TESIS
Oleh
ERVINA PANGARIBUAN
137046033/ADMINISTRASI KEPERAWATAN
1
ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT
BERDASARKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE TIME
AND MOTION STUDY DAN METODE WORKLOAD
INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI INSTALASI
HEMODIALISA RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANGSIANTAR
TESIS
Oleh
ERVINA PANGARIBUAN
137046033/ADMINISTRASI KEPERAWATAN
4
5
Judul Tesis Nama : Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat berdasarkan
: Ervina Pangaribuan
: Administrasi Keperawatan
Tahun : 2015
ABSTRAK
Beban kerja merupakan jumlah total waktu keperawatan baik secara langsung
oleh pasien dan jumlah perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan
yang bertujuan untuk melihat aktivitas atau kegiatan secara menyeluruh dari
6
adalah perawat pelaksana sebanyak 11 orang. Pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling sehingga diperoleh 8 perawat. Dari metode time and
bahwa perbandingan waktu produktif dan non produktif adalah 85% : 15%
dibutuhkan adalah 13 orang, sedangkan tenaga yang tersedia saat ini 11 orang,
orang. Rasio tenaga perawat hemodialisa menurut WISN adalah 0,85 (<1).
Instalasi hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar saat ini tidak
sesuai dengan beban kerja yang ada (jumlah tenaga kurang). Penelitian ini
Kata kunci: beban kerja, perawat, time and motion study, Workload Indicators of
7
Thesis Title : The Analysis on the Need for Nurses based on
Saragih, Pematangsiantar
Year : 2015
ABSTRACT
Workload is the total work, either direct or indirect, of nursing care needed by
patients and the number of nurses who provide the service. The research was an
analytic observational method by using time and motion study and cross
sectional design which was aimed to find out the the whole activities of nurse
practitioners in order to analyze their work load to find out the number of nurses
population was 11 nurse practitioners, and eight of them were used as the
samples, using purposive sampling technique. The result of time and motion
8
non-productive is 37,1% : 48,3% : 14,6%. It can be concluded that the ratio of
productive and non-productive time is 85% : 15%, that showed the activities of
quite large. The result of the analysis showed that the hospital still needed 13
nurses while there were only 11 nurses available so that the Hemodialysis Room
still needed two more nurses. According to WISN, the ratio of nurses in the
Hemodialysis Room was 0.85 (<1). It was concluded that the number of nurse
practitioners in the Hemodialysis Room was inadequate and was not in line with
the workload. It is recommended that the hospital management add two more
9
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas
Kerja dengan Metode Time and Motion Study dan Metode Workload Indicators
Pematangsiantar “.
penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku
SKp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan di
terima kasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan oleh Prof. Dr. Ir.
S.Kep, Ns., MNS, selaku Pembimbing II Tesis, Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si,
selaku Penguji I Tesis, dan Ibu Diah Arruum, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Penguji
II Tesis.
untuk keperluan tesis, Dosen dan Staf Program Studi Magister Ilmu
10
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah
membantu dalam penyelesaian tesis ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih
banyak pada orang tuaku tercinta (ayahanda J.Pangaribuan, S.Pd dan ibunda D.
Doloksaribu, M.Pd) yang telah banyak memberikan semangat dan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu. Suamiku tercinta dr. Merto
Sianturi dan putra putri kami tersayang Mevin, Williams dan Vania yang selalu
memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
tepat waktu, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
penulisan tesis ini, semoga dapat bermanfaat kita semua khususnya profesi
perawat.
Penulis
11
RIWAYAT HIDUP
Email : ervina_pangaribuan@ymail.com
Riwayat Pendidikan:
Riwayat Pekerjaan:
Tahun 2008 – 2010 : Kepala Rekam Medik Rumah Sakit Efarina Etaham
12
2. Panitia Seminar Utilisasi Metodologi Kuantitatif dan Kualitatif dalam
13
DAFTAR ISI
Halaman
i
ABSTRAK ....................................................................................................
BAB 5. PEMBAHASAN....................................................................................................86
5.1 Beban Kerja Perawat Instalasi Haemodialisa RSUD dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar............................................................................86
5.2 Kebutuhan Tenaga Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD
dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar..................................................95
5.3 Keterbatasan Penelitian................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................105
LAMPIRAN.........................................................................................................................111
15
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Format Observasi Kegiatan Keperawatan (Work
Sampling)..............................................................................................37
16
DAFTAR SKEMA
Halaman
17
DAFTAR PERSAMAAN
Halaman
Persamaan 2.1 Waktu Kerja Tersedia................................................................45
Persamaan 2.2 Standar Beban Kerja...................................................................48
Persamaan 2.3 Standar Kelonggaran..................................................................49
Persamaan 2.4 Standar SDM................................................................................51
18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
19
Judul Tesis Nama : Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat berdasarkan
: Ervina Pangaribuan
: Administrasi Keperawatan
Tahun : 2015
ABSTRAK
Beban kerja merupakan jumlah total waktu keperawatan baik secara langsung
oleh pasien dan jumlah perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan
yang bertujuan untuk melihat aktivitas atau kegiatan secara menyeluruh dari
6
adalah perawat pelaksana sebanyak 11 orang. Pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling sehingga diperoleh 8 perawat. Dari metode time and
bahwa perbandingan waktu produktif dan non produktif adalah 85% : 15%
dibutuhkan adalah 13 orang, sedangkan tenaga yang tersedia saat ini 11 orang,
orang. Rasio tenaga perawat hemodialisa menurut WISN adalah 0,85 (<1).
Instalasi hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar saat ini tidak
sesuai dengan beban kerja yang ada (jumlah tenaga kurang). Penelitian ini
Kata kunci: beban kerja, perawat, time and motion study, Workload Indicators of
7
Thesis Title : The Analysis on the Need for Nurses based on
Saragih, Pematangsiantar
Year : 2015
ABSTRACT
Workload is the total work, either direct or indirect, of nursing care needed by
patients and the number of nurses who provide the service. The research was an
analytic observational method by using time and motion study and cross
sectional design which was aimed to find out the the whole activities of nurse
practitioners in order to analyze their work load to find out the number of nurses
population was 11 nurse practitioners, and eight of them were used as the
samples, using purposive sampling technique. The result of time and motion
8
non-productive is 37,1% : 48,3% : 14,6%. It can be concluded that the ratio of
productive and non-productive time is 85% : 15%, that showed the activities of
quite large. The result of the analysis showed that the hospital still needed 13
nurses while there were only 11 nurses available so that the Hemodialysis Room
still needed two more nurses. According to WISN, the ratio of nurses in the
Hemodialysis Room was 0.85 (<1). It was concluded that the number of nurse
practitioners in the Hemodialysis Room was inadequate and was not in line with
the workload. It is recommended that the hospital management add two more
9
BAB 1
PENDAHULUAN
perawat memiliki tanggung jawab untuk memonitor pasien setiap hari dan
manajemen pelayanan bagi pasien (Aiken, 2001; Benner, et al., 2002 dalam
pelayanan keperawatan (Gillies, 1994). Tanggung jawab dan beban kerja yang
dengan baik. Beban kerja perawat rumah sakit biasanya berat, sering
membutuhkan shift panjang dan memaksakan tuntutan fisik. Salah satu studi
terhadap lebih dari 5.000 shift keperawatan melaporkan 40% dari shift kerja
melebihi 12 jam, hal ini menunjukkan bahwa perawat sering bekerja lebih lama
dari yang dijadwalkan (Rogers, Hwang, Scott, Aiken, & Dinges, 2004 dalam
beban kerja merupakan jumlah total waktu keperawatan baik secara langsung
oleh pasien dan jumlah perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan
tersebut.
