Strategis Terwujudnya kematangan proses bisnis dan organisasi
Komite PPIRS secara merata di seluruh unit
kerja/departemen.
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien
Tujuan Menurunkan kejadian infeksi saluran kencing (ISK)
Definisi Infeksi saluran kencing (ISK) adalah jenis infeksi yang
terjadi pada saluran kemih murni (uretra dan permukaan
kandung kemih) atau melibatkan bagian yang lebih
dalam dari organ-organ pendukungh saluran kemih
(ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan
sekitar retroperitoneal atau rongga perinefrik), karena
penggunaan kateter urine > 48 jam.

Frekuensi Pengumpulan Perbulan


Data
Numerator Jumlah pasien yang terinfeksi kateter urine
Denominator Jumlah hari terpasang kateter urine X 1000

Formula (Jumlah pasien yang terinfeksi kateter urine dibagi


Jumlah hari terpasang kateter urine) x1000
Inklusi Kriteria :
1. Demam >38oC
2. Urgency
3. Frequency
4. Dysuria
5. Nyeri supra pubic
Tanda dan gejala ISK anak ≤1tahun:
1. Demam >38oC rektal
2. Hipotermi <37oC rektal
3. Apnea
4. Bradikardia
5. Letargia
6. Muntah-muntah
Tes Diagnostik:
1. Tes carik celup
(dipstick) positif untuk leukosit esterase dan atau
nitrit.
2. Piuri (terdapat ±10
leukosit per ml atau terdapat 3 leukosit per LBP
(Mikroskop kekuatan tinggi/1000x) dari urine tanpa
dilakukan sentrifugasi.
3. Ditemukan kuman
dengan pewarnaan Gram urine yang tidak
disentrifugasi.
4. Paling sedikit 2 kultur
urine ulangan didapatkan uropatigen yang sama
(bakteri gram negative atau S. saprophyticus) dengan
jumlah ≥102 koloni per ml dari urine yang tidak
dikemihkan (kateter atau aspirasi suprapubik).
5. Kultur ditemukan ≤105
koloni.ml kuman pathogen tunggal (bakteri gram
negative atau S. saprophyticus) pada pasien yang
dalam pengobatan anti mikroba efektif untuk ISK.
Eksklusi Pasien dengan ISK sebelum pemasangan kateter urine
9

menetap
Bobot Lihat pada Daftar dan Bobot Indikator
Sumber Data Formulir surveilans
Standar Kriteria Hasil ≤ 4,7 ‰ skor = 100
Penilaian 4,7 ‰ < Hasil ≤ 5,2 ‰ skor = 75
5,2 ‰ < Hasil ≤ 5,7 ‰ skor = 50
5,7 ‰ < Hasil ≤ 6,2 ‰ skor = 25
Hasil > 6,2 ‰ skor = 0
Wilayah Pengamatan Semua unit rawat inap
Periode Pelaporan Perbulan
Rencana penyebaran Melalui pertemuan rutin bulanan dengan unit kerja,
hasil capaian kepada pengiriman analisa ISK setiap 3 bulan ke unit kerja dan
staf dinkes
PIC IPCN dan IPCN Link
Referensi 1. CDC NHSN, Maret 2011
2. Buku Pedoman PPI tahun
2011
3. Buku Pedoman Surveillance
infeksi RS Kemkes 2011
4. Center of Healthcare related
infections surveillance and prevention
5. Guideline Preventing
CAUTI/2009/www.cdc.gov; CAUTI
Event/2011/www.cdc.gov.

3. Infeksi Daerah Operasi (IDO)


Area Klinis
Kategori Indikator Tindakan pengendalian infeksi RS
Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran Strategis Terwujudnya kematangan proses bisnis dan organisasi
Komite PPIRS secara merata di seluruh unit
kerja/departemen.
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien
Tujuan Menurunkan kejadian infeksi daerah operasi (IDO)
Definisi Infeksi daerah operasi adalah infeksi yang terjadi pada
luka operasi atau organ/ruang yang terjadi dalam waktu 30
sampai 90 hari pasca tindakan operasi.

Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Numerator Jumlah pasien yang terinfeksi IDO
Denominator Jumlah pasien yang dioperasi
Formula (Jumlah pasien yang terinfeksi IDO dibagi Jumlah pasien
yang dioperasi) x 100%
Inklusi A. Infeksi daerah operasi dibagi 3, yaitu:
1. Infeksi daerah operasi superficial/surgical site infection
superficial incisional site (SSI) adalah infeksi luka
operasi yang terjadi 30 hari etelah operasi dan hanya
mengenai kulit dan jaringan sub kutan dengan gejala:
aliran nanah purulen dari tempat insisi atau terdapat
minimal salah satu gejala infeksi berikut yaitu:
bengkak, kemerahan, nyari, panas.
2. Infeksi daerah operasi dalam (Profunda)/surgical site
10

infection (SSI) Deep incisional adalah infeksi yang


terjadi 30 sampai 90 hari pasca tindakan operasi
dengan kriteria terdapat salah satu keadaan sebagai
berikut : terdapat drainase purulen dari tempat insisi
dalam, biakan positif dari specimen berupa cairan
yang keluar dari luka atau jaringan insisi dalam yang
diambil dengan cara aseptic. Insisi superficial yang
disengaja dibuka oleh dokter dan memberikan hasil
kultur positif atau tidak dilakukan kultur dan terdapat
setidaknya satu gejala atau tanda seperti bengkak,
kemerahan, nyeri, demam dengan suhu 38oC. Dokter
yang merawat menyatakan infeksi.
3. Infksi daerah operasi organ/rongga adalah infeksi
yang terjadi 30 hari sampai 90 hari pasca tindakan
operasi menyuangkut bagian tubuh kecuali insisi kulit,
fasia, lapisan otot yang dibuka atau dimanipulasi
selama tindakan operasi dan terdapat paling sedikit
satu keadaan berikut: terdapat drainase purulen yang
berasal dari drain yang ditempatkan pada
organ/rongga terkait, biakan positif dari spesimen
berupa cairan yang keluar dari luka atau jaringan
organ/rongga trkait, abses atau tanda infeksi yang
melibatkan organ/rongga yang dibuktikan dengan
pemeriksaan histologi atau pemeriksaan radiologi dan
dokter yang menangani menyatakan terjadi IDO.
B. Jenis Operasi
1. Bersih
Dilakukan pada daerah/kulit yang pada kondisi pra
bedah tidak terdapat peradangan dan idak membuka
traktus respiratorius, traktus gastrointestinal, orofaring,
traktur urinarius, atau traktus bilier. Operasi berencana
dengan penutupan kulit primer, dengan atau tanpa
pemakasian drain tertutup.
2. Bersih Tercemar
Luka operasi yang membuka traktus digestivus, traktus
bilier, traktur urinarius, traktus respiratorius sampai
dengan orofaring atau traktus reproduksi kecuali
ovarium.
Eksklusi Pasien yang dioperasi di RS luar RSUD ..............
Bobot Lihat pada Daftar dan Bobot Indikator
Sumber Data Formulir surveilans
Standar Kriteria ≤ 2%
Penilain
Wilayah pengamatan Semua unit rawat inap
Periode Pelaporan Perbulan
Rencana penyebaran Melalui pertemuan rutin bulanan dengan unit kerja,
hasil capaian kepada pengiriman analisa IDO setiap 3 bulan ke unit kerja dan
staf dinkes
PIC IPCN dan IPCN Link
Referensi 1. Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit. DirJen Bina Pelayanan Medik
DepKes RI 2008.
2. Pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, Dep Kes RI 2007
bekerjasama dengan JHPIEGO Corporation dan
PERDALIN
11

3. Surgical Assistant
Interactive Infection Control workshop, Nerelle Dean,
April 2008.
4. Save live clean your
hand, WHO Agustus 2010.
5. Mangram A J, Horan T
C, Pearson M L,Silver L C, Jarvis W R.1999. Guidline
for prevention of Surgical Site of Infection. Columbia
University School of Nursing;New York
6. Guideline Preventing
SSI/2009/www.cdc.gov; SSI Event/2011/www.cdc.gov

