Anda di halaman 1dari 11

PELATIHAN PPI DASAR

Oleh: dr. Citra Resmi Dewanti

RANGKUMAN MATERI 1 : KEBERSIHAN TANGAN


Tangan petugas kesehatan adalah media yang paling umum untuk transmisi patogen dalam
menularkan infeksi ke pasien. Cuci tangan dapat membantu mencegah penyebaran
resistensi antimikroba dan mengurangi infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAIs). Untuk
itu diperlukan komitmen bersamasetia pegawai di rumah sakit untuk mencuci tangan
dimulai dengan kesadaran dari diri setiap petugas kesehatan.
6 langkah cuci tangan menurut WHO

Faktor penyebab kekurang patuhan terhadap kebersihan tangan:


1. Bahan pencuci tangan menyebabkan iritasi dan kekeringan,
2. Wastafel terletak tidak nyaman/kekurangan wastafel
3. Kekurangan sabun, kertas, handuk
4. Seringkali terlalu sibuk/tidak cukup waktu
5. Kebutuhan pasien diprioritaskan
6. Kebersihan tangan mengganggu hubungan petugas kesehatan- pasien
7. Risiko rendah tertular infeksi dari pasien
Petugas kesehatan rata-rata membersihkan tangan dari 5 sd 42 kali per shift. Durasi
episode pembersihan tangan rata-rata berkisar antara 6,6 sd 30 detik. Tiap Puff hand drup
terdapat sekitar 2 cc cairan dan setiap puff sabun terdapat 1 cc cairan. Setiap mencuci
tangan menggunakan 1 helai tisue pengering. Daridata ini, pihak Komite PPI dapat
menghitung kebutuhan sabun dan tisu pengering tangan yang diperlukan tiap ruangan.
Untuk melihat apakah kebersihan tangan ini sudah dilakukan di lingkungan rumah sakit
dapat dilakukan audit kebersihan tangan.
Audit Kebersihan tangan & penggunaan APD merupakan proses yang sistematis,
independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya
secara obyektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit / standar dipenuhi,
terhadap penggunaan APD, meningkatkan mutu program PPI RS serta dapat mendata
situasi terkini dan menentukan apakah kebijakan dan SPO tertulis komite PPI perlu
perbaikan
PLANNING PRA AUDIT
1. Menyusun rencana audit HH dan APD
2. Menetapkan tujuan dan sasaran audit
3. Membuat daftar tilik
4. Menetapkan kerangka waktu: Pengamatan dilakukan secara periodik selama periode
sibuk atau aktivitas tinggi dengan menggunakan formulir dan juga menggunakan
CCTV
5. Tatacara pelaksanaan, Mengamati perilaku petugas kesehatan selama tindakan.
Disarankan pengamatan terjadi setiap kuartal (3 bulan) di setiap AREA / lingkungan.
Periode pengamatan selama 5 sampai 10 hari sejak hari ke hari mungkin terjadi
variasi. Jika rumah sakit kecil dapat dilakukan 200 kesempatan untuk audit selama 1
bulan
6. Penunjukkan para auditor : IPCN, IPCLN atau petugas yang terlatih
7. Tatacara pelaporan hasil audit

CONTOH: TOOL AUDIT KEPATUHAN KEBERSIHAN TANGAN

Skoring 1/5x100%= 20 %
Saat audit juga harus diperhatikan profesi dan tindakan yang akan dilakukan.
Sehingga hasil audit tidak bias. Misalny, saat dokter visite karena tidak memegang cairan
tubuh pasien , maka dokter hanya melakukan cuci tangan pada 2 moment saja, yaitu
sebelum kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan pasien.
RANGKUMAN MATERI 2 : PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI FASYANKES
Suatu sistem yang membuat asuhan pasien di Rumah Sakit menjadi Aman. Sistem ini
mencegah terjadinya cidera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil. Sistem tersebut
meliputi : assesmen resiko, identifikasi,pengelolaaan hal yang berhubungan dengan pasien,
pelaporan & analisa inseden. Tujuan akhir nyauntuk meningkatkan mutu RS, dan merupakan
kewajiban seluruh petugas kesehatan untuk memastikan penerapan keselamatan pasien
terwujud
TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP, Ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka
& adil
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA, Bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas
tentang KP di RS Anda
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO, Kembangkan sistem & proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial
bermasalah
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN, Pastikan staf Anda agar dgn mudah dapat
melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS.
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN, Kembangkan cara-cara
komunikasi yg terbuka dgn pasien
6. BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP, Dorong staf anda utk melakukan analisis
akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KP, Gunakan informasi yang ada
tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


1. Identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspada
4. Kepastian tepat lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operas
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
JENIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien, Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan
kejadian Potensi cedera.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
Kejadian Tidak Cedera (KTC) insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera
Kondisi Potensial Cedera (KPC) kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera,
tetapi belum terjadi insiden
Kejadian sentinel KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang seriusPelaporan
insiden keselamatan pasien adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran

RANGKUMAN MATERI 3 : KONSEP HEALTHCARE ASSOCIATTED INFECTIONS (HAIS)


Penyakit infeksi atau penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit. Penyakit ini bisa
menyebar secara langsung maupun tidak langsung dari satu orang ke orang lainnya. Gejala
yang disebabkan oleh masing-masing penyakit infeksi dan langkah pengobatannyapun
berbeda-beda tergantung mikroorganisme apa yang menjadi pemicunya.
Konsep terjadinya suatu penyakit dengan pendekatan trias epidemiologis terdiri dari
Periode prepatogenesa, dimana agent, Host dan environment berada pada posisi seimbang.
Sedangkan, periode patogenesis terjadi bila terjadi perubahan pada faktor agent yang
menyebabkan agent bertambah populasi dan mutasi sehingga dapat dengan mudah
menginfeksi host; Cara terjasinta infeksi di RS: Self Infection, Cross infection dan
envoiremental infection( air, foofd, dust, water, iv fluid catheter, ventilator, bedpans,
endoscopes)
HEALTHCARE ASSOCIATED INFECTIONS (HAIs)
Adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit atau
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dimana tidak infeksi atau dalam masa inkubasi saat
masuk rawat serta dapat muncul setelah pulang rawat dan juga infeksi yang dapat terjadi
pada petugas di fasilitas pelayanan kesehatan karena pekerjaanya. Terdapat beberapa
contok HAIs Surgical site infections (SSI)  , Catheter-associated urinary tract infections (CAUTI) 
, Central venous catheter–related bloodstream infections (CRBSI) , Ventilator-associated
pneumonia (VAP)
Faktor Resiko HAIs terdiri dari faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Dimana faktor
intrinsik merupakan faktor yang sudah ada pada pasien. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah
segala hal yang beresiko menyebabkan infeksi pada pasien, seperti petugas yang kurang
kompeten dan tidak patuh terhadap nilai-nilai PPI, peralatan tindakan yang tidak steril,
lingkungan yang kotor dan penggunan obat antibiotik yang tidak rasional.
Dampak HAIs dapat berpeengaruh terhadap pasien secara langsung berupa
meningkatnya angka morbiditas dan angka mortalitas serta lama hari rawatan yang akhirnya
meningkatkan biaya pengobatan. Selain itu, Dampak HAIs dapat menyebabkan pedapatan
RS, Mutu RS dan Citra menurun dan dapat terjerat masalah hukum

RANGKUMAN MATERI 4 : KONSEP, KEBIJAKAN DAN STRUKTUR PPI BERDASARKAN PMK


NO 27 TAHUN 2017
Tujuan Program PPI

 Meningkatkan mutu layanan RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya →


cost effective
 Melindungi Pasien, petugas, pengunjung & masyarakat dari penularan penyakit
infeksi (Emerging Infectious Diseases)
 Mencegah terjadinya HAIs (Healthcare Associated Infections
Kebijkan Kemenkes dalam PPI
Struktur Organisasi PPI
PPI merupkan Suatu TIM atau Komite di bawah direktur RS. Susunan organisasi Komite PPI
adalah Ketua, Sekretaris, dan Anggota yang terdiri dari IPCN/Perawat PPI, IPCD/Dokter PPI
dan anggota lainnya.
Tugas Komite PPI di RS :

 Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakanPPI


 Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI,.
 Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program , Membuat
regulasi (SOP)
 Melakukan investigasi masalah atau kejadian luar biasa HAIs, penutupan ruangan
 Memberi usulan dan konsultasi tentang PPI, Investigasi KLB
 Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman
bagi yang menggunakan
 Mengidentifikasi temuan di lapngan, mengusulkan pelatiham PPI, dan melakukan
pertemuan secara berkala
 Memberikan masukan tentang ICRA Program dan Konstruksi, surveilans HAIs dan
audit secara berkala terkait program PPI
KRITERIA & TUGAS IPCD SEBAGAI KETUA KOMITE
Kriteria IPCD
 Dokter yang mempunyai minat dalam PPI
 Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
 Memiliki kemampuan leadership.
Tugas IPCD
• Sebagai ketua Komite Bertanggung jawab dalam pengelolaan struktur organisasi
• Berkontribusi dalam pencegahan, diagnosis dan terapi infeksi yang tepat.
• Menyusun pedoman penggunaan antibiotika dan surveilans.
• Mengidentifikasi dan melaporkan pola kuman dan pola resistensi antibiotika.
• Bekerjasama dengan IPCN melakukan monitoring kegiatan surveilans infeksi dan
mendeteksi serta investigasi KLB.
• Membimbing dan mengadakan pelatihan PPI bekerja sama dengan bagian
pendidikan dan pelatihan (Diklat) di rumah sakit.
• Monitoring kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
Kriteria IPCN(Infectionrevention and Control Nurse)
 Perawat S1 Kep Ners
 Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
 Memiliki minat dalam PPI
 Bekerja purnawaktu
 Memilik pengalaman sebagai kepala Ruangan dan memiliki kemapuan leadership
Tugas IPCD

 Supervisi kepada pasien beresiko infeksi dengan melakukan identifikasi kejadian


infeksi

 Monitoring pelaksanaan program PPI dan memberikan saran perbaikan jika


diperlukan

 Melaksanakan surveilans infeksi dan pelaporan Hais

 Turut serta mendeteksi dan investigasi KLB

 Memantau petugas paska pajanan benda tajam


 Mendesiminasikan prosedur kewaspadaan standar dan konsulatsi tentang PPI

 Audit Program PPI

 Memotivasi kepatuhan pelaksanaan program PPI

 Memberikan saran desain ruangan sesuai prinsip PPI

 Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung tentang PPI

 Penyuluhan PPI terkait topik infeksi yang sedang berkembang (New –emerging dan
re-emerging ) kepada petugas, pasien dan pengunjung

 Koordinator antar departemen/unit dalam mendeteksi, mencegah dan


mengendalikan infeksi dirumah sakit.

 Memonitoring dan evaluasi peralatan medis single use yang di re –use.


Kriteria IPCLN(Infectionrevention and Control Nurse)
 Perawat d3 Keperawatan
 Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
 Memiliki Minat Dalam Ppi
Tugas IPCD

