Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menghadapi datangnya era globalisasi menuntut semua sektor untuk
membenahi dan meningkatkan kinerja guna bersaing secara sehat di dalamnya.
Salah satunya di sector kesehatan, dimana rumah sakit saling bersaing satu
dengan yang lainya dalam melayani dan membimbing masyarakat agar dapat
meningkatkan kesehatan individu. Rumah sakit mempunyai asset yang tidaklah
kecil dalam mewujudkan masyarakat yang sehat. Untuk itu RSKIA Wijayakusuma
berusaha terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan
mengadakan pembenahan, perbaikan, dan pengadaan baik sarana dan prasaran
yang dibutuhkan.

B. Tujuan
1. Sebagai pedoman dalam melaksanakan penanganan linen di
ruangan dan di laundry
2. Sebagai panduan dalam mengadakan pemeliharaan dan perawatan
sarana-prasarana di rumah sakit agar dalam keadaan layak fungsi.
3. Mewujudkan pemanfaatan sarana – prasarana yang memenuhi
persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta
efisien, serasi dan selaras dengan lingkungannya.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Primer
- Mencakup ruang penerimaan linen, ruang pemisahan linen, ruang
pencucian dan pengeringan linen, ruang penyimpanan linen, dan ruang
distribusi linen
2. Sekunder
- Mencakup ruang rawat inap, ruang rawat jalan, ruang praktik dokter di
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijaya Kusuma
3. Pemeliharaan fasilitas gedung rumah sakit.
4. Pemeliharaan peralatan - peralatan agar tetap siap digunakan setiap
saat untuk pelayanan serta menekan biaya seminimal mungkin.
5. Evaluasi secara fisik, termasuk didalamnya menyusun perencanaan
gedung mengisi laporan kerusakan alat laundry seperti mesin cuci, mesin
pengering,kereta linen,meja, pintu, jendela, kunci dll.
6. Pemeliharaan alat penunjang kegiatan.
7. Pemeliharaan kebersihan lingkungan.

D. Batasan Operasional
1. Unit laundry
Unit Laundry merupakan suatu unit pelayanan di Rumah Sakit Khusus Ibu
dan Anak Wijayakusuma yang melayani penangannan linen kotor dan linen
bersih Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma
2. Linen
Linen adalah bahan dan alat yang terbuat dari bahan kain, tenun
3. Linen Kotor Terinfeksi

1
Linen kotor terinfeksi adalah linen yang telah terkontaminansi dengan darah
dan cairan tubuh dan/ linen yang berasal dari pasien terinfeksi penyakit
menular
4. Linen Kotor Tidak Terinfeksi
Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi darah dan
cairan tubuh dan, atau linen yang tidak berasal dari pasien terinfeksi penyakit
menular
5. Linen Kotor
Linen kotor adalah linen yang telah digunakan oleh pasien
6. Linen Bersih
Linen bersih adalah linen yang telah diolah dan siap pakai
7. Ruang Kotor
Ruang kotor adalah ruangan di unit laundry yang digunakan untuk
pengelolaan linen kotor
8. Ruang bersih
Ruang bersih adalah ruangan di Unit laundry yang digunakan untuk
pengelolaan linen yang telah bersih

E. Landasan Hukum
1. Undang–undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang–Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.129 / MenKes /
SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kepala Unit Laundry
a. Uraian tugas :
1) Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan
supply linen bersih ke dalam unit yang membutuhkan.
2) Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
pengembangan diri / personelnya.
3) Bertanggung jawab agar staf mengerti akan prosedur
pengambilan, pencucian, penyetrikaan, pendistribusian dan
penggunaan mesin secara benar.
4) Memastikan bahwa teknik aseptic dan penggunaan APD
diterapkan pada saat bekerja

2
5) Kerjasama dengan unit lain di rumah sakit dan melakukan
koordinasi yang bersifat intern / ekstern.
6) Menyiapkan konsep dan rencana kerja serta melakukan
evaluasi pada waktu yang telah ditentukan.
7) Membuat perencanaan program kerja.
8) Membuat pelaporan kinerja.
b. Kualifikasi tenaga :
1) Sarjana dan atau pegawai yang dianggap mampu.
2) Diutamakan memiliki pengetahuan dan pengalaman
dibidangnya minimal 2 (dua) tahun.
3) Berkepribadian dan berakhlak baik.
4) Memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik.
5) Memiliki tanggung jawab, dedikasi dan hubungan intern dan
antar personal yang baik.
6) Memiliki motivasi kerja dan loyalitas yang tinggi terhadap
instansi.
7) Memahami peraturan, pedoman pokok dan kebijakan lain
terkait tugasnya di Unit Laundry.

2. Penanggung Jawab Administrasi


a. Uraian tugas :
1) Bertanggung jawab terhadap kepala instalasi.
2) Membantu kepala instalasi dalam penyusunan perencanaan
berdasarkan masukan dari kepala sub instalasi.
3) Rekapitulasi laporan kegiatan masing – masing sub instansi.
4) Membuat perencanaan linen.
5) Mencatat jumlah dan jenis linen dari masing-masing unit/
bangsal yang akan dilakukan pencucian.
6) Mencatat linen yang akan didistribusikan ke bangsal/ unit
setelah dilakukan pencucian.
7) Melaksanakan administrasi linen yang rusak dan linen yang
membandel.
8) Melaksanakan inventaris barang dan linen yang diberikan di
unit laundry.
9) Memonitor dan mengevaluasi jalanya alur keluar masuk linen
laundry
10) Menyiapkan keperluan administrasi.
b. Kualifikasi tenaga :
1) Minimal lulusan SMA/SMU/SMEA atau sekolah pendidikan
perawat atau yang setara dengan tambahan kursus administrasi.
2) Dapat melakukan pengetikan menggunakan computer.
3) Rapi dalam menyusun dokumentasi.

3. Penanggung Jawab logistik


a. Uraian tugas
1) Mengidentifikasi kebutuhan pendukung
2) Mengurus pembelian alat dan bahan

3
3) Mengurus inventaris barang yang keluar dan masuk
4) Pengadaan barang dan peralatan
5) Membuat perencanaan kebutuhan pembersih
b. Kualifikasi tenaga
1) Minimal lulusan SMA/SMU/SMEA atau sekolah pendidikan
perawat atau yang setara
2) Dapat melakukan pengetikan menggunakan computer.
3) Rapi dalam menyusun dokumentasi.