4. Hospital Associated Pneumonia (HAP)


Area Klinis
Kategori Indikator Tindakan pengendalian infeksi RS
Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran Strategis Terwujudnya kematangan proses bisnis dan organisasi
Komite PPIRS secara merata di seluruh unit
kerja/departemen.
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien
Tujuan Menurunkan kejadian infeksi Hospital Aquired
Pneumonia (HAP)
Definisi Hospital -Associated Pneumonia (HAP) adalah infeksi
akut pada parenkim paru setelah pasien dirawat di
rumah sakit >48 jam tanpa dilakukan intubasi dan
sebelumnya tidak menderita infeksi saluran napas
bawah.
Frekuensi Pengumpulan Bulanan
Data
Numerator Jumlah pasien yang terinfeksi saluran nafas
Denominator Jumlah lama hari tirah baring x 1000
Formula (Jumlah pasien yang terinfeksi saluran nafas dibagi
Jumlah lama hari tirah baring) x1000
Inklusi Ditemukan minimal dari tanda dan gejala klinis :
1. Demam (≥38oC) tanpa ditemui penyebab lainnya.
2. Leukopenia (<4.000 WBC/mm3) atau Leukositosis
(≥12.000 SDP/mm3).

Minimal disertai 2 dari tanda berikut :


1. Timbulnya onset baru sputum purulen atau
perubahan sifat sputum.
2. Munculnya tanda atau terjadinya batuk yang
memburuk atau dyspnea (sesak napas) atau
tachypnea.
3. Ronki basah atau suara napas bronchial.
4. Peningkatan Fraksi inspirasi Oksigen ≥0,2 dari FiO2
sebelumnya.
Eksklusi Pasien dengan riwayat Pneumonia sebelumnya
Formula (Jumlah kasus infeksi HAP dibagi Jumlah hari tirah
baring) x 1000
Bobot Lihat pada Daftar dan Bobot Indikator
Sumber Data Formulir surveilans
Standar Kriteria <1 ‰
Penilaian
Wilayah pengamatan Semua unit rawat inap
12

Periode Pelaporan Perbulan


Rencana penyebaran Melalui pertemuan rutin bulanan dengan unit kerja,
hasil capaian kepada pengiriman analisa HAP setiap 3 bulan ke unit kerja dan
staf dinkes
PIC IPCN dan IPCN Link
Referensi 1. CDC NHSN, Maret 2011
2. Buku Pedoman PPI tahun
2011
3. Buku Pedoman Surveillance
infeksi RS Kemkes 2011
4. Center of Healthcare related
infections surveillance and prevention
5. Infeksi Aliran Darah (IAD)
Area Klinis
Kategori Indikator Tindakan pengendalian infeksi RS
Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran Strategis Terwujudnya kematangan proses bisnis dan organisasi
Komite PPIRS secara merata di seluruh unit
kerja/departemen.
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien
Tujuan Menurunkan kejadian infeksi aliran darah primer (IADP)
Definisi Infeksi Aliran Darah terkait pemasangan kateter
intravaskuler adalah infeksi aliran darah terkait
pemasangan central venous catheter (CVC), peripheral
cathether, catheter haemodialysis, arterial line, peripheral
inserted central catheter (PICC), intraaortic balloon pump
dengan konfirmasi laboratorium.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Numerator Jumlah pasien yang terinfeksi aliran darah (IAD)
Denominator Jumlah hari terpasang kateter central line x1000
Formula (Jumlah pasien yang terinfeksi aliran darah (IAD) dibagi
Jumlah hari terpasang kateter central line) x1000
Inklusi Kriteria sebagai berikut:
1. Ditemukan patogen dari biakan specimen
darah dari kateter intravaskuler dan dari darah perifer
tidak berkaitan dengan infeksi ditempat lain.
2. Pasien dengan minimal satu gejala atau
tanda sebagai berikut: demam > 38’C, menggigil
atauhipotensi tanpa penyebab lainnya dan diperoleh
hasil laboratorium hasil yang positif yang tidak
berhubungan dengan infeksi ditempat lain.
3. Dugaan infeksi aliran darag terkait
pemasangan kateter intravaskuler pada anak berusia
<1 tahun: memiliki minimal satu dari tanda-tanda
berikut:
a. demam (suhu tubuh > 38’C per rektal)
b. hipotermia (<37’C per rektal), apnea atau bradikardia
c. tidak ditemukan sumber infeksi selain pemasangan
kateter vaskuler
d. terdapat bakteri pathogen dalam biakan kuman
Eksklusi Pasien dengan IAD sebelum pemasangan CVL di
RSUD ...............
Bobot 5%
13

