Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSIA Dedari maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi dari setiap gugus tugas/ unit
pelayanan yang ada;
b. Bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan salah satu
gugus tugas/ unit pelayanan di RSIA Dedari yang harus mendukung pelayanan
rumah sakit secara keseluruhan maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang bermutu tinggi;
c. Bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Peraturan Direktur Rumah Sakit tentang Kebijakan
pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak
Dedari sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam poin a, b dan
c, maka perlu ditetapkan dengan peraturan direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak
Dedari.
Mengingat :
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DEDARI
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DEDARI.
Kesatu : Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Dedari sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini
Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari
Ketiga : Komite pencegahan dan pengendalian infeksi wajib mensosialisasikan peraturan ini
ke seluruh karyawan di Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Kupang
Pada tanggal : 22 Januari 2022
Direktur RSIA Dedari
A. KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan cinta kasih,
tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan memperhatikan mereka yang lemah dan
kurang mendapat perhatian (option for the poor).
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu
layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi pasien,
keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan
Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari berfokus pada pasien (patient centeredness) dengan
melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan, memenuhi hak pasien dan
keluarga, asesmen pasien, pemberian pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada
pasien, keluarga dan masyarakat.
3. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali beberapa unit
pelayanan tertentu.
4. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui kegiatan Plan-
Do-Check-Action (PDCA).
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di rumah sakit dan
melibatkan berbagai individu.
6. Rumah sakit memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut uang muka.
7. Rumah sakit bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien yang kurang mampu.
8. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan, mengendalikan,
mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing-masing untuk mencapai visi-misi unit
pelayanan maupun visi-misi rumah sakit.
9. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya untuk mengurangi dan
mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi
lingkungan dan keamanan, termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
10. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6 (enam)
sasaran Keselamatan Pasien.
11. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi secara teratur
sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap pakai.
12. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
13. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan profesi
dan ketentuan yang berlaku.
14. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar kompetensi, standar
prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit dan semua peraturan rumah sakit
yang berlaku.
15. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan manajemen dan pelayanan kepada
masyarakat.
16. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan menggunakan informasi
secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara benar untuk meningkatkan kesehatan
pasien serta kinerja rumah sakit baik secara keseluruhan maupun individu.
17. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan melalui rapat
rutin minimal 1 kali dalam satu bulan.
18. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester dan tahunan
kepada manajemen rumah sakit.
19. Menjamin terlaksananya kebijakan PPI maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi oleh
tim PPI yang dilaporkan secara berkala kepada Komite PPI disertai rencana tindak lanjut
kemudian di laporkan kepada Direktur Rumah Sakit.
20. Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui 7 (tujuh) standar
keselamatan pasien, dan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
21. Rumah sakit melakukan penanggulangan Tuberkulosa (TB) sesuai dengan pedoman stategi
DOTS.
22. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak tersedia di rumah sakit, maka pasien harus
dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah mendapat persetujuan pasien /
keluarga
23. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
24. Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia medis pasien
yang dilayani.
25. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal ataupun
eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.
26. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada
petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
27. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus menerapkan
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspdaan
berdasarkan transmisi.
B. KEBIJAKAN KHUSUS:
1. ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
a) Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap penularan infeksi di
Rumah Sakit, maka Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari melaksanakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
b) Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur Rumah Sakit membentuk
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI). Komite PPI Rumah Sakit Ibu dan
Anak Dedari bertanggung jawab langsung kepada Direktur Rumah sakit.
c) Komite PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman
Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011.
d) Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan fungsional di semua
unit dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan karyawan.
e) Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka Rumah Sakit
Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari 1 (satu) IPCN (Infection Prevention and Control
Nurse) purna waktu yang bertugas mengawasi seluruh kegiatan pencegahan pengendalian
infeksi yang meliputi gugus tugas di ruang perawatan, IPSRS, Farmasi, Gizi,
Administrasi, UGD, Laboratorium.
f) Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (Infection Prevention and
Control Link Nurse) sebagai pelaksana harian/penghubung di unit masing- masing.
IPCLN di Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari berjumlah 7 orang.
2. KEWASPADAAN STANDAR
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, disinfeksi dan sterilisasi,
tatalaksana linen, penatalaksanaan limbah dan benda tajam, pengendalian lingkungan, praktik
menyuntik yang aman, kebersihan pernafasan/etika batuk, praktek lumbal punksi, perawatan
peralatan pasien, penatalaksanaan linen, program kesehatan karyawan, penempatan pasien.
Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area Rumah Sakit dengan
mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas pelayanan sesuai pedoman PPI
Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari.
5. KEBERSIHANTANGAN
Kebersihan tangan wajib dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis di
lingkungan RSIA Dedari.
a. Indikasi kebersihan tangan secara umum:
1) Segera: setelah tiba di tempat kerja
2) Sebelum:
a) Sebelum kontak dengan pasien
b) Memakai sarung tangan sbelum pemeriksaan klinis dan tindakan invasive
c) Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
d) Mempersiapkan makanan
e) Memberi makan pasien
f) Meninggalkan rumah sakit
g) Kontak dengan pasien
h) Melepas sarung tangan
3) Setelah:
a) Melepas alat pelindung diri
b) Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ludah, dahak, muntahan, urine,
keringat dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi dengan
darah, cairan tubuh, pispot, urinal baik menggunakan atau tidak mengguanakan
sarung tangan
c) Menggunakan toilet, menyentuh/ melap hidung dengan tangan (batuk/bersin)
d) Menyentuh lingkungan di sekitar pasien.
11. PEMAKAIAN ULANG PERALATAN DAN MATERIAL SEKALI PAKAI (single use
yang dire-use).
Dapat digunakan kembali sesuai dengan rekomendasi manufactur-nya. Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) dapat digunakan ulang (reuse of single use devices) sesuai kebijakan RS.
a. BMHP dapat diproses secara benar/ tepat (rasional) dan hasil sterilisasi masih efektif
dan efisien baik secara fisik /fungsi, kualitas serta aman digunakan bagi pasien.
b. BMHP sangat dibutuhkan penggunaannya, tetapi sulit diperoleh atau sangat mahal
harganya.
c. Pemrosesan BMHP yang disterilkan dan digunakan kembali harus melalui proses
pencatatan dan pengawasan mutu di bagian Sterilisasi.
d. BMHP yang non steril dilakukan pengawasan mutu dengan melihat secara visual dan
fungsi dari alat / bahan.
e. Daftar BMHP yang akan digunakan kembali ditentukan oleh RS.
f. Adanya daftar peralatan alat single use yang di re-use yaitu:
No Daftar alat single use Jumlah disterilkan
1 Duk 50 kali ataus ampai rusak
2 Jas Operasi 50 kali atau sampai rusak
3 Instrumen metal Sampai rusak
4 Gudel Sampai rusak
5 Konektor ETT Sampai rusak atau berubah warna
6 Face mask untuk Nebulizer Sampai rusak atau berubah warna
12. PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
Meliputi penyehatan air, pengendalian serangga dan binatang pengganggu, penyehatan ruang
dan bangunan, pemantauan hygiene sanitasi makanan, pemantauan penyehatan linen,
disinfeksi permukaan/ udara/ lantai, pengelolaan limbah cair/ limbah B3/ limbah padat medis/
non medis dikelola oleh unit Sanitasi Lingkungan RS dan unit Rumah Tangga dan Umum
yang bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan Komite PPI RS, sehingga aman
bagi lingkungan.
a. Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut:
1. Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/ tanda yang jelas.
2. Wadah / container limbah harus diberi alas kantong plastic dengan warna: kuning
untuk limbah infeksius dan B3, merah untuk limbah radioaktif, hitam untuk limbah
non medis / domestika.
3. Limbah tidak boleh dibiarkan atau disimpan > 24 jam
4. Kantong plastic tempat limbah tidak boleh diisi terlalu penuh (cukup 3/4)
5. Wadah / container harus tertutup, dapat dioperasikan dengan menggunakan kaki, tahan
bocor, tidak berkarat, mudah dikosongkan atau diangkat, mudah dibersihkan dan
berada ditempat yang terlindungi binatang atau serangga.
b. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan tahan tusukan
(safety box), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak.
c. Jarum harus segera dimasukkan ke dalam Safety box tanpa dilakukan manipulasi (no
reccaping)
d. Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup. Pengangkutan dilakukan 2
kali sehari.
e. Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini Rumah Sakit bekerjasama dengan pihak ketiga.
f. Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD antar lain: sarung tangan rumah
tangga, masker, sepatu boot.
g. Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan bahan
desinfektan, cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan berdasarkan telaah Komite
PPI RS untuk mencapai efektivitas yang tinggi.
c. Lingkungan
1. Ruang Bersalin
a. Pembersihan ruang bersalin dilakukan 2x sehari dan setiap selesai tindakan.
b. Pembersihan rutin dilakukan seminggu sekali dan kegiatan bongkaran besar
dilakukan setiap sebulan sekali pada hari tidak ada tindakan/ persalinan.
c. Semua tumpahan darah dan cairan tubuh harus dibersihkan dengan
menggunakan desinfektan chlorine 0,5 %.
d. Tempat tidur, meja pasien, lemari harus dibersihkan dengan menggunakan
deterjen netral dan air bersih setiap selesai digunakan.