4. Staf Unit Laundry


a. Uraian tugas
1) Pengumpulan linen kotor
2) Penghitungan linen kotor
3) Melakukan desinfeksi linen infeksius
4) Melakuakan penyortiran linen kotor, linen kotor non infeksius
dan infeksius
5) Melakukan penyortiran untuk memisahkan antara linen yang
berwarna dan linen putih
6) Melakukan perendaman, pencucian dan pengeringan linen
sesuai dengan klasifikasinya.
7) Menyerahkan cucian bersih ke unit binatu.
8) Melakuan penyetrikaan dan pengemasan linen bersih
- Menyortir linen sesuai dengan jenisnya.
- Merapikan linen.
- Menyiakan lat yang dipakai.
- Menyetrika linen.
- Melipat linen yang telah disetrika.
- Pengemasan linen
9) Pendistribusian ke unit terkait :
- Mencocokkan kain tenun sesuai dengan administrasi dalam
buku antar
- Memasukkan kain tenun ke troli sesuai dengan ruangan
masing-masing
- Mengantar kain tenun sesuai dengan jumlah
- Mencatat kain tenun yang diserahkan dan menandatangani
dalam buku antar
10) Melakuakan serah terima dengan petugas ruangan dan
pendokumentasian
11) Pengecekkan kebocoran dan kerusakan alat
12) Mengontrol pemakaian air, Listrik
13) Pengecekkan air bersih, pompa air

4
14) Membersihkan alat dan mengatur ruangan yang akan
digunakan dan telah digunakan
15) Memperbaiki alat yang rusak (mesin cuci, mesin pengering,
setrika, Handle pintu, kran air,wastafel, dll)
16) Dan tugas lain yang diberikan atasan / pimpinan langsung
17) Berkolaborasi dengan unit CSSD untuk penyimpanan linen.

b. Persyaratan jabatan :
1) Pegawai yang dianggap mampu.
2) Diutamakan memiliki pengetahuan dan pengelaman
dibidangnya minimal 2 (dua) tahun.
3) Berkepribadian dan berakhlak baik.
4) Memiliki integritas, loyalitas, dedikasi, motivasi yang tinggi
terhadap institusi dan pekerjaannya.
5) Memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik.
6) Dapat bekerja sama dengan ketua, staff lain dan pelaksana di
unit laundry.
7) Memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik dalam
pemeliharaan sarana dan prasaranan rumah sakit khususnya linen.
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Unit Laundry, yaitu :
1. Untuk shift pagi
Yang bertugas 3 (tiga) orang :
a) Penanggung jawab : kepala unit laundry
b) Pelaksana : staf pelaksana
2. Untuk shift siang
Yang bertugas 3 (tiga) orang :
a. Penanggung jawab : kepala unit laundry
b. Pelaksana : staf pelaksana

C. Pengaturan Jaga
Shift kerja di unit laundry terbagi menjadi 2 (dua) shift yaitu :

1. Pagi : 07.00 – 14.00 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 3 orang


2. Sore : 14.00 – 20.00 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 3 orang

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang
terlampir

B. Standar Fasilitas
1. Sarana Fisik Instalasi Unit Laundry, antara lain :
a. Ruang penerimaan linen
- Meja penerima yaitu untuk linen terinfeksi dan tidak terinfeksi,
linen yang diterima harus sudah terpisah dan dibungkus kantong
plastik.
- Timbangan duduk
- Ruang yang cukup untuk membawa troli pembawa linen kotor
untuk dilakukan desinfektan.
b. Ruang pemisahan linen
- Ember linen kotor, kotor non infeksius dan infeksius
c. Ruang pencucian dan pengeringan linen
- Mesin cuci
- Mesin pengering
- Bak pencuci yang terbagi menjadi tiga yaitu bak perendaman
non infeksius, bak infeksius dengan desinfektan dan bak untuk
pembilas
. Petunjuk penggunaan mesin cuci harus selalu berada dekat
mesin cuci tersebut agar operator bekerja sesuai prosedur. Sirkulasi
udara
d. Ruang penyetrikaan
- Alat setrika biasa menggunakan listrik sekitar 200 va/alat
- Meja setrika
e. Ruang penyimpanan linen
- Meja administrasi
- Lemari / rak untuk menyimpan linen
Ruangan ini bebas dari debu, suhu ruangan 22-27ºC dan kelembaban
cukup.
f. Ruang distribusi linen
- Meja penyerahan linen bersih
g. Troli linen yang tersedia untuk linen bersih dan linen kotor
h. Bak pencuci di unit laundry yang terbagi menjadi tiga yaitu bak
perendaman non infeksius, bak infeksius dengan desinfektan dan bak
untuk pembilas.

2. Prasarana
a. Prasara listrik
Sebagian besar peralatan pencucian di unit laundry Rumah Sakit Ibu dan
Anak Wijayakusuma menggunakan listrik, daya listrik yang digunakan
sebesar 33000 volt, kabel yang digunakan menggunakan jenis kabel
yang tebal, menggunakan tuas kontak (hand switch) dan sistem plug .

b. Prasarana air

6
Prasarana air yang digunakan di instalasi unit pencucian sedikitnya 40%
dari kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat
tidur per hari.
- Standar air
Standar air bersih yang digunakan berdasarkan PerMenKes No. 416
tahun 1992 dan standar bahan kimia dengan penekanan tidak adanya
:
1) Hardness – garam (Calcium, Carbonate dan Choride)
Standar baku mutu : 0-90ppm
- Tingginya konsentrasi garam dlam air menghambat
kerja bahan kimia pencuci sehingga proses pencucian tidak
berjalan dengan baik.
- Efek pada linen dan mesin
Garam akan mengubah linen putih menjadi berwarna keabu-
abuan dan lien warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak
(scale forming) sehingga dapat menyumbat saluran-saluran air.
2) Iron – Fe (besi)
Standar baku mutu : 0-0,1
- Kandungan zat besi pada air mempengaruhi
konsentrasi bahan kimia, dan proses pencucian
- Efek pada linen dan mesin
Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan (yellowing) dan
lienen warna kan cepat pudar, mesin cuci akan berkarat.
Kedua polutan tersebut mempunyai sifat alkali, sehingga linen yang
rusak akibat kedua kotoran gtersebut garus dilakukan proses penetralan
pH.