Sumber Data Formulir surveilans


Standar Kriteria 3,5 ‰
Penilaian
Wilayah pengamatan Semua unit rawat inap
Periode Pelaporan Perbulan
Rencana penyebaran Melalui pertemuan rutin bulanan dengan unit kerja,
hasil capaian kepada pengiriman analisa IAD setiap 3 bulan ke unit kerja dan
staf dinkes
PIC IPCN dan IPCN Link
Referensi 1. Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit. DirJen Bina
2. Pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, Dep Kes RI 2007
bekerjasama dengan JHPIEGO Corporation dan
PERDALIN.
3. Surgical Assistant Interactive
Infection Control workshop, Nerelle Dean, April 2008.
4. Save live clean your hand,
WHO Agustus 2010

6. Plebitis
Area Klinis
Kategori Indikator Tindakan pengendalian infeksi RS
Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran Strategis Terwujudnya kematangan proses bisnis dan organisasi
Komite PPIRS secara merata di seluruh unit
kerja/departemen.
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien
Tujuan Menurunkan kejadian Plebitis
Definisi Plebitis adalah pada daerah local tusukan infus ditemukan
tanda-tanda merah, seperti terbakar, bengkak, sakit bila
ditekan, ulkus sampai eksudat purulent atau mengeluarkan
cairan bila ditekan.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan Data
Numerator Jumlah pasien yang terinfeksi plebitis
Denominator Jumlah hari pemasangan infus perifer x1000
Formula (Jumlah pasien yang terinfeksi phlebitis dibagi Jumlah hari
pemasangan infus perifer) x1000
Inklusi Pasien yang terpasang infus perifer
Eksklusi Pasien dengan plebitis sebelum pemasangan IVL
Bobot Lihat pada Daftar dan Bobot Indikator
Sumber Data Formulir surveilans
Standar Kriteria 1‰
Penilaian
Wilayah pengamatan Semua unit rawat inap
Periode Pelaporan Perbulan
Rencana penyebaran Melalui pertemuan rutin bulanan dengan unit kerja,
hasil capaian kepada pengiriman analisa plebitis setiap 3 bulan ke unit kerja dan
staf dinkes
PIC IPCN dan IPCN Link
Referensi 1. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. DirJen Bina
2. Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
14

lainnya, Dep Kes RI 2007 bekerjasama dengan


JHPIEGO Corporation dan PERDALIN.
3. Surgical Assistant Interactive Infection Control
workshop, Nerelle Dean, April 2008.
4. Save live clean your hand, WHO Agustus 2010.

BAB IV
DOKUMENTASI

1. Melakukan survei ILI/ phlebitis, ISK, ILO, decubitus dan HAP

2. Hasil surveilans dilaporkan ke tim PPI setiap bulan

3. Hasil surveilans dilaporkan ke tim mutu dan direktu setiap 3 bulan

Demikian buku panduan ini dibuat untuk panduan tentang panduan surveillance
sehingga berjalan dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Undang-
Undang Kesehatan yang berlaku, dengan terbitnya Buku Panduan surveillance di
RSUD .............. ini maka segala pelayanan yang berkaitan dengan surveillance infeksi
15

rumah sakit wajib berlandaskan buku panduan ini terhitung setelah ditandatangani oleh
Direktur RSUD ..............

DIREKTUR RSUD ..............


KABUPATEN JOMBANG

Anda mungkin juga menyukai