20
Beban kerja yang terlalu tinggi akan menyebabkan komunikasi yang
buruk antara perawat dan pasien, kegagalan komunikasi antara perawat dan
perawat. Beban kerja yang tinggi akan menimbulkan kelelahan dan stres kerja
dapat memberi dampak pada asuhan pelayanan yang diberikan tidak akan
optimal.
diberikan serta lingkungan kerja. Disamping itu ada faktor lain, misalnya
(Gaudine, 2000). Perhitungan beban kerja tiap unit tidaklah sama akan tetapi
tetap menjadi hal yang penting untuk dilakukan (Kosim, 1995 dalam Kurniadi,
2013). Menurut Gillies (1999), ada beberapa alasan dilakukan perhitungan beban
kerja yaitu untuk mengkaji status kebutuhan perawatan pasien, menentukan dan
menentukan dan mengeluarkan biaya alokasi sumber daya yang adekuat, dan
21
Menghitung beban kerja dari seorang perawat bukanlah pekerjaan yang
beban kerja (Gillies, 1996). Beberapa pendekatan menghitung beban kerja dapat
dilakukan dengan cara work sampling, time and motion study, dan daily log
(Nursalam, 2014).
yang digunakan dalam melakukan setiap kegiatan, tetapi metode ini harus
menggunakan tenaga kerja yang intensif dan biaya mahal (Wirth, Kahn, &
Perkoff, 1977 dalam Qian, et al., 2012). Work sampling memerlukan biaya yang
relatif kecil, tetapi tidak dapat menangkap beberapa informasi penting seperti
Hendrickson, Lipkin, & Thompson, 1993 dalam Qian, et al., 2012). Hasil dari
time and motion study lebih dapat diandalkan daripada work sampling, self
al., 2011; Zheng, Guo, & Hanauer, 2011 dalam Saurman, Lyle, Kirby, &
Roberts, 2014).
yang efktif dan efisien. Metode time and motion study digunakan untuk
22
mengukur standar waktu normal yang diperlukan operator terlatih dan
tata letak unit medikal bedah (Hendrich, Chow, Skierczynski, & Lu, 2008).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Abbey, Chaboyer, dan Mitchell, (2012)
waktunya pada perawatan langsung dan tidak langsung dan perawat melakukan
dua aktivitas secara bersamaan selama hampir setengah dari waktu mereka.
durasi, dan pergantian antara dua kegiatan secara berurutan (Hendrich, Chow,
time and motion study di 36 unit medikal bedah di Amerika Serikat untuk
melakukan kegiatan: praktek keperawatan, tugas pokok dan fungsi, kegiatan non
23
klinis, dan non produktif dan menemukan variabel dalam lingkungan kerja yang
menemukan lebih dari tiga perempat total waktu digunakan untuk praktek
kegiatan perawatan pasien hanya 19,3% (81 menit) dan hanya 7,2% (31 menit)
durasi waktu yang dihabiskan untuk setiap kegiatan perawatan langsung dengan
metode time and motion study yang dilakukan di panti jompo Australia,
beban kerja yang tepat disetiap fasilitas kesehatan sehingga pekerjaan dan akses
pelayanan merata dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan juga bermutu
(WHO, 2010). Ada beberapa metode yang dipakai sebagai acuan untuk
rumah sakit adalah metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN), yang
24
Pada akhir 1990-an, World Health Organization (WHO)
suatu prinsip perencanaan lama yang digunakan dalam bisnis dan industri untuk
dipopulerkan oleh World Health Organization (WHO) setelah dilakukan pra uji
di sejumlah negara termasuk Kenya, Tanzania, Papua Nugini, Sri Lanka, dan
telah digunakan dalam beberapa cara yang berbeda dan di berbagai negara
kesehatan termasuk rawat inap, operasi bedah, rujukan, rawat jalan, berbagai
jenis klinik, pendidikan kesehatan, dan kunjungan rumah memiliki pola beban
of Staffing Need (WISN) ini meliputi 5 langkah, yaitu: (1) menetapkan waktu
kerja tersedia berdasarkan hari kerja,cuti tahunan, pendidikan dan pelatihan, hari
libur nasional, ketidakhadiran kerja, dan waktu kerja perawat selama satu tahun,
(2) menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang dihitung, (3) menyusun 25
standar beban kerja, (4) menyusun standar kelonggaran, dan (5) menghitung
Aitken, & Foster, 2013). Shivam, et al., (2014) melakukan penelitian dengan
staf keperawatan berdasarkan standar aktivitas, beban kerja, dan untuk menilai
seluruh Distrik Burdwan, India yang diperoleh, ternyata hanya tersedia 35% dari
65%.
yang optimal, dimana dari hasil penelitian tersebut ditemukan mayoritas staf di
menggunakan metode pendekatan time and motion study di ruang bedah Rumah
tenaga perawat sebab beban kerja di setiap unit sulit sekali dideteksi oleh direksi
26
subjektif (Ilyas, 2011). Penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan dan
diagnosis penyakit dan membuat resep obat. Hanya 50% perawat yang
mengemukakan bahwa beban kerja yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan
pokok terhadap efektivitas pekerjaan perawat di Instalasi Rawat Inap RSU dr.
Pirngadi Medan.
RS Pendidikan ke-2 di SUMUT setelah Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.
unit mesin hemodialisa yang digunakan hari Senin sampai Sabtu. Kepala
ruangan menyatakan rata-rata pasien hemodialisa adalah pasien tetap dan sudah
27
memiliki jadwal hemodialisa 2 kali seminggu (Senin dan Kamis, Selasa dan
dr. Djasamen Saragih sebanyak 11 orang dalam 2 shift kerja, sehingga untuk
menangani pasien setiap harinya sekitar 33 orang merupakan beban yang cukup
mengantar kasa dan duk untuk disterilkan ke ruang KBU, teknisi mesin dan
merasakan beban kerja yang tinggi, terutama beban fisik dan beban mental
karena harus mengupayakan penyelamatan pada pasien dengan kondisi kritis dan
komplikasi dengan sarana dan prasarana yang belum mencukupi. Akibat dari
28
beban kerja yang tinggi tersebut adalah kurang optimalnya pelayanan pada
pasien hemodialisa yang dapat dilihat dari penilaian kepuasan pasien dengan
perawat berdasarkan beban kerja secara objektif (observasi) dengan metode time
and motion study dan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN) di
1.2 Permasalahan
tenaga perawat berdasarkan beban kerja dengan metode time and motion study
perawat berdasarkan beban kerja dengan metode time and motion study dan
29
1.3.2 Tujuan Khusus
study.
dengan metode time and motion study dan metode Workload Indicators of
dengan beban kerja. Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi aspek
1. Aspek Teoritis
30
2. Aspek Praktis
praktisi keperawatan.
b. Manajemen Keperawatan
sudah ada di instalasi hemodialisa dan juga di ruangan rawat inap secara
c. Peneliti
31
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab tinjauan pustaka ini memaparkan teori dan konsep yang terkait
dengan masalah penelitian sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini. Teori dan
Konsep.