3. Peralatan dan bahan pencuci


Peralatan di instalasi laundry menggunakan bahan pencuci kimiawi dengan
komposisi tertentu dan kadar tertentu agar tidak merusak bahan , mesin, kulit
petugas dan limbah buangan tidak merusak lingkungan.
Peralatan pada instansi laundry Rumah Sakit Wijayakusuma antara lain :
- Mesin cuci / washing Machine
- Mesin pengering / Drying Tumbler
- Alat setrika
- Mesin jahit
a. Produk bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan secara umum di Rumah Sakit
Wijayakusuma terdiri dari :
1) Detergen
Menghilangkan kotoran yang bersifat asam
2) Bleach/ pemutih
Mengangkat kotoran/noda, mencermelangkan linen yang berwarna
(ozone) dan yang putih (chlorine)
3) Softener
Melembutkan linen

4. Pemeliharan ringan peralatan


- Membersihakan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian,
dilakukan setiap hari dengan menggunakan lap basah dicampur dengan

7
bahan kimia MPC (Multi Puspose Cleaner) dan kemudian dikeringkan
menggunakan lap kering.
- Pemeriksaan pada bagian yang bergerak, seperti engsel pintu atau
roda dengan memberikannya pelumas sesuai dengan yang tertera di
buku Operating Manual, diberikan satu bulan sekali. Atau diganti total
setiap 2 tahun sekali.

C. Standar Kebersihan
1. Linen
Bersih, tidak bernoda, tidak berbau
2. Mesin cuci dan pengering
Bersih, tidak bernoda, tidak berbau, tidak berkarat
3. Saklar & Stop Kontak
Bersih, tidak bernoda, tidak berdebu
4. Furniture
Bersih, tidak berdebu, tidak bernoda, bila diusap tidak membekas, tidak ada
sampah, tidak ada sarang laba – laba
5. Lantai
Bersih, tidak berdebu, tidak bernoda, tidak buram, tidak basah, tidak bau
6. Toilet
a. Ruang
Tidak berbau, pesing, anyir
b. Kaca Cermin
Bening, terang, tidak kusam, tidak bernoda, tidak basah
c. Kloset
Mengalir lancar, tidak bernoda, tidak ada bercak air di sekelilingnya, tidak
bau
d. Kran
Tidak berkarat, tidak berlumut
e. Lantai
Bersih, kering, tidak ada noda, tidak ada sampah
f. Pintu/Handle
Bersih, tidak ada noda, mengkilat
g. Keset
Tidak berdebu, tidak basah, tidak ada sampah, tidak bau

8
BAB IV
KEBIJAKAN PELAYANAN

Kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan khusnya di unit laundry,


antara lain :
A. Kebijakan Unit Laundry
1. Pengadaan linen harus memenuhi kriteria dari bahan yang kuat,
menyerap air, tidak terlalu tipis, dan tahan pada suhu 100ºC
2. Kegiatan laundry harus dilaksanakan pada ruang-ruang terpisah
sesuai kegunaan yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk
perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen,
ruang penyetrikaan, ruang ganti petugas, kmarmandi, dan ruang
penyimpanan linen.
3. Pengangkutan linen menggunakan kereta dorong yang berbeda dan
tertutup antara linen bersih dan linen kotor.
4. Kantong linen kotor harus diedakan dengan kantong linen bersih
5. Troli pembawa linen kotor harus dibersihkan setelah digunakan
6. Waktu pengangkutan linen bersih tidak boleh bersamaan dengan
waktu pengangkutan linen kotor, yaitu linen kotor pukul 08.00 pagi
sedangkan linen bersih pukul 14.00 siang
7. Pembuatan perencanaan alat dan bahan untuk menunjang
kelancaran dalam proses pelaksanaan dan pemenuhan kebutuhan linen
yang dilakukan oleh petugas administrasi, logistik dan dilaporkan kepada
Kepala Unit kemudian disampaikan kepada direktur rumah sakit.
8. Petugas logistik membuat pencatatan keluar masuk logistik untuk
mengetahui jumlah pemakaian dan penghematan biaya.
9. Proses pencucian, pengeringan, pelipatan dan pendistribusian linen
harus sesuai dengan prosedur dan dilakukan oleh petugas laundry
10. Seluruh karyawan laundry harus melakukan cuci tangan sebelum dan
sesuadah melakukan pekerjaan
11. Gunakan alat pelindung diri :
1. Tutup kepala
2. Masker

9
3. Pelindung mata (bila perlu)
4. Apron kedap air
5. Sarung tangan
6. Sepatu booth
12. Bila kebutuhan bahan laundry habis segera catat di buku permintaan
barang dan hubungi bagian penyediaan/ logistik
13. Bila alat mesin rusak segeralah membuat laporan mengisi form
permintaan pembetulan kepada pihak IPSRS
14. Cek keadaan linen, bila linen sudah rusak atau tidak layak pakai
petugas pendistribusian mencatat jumlah dan jenisnya di buku registrasi linen
rusak atau tidak layak pakai kemudian melaporkannya kepada petugas
administrasi.
15. Cek mesin secara berkala dan dekomentasikan kedalam kartu cek
mesin
16. Setiap jam 14.00 s/d 16.00 petugas laundry mengirim cucian bersih
ke unit kerja
17. Mencocokkan di buku register keluar masuk sesuai jumlah dan
jenisnya, bila tidak cocok catat kedalam buku register
18. Linen bersih di simpan di lemari khusus linen dan bersuhu ruangan
25-27ºC
19. Zona area laundry:
7. Area kotor
a. Penerimaan linen kotor
b. Penimbangan
c. Pemisahan linen infeksi dan non infeksi
d. Perendaman
e. Pencucian
f. Pemerasan
8. Area bersih
a. Penyetrikaan
b. Penyortiran noda dan linen rusak
c. Pelipatan
d. Penyimpanan
9. Area distribusi
Pendistribusian linen dan pengadministrasian

B. Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dalam Pengelolaan


linen di Ruang Pawat
1. Tangani linen yang sudah digunakan dengan hati – hati
menggunakan APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur
sesuai dengan pedoman kewaspdaan standar
2. Jangan memilah linen di tempat perawatan pasien.
3. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam
kantong atau wadah yang tidak rusak saat diangkut.
4. Tangani pakaian kontaminasi dengan tidak mengibaskan untuk
menghindari kontak udara, permukaan dan personal. Masukkan linen
yang terkontaminasi langsung ke dalam wadah atau kantong cucian kotor.
5. Gunakan kantong untuk menempatkan pakaian terkontaminasi, pakai
label dan kode warna.