2. Alat dan linen
a. Instrumen yang telah dipakai dicuci dengan air mengalir hanya untuk
menghilangkan noda darah (proses dekontaminasi) dan langsung dikirim ke unit
sterilisasi.
b. Kemasan steril tidak boleh robek, tidak boleh terbuka dan tidak kotor, dan lihat
tanggal kadaluarsa.
c. Semua peralatan medis steril yang akan dipakai dibatasi secukupnya sesuai
dengan keperluaan saat itu.
d. Kain gorden harus diganti setiap 1 bulan sekali atau kalau perlu bila terkena
darah.
e. Linen pasien harus diganti segera setelah pasien selesai tindakan. Linen yang
telah terkontaminasi dengan darah harus dimasukkan ke dalam kantong plastik
warna kuning.
d. Penanganan terhadap ibu yang positif terpapar virus yang ditularkan melalui darah–
Hepatitis B, C dan HIV.
Untuk meminimalkan resiko kelahiran bayi dengan kelainan darah karena ibunya
positif terkena virus yang ditularkan melalui darah, beberapa langkah yang harus
dilakukan:
1. Pertahankan selaput ketuban tetap utuh selama mungkin.
2. Tali pusat diklem / ditutup sesegera mungkin untuk menghindari tranfusi janin
maupun ibu yang tidak perlu.
3. Suntikan bayi ditunda sampai darah yang berasal dari ibu dibersihkan.
4. Dalam keadaan ibu positif menderita Hepatitis B, maka dorongan untuk imnunisasi
terhadap bayi sebaiknya aktif dilakukan.
5. Pada saat bayi dimandikan, harus dilakukan secara hati-hati sehingga semua darah
menempel bisa dibersihkan, semua peralatan yang digunakan dibuang diplastik
warna kuning atau dibersihkan sehingga semua yang mengandung protein
terangkat. Segera setelah prosedur ini selesai dilakukan, bayi bisa ditangani dengan
normal, tidak perlu diambil tindakan pengisolasian. Lakukan imunisasi bayi baru
lahir dengan ibu yang positif hepatitis B.
f. Pasien
1. Pasien berhenti merokok 1 bulan sebelum operasi.
2. Mandikan pasien dengan antiseptik malam dan pagi hari sebelum operasi.
3. Cukur rambut dilakukan bila benar-benar menghalangi daerah pembedahan dan
dilakukan segera sebelum operasi dengan menggunakan clipper
4. Post operasi, meliputi pencegahan dan perawatan pasien sebelum, selama pasien
dan sesudah pasien operasi.
g. Petugas
1. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas kamar bedah
2. Memberikan motivasi kepada petugas.
3. Petugas tidak memakai jam tangan, gelang, dan cincin.
4. Tidak berkuku panjang dan memakai kutek
5. Petugas yang sakit menular dilarang untuk bekerja di kamar bedah
29. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI INTENSIVE CARE UNIT
(ICU)
a. Petunjuk Umum:
1. Hand Hygiene (Kebersihan Tangan)
Kebersihan tangan yang sering merupakan salah satu cara yang paling penting
sebagai ukuran pengendalian infeksi di Rumah sakit. Tangan harus dicuci sebelum
dan sesudah merawat pasien atau menangani peralatan medis yang digunakan oleh
pasien. Tangan juga harus dicuci jika terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien,
sebelum melakukan tindakan invasive, sebelum dan setelah melepas sarung tangan,
sebelum memulai kerja dan setelah tugas kerja selesai, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien.
2. Sarung tangan
Untuk melindungi staf ICU, sarung tangan harus digunakan jika akan kontak
dengan cairan tubuh lainnya dan sarung tangan harus dilepas setelah selesai
melakukan perasat untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi silang, kemudian
segera lakukan kebersihan tangan.