 Mencatat Data Surveilance


 Memberikan Motivasi Pelaksanaan Kepatuhan Ppi
 Memonitor Kepatuhan Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi
 Memberihtahukan Kecurigaan Hais
 Memberitahu & Mengkoordinasikan Kecurigaan Klb
 Penyuluhan Ke Pasien, Petugas, Pengunjung Dan Konsultasi Ppi
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Monitoring
• Dilakukan oleh IPCN, IPCLN
• Dilakukan setiap hari  check list
• Ada fomulir
Evaluasi
• Dilakukan oleh IPCN dan Ketua Komite  setiap 1 bulan
• Dilakukan oleh Komite PPIRS  setiap 3 bulan
Pelaporan
• Laporan ke Komite Mutu pada indicator mutu terpilih …….1 bulan
• Laporan tertulis kepada Direktur  3 bulan
• Laporan rutin  harian, mingguan, bulanan, triwulan, semester, tahunan.
• Laporan ke dinas kesehatan tiap bulan
Keberhasilan Program PPI
Dibutuhkan Komitemen Pimpinan dan Komite PPI serta seluruh anggota dalam
melaksanakan program PPI di lapangan sehingga dapat mencegah penyebaran dan
berkembang biaknya microba resisten penyebab kejadian infeksi sehingga akhirnya dapat
meningkatkan mutu pelayan kesehatan dan kepuasan pasien

RANGKUMAN MATERI 5 : KEWASPADAAN ISOLASI


Kewaspadaan isolasi terdiri dari:
Kewaspadaaan standart, kewaspadaan yang berlaku untuk semua pasien tanpa memandang
diagnosis. Kewaspadaan itu harus digunakan dalam penanganan Darah, Semua cairan dan
zat tubuh pasien, kulit tidak utuh dan membran mukosan
Kewaspadaan Transmisi, kewaspadaan tambahan dari standart untuk pasien yang diketahui
atau dicurigai terinfeksi patogen yang sangat menular. Seperti airborne(eg measles, TB,
chikenpox), droplet(influenza,rubella, pertusi),dan contact transmision(scabies, MRSA)
PERSYARATAN RUANGAN ISOLASI
1. Tekanan negatif, perbedaan minimal -2,5 Pascal
2. ACH minimal 12 kali
3. Arah laminer udara bersih ke kotor
4. Sistem non resirkulasi 100% fresh air
5. Sistem resirkulasi dengan Hepa filter eff 99,75%@ 0,3 Micron
6. Suhu 21-21 Celcius
7. Kelembaban 50%
8. Udara buang 3m, dan 10 m bebas aktifitas
9. Zona infeksius

RANGKUMAN MATERI 6 : PENGGUNAAN APD


Pengertian APD
Pakaian khusus atau peralatan yang dipakaipetugas untuk memproteksi diri
daribahaya physical,chemical ,biologis/infeksius. Tujuan pengundaan APD adalah
melindungi tenaga kesehatan, pasien, petugas dari lingkungan yang beresiko kemungkinan
transmisimaterial infeksius.
Jenis-jenis APD
Gloves, Gown and aprons, Face mask, respirators, Googles, Face Shield
Pemilihan Pemakaian APD sesuai indikasi

KAJIAN RESIKO PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR

SKENARIO KEBERSIHAN SARUNG GAUN MASKER PERLINDUNGAN


TANGAN TANGAN MEDIS MATA
Selalu sebelum dan setelah
kontak pasien, dan setelah X
lingkungan terkontaminasi
Jika kontak langsung dengan
darah dan cairan tubuh,
X X
sekresi, eksresi, selaput
mukosa, kulit terbuka
Jika ada risiko percikan ke
X X X
tubuh tenaga kesehatan
Jika ada risiko percikan ke
X X X X X
tubuh dan wajah

Dampak Penggunaan APD


Dapat mengurangi resiko infeksi terhadap pasien maupun petuas kesehatan
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Fasyankes
Audit Penggunaan APD sangat perlu dilakukan untuk melihat kepatuhan petugas dalam
melakukan penggunaan APD. Penggunaan APD yang tidak tepat beresiko menimbulkan
kejadian Infeksi, KLB &meningkatkan cost

PLANNING PRA AUDIT


1. Menyusun rencana audit APD
2. Menetapkan tujuan dan sasaran audit
3. Membuat daftar tilik
4. Menetapkan kerangka waktu
5. Tata cara pelaksanaan
6. Penunjukkan para auditor
7. Tata cara pelaporan hasil audit

Anda mungkin juga menyukai