10
C. Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dalam Pengelolaan
Linen di Unit Loundry
1. Angkut linen kotor dalam wadah atau kantong tertutup.
2. Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati – hati untuk
mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orang – orang di
sekitarnya.
3. Semua bahan padat pada linen yang kotor harus dihilangkan dan
dibilas dengan air.
4. Petugas kesehatan harus menggunakan APD yang memadai saat
mengangkut linen kotor.
5. Hilangkan bahan padat (misalnya, feses) dari linen yang sangat kotor
(menggunakan APD yang sesuai) dan buang limbah padat tersebut ke dalam
toilet sebelum linen dicuci.
6. Linen yang sudah digunakan kemudian harus dicuci sesuai prosedur
pencucian biasa.
7. Cuci dan keringkan linen sesuai dengan pedoman pengelolaan linen
dan standar prosedur operasional unit loundry RSKIA Wijayakusuma.
8. Pastikan linen diangkut dan diolah dengan aman sesuai kalsifikasi
menggunakan wadah/ kantong, linen infeksius menggunakan wadah/
kantong berwarna kuning , sedangkan non infeksius menggunakan kantong/
wadah berwarna hitam.
9. Transportasi / trolli linen bersih dan linen kotor harus dibedakan

D. Pencegahan dan pengendalian infeksi petugas laundry


1. Sumber air wajib diperiksa secara berkala tentang baku mutunya.
2. Semua tenaga kesehatan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Wijayakusuma wajib mengedepankan “self protection” dan “patien safety”
secara seimbang dan disiplin.
3. Setiap petugas berhak mendapatkan kesempatan mengembangkan
kemampuan dan keterampilan.
4. Dilakukan check-up rutin bagi seluruh karyawan terhadap
kemungkinan infeksi.

BAB V
TATA LAKSANAN PELAYANAN

Pelaksanaan Pelayanan linen meliputi ruang rawat ianp, poliklinik RSKIA


Wijayakusuma.

A. Standarisasi Linen

11
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada di
rumaha sakit yang meliputi linen di ruang perawatan maupun baju bedah di
ruang Operasi (OK). Secara fungsional linen menggunakan baju, alas,
pembungkus, lap, dan sebagainya, sehingga dalam perkembangan
managemenya menjadi tidak sederhana lagi, berhubung tiap bagian di rumah
sakit mempunyai spesifikasi pekerjaan, jumlah kebutuhan yang besar, frekuensi
cuci yang tinggi, keterbatasan persediaan, penggunaan yang majemuk dan
image yang dicapai. Untuk itu diperlukan standar linen, antara lain:
1. Standar Produk
Berhubungan secara kesehatan bersifat universal, maka Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma mempunyai standar produk yang sama
agar bisa diproduksi massal dan mencapai skala ekonomi.
2. Standar desain
Standar yang digunakan dengan mementingkan fungsinya dengan design
yang sederhana dan ekonomis terutama pada baju bedah dan baju
penunggu pasien di peristi, HCU, VK, Isolasi.
3. Standar Material
- Beberapa kain yang digunakan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Wijayakusuma antara lain cotton 100%, wool, kombinasi seperti 60%
aconilic dan 35% wool, blacu, flanel, tetra, twill/drill. Disesuaikan dengan
fungsi, cara perawatan dan penampilan yang diharapkan.
- Warna pada kain/ baju juga memberikan nuansa tersendiri yaitu:
 warna baju petugas OK hijau, pasien OK hijau sehingga
secara psikologisnya mempunyai pengaruh terhadap lingkunganya,
 untuk linen ruang rawat menggunakan linen kelas VIP biru,
kelas Utama berwarna biru, kelas 2 (dua) berwarna hijau dan kelas 3
(tiga) berwarna biru, pink, kuning, merah bergambar yang sudah
disesuaikan pada kelas-kelasnya
 Sedangkan warna untuk baju kerja pegawai disesuaikan
dengan kebijakan Rumah Sakit

4. Standar Ukuran
Ukuran linen dipertimbangkan tidak hanya dari sisi pengguanaan, tetapi juga
dari biaya operasional. Makin luas dan besar, maka makin mahal biaya
pengadaan dan pengoprasiannya.
Dengan ukuran tempat tidur yang standar, yaitu 90x200cm, ukuran tempat
tidur bayi 30x60cm, maka ukuran linen bis distandarkan menjadi :
- Laken bayi :30 x 40 cm
- laken :230 x 130 cm

12
- Steek laken :110 x 120 cm
- Sarung bantal :50 x 62 cm
- Sarung guling bayi :40 x 60 cm
- Sarung bantal bayi :30 x 25 cm

5. Standar jumlah
Linen yang didistribusikan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dari
masing-masing unit yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Wijayakusuma.
Idealnya jumlah stock linen 5 par (kapasitas) dengan posisi 3 par berputar
diruangan : stock 1 par terpakai, stock 1 par dicuci, stock 1 par cadangan,
dan 2 par mengendap dilogistik.
Standar linen dihitung berdasarkan jumlah ruangan, dan jumlah tempat tidur
yaitu :
- Kelas VIP berjumlah 10 tempat tidur
- Kelas Utama berjumlah 4 tempat tidur
- Kelas 1 berjumlah 6 tempat tidur
- Kelas 2 berjumlah 10 tempat tidur
- Kelas 3 berjumlah 14 tempat tidur
- Ruang ICU 3 tempat tidur
- Ruang OK 2 tempat tidur
- Ruang peristi 5 tempat tidur
- Ruang IGD 2 brankar
- Ruang resusitasi/ TRIASE 3 brankar
- Ruang dokter 1 tempat tidur
- Ruang periksa 3 tempat tidur
- Ruang nebulisasi dan fisioterapi 3 brankar

Jumlah linen di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma

No. Ruangan Nama Barang Jumlah


Perlak 15
Stik laken 34
Selimut 5
1. Kelas VIP Sarung bantal 28
Seprei 24
Perlak 4
Stik laken 12
Selimut 3

13
2. Kelas Utama Sarung bantal 16
Seprei 12
Perlak 20
Stik laken 24
Selimut 10
3. Kelas I Sarung bantal 29
Seprei 30
Perlak 14
Stik laken 26
Selimut 10
4. Kelas II Sarung bantal 40
Seprei 32
Perlak 15
Stik laken 31
Selimut 10
5. Kelas III Sarung bantal 46
Seprei 33
Perlak 4
Stik laken 2
Selimut 2
6. Ruang isolasi Sarung bantal 2
Seprei 4
Sarung covis hitam 6
Seprei hitam covis 3
Sarung bantal 4
Seprei 4
7. Ruang RR Stik laken 2
Kacamata hitam 4
Selimut 2
Popok hitam 4
Baju tunggu pasien 8
Seprei box 21
Sarung bantal guling 27
Seprei meja bayi 2
Sarung bantal bayi 25
8. Ruang bayi Kelambu 4
Perlak bayi 5
Stik laken 4
Seprei 6
Selimut 2
9. Ruang HCU Sarung bantal 6
Sarung bantal 4
Stik laken 4
10. Ruang poli dan
Seprei 4
kebudanan
Seprei 4
Selimut 3
11. Ruang dokter
Sarung bantal 13
Selimut 2
Duk rapat besar 18
Duk lubang besar 3
Duk lubang kecil 4
Duk rapat besar 6
Baju pasien 10
Baju petugas 23
Celana petugas 23
Topi 25
12. Ruang OK masker 10

14
Clemek 5
Perlak 2
13. IGD Selimut 2
15. Lain-lain Lap tangan 102
Stik laken putih polos 22

Dari uraian diatas maka stock linen di unit laundry Rumah Sakit Khusus Ibu
dan Anak Wijayakuma sudah memenuhi standart ketentuan yang berlaku.