3. Konsultasi
Tim pencegahan dan pengendalian infeksi harus dapat dijadikan sebagai
narasumber dalam melakukan surveilans dan pengkajian pengendalian infeksi di
ICU. Disamping itu komite PPI juga harus menetapkan dan melakukan monitoring
terhadap prosedur sterilisasi dan desinfeksi terhadap peralatan yang digunakan di
ICU, juga terhadap penanganan bila terjadi luka tertusuk jarum.
b. Prosedur Invasive
1. Jika prosedur invasive digunakan sebagai pilihan untuk menyelamatkan jiwa pasien
dan sangat bermanfaat dalam penanganan pasien, maka prosedur pengendalian
infeksi sebagaimana dijelaskan di atas dapat diabaikan.
2. Prosedur invasive harus dilakukan dengan menerapkan teknik aseptik. Teknik
aseptik harus diterapkan untuk semua prosedur invasive dan penggantian balutan
perlu memakai sarung tangan steril. Dalam situasi emergency dimana prosedur
yang dilakukan tidak cukup baik dalam teknik aseptik, maka seperti penggantian
kateter urine, iv kateter yang mungkin dapat terkontaminasi maka sebaiknya diganti
setelah kondisi pasien stabil.
3. Kanulasi pembuluh darah
Bagian yang dipasang kanulasi merupakan tempat masuknya mikroorganismeke
dalam jaringan subkutan dan sirkulasi darah yang sangat potensial. Oleh karena itu
staff yang akan melakukan pemasangan kanulasi harus terlebih dahulu melakukan
kebersihan tangan dan memakai sarung tangan serta tindakan mendisinfeksi kulit
sebelum pemasangan kanulasi.
4. Kanulasi vena sentral
Pemasangan kanulasi vena sentral harus dilakukan dengan menerapkan teknik
aseptik termasuk memakai sarung tangan steril, melakukan persiapan kulit yang
akan ditusuk dengan antiseptik dan memasang doek steril pada area yang telah
disiapkan. Cari bagian yang mempunyai risiko yang rendah seperti subclavicula,
internal jugularis.
5. Penggantian kanulasi
Kanulasi intravena harus diganti secara reguler (72 jam). Khusus bayi, kanulasi
umbilical kateter dipasang dengan teknik steril menggunakan jas operasi, sarung
tangan steril, masker dan doek steril. Penggantian posisi kanulasi umbilical kateter
dilakukan tidak melebihi 5 – 7 hari.
c. Peralatan
Tingkat sterilitas yang benar, desinfektan dan dekontaminasi harus dilakukan pada
semua perlatan yang akan digunakan. Setiap pasien harus mempunyai peralatan
sendiri-sendiri dan bisa dipakai ulang atau menggunakan alat yang sekali pakai.
1. Item sekali pakai
Item yang sekali pakai seperti peralatan airway yang kontak langsung dengan
saluran pernafasan seperti ETT dan airway, canule suction dimana dari
manufakturnya telah diberi label sekali pakai, maka tidak boleh dipakai ulang atau
didaur ulang.
2. Item yang dapat dipakai ulang
Item yang dapat dipakai ulang harus dilakukan dekontaminasi dan disinfeksi yang
benar sebelum digunakan kembali dan apabila prosedur yang akan dilakukan
melibatkan bagian tubuh yang steril, maka peralatan tersebut harus dalam keadaan
steril.
3. Circuit Ventilator
Untuk setiap pasien, breathing circuit, humidifier harus diganti setiap 5-7 hari atau
dapat diganti jika kotor, circuit dapat dilindungi dengan posisi filter yang benar,
sedangkan bacterial filter dipakai satu pasien satu bacterial filter.
d. Suplai
1. Area penyimpanan
Item yang bersih dan steril tidak boleh disimpan dalam area yang sama. Lokasi atau
ruangan terpisah harus digunakan untuk area bersih dan kotor.
2. Item steril
3. Semua item yang telah steril harus disimpan di area yang bersih dan kering. Jika
bungkusan steril mengalami kerusakan atau bocor, maka kemasan tersebut dinyatakan
tidak steril lagi dan item didalamnya tidak boleh digunakan. Pengecekan item steril
pada stok steril harus dilakukan secara reguler. Semua item steril harus dicek
keutuhan kemasannya sebelum digunakan (dibuka).
e. Pengelolaan Linen
1. Linen kotor adalah merupakan sumber kontaminasi mikroorganisme yang signifikan
linen kotor saat penggantian linen (oleh karena itu penggantian linen tidak boleh
dilakukan dengan mengibaskan linen ke udara).
2. Linen disimpan di tempat yang bersih, kering dan tertutup untuk mencegah
kontaminasi kuman dari udara. Jika linen bersih tidak jadi digunakan, maka tidak
boleh disimpan di area penyimpanan stok linen ruangan, tetapi harus dikembalikan ke
laundry untuk dicuci ulang.