Daya Manusia (SDM), Rumah Sakit, dan Perencanaan Sumber Daya Manusia
SDM merupakan sebuah hasil keterpaduan antara daya pikir dengan fisik
manusia yang mampu mencerminkan kualitas usaha dan usaha kerja dari
Ramelan (1999) menyatakan, bahwa SDM merupakan inti dari pembangunan itu
sendiri.
berbagai konflik dan permasalahan yang timbul dalam level karyawan, pegawai,
buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya yang memiliki peranan dalam
32
menentukan aktivitas dan produktifitas kinerja organisasi atau perusahaan demi
mencakup analisis masa kini dan mendatang tentang prediksi kebutuhan tenaga,
strategi pengembangan karir serta pendidikan dan pelatihan yang memadai dan
penginapan dan medis dalam jangka pendek dan panjang, terdiri atas tindakan
33
(Ilyas, 2011). Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes,
2014)
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah
Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan
lainnya. Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi:
34
Penetapan klasifikasi Rumah Sakit didasarkan pada; (1) pelayana, (2)
sumber daya manusia, (3) peralatan, dan (4) bangunan dan prasarana.
Perencanaan SDM rumah sakit merupakan sistem perencanaan SDM yang juga
perencanaan SDM rumah sakit harus berdasarkan fungsi (kompetensi kerja) dan
beban kerja agar dapat berjalan dengan baik karena kesesuaian SDM dengan
kompetensi dan beban kerja telah didapatkan. Terdapat 5 langkah yang perlu
dilakukan dalam merencanakan kebutuhan SDM rumah sakit, yaitu: (1) analisis
tenaga rumah sakit yang dimiliki saat ini dan bagaimana kecukupannya
berdasarkan prediksi di masa yang akan datang, (2) analisis persediaan rumah
sakit, (3) analisis kebutuhan tenaga kesehatan rumah sakit di masa yang akan
dengan persediaan yang dimiliki saat ini, dan (5) dokumen kebutuhan tenaga
rumah sakit yang mencakup jumlah, jenis, dan kompetensi yang dibutuhkan
35
Analisa situasi SDM
Analisis kesenjangan
2.2.1 Pengertian
pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
36
Keperawatan dapat disebut profesi karena memiliki ilmu tersendiri dan
sebuah bentuk pelayanan yang profesional. Peran dan fungsi perawat sebagai
keperawatan dengan melalui berbagai proses atau tahapan yang harus dilakukan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pasien yang dirawat beserta
oleh pemerintah maupun profesi perawat sendiri. Rangkaian kegiatan ini disebut
keperawatan.
37
2.2.3 Tahapan Dalam Proses Keperawatan
keempat tahapan yang sudah dilakukan sebelumnya apakah sudah sesuai dengan
yang ditetapkan.
1. Tahap Pengkajian
tepat dan akurat. Keakuratan data menjadi kunci tercapainya tahap asuhan
hasil pemeriksaan fisik head to toe. Bentuknya berupa check list atau
38
2. Tahap merumuskan diagnosa keperawatan
potensial.
Tahapan ini dibuat oleh ketua tim berdasarkan hasil analisa data pasien.
maupun kolaboratif. Selain itu aktifitas lain yang dilakukan untuk dan atau
5. Tahap evaluasi
39
Catatan perkembangan keperawatan berisikan informasi tentang kondisi
kesehatan klien setiap hari berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat secara
keperawatan, diikuti data subjektif dan data objektif, serta perencanaan lebih
(objektif): data hasil pengamatan, baik dengar, lihat, sentuh, cium dan hasil ukur
yang telah dilakukan oleh perawat. Terakhir R (revisi): revisi terhadap rencana
Burley, 2000).
sangat besar. Banyak pekerjaan yang diharapkan baik oleh pasien, keluarga
maupun profesi kesehatan lain. Pekerjaan perawat inilah sebagai beban kerja
selama sehari dalam 24 jam sesuai pembagian shift untuk ruang rawat inap.
40
menjalankan tugasnya, perawat instalasi hemodialisa memiliki asuhan
keperawatan, yaitu: (1) anamnesa, yaitu berupa biodata pasien dan penanggung
sekarang dan sebelumnya serta riwayat penyakit keluarga, (2) pemeriksaan fisik
fisik head to foot, (3) pengkajian psikososio spiritual yang mencakup integritas,
pelaksanaan hemodialisa untuk tiap pasien adalah 5-6 jam, di mana aktifasi
mesin hemodialisa sebelum di pakai 30 menit, proses hemodialisa 4,5-5 jam, dan
pekerjaan dengan uraian tugasnya yang harus diselesaikan pada batas waktu
tertentu. Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu
jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah pekerjaan dengan
waktu. Setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
41
penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar,
Tahun 2009).
meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat
atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang perawat
menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Beban kerja berkaitan erat
beban kerja secara umum adalah upaya merinci komponen dan target volume
pekerjaan dalam satuan waktu dan satuan hasil tertentu (Kurniadi, 2013).
perawat pelaksana di ruang rawat merupakan bagian yang sangat penting untuk
diketahui oleh pimpinan atau manajemen sebagai sebuah organisasi dalam hal
ini rumah sakit, paling tidak diketahui oleh manajer keperawatan dan kepala
42
ruangan, ini berkaitan erat dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat di
ruang rawat sebagai sebuah asuhan agar lebih optimal dan berdampak pada mutu
terbanyak, dalam mengelola sumber daya yang ada baik itu manusia, waktu
beberapa aspek seperti kesesuaian antara beban kerja, jumlah pasien, dan jumlah
tenaga dalam hal ini perawat yang dalam memberikan asuhan/pelayanan. Beban
kerja yang harus dikerjakan oleh perawat, dipengaruhi oleh sarana dan jumlah
tenaga yang tersedia. Beban kerja dalam keperawatan yang dimaksud adalah
sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat terhadap pasien dalam waktu
dan satuan hasil. Gillies (1994), menyatakan beban kerja dapat diperkirakan
Pelayanan di rumah sakit dapat terjadi oleh karena adanya pengguna jasa
atau pasien. Jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam pelayanan di
sebuah rumah sakit, ditentukan juga oleh jumlah pasien yang datang sebagai
ruang rawat inap, dan jumlah pasien yang dirawat dihitung berdasarkan Bed
43
Perhitungan ini dapat dilakukan di masing-masing ruangan dan ada juga
menunjukkan bahwa untuk melayani pasien dan berapa lama waktu untuk
Jumlah ini akan menentukan besarnya beban kerja perawat. Beban kerja
perawat atau lama waktu dan kemampuan yang dibutuhkan dalam memberikan
menjadi 5 kategori, yaitu: Kategori I (perawatan mandiri), yang terdiri dari: (1)
44
kegiatan makan, minum dilakukan sendiri atau dengan sedikit bantuan,
merapikan diri dilakukan sendiri dan kebutuhan eliminasi ke kamar mandi serta
mengatur kenyamanan posisi tubuh dapat dilakukan sendiri, (2) keadaan umum
baik, masuk rumah sakit untuk check up atau bedah minor, (3) kebutuhan
stabil, (4) pengobatan dan tindakan tidak ada atau hanya tindakan dan
pengobatan sederhana.
makan dan minum dibantu oleh perawat, masih dapat makan dan minum
dengan sedikit bantuan, (2) keadaan umum tampak sakit ringan, perlu observasi
tanda vital, (3) kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi: perlu 10-
15 menit per shift, sedikit bingung atau agitasi, tapi dapat terkendali dengan
obat, (4) pengobatan dan tindakan: perlu 20-30 menit per shift, sering evaluasi
Kategori III (perawatan moderat), yaitu: (1) aktifitas makan dan minum
kenyamanan posisi tubuh tergantung pada perawat, (2) keadaan umum: gejala
akut dapat hilang timbul, perlu observasi fisik dan emosi tiap 2-4 jam. Pasien
dan dukungan emosi: perlu 10-30 menit tiap shift, gelisah, menolak bantuan,
45
cukup dikendalikan dengan obat, (4) pengobatan dan tindakan: perlu 30-60
menit per shift, perlu sering diawasi terhadap efek samping pengobatan dan
minum tidak bisa mengunyah dan menelan makanan, perlu per sonde,
kebersihan gigi dan mulut harus dibantu, eliminasi sering ngompol lebih dari
dua kali per shift, kenyamanan posisi perlu dibantu oleh dua orang, (2) keadaan
umum: tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah, gangguan sistem
dan dukungan emosi: perlu lebih dari 30 menit per shift, keadaan pasien
gelisah, agitasi tidak terkendali dengan obat, (4) pengobatan dan tindakan:
perlu lebih dari 60 menit per shift, perlu observasi status mental tiap kurang
menerus dan diperlukan satu perawat untuk satu pasien. Semua kebutuhan
dalam Kurniadi, 2013) aktifitas keperawatan dibagi tiga jenis bentuk kegiatan
yaitu:
46
a. Kegiatan perawatan langsung (direct care), yaitu aktifitas perawatan yang
minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti:
pemasangan oksigen.
keperawatan, diskusi antar sesama perawat atau dengan atasan maupun tim
rumah sakit.
pribadi perawat atau tidak ada hubungannya dengan pasien. Kegiatan ini
tidur, menerima dan menelpon untuk urasan pribadi, membaca koran dan
majalah, menerima tamu pribadi, datang terlambat dan pulang lebih cepat
47
dari waktu jam kerja selesai. Serta kegiatan pribadi, terkait aktifitas sehari-
sembayang.
akan dilakukan memerlukan lama waktu yang bervariasi atau berbeda antara
berikut :
Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak melakukan
48
b. Beban terlalu sedikit kuantitatif
mana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa
ini dikerjakan secara manual oleh manusia/tenaga kerja diambil alih oleh
yang dimiliki.
49
semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa
a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;
(1) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang, tempat
kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-
waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan,
biologis dan lingkungann kerja psikologis. Ketiga aspek ini sering disebut
sebagai stressor.
b. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat
dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat
ringannya strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor
internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status
50
2.3.5 Dampak Beban Kerja
fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit
kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas
dan efektivitas kerja unit organisasi atau pemegang jabatan yang dilakukan
analisis beban kerja. Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan
jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam
waktu tertentu.
mengkaji pelaksanaan kerja, proses kerja maupun hasil kerja serta menentukan
kebutuhan pegawai untuk suatu unit organisasi yang telah berjalan selama ini
dengan tujuan:
standar dan parameter beban kerja, karena tolok ukur tersebut akan
51
menggambarkan prinsip rasional, efektif, efisien, realistik dan
5. Pekerjaan lain di luar tugas pokok dan fungsi perawat yang dilakukan
waktu yang dibutuhkan bagi pekerja yang telah memenuhi syarat atas
pengukuran kerja antara lain: (International Labour Office, 1983 dalam Indriana,
2009).
52
1. Waktu standar
saja terjadi selama proses pengerjaan (International Labour Office, 1983 dalam
Indriana, 2009). Dalam ketentuan yang diatur Departemen Tenaga Kerja (2003),
Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja (terutama dalam pasal
77), hari kerja yang dibebankan pekerja dengan memiliki jam kerja 7 jam dalam
sehari dan 40 jam dalam seminggu adalah 6 hari kerja, sedangkan bagi pekerja
yang dengan jam kerja 8 jam dalam sehari dan 40 jam dalam seminggu adalah 5
hari kerja.
2. Waktu Produktif
Perbandingan antara waktu produktif dan waktu tidak produktif dalam satu hari
kerja adalah 80% : 20% karena tidak mungkin tenaga manusia mampu bekerja
100% (Ilyas, 2011). Menurut International Labour Office (ILO) dalam Indriana
(2009), disebutkan bahwa ruang lingkup waktu produktif dan tidak produktif
a. Waktu produktif terbagi menjadi 2, yaitu (1) waktu kerja dasar, yaitu
53
yaitu waktu kerja yang melebihi waktu kerja dasar yang timbul akibat
produktivitas akan menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh (1) kegagalan
perawat antara lain: (1) jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di
unit tersebut, (2) kondisi atau tingkat ketergantungan pasien, (3) rata-rata hari
pasien, dan (6) rata-rata waktu perawatan langsung, perawatan tidak langsung,
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban kerja
digunakan untuk menghitung besarnya beban kerja yang didapatkan dalam suatu
unit, bidang atau instalasi tertentu. Menurut Ilyas (2004 dalam Kurniadi, 2013)
54
metode work sampling akan mengetahui: (1) jenis aktifitas yang dilakukan
perawat selama jam kerja, (2) kaitan aktifitas tenaga kesehatan berkaitan dengan
fungsi dan tugasnya dalam waktu jam kerja, (3) proporsi waktu kerja yang
digunakan untuk melakukan kegiatan produktif dan tidak produktif, (4) pola
beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan schedule jam kerja. Metode
berdasarkan pada kegiatan yang menjadi standar yang telah ditetapkan, misalnya
menggunakan metode work sampling antara lain: (1) menentukan jenis personel
sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif atau kegiatan langsung dan tidak
formulir kegiatan keperawatan dengan metode work sampling seperti pada Tabel
2.1.
55
Tabel 2.1 Format Observasi Kegiatan Keperawatan
(Work Sampling)
Peneliti :
Ruangan :
Tanggal :
Dinas Pagi/Dinas Sore/Dinas Malam*
satu ruangan, (3) memulai pelaksanaan kegiatan pada pukul 07.00 WIB, (4)
interval waktu yang ditetapkan adalah tiap 5 menit, (5) bentuk pengamatan
adalah; pada menit pertama observer mengamati kegiatan perawat A, pada lima
menit kedua observer mengamati kegiatan perawat B, pada lima menit ketiga
semakin banyak jumlah pengamat, maka akan semakin rendah kemungkinan lost
of attention dari sampel. Biasanya dilakukan selama 7 hari kerja terus menerus 56
dengan waktu pengamatan selama waktu kerja (Nursalam, 2014). Contoh jumlah
mengkombinasikan studi waktu kerja (time study work) oleh Frederick Winslow
Taylor dengan studi gerak kerja (motion study work) oleh Frank dan Lilian
(Anand & Gupta, 1983 dalam Chattopadhya, Ghosh, Maji, Ray, & Lahiri, 2012).
Time and motion study ditemukan oleh Frederick Taylor (1911), seorang
Pada awalnya, studi waktu yang dikenalkan oleh Taylor dan studi
gerakan yang dikembangkan oleh Gilbreth merupakan dua hal yang terpisah.
Studi waktu pada awalnya banyak digunakan untuk menentukan waktu standar
merupakan dua hal yang saling berkaitan dan menunjang sehingga kedua istilah
ini kemudian digabung menjadi ”motion and time study”. Istilah lain yang sering
digunakan untuk ”motion and time study” adalah ”methods engineering” yang
57
diterjemahkan oleh Sutalaksana et al. (1979) sebagai teknik tata cara kerja yaitu
sistem kerja. Sistem kerja didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari
lingkungan kerja untuk suatu tujuan tertentu. Performansi suatu sitem kerja
suatu sistem kerja dinilai baik jika sistem tersebut memungkinkan waktu
sangat minim dengan akibat psikologis dan sosiologis yang juga minim.
pekerja, bahan, peralatan serta lingkungan kerja dipelajari melalui apa yang
1979). Studi waktu dan gerakan merupakan studi sistematis mengenai sistem
waktu yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, fungsi kerja atau mekanisme
proses. Metode time and motion study telah diterapkan secara luas untuk
58
mengukur pola kerja dalam pengaturan pelayanan keperawatan di berbagai
Skierczynski, & Lu, 2008; Ootsveen, et all., 2013; Qian, et al., 2012; Saurman,
mengikuti apa yang dilakukan perawat. Hal ini akan digunakan untuk
perawat yang diinginkan adalah seorang yang mahir dibidangnya yang bisa
mewakili keahlian tertentu, misalnya perawat mahir ICU, perawat mahir anak
peningkatan kinerja, metode ini dilakukan secara terus menerus dan pengamatan
metode time and motion study lebih dapat diandalkan daripada work sampling,
et al., 2011; Zheng, Guo, & Hanauer, 2011). Pada metode ini kita mengamati
dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel
Kelebihan dari metode ini adalah kita mampu sekaligus menilai kualitas
kinerja dari sampel sambil menghitung beban kerjanya. Metode time and motion
study dilakukan dengan cara: (1) sampel berupa satu orang perawat mahir yang
dipilih berdasarkan purposive sampling. Jumlah perawat yang dinilai mahir dan
diamati kegiatannya dapat satu orang saja sepanjang perawat tersebut dianggap
59
mampu mewakili kualitas perawat, (2) membuat formulir daftar kegiatan
perawat yang dilakukan oleh setiap personel, (3) daftar kegiatan tersebut
tersebut secara baik dan rutin selama dilakukan pengamatan, (4) membuat
klasifikasi atas kegiatan yang dilakukan tersebut menjadi kegiatan produktif dan
non produktif, dan (5) menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personel
pengamatan, maka akan semakin baik untuk menghindari bias (Ilyas, 2011).
evaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang bersertifikat atau
ditetapkan secara baku oleh suatu instansi seperti rumah sakit (Kurniadi, 2013;
Nursalam, 2014).
belum jelas kualitas tahapannya sebagai penilaian holistik. Selain itu, metode ini
baik digunakan untuk kegiatan dengan tahapan kerja yang cenderung memiliki
homogenitas (Ilyas, 2011). Menurut Nursalam (2014), dari metode time and
motion study akan menghasilkan output sebagai berikut: (1) deskripsi kegiatan
menurut jenis dan alokasi waktu untuk masing-masing pekerjaan baik bersifat
medis, perawatan maupun administratif, (2) pola kegiatan yang berkaitan dengan
60
waktu kerja, kategori tenaga atau karakteristik demografis dan sosial, (3)
kesesuaian beban kerja dengan variabel lain sesuai dengan kebutuhan penelitian,
beban kerja dapat dihubungkan dengan jenis tenaga, umur, pendidikan, jenis
kelamin, atau variabel lain, (4) kualitas kerja pada teknik ini juga menjadi
perhatian karena akan menentukan kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki
perbedaan antara work sampling dengan time and motion study (Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Perbedaan work sampling dengan time and motion study
pekerjaannya. Metode ini sangat bergantung kepada kerja sama dan kejujuran
pedoman dan formulir isian yang dapat dipelajari sendiri oleh informan.
Penjelasan dasar mengenai cara pengisian formulir harus dilakukan oleh peneliti
terlebih dahulu sebelum subjek personel yang diteliti dibolehkan untuk mulai
sedangkan informasi personel tetap menjadi rahasia dan tidak akan dicantumkan
61
pada laporan penelitian. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu yang
diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan daily log. Data yang
telah didapatkan dari para sampel kemudian diolah untuk menghasilkan analisa
mengenai beban kerja tertinggi dan jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu
dimana pada Rumah Sakit Umum Kelas A dan B dibutuhkan 1 (satu) perawat
untuk 1 (satu) tempat tidur, sedangkan Rumah Sakit Umum Kelas C dan D
akan lebih mudah dan rasional. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan,
(Depkes, 2004).
prinsip perencanaan lama yang digunakan dalam bisnis dan industri untuk
62
dipopulerkan oleh WHO setelah dilakukan pra uji di sejumlah negara termasuk
Kenya, Tanzania, Papua Nugini, Sri Lanka dan Turki (Mussau, 2013).
Metode WISN telah digunakan dalam beberapa cara yang berbeda dan di
berbagai negara (Musau, et al., 2008; Shivam, et al., 2014; WHO, 2010). Setiap
fasilitas kesehatan termasuk rawat inap, operasi bedah, rujukan, rawat jalan,
pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM pada tiap unit kerja
masing-masing kategori SDM yang bekerja selama kurun waktu satu tahun.
a. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja atau Peraturan
b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari
63
c. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja
ditetapkan 15 hari kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)
kurun waktu 1 tahun), karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan/izin. (E)
Peraturan Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam
(2.1)
Keterangan:
lainnya.
64
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM
Unit kerja dan kategori SDM ditetapkan untuk memperoleh unit kerja
rumah sakit, data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja
a. Bagan struktur organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-
Bidang/Bagian Informasi.
c. Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja
di RS.
SDM kesehatan.
(SOP).
Langkah awal yang dilakukan adalah membuat unit kerja dan sub unit
kerja sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Setelah unit kerja dan sub
65
mutu, efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan/pelayanan di tiap unit
kerja RS.
per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun
waktu) dan waktu yang tersedia pertahun yang dimiliki oleh masing-masing
kategori tenaga.
a. Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja sebagaimana hasil yang
tertentu.
66
b. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan
pokok.
waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan diperoleh dengan
per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok
(waktu rata-rata) dan waktu yang tersedia yang dimiliki oleh masing-
(2.2)
67
4. Menyusun Standar Kelonggaran
(2.3)
68
5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja
diperolehnya jumlah dan jenis/kategori SDM per unit kerja sesuai beban
kategori SDM.
b. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahun.
berbagai data kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja
rawat jalan perlu dilengkapi data dari Buku Register yang tersedia disetiap
poli rawat jalan. Penyusunan kuantitas kegiatan pokok Instalasi Rawat Inap
69
Data kegiatan yang telah diperoleh dan standar beban kerja dan standar
setiap instalasi dan unit kerja dengan menggunakan persamaan 2.4 berikut:
(2.4)
rasio. Rasio antara kenyataan dan kebutuhan, rasio inilah yang disebut
WISN = 1 artinya SDM cukup dan sesuai beban kerja berdasarkan SOP
yang telah ditetapkan, akan tetapi jika rasio WISN < 1 artinya SDM yang
ada belum cukup dan belum sesuai beban kerja, misalnya tenaga yang ada 6
yang tercapai, sedangkan bila rasio WISN > 1 maka SDM berlebihan.
2.5 Hemodialisa
mengeluarkan cairan eksresi dalam tubuh yang tidak mampu lagi diolah oleh
dengan gagal ginjal kronis (Nurini, Ismonah, & Purnomo 2011). Hemodialisa
adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya,
dengan mengalirkan darah lewat alat dialyzer yang berisi membran yang selektif
permeabel dimana melalui membran tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki
terjadi. Hemodialisa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk
70
keracunan (Christin Brooker, 2001). Tujuan dari terapi ini adalah untuk
memperpanjang nyawa pasien dan menjaga kestabilan hidup sampai ginjal dapat
3. Minimal 1 (satu) orang perawat biasa yang terlatih untuk setiap mesin
per shift.
71
c. Kualifikasi staf hemodialisis:
dalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi. Langkah berikutnya adalah
menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan memasang blod line (selang
darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar darah
ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam tubuh. Setelah semua
72
terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai. Standar operasional
darah pasien yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen ke dialiser untuk
(kedinginan/menggigil, demam, sakit kepala dan kram otot) (Nurini, Ismonah, &
Purnomo, 2011).
pelayanan keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan jumlah perawat yang
menghitung beban kerja dapat dilakukan dengan metode work sampling, time and
motion study dan daily log (Nursalam, 2014). Metode time and motion study
tertentu, fungsi kerja atau mekanisme proses (Ernawati, Nursalam, & Djuari,
2011; Hendrich, Chow, Skierczynski, & Lu, 2008; Ootsveen, et all., 2013; Qian,
Metode time and motion study dilakukan dengan cara: (1) sampel berupa
satu orang perawat mahir yang dipilih berdasarkan purposive sampling, (2)
73
membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan sebagai
kegiatan produktif dan non produktif serta waktu yang digunakan untuk
melakukan kegiatan tersebut, dapat pula diamati kegiatan langsung dan tidak
kerja berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi/relokasi akan lebih mudah dan
WISN telah digunakan dalam beberapa cara yang berbeda dan di berbagai
langkah, yaitu (1) menetapkan waktu kerja tersedia berdasarkan hari kerja,cuti
tahunan, pendidikan dan pelatihan, hari libur nasional, ketidakhadiran kerja, dan
waktu kerja perawat selama satu tahun, (2) menetapkan unit kerja dan kategori
SDM yang dihitung, (3) menyusun standar beban kerja, (4) menyusun standar
2014).
RSUD dr. Djasamen Saragih berdasarkan beban kerja dalam kerangka konsep
74
(Skema 2.2). Peneliti menghitung waktu (menit) yang dibutuhkan selama satu
dijabarkan waktu dan jenis transaksinya dengan metode time and motion study.
Jumlah waktu dalam kegiatan yang dinilai sebagai kegiatan produktif (terdiri
dari kegiatan langsung dan tidak langsung) dan kegiatan non produktif,
WISN.
75
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan desain penelitian, waktu dan tempat,
yang bertujuan untuk melihat aktivitas atau kegiatan secara menyeluruh dari
pengumpulan data mengenai fenomena yang diteliti dilakukan satu kali selama
satu periode pengumpulan data (Polit & Beck, 2012). Metode observasi yang
fenomena dan dapat menghasilkan data yang lebih baik dari pada self report
76
3.3 Populasi dan Sampel
memiliki pengalaman > 1 tahun. Purposive atau judgement sampling sering juga
elemen untuk menjadi anggota sampel didasarkan atas pertimbangan yang tidak
acak dan peneliti memutuskan untuk memilih orang-orang yang dinilai sesuai
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data sekunder diperoleh peneliti dari hasil laporan kegiatan di
data ketenagaan, uraian tugas, profil rumah sakit dan data-data terkait jam kerja,
waktu kerja dan hal-hal lain terkait dengan instalasi hemodialisa. Observasi
77
alat bantu, seperti video (Polit & Beck, 2012). Observasi dilakukan oleh peneliti
dan seorang asisten yang telah dilatih dan mengerti apa yang akan dilakukan dan
motion study (lihat Lampiran 2) yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan
membuat lembar check yang mengacu pada SOP hemodialisa di RSUD dr.
Pematangsiantar selama satu shift, yaitu 07.00 – 13.00 WIB atau 13.00 – 19.00
WIB untuk mendapatkan gambaran waktu dan pola kegiatan perawat di Instalasi
Hemodialisa. Kegiatan yang diamati selama shift kerja tersebut dimulai sejak
instalasi belum dibuka (untuk shift pagi) dan setelah pasien terakhir selesai
pengamatan shift pagi, hari kedua pengamatan shift siang dan seterusnya sampai
sebagai alat bantu ukur waktu. Hasil pengamatan dalam satuan waktu (menit)
WISN.
78
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
Unit kerja/ kategori SDM adalah bagian atau unit kerja pelayanan yang
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas pokok dan waktu tersedia
79
Sedangkan sub variabel dari beban kerja adalah sebagai berikut:
tidak produktif.
adalah lembar observasi time and motion study. Perhitungan proporsi kegiatan
produktif dan tidak produktif dilakukan dengan metode time and motion study.
80
menetapkan waktu kerja tersedia berdasarkan hari kerja, cuti tahunan,
pendidikan dan pelatihan, hari libur nasional, ketidakhadiran kerja, dan waktu
kerja perawat selama satu tahun, (2) menetapkan unit kerja dan kategori SDM
yang dihitung, (3) menyusun standar beban kerja, (4) menyusun standar
2014).
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil observasi lapangan (time and motion study),
wawancara dan telaah dokumen, sehingga dapat dipahami dengan mudah dan
dapat memberikan informasi kepada orang lain. Setelah semua data terkumpul,
a. Dari hasil pengamatan yang tercantum dalam formulir time and motion
81
c. Perhitungan persentase waktu produktif dan tidak produktif.
yaitu:
4. Menyajikan data dalam bentuk uraian singkat dan tabel hasil pengamatan.
pertimbangan etika penelitian, antara lain: (1) ethical clearence oleh komite etik
oleh peneliti setelah mendapat izin dan rekomendasi dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan izin dari rumah sakit RSUD dr. Djasamen
82
Saragih Pematangsiantar, (3) seluruh responden diberi lembar persetujuan
(5) anonymity, peneliti hanya memberikan inisial dan tidak mencantumkan nama
responden pada lembar observasi time and motion study, dan (6) confidentiality,
peneliti.
83
Mulai
- Kegiatan pokok
- Rata-rata waktu untuk menyelesaikan kegiatan pokok
- Standar beban kerja dengan rumus:
Kebutuhan SDM
Selesai
84
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan deskripsi lokasi penelitian, visi, misi Rumah
Sumatera Utara dan menuju daerah pariwisata Parapat/Danau Toba. RSUD dr.
Pematangsiantar didirikan pada tahun 1911 di atas areal seluas 12,28 Ha dengan
nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar.
terakreditasi dengan status penuh untuk 12 pelayanan pada Tahun 2011 dari
85
mengadakan kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Methodist
Indonesia (UMI) sejak tahun 1974 sebagai tempat pendidikan bagi mahasiswa
Jalan dan Rawat Inap dengan jumlah tempat tidur 200 buah, yang terdiri dari
Kelas Utama/VIP, 1 ruang kelas I, 2 ruang kelas II, 1 ruang kelas III, Paviliun
Anak, 2 ruang Internis, ruang rawat paru, ruang nifas, 3 ruang bedah, ruang
neonatus dan ICU, didukung instalasi: rawat jalan, gawat darurat, bedah sentral
merupakan hal yang sangat kompleks, mengingat hal tersebut meliputi berbagai
Pelayanan Kesehatan yang Mandiri dan Berkeadilan Tahun 2015 (SK Direktur
86
No.2163/II/TU/V/2011 dan SK Walikota Pematangsiantar
No.188.45-794/WK/TAHUN 2011).
masyarakat.
disekitarnya.
87
4.4 Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Kepala Instalasi
dr. F. Sahat H. Situmorang, Sp.PD, FINASIM
Dokter Pelaksana
dr. Salden Saragih, MM
Kepala Ruangan
Rosarinah, S.Kep, Ns.
88
4.4.2 Karakteristik Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar
D3 Keperawatan 6 75,0
S1 Keperawatan 2 25,0
Pelatihan hemodialisa
Sudah 4 50,0
Belum 4 50,0
Pengalaman di Hemodialisa
2 tahun 4 50,0
3 tahun 1 12,5
8 tahun 3 37,5
Karakteristik perawat pada Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa mayoritas (87,5%)
observasi dengan daftar shift kerja perawat. Peneliti menentukan perawat dan
waktu pengamatan seperti pada Tabel 4.2, sehingga diharapkan dapat diperoleh
Tabel 4.2 Daftar sampel penelitian kuantitatif dengan metode time and motion
Study
hemodialisa juga tidak banyak, dan jumlah pasien hemodialisa juga relatif statis.
Pasien hemodialisa juga sudah dijadwalkan secara rutin (dibagi menjadi tiga
peneliti, jam kerja perawat yang seharusnya sesuai dengan shift (shift pagi
07.00-13.00 WIB dan shift siang 13.00-19.00 WIB), ternyata lebih panjang
karena banyak persiapan yang harus dilakukan untuk memulai dan menyudahi
45 menit sehingga jika perawatan direncanakan akan mulai pukul 07.00 WIB,
dalam shift kerja gabungan (pagi dan siang) yang kemudian diambil rata-ratanya
dapat dilihat dalam Tabel 4.3. Ketentuan dari pengambilan kegiatan yang
terhitung adalah kegiatan yang dilakukan oleh minimal dua perawat dan apabila
dalam satu shift perawat melakukan suatu kegiatan lebih dari satu kali, maka
91
Tabel 4.3 Kegiatan perawat Instalasi Hemodialisa
Perawat Rata -
No Jenis Kegiatan rata
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 (menit)
Kegiatan Produktif
Lagsung
1 Memasang alat pada 11 10 9,8 10 9,8 11 8,6 9,8 10,0
2 pasien 8 5,5 12 5 5 12 11 8,3
Injeksi Heparin
3 Observasi keadaan 6 7 3 5,3
pasien
4 Penanganan pasien 8 7 11 7 4 10 7,8
komplikasi
5 Konsultasi dengan 6 5 5 5,5 11 4 5,3 4 5,7
pasien dan keluarga
seputar keluhan yang
dirasakan
6 Mengukur tekanan 9 16 10 14 13 17 11 11 12,5
darah
7 Observasi pasien 12 12 12 6 7 9,8
komplikasi
8 Menghentikan 10 9,2 11 9,8 9 9 9 9,3 9,6
perawatan hemodialisa
9 Injeksi parbion untuk 3 5 7 3 3 4,2
pasien dengan indikasi
10 Injeksi hemapoetrin 4 8 3 5,0
untuk pasien dengan
indikasi
11 Injeksi Gentamicin 4 4 4 4,0
12 Menjelaskan prosedur 25 17 13 18,3
pendaftaran pasien baru
pada pasien/keluarga
Kegiatan produktif
tidak langsung
13 Mempersiapkan alat 14 5 13 10,7
14 Reuse dialyzer 45 38 48 54 62 49,4
15 Menggantungkan 4 12 5 7,0
dialyzer ke mesin
16 Menyuci dialyzer yang 47 33 36 38,7
baru dipakai
17 Membuang limbah 3,3 4 4 2,5 4 5 4,5 3 3,7
infeksius
18 Mengaktivasi kembali 6 7 2,5 6 4 3,3 3 4,5
mesin yang bermasalah
19 Menyusun bahan dan 14 10 12,0
alat (selang dan
dialyzer baru)
20 Menulis buku rawatan 22 14 15 21 18,0
92
Lanjutan Tabel 4.3
No Jenis Kegiatan Perawat Rata-rata
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 (menit)
21 Mengsi rekam medik 38 18 23 35 34 29,6
22 Merapihkan rekam 6 5 5 8 6,0
medik
23 Mempersiapkan berkas 12 12 17 13,7
rekam medik untuk esok
hari
24 Mengangkat bahan-bahan 17 25 21,0
hemodialisa dari gudang
25 Menyediakan dan 8 16 12 5 8 15 14 12 11,2
mengganti drigen acid dan
bikarbonat
26 Merapikan alat dan obat- 12 8 15 13 8 9 10,8
obatan di rak
27 Menyiapkan obat-obat 11 5 8,0
injeksi
28 Mempersiapkan bahan 19 11 15 15 17 9 14,3
hemodialisa untuk pasien
ke dalam tempatnya
29 Mendistribusikan tempat 4 8 7 10 6 7,0
bahan untuk pasien
30 Melipat linen kotor 7 11 9,0
31 Menghitung laken kotor 15 15 15,0
untuk diantar ke loundry
32 Melipat kasa 20 10 16 10 14,0
33 Aktivasi mesin untuk 10 9 7 7 6 7,8
rinsing
34 Menyusun kasa dan duk 13 12 15 13,3
ke dalam tromol untuk
disterilkan dan mengantar
ke KBU
35 Diskusi dengan kepala 19 11 14,8
ruangan mengenai
kebutuhan dan masalah
yang terjadi di ruangan
36 Membersihkan mesin 7 17 12,0
hemodialisa
37 Menyapu ruangan 10 5 7,5
38 Kegiatan tidak produktif 18 15 15 15 20 16,6
Sarapan/Makan siang
39 Waktu pribadi 15 15 13 14 12 13 16 13 13,9
40 Toilet 6 5 4 4 6 5 5 5 4,9
41 Mengobrol 8 15 12 5 13 16 11 9,9
42 Persiapan beres-beres 6 15 2 7 6 5 6 4 6,4
pribadi
93
Tabel 4.4 Rangkuman kegiatan perawat selama satu shift
oleh perawat adalah kegiatan produktif, sedangkan kegiatan non produktif hanya
94
Persentase Total 85,43% 14,57% 100%
Berdasarkan Tabel 4.5, dengan total waktu yang dihabiskan oleh perawat
shift adalah sebesar 3432 menit dengan waktu produktif sebanyak 2932 menit
atau sebesar 85,43% dan non produktif sebanyak 500 menit atau sebesar 14,57%
(perbandingan antara waktu produktif dan non produktif adalah 85% : 15%).
menit atau 6 jam 7 menit dan kegiatan non produktif adalah sebesar 62,5 menit
Dari total jumlah 275 kegiatan produktif yang menghabiskan waktu 2932
produktif menjadi kegiatan produktif langsung dan tidak langsung seperti dalam
Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Proporsi waktu dan kegiatan produktif langsung dan tidak
langsung sampel
perawat sebesar 2932 menit (ΣA + ΣB), proporsi untuk waktu produktif
langsung dan tidak langsung adalah masing-masing 43,49% (ΣA = 1275 menit)
dan 56,51% (ΣB = 1657 menit) atau 43,5% : 56,5%. Sedangkan proporsi antara
14,6%.
Waktu kerja tersedia adalah waktu yang tersedia untuk kategori SDM
Pematangsiantar selama kurun waktu satu tahun (Tabel 4.7). Data yang
1. Hari kerja, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RSUD dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar yaitu enam hari dalam satu minggu. Dalam satu
96
2. Cuti tahunan, sesuai dengan ketentuan UU No. 24 tahun 1976 tentang
Cuti Pegawai Negeri Sipil yang berlaku di RSUD dr. Djasamen Saragih
tentang Libur Nasional dan Cuti Bersama tahun 2014 ditetapkan 14 hari
(D)
Tabel 4.7 Waktu kerja tersedia bagi perawat Instalasi Hemodialisa RSUD
dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
hari/tahun atau 1904 jam/tahun atau 114240 menit/tahun. Dari waktu kerja yang
Unit kerja yang diamati dan dihitung jumlah tenaganya dalam penelitian
tahun per tenaga perawat. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk
berikut :
pokok.
jobdisk atau uraian tugas yang ada dalam SOP yaitu aktivitas yang termasuk
dalam kegiatan produktif. Pengamatan dengan time and motion study adalah
mencatat aktivitas dari tenaga perawat dan menghitung berapa waktu untuk
98
menyelesaikan setiap aktivitas pokok diperoleh dari hasil pengamatan beberapa
maka standar beban kerja perawat Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen
Tabel 4.8 Standar Beban Kerja Perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr.
Djasamen Saragih Pematangsiantar
Rata-rata
No Jenis Kegiatan waktu
(menit) (t) WT SBK(WT/t)
Kegiatan Produktif Lagsung
1 Memasang alat pada pasien 10 114240 11424
2 Injeksi Heparin 8,3 114240 13763,9
3 Observasi keadaan pasien 5,3 114240 21554,7
4 Penanganan pasien komplikasi 7,8 114240 14646,2
5 Konsultasi dengan pasien dan 5,7 114240 20042,1
keluarga seputar keluhan yang
dirasakan
6 Mengukur tekanan darah 12,5 114240 9139,2
7 Observasi pasien komplikasi 9,8 114240 11657,1
8 Menghentikan perawatan 9,6 114240 11900
hemodialisa
9 Injeksi parbion untuk pasien dengan 4,2 114240 27200
indikasi
10 Injeksi hemapoetrin untuk pasien 5 114240 22848
dengan indikasi
11 Injeksi Gentamicin 4 114240 28560
12 Menjelaskan prosedur pendaftaran 18,3 114240 6242,62
pasien baru pada pasien/keluarga
Kegiatan produktif tidak langsung
13 Mempersiapkan alat 10,7 114240 10676,6
14 Reuse dialyzer 49,4 114240 2312,55
15 Menggantungkan dialyzer ke mesin 7 114240 16320
16 Menyuci dialyzer yang baru dipakai 38,7 114240 2951,94
17 Membuang limbah infeksius 3,7 114240 30875,7
18 Mengaktivasi kembali mesin yang 4,5 114240 25386,7
bermasalah
19 Menyusun bahan dan alat (selang 12 114240 9520
dan dialyzer baru)
99
Lanjutan Tabel 4.8
Rata-rata
No Jenis Kegiatan waktu
(menit) (t) WT SBK(WT/t)
20 Menulis buku rawatan 18 114240 6346,67
21 Mengsi rekam medik 29,6 114240 3859,46
22 Merapihkan rekam medik 6 114240 19040
23 Mempersiapkan berkas rekam 13,7 114240 8338,69
medik untuk esok hari
24 Mengangkat bahan-bahan 21 114240 5440
hemodialisa dari gudang
25 Menyediakan dan mengganti drigen 11,2 114240 10200
acid dan bikarbonat
26 Merapikan alat dan obat-obatan di 10,8 114240 10577,8
rak
27 Menyiapkan obat-obat injeksi 8 114240 14280
28 Mempersiapkan bahan hemodialisa 14,3 114240 7988,81
untuk pasien ke dalam tempatnya
29 Mendistribusikan tempat bahan 7 114240 16320
untuk pasien
30 Melipat linen kotor 9 114240 12693,3
31 Menghitung laken kotor untuk 15 114240 7616
diantar ke loundry
32 Melipat kasa 14 114240 8160
33 Aktivasi mesin untuk rinsing 7,8 114240 14646,2
34 Menyusun kasa dan duk ke dalam 13,3 114240 8589,47
tromol untuk disterilkan dan
mengantar ke KBU
35 Diskusi dengan kepala ruangan 14,8 114240 7718,92
mengenai kebutuhan dan masalah
yang terjadi di ruangan
36 Membersihkan mesin hemodialisa 12 114240 9520
37 Menyapu ruangan 7,5 114240 15232
Keterangan : SBK = Standar Beban Kerja ( jumlah waktu kerja tersedia dibagi
rata-rata waktu untuk menyelesaikan kegiatan pokok), WT = Waktu Kerja
Tersedia
kelonggaran perawat yang meliputi jenis kegiatan dan waktu yang dibutuhkan
100
tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan. Penyusunan
pasien.
Hasil pengamatan dengan metode time and motion study, aktivitas tenaga
perawat yang termasuk dalam aktivitas non produktif akan diperhitungkan dalam
aktivitas diketahui dari hasil pengamatan. Berdasarkan hal ini, dari hasil
kelonggaran untuk perawat adalah 1,95 dibulatkan menjadi dua orang tenaga.
101
4.6.5 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat Instalasi Hemodialisa
RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
dibutuhkan adalah:
c. Standar