6. Penatalaksanaan Linen
a.) Tahapan kerja di laundry :
1) Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan
- Biasakan cuci tangan hygienis dengan sabun 20detik
sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
- Gunakan APD: sarung tangan, Masker, Apron
- Siapkan trolly untuk linen kotor.
- Hitung linen kotor bersama petugas terkait (TPK),
kemudian catat jumlah linen kotor yang diterima kedalam buku
linen kotor.
- Pisahkan linen sesuai dengan kriteria ( linen kotor ,
linen Non infeksius, linen Infeksius ).
- Pisahkan linen infeksius kedalam kantung plastik
berwarna kuning , ikat dan segera masukkan kedalam trolly.
- Setelah linen kotor dimasukkan kedalam trolly , tutup
trolly dengan rapi
- Linen kotor segera dibawa ke laundry untuk proses
pencucian.

2) Pemilahan dan penimbangan linen kotor


- Linen infeksius berwarna
- Linen infeksius putih
- Linen tidak terinfeksius berwarna
- Linan tidak terinfeksi
- Linen asal OK
- Pisahkan linen sesuai dengan jenisnya.
- Pisahkan linen yang bernoda.
- Timbang linen kotor tersebut masing-masing sesuai
dengan jenisnya menjadi max 10kg.
- Linen kotor dimasukkan kedalam mesin cuci untuk
pencucian

15
3) Pencucian
a) Penanganan linen yang bernoda atau infeksius
- Linen yang bernoda/ infeksius dibawa ke ruang
pembilasan/ spoelhock
- Ambil linen yang bernoda/ infeksius tersebut,
kemudian bersihkan noda dengan air , lalu di kucek
hingga noda tersebut hilang, kemudian dibilas dengan air
panas.
- Masukkan linen tersebut kedalam bak/ wadah yang
sudah berisikan larutan desinfektan.
- Rendam cucian tersebut selama ± 10 menit atau
disesuaikan dengan konsentrasi larutan.
- Angkat linen yang sudah direndam tersebut , kemudian
diperas.
- Linen siap untuk proses pencucian kedalam mesin
cuci.
b) Proses pencucian linen kotor dengan mesin cuci
- Naikkan tuas stop kontak mesin cuci
- Buka pintu mesin cuci dengan menekan handle pintu
mesin cuci sampai berbunyi “klik”.
- Masukkan linen kotor max 10kg, kemudian tutup mesin
cuci sampai berbunyai “klik”.
- Masukkan detergen dan softener pada tempat yang
ada dimesin cuci dengan ukuran tertentu ( sesuai
takaran).
- Tekan tombol “Power”.
- Pilih menu sesuai bahan (cotton,dll).
- Tekan “Start/Pause”
- Proses pencucian dan pembilasan berlangsung
selama ± 30 menit.
- Untuk membuka mesin cuci tunggun sampai mesin
cuci berhenti, kemudaian tekan handle pintu mesin cuci
sampai bunyi “klik”.
- Angkat cucian bersih dari mesin cuci
- Tutup kembali mesin cuci sampai berbunyi “klik”.
- Turunkan tuas stop kontak mesin cuci.

4) Pengeringan
- Siapkan linen yang akan dikeringkan
- Naikkan stop kontak mesin pengering.

16
- Buka pintu mesin denggan menarik hendle pintu.
- Masukkan linen maksimal 7 kg
- Tentukan waktu pengeringan yang diingkan dengan
memutar “timer” pengatur waktu yang ada pada mesin.
- Tekan tombol “start” untuk mengaktifkan mesin
pengering.
- Mesin pengering kan berhenti apabila proses
pengeringan telah selesai.
- Biarkan 3-5 menit setelah mesin berhenti.
- Buka pintu mesin pengering kemudian angkat linen
dari mesin pengering.
- Tutup kembali mesin pengering.
- Turunkan tuas stop kontak mesin pengering.
5) Penyetrikaan
- Naikkan tuas stop kontak alat setrikaan
- Tekan tombol pengatur temperatur “on” pada mesin
setrika sesuai dengan temperatur yang kita inginkan dan
disesuaikan dengan jenis bahan linen.
- Siapkan linen yang akan disetrika
- Kemudian lakukan proses penyetrikaan

6) Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapian juga
mudah digunakan pada saat penggantian linen. Proses pelipatan
sekaligus juga melakukan pemantauan antara linen yang masih baik
dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi.
Prosedur pelipatan :
a) Laken
- Dibutuhkan tempat yang luas yang dilakukan oleh 2
(dua) orang petugas
- Tiap orang memegang ujung linen posisi memanjang
denga jahitan terbalik
- Pertemuan antara ujung linen menjadi ½ bagian
- Perhatian label
- Lipat kembali pegang pertengahan lipatan, temukan
dengan kedua ujung menjadi 1/4 bagian
- Pinggir jahitan posisi dibawah
- Ke empat ujun linen dipertemukan menjadi 2 (dua)
bagian

17
- Selanjutnya, sampai dengan 1/8 bagian, posisi label
diatas
c) Steek laken
- Dibutuhkan satu orang
- Posisi jahitan terbalik
- Pegang ujung linen arah panjang dipertemukan
- Lipat menjadi ½ bagian
- Lipat kembali ¼ bagian
- Perhatikan posisi label
- Lipat kembali menjadi 2 arah lebar harus sampai 1/8
bagian, lipat satu kali posisi label diatas
d) Sarung bantal
- Dilakukan satu orang
- Posisi jahitan didalam
- Lipat menjadi ½ bagian memanjang

e) Sarung guling
- Posisi jahitan didalam
- Lipat menjadi ½ memanjang
- Label diluar lipat menjadi ¼
f)Selimut
- Dilakukan satu orang
- Posisi jahitan terluar terbalik
- Lipat menjadi ½ bagian arah lebar selimut
- Lipat lagi menjadi ¼ bagian
- Lipat arah panjang selimut menjadi ½ bagian
- Lipat lagi menjadi ¼ bagian
- Lipat lagi menjadi 1/8 bagian

7) Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari
kontaminasi ulang baik dari bahaya seperti mikroorganisme dan
pest.

8) Pendistribusian
- Siapkan trolly untuk linen bersih.
- Cek jumlah linen yang kana diserahkan ke ruangan linen dan
catat kedalam buku linen bersih.
- Masukkan linen kedalam trolly tertutup.
- Bawa trolly linen unit yang akan menerima linen bersih.

18
- Berikan linen bersih ke ruang linen dan mintalah tandatangan
dari pihak yang menerima.
- Penerima linen bersih melakukan pengecekan ulang terhadap
jumlah dan jenis linen , kemudian catat jumlah kedalam buku
linen bersih
- Waktu pendistribusian linen jam 14.00 sampai dengan 16.00

9) Penggantian linen rusak


Linen rusak dapat dikategorikan :
- Umur linen
- Human eror termasuk dihilangkan
Kategori tersebut dapat dilihat dalam pencatatan perputaran linen
setiap harinya dan akibat human eror / kesalahan petugas laundry.
Jenis kerusakan linen ada yang dapat diperbaiki ataupun tidak.
Kerusakan yang harus mendapatkan penggantian adalah sebagai
berikut :
- Noda yang sudah tidak dapat dihilangkan seperti terkena
cairan medik dengan area yang luas ataupun terkena noda semir,
mungkin noda tersebut dapat dihilangkan menggunakan cairan
spoting, namun jika dihitung biaya dan kerapuhan menjadi tidak
efisien.
- Kerapuhan beberapa bagian akibat bahan kimia korosif
seperti H2O2, ataupun bahan kimia lainya yang korosif seperti
piroksida maupun Clorine diatas 5%.
- Robek karena tersangkut.

b.) Prosedur Penanganan Linen Kotor Infeksius dn Linen Kotor Tidak


Infeksius
1) Linen Kotor Infeksius
- Bisakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
- Gunakan APD : sarug tangan, masker, apron.
- Persiapkan alat dan bahan
- Lipat bagian yang terinfeksi dibagian dalam lalu masukkan kedalam
ember tertutup dan bawa ke spoel hock kemudian bawa ke ruang
cuci.
- Noda darah atau feses dibuang ke pemuangan ipal/ spoel hock
- Pisahkan linen putih dan berwarna
- Masukkan linen kedalam kantung plastik berwarna kuning dan
kemudian angkut ke bagian laundry
2) Linen kotor tidak terinfeksi

19
- Bisakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
- Gunakan APD : sarung tNGn, masker, apron.
- Persiapkan alat dan bahan
- Masukkan linen kedalam ember kemudian masukkan kedalam spoel
hock dan angkut ke bagian laundry

c.) Proses Pencucian Linen Kotor Infeksius dan Linen Kotor Non Infeksius
1) Linen kotor Non Infeksius
Proses pencucian linen kotor adalah linan dimasukkan
kedalam ember besar kemudian ditambahkan air dan direndam
selama 5 menit, petugas linen mengganti air tersebut dan
menambahkannya dengan detergen untuk proses pencucian, lama
waktu pencucian selama 15 menit, setelah itu lakukan pembilasan
dan memberikan penambahan softener kemudian linen diperas,
kemudian masuk kedalam mesin pengering.

2) Linen Kotor Infeksius


Proses pencucian linen kotor infeksius hampir sama dengan
pencucian linen kotor ringan yaitu mulai dari penimbangan,
perendaman, penggantian air, dan penambahan detergen,
pembilasan dan pengeringan.

B. Standar Unit Laundry


1. Tenaga Unit Laundry
Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan kerja terhadap
tenaga pencuci maka perlu adanya pencegahan dengan:
- Pemeriksaan kesehatan secara berkala
- Pemberian imunisasi tetanus, hepatitis,poliomyelitis,BCG
- Pekerja yang mmiliki permasalahan kulit, luka-luka, ruam, kondisi kulit
eksfoliatif tidak boleh melakukan pencucian

C. Alur Kerja
Terlampir

20
BAB VI
LOGISTIK

Keperluan logistik di unit laundry bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan


pendukung, mengurus pembelian peralatan, mengurus inventaris barang yang
keluar dan masuk, pengadaan barang dan peralatan di unit laundry rumah sakit.

Perencanaan pengadaan Permintaan / Pengadaan Penyimpanan


\\

Gudang laundry Pencatatan dan pelaporan Pendistribusian

Keterangan :

1. Kepala Unit Laundry merencanakan kebutuhan pengadaan barang.


2. Permintaan barang ditulis di blanko kebutuhan pengadaan barang.
3. Penerimaan barang disertai dengan bukti serah terima.
4. Pendistribusian barang di unit Laundry ditujuakan ke unit terkait/
membutuhkan

21
5. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh bagian administrasi terhadap
semua barang yang masuk.
6. Alat dan bahan yang belum digunakan disimpan di gudang laundry.

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Infeksi adalah suatu proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi
agen yang patogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan
menyebabkan sakit.
Yang dimaksud agen adalah bakteri,virus,ricketsia,jamur,dan parasit. Infeksi
dapat bersifat lokal atau general (sistematik). Infeksi lokal ditandai dengan
adanya inflamasi yaitu sakit, panas, kemerahan, pembengkakan dan gangguan
fungsi. Infeksi sisstematik mengenai seluruh tubuh yang ditandai dengan
adanya demam, menggigil, takikardi, hipotensi, dan tanda -tanda spesifik
lainnya.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seorang dirawat di
rumah sakit.Infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat di
rumah sakit. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial
serta menekan angka infeksi ke tingkat serendah-rendahnya, perlu adanya
upaya pengendalian infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial bukan
hanya tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau dokter/ perawat saja tetapi
tanggung jawab bersama dan melibatkan semua unsur /profesi yang ada di
rumah sakit.

Bartasan :
Suatu infeksi dinyatakan infeksi nosokomial apabila;

22
a) Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak
sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
b) Iinfeksi timbul sekurang-kurangnya 3x24 jam sejak ia dirawat.
c) Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari
masa inkubasi
d) Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari
rumah sakit.

1. Sumber infeksi
- Petugas rumah sakit (perilaku)
- Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit.
- kurang atau tidak memperhatikan kebersihan
- Kurang atau tidak memperhatikan tekhnik aseptic dan antiseptik
- Menderita suatu penyakit
- Tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan pekerjaan

2. Alat –alat yang dipakai ( alat kedokteran/ kesehatan, linen lainnya)


- Kotor atau kurang bersih/ steril
- Rusak atau tidak layak pakai
- Penyimpanan yang kurang baik
- Dipakai berulang ulang
- Lewat batas waktu pemakaian
3. Pasien
- Kondisi yang sangat lemah atau gizi buruk
- Kebersihan kurang
- Menderita penyakit kronik atau menahun
- Menderita penyakit menular atau infeksi
4. Lingkungan
- Tidak ada sinar (matahari/ penerangan) yang masuk.
- Ventilasi / sirkulasi udara yang kurang baik
- Ruang lembab
- Banyak serangga

B. Faktor-faktor yang sering menimbulkan terjadinya infeksi


1. Baanyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit yang dapat menjadi
sumber infeksi bagi lingkungan dan pasien lain.
2. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainnya.
3. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah sakit
yang terinfeksi.
4. Penggunaan alat yang terkontaminasi.

23
5. Kurangnya perhatian tindakan aseptik dan antiseptik
6. Kondisi pasien yang lemah.

C. Pencegahan

Untuk mencegah/mengurangi terjadinya infeksi nosokomial, perlu diperhatikan:

1. Petugas
- Bekerja sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) untuk
pelayanan linen.
- Memperhatikan aseptik dan antiseptic
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
- Bila sakit segera berobat

2. Alat-alat
- Perhatikan kebersihan (alat-alat Laundry, troli untuk transportasi
linen)
- Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu
penyimpanan
- Linen yang rusak segera diganti

3. Ruangan/lingkungan
­ Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
­ Penerangan cukup
­ Ventilasi/sirkulasi udara baik
­ Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan
­ Pembersihan secara berkala
­ Lantai kering dan bersih

24
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang


berkaitan erat dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas, yang
dapat mengakibatkan terjadinya bahaya bagi petugas maupun kecelakaan kerja.
Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan dalam proses
penyelenggaraan pelayanan pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit
antara lain karena pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai prosedur, tempat
kerja yang aman dan terjamin kebersihannya, istirahat yang cukup. Kecelakaan
tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan tidak
direncanakan ataupun, tidak diharapkan, serta dapat melukai karyawan / pegawai.

A. Pengertian
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas atau kelalaian / kesengajaan.

B. Tujuan
Menurut Undang – undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, syarat- syarat
keselamatan kerja meliputi aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya

25
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja

C. Keselamatan Kerja
Petugas Unit laundry dalam melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai dari K3RS, yaitu petugas harus dengan kesadaran
penuh untuk menggunakan alat pelindung diri (APD). Petugas wajib untuk
menjaga keselamatan di lingkungan dalam melaksanakan tugasnya selain
menjaga keselamatan diri dimana mereka sedang bekerja. Dengan demikian
keselamatan diri, pasien dan pengunjung dapat terjaga dengan baik.
1. Potensi bahaya Pada Unit laundry
a. Bahaya mikrobiologi
seperti : bakteri, virus, ricketsia, parasit, jamur. Karena petugas
pencucian yang menangani linen kotor senantiasa kontak langsung
dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman patogen.
Contohnya :
a) Mycobakterium tuberculosis
 Mycobakterium tuberculosis adalah mikroorganisme
penyebab tuberculosis dan paling sering menyerang paru-paru (±
90 %). Penularannya melalui percikan atau dahak penderita.
 Pencegahan
­ Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas
Rumah Sakit terhadap penyakit TBC dan penularannya.
­ Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik
dalam ruangan instalasi pencucian.
­ Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SOP.
­ Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan
sterilisasi terhadap bahan dan alat yang digunakan.
­ Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan
tugas pekerjaan sesuai SOP.

b) Virus Hepatitis B

 Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala


komplikasinya. Lebih penting dan berbahaya lagi adalah
manifestasi dalam bentuk sebagai pengidap (carrier) kronik,
yang dapat merupakan sumber penularan bagi lingkungan.

 Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya

 Pencegahan :

­ Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas


Rumah Sakit terhadap penyakit hepatitis B dan penularannya.
­ Memberikan vaksinasi pada petugas.
­ Menggunakan APD sesuai SOP.

26
­ Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan
sterilisasi terhadap bahan dan peralatan yang dipergunakan
terutama bila terkena bahan infeksi.
­ Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan
tugas pekerja sesuai SOP.

c) Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus)

 Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS (Acguired


Immunodeficiency Syndrom). Virus HIV menyerang target sel
dalam jangka waktu lama. Jarak waktu masuknya virus ke tubuh
sampai timbulnya AIDS bergantung pada daya tahan tubuh
seseorang dan gaya hidup sehatnya.
 HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma,
air susu ibu, sekreta dan ekskreta tubuh.
 Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh
yang mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit yang
terluka.
 Pencegahan :
­ Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan
dikantong plastik keras yang berisi desinfektan, berlapis
ganda, tahan tusukan, kedap air dan berwarna khusus serta
diberi label Bahan Menular/AIDS selanjutnya dibakar.
­ Menggunakan APD sesuai SOP.

b. Bahaya Bahan Kimia


a) Debu
Pada instalasi linen debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri
 Efek kesehatan
Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi
dengan menarik napas sehingga udara yang mengandung debu
masuk ke dalam paru-paru. Partikel debu yang dapat masuk ke
dalam pernapasan mempunyai ukuran 0,1-10 mikron. Pada
pemajanan yang lama dapat terjadi pneumoconiosis, dimana
partikel debu dijumpai di paru-paru dengan gejala sukar
bernapas. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat
linen/kapas disebut bissinosis.
 Pengendalian

27
­ Pencegahan terhadap sumber → diusahakan agar
debu tidak keluar dari sumbernya dengan mengisolasi sumber
debu.
­ Memakai APD sesuai SOP
­ Ventilasi yang baik

b) Bahaya bahan kimia

 Sebagian besar dari bahaya di instalasi pencucian diakibatkan


oleh zat kimia. Bahan kimia yang dipakai untuk pencucian linen
di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma adalah :
detergen, Chlorine bleach, softener

 Penanganan zat-zat kimia di instalasi pencucian yaitu ;


1 )Detergen
Guna : bubuk detergen
Ciri-ciri khusus: bubuk biru dengan pH 11,0-12,0
Sifat : bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang
mungkin beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan :
­ Iritasi mata, kulit
­ Bila terhirup menyebabkan edema paru
­ Bila tertelan menyebabkam kerusakan hebat pada
selaput lendir
Pertolongan pertama
­ Mata : cuci secepatnya dengan air yang mengalir
­ Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian
yang terkontaminasi.
­ Terhirup : pindahkan dari sumber
­ Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air
atau susu.
­ Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan
medis tanpa ditunda.
Tindakan pencegahan :

­ Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust peralatan


pernapasan sendiri
­ Memakai APD

28
­ Penyimpanan dan pengangkutan : simpan di tempat
sejuk dan kering, jauhkan sinar matahari langsung,
hindari sumber panas.

2) Chlorine bleach
Guna : bubuk pemutih
Ciri-ciri khusus: bubuk putih pH 8,0-9,0
Sifat : bereaksi dengan asam akan mengeluarkan gas klorin
dengan cepat, tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan :
­ Iritasi berat mata, rasa terbakar pada kulit
­ Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran nafas, edema
paru, kanker paru, asma.
­ Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
Pertolongan pertama
­ Mata : cuci secepatnya dengan air yang mengalir
­ Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian
yang terkontaminasi.
­ Terhirup : pindahkan dari sumber
­ Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air
atau susu.
­ Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan
medis tanpa ditunda.
Tindakan pencegahan :

­ Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust peralatan


pernapasan sendiri
­ Memakai APD
­ Penyimpanan dan pengangkutan : simpan di tempat
sejuk dan kering, jauhkan sinar matahari langsung,
hindari sumber panas.

3) Softener
Guna : cairan pelembut
Ciri-ciri khusus: cairan merah muda atau warna lain, mudah
mengalir pH 4,0-5,0
Sifat : stabil tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah
terbakar.
Bahaya kesehatan :

29
­ Iritasi berat pada mata, kulit
­ Bila terhirup menyebabkan iritasi
­ Bila tertelan menyebabkan iritasi
Pertolongan pertama
­ Mata : cuci secepatnya dengan air yang mengalir
­ Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian
yang terkontaminasi.
­ Terhirup : pindahkan dari sumber
­ Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air
atau susu.
­ Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan
medis tanpa ditunda.
Tindakan pencegahan :

­ Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust peralatan


pernapasan sendiri
­ Memakai APD
­ Penyimpanan dan pengangkutan : simpan di tempat
sejuk dan kering, jauhkan sinar matahari langsung,
hindari sumber panas.
c) Listrik

Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh


karena dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada
umumnya yang terjadi di Rumah Sakit adalah kejutan listrik
microshok dimana listrik mengalir ke badan petugas melalui sistem
peralatan yang tidak baik.

 Efek kesehatan
- Luka bakar di tempat tersengat aliran listrik
- Kaku pada otot di tempat yang tersengat listrik
 Pengendalian :
1) Enginering
 Pengukuran jaringan/instalasi listrik
­ Pemasangan pengaman/alat pengamanan
sesuai ketentuan
­ Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indikator
2) Administrasi
­ Penempatan petugas sesuai ketrampilan
­ Waktu kerja petugas digilir

30
­ Memakai sepatu/sandal isolasi (sepatu booth)
d) Kebisingan
Suara mesin yang membikin bising sudah di atasi dengan memilih
mesin pencuci dan pengering yang tidak memiliki suara yang keras.

3. Keselamatan dan Kecelakaan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja,


bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Kecelakaan adalah kejadian yang terduga
oleh Karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,
lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Bebarapa bahaya potensial untuk
terjadinya kecelakaan kerja di Instalasi Pencucian.

1) Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama. Unsur-
unsur tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan
panas. Bahan-bahan yang mudah terbakar misalnya bahan yang ada
pada mesin cuci.

Penanggulangan :
- Mengacu pada UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja
- Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang
mudah terbakar
- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
dilakukan secara terus-menerus.
- Jalan untuk menyelamatkan diri/ jalur evakuasi
- Secara ideal semua bangunan harus memiliki sekurang-
kurangnya 2 jalan penyelamat diri pada 2 arah yang bertentangan
terhadap setiap kebakaran yang terjadi, sehingga tak seorangpun
terpaksa bergerak ke arah api untuk menyelamatkan diri. Jalan-jalan
penyelamat demikian harus dipelihara bersih, tidak terhalang oleh
barang-barang, cukup lebar, mudah terlihat dan diberi tanda-tanda
arah yang jelas.

Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran di ruang


laundry adalah yang dapat bergerak atau dibawa.

2) Terpeleset/Terjatuh

31
 Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada instalasi pencucian.
Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat mengakibatkan
cedera yang berat seperti fraktura, dislokasi, salah urat, memar otak
 Penanggulangan :
­ Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sel yang rusak
atau memakai tali sepatu yang longgar
­ Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari
bahan yang tidak licin
­ Pemeliharaan lantai :
 Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran
seperti pasir, debu, minyak yang memudahkan terpeleset.
 Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau
permukaannya miring harus segera diperbaiki
Keselamatan kerja di bidang laundry . Usaha dalam menunjang
pelaksanaan emergency response, petugas kesehatan berkoordinator dalam
bidang pengamanan dan keselamatan bangunan, bencana dan evakuasi.
Sebagai upaya meningkatkan ketrampilan petugas mengikuti pelatihan terkait
keadaan darurat dan pemadaman kebakaran. Peralatan yang digunakan
sebagai upaya keselamatan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri
sesuai dengan kebutuhan.

BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Mutu pelayanan di Unit Laundry didasari pada hasil kebersihan barang


secara keseluruhan. Produk – produk yang dihasilkan oleh unit laundry harus
melalui proses. Setiap proses berjalan selalu dilengkapi dengan indikator mekanik
dan kimia. Melalui kontrol yang ketat, produk yang dihasilkan akan terjamin kualitas
kebersihanya, yang pada akhirnya dapat menekan angka kejadian infeksi di rumah
sakit. Serta pengontrolan dan pendokumentasian keluar masuk linen yang ketat
akan menjamin ketersediaan linen yang memadai dan mencegah terjadinya
kehilangan linen rumah sakit.
Peran laundry Rumah Sakit adalah pengolahan dimulai dari pengambilan
linen kotor, penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pengeringan, sortir noda,
pelipatan, perapian, mengepak, atau mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes 382/MENKES/SK/III/2007

Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 ; Persyaratan Kesehatan Lingkungan


Rumah Sakit : Depkes RI; 2004.

Depkes RI. Pedoman Managemen linen Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI ;


2004

33

Anda mungkin juga menyukai