3. Tidak boleh meletakkan linen kotor di lantai, di kursi atau di meja. Linen kotor
dimasukkan ke dalam kantong plastik trolly linen kotor yang telah tersedia. Trolly
linen yang digunakan untuk mengangkut linen kotor tidak boleh digunakan untuk
membawa linen bersih.
f. Obat-obatan
1. Obat-obatan harus disiapkan dengan menggunakan teknik tanpa sentuhan, obat-obat
parenteral harus disiapkan secara aseptik menggunakan spuit dan jarum steril. Cairan
intravena dan cairan irigasi steril harus diberi label tanggal, waktu dibuka dan
dibuang setelah 24 jam (jika setelah dibuka dan tidak digunakan lagi)
2. Antibiotika
Pemberian antibiotika pada pasien di ICU yang tidak memperhatikan pola sensitivitas
kuman akan memberikan terjadinya KLB infeksi serius dengan konsekuensi yang
fatal. Adanya kebijakan penggunaan antibiotika di rumah sakit akan lebih rasional
dalam pemberiannya dan merupakan keputusan yang dapat diterima secara hukum
dibandingkan mereka yang tidak mempunyai kebijakan tentang pemberiaan
antibiotika yang benar.
3. Pemberian multi dose
Karena adanya potensi terjadi infeksi silang, maka penggunaan vial untuk multi dose
dan ampul untuk pasien lebih dari satu sangat tidak dianjurkan diterapkan di RS
Dedari, oleh karena itu isi vial atau ampulhanya digunakan oleh satu pasien saja
dengan alternatif lainnya yaitu dengan memisahkan isi vial ke dalam beberapa spuit
steril, beri tanggal dan jam buka vial pada spuit dan disimpan dalam lemari pendingin
obat untuk selama 24 jam.
g. Faktor Pasien dan Petugas
1. Isolasi
Setiap pasien yang dicurigai atau dinyatakan mempunyai penyakit menular, maka
harus ditempatkan terpisah dari pasien lain (kamar isolasi).
2. Hygiene
Pasien yang dirawat di ICU secara rutin harus dilakukan personal hygiene dengan
baik. Dengan melakukan personal hygiene yang baik akan mencegah terjadinya
infeksi silang dan memberikan kesegaran dan mengurangi stres bagi pasien.
3. Petugas
Semua staf yang bertugas di ICU harus memakai seragam yang bersih. Staf ICU tidak
diperbolehkan memakai perhiasan termasuk cincin kawin saat mereka tugas, hal ini
karena potensial menyebarkan kuman atau mengakibatkan kolonisasi kuman. Staf
yang diketahui mengidap penyakit menular baik melalui pembuluh darah maupun
melalui udara harus berobat dan melaporkan ke supervisi.
h. Pengendalian lalu lintas di ICU
1. Dalam kasus tertentu pengunjung harus dibatasi sesuai dengan keperluannya, hal ini
untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pasien. Jika pasien dirawat di
kamar isolasi ICU, maka pengunjung harus diberi penjelasan untuk menerapkan
kewaspadaan standar termasuk pengunaan APD, dan anak-anak di bawah umur tidak
boleh masuk ke dalam ICU, khusus untuk bayi pengunjung yang diperbolehkan hanya
orang tua.
2. Pengunjung wajib melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah mengunjungi
pasien ICU.
3. Pengunjung tidak perlu memakai baju ganti pada saat mengunjungi pasien di ICU.
i. Pengendalian Lingkungan
1. Penanganan sampah
a. Semua pembuangan sampah harus mengikuti tata cara penanganan dan
pembuangan sampah harus sesuai dengan kategori sampah (klinis dan non klinis)
b. Jarum bekas dan benda tajam lainnya harus dibuang ke dalam tempat yang telah
disediakan.
c. Bekas balutan yang terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh harus dibuang ke
dalam kantong sampah warna kuning.
2. Suhu dan kelembapan udara
Pengecekan suhu dan kelembapan udara harus dilakukan setiap hari.
3. House Keeping
a. Pembersihan harian: lantai harus dibersihkan setiap hari dengan menggunakan
kain pel dan desinfektan, dilakukan 2x sehari atau sewaktu-waktu.
b. Pembongkaran: dilakukan 1 bulan sekali atau melihat jumlah pasien
Ditetapkan di : Kupang
Pada tanggal : 20 Juli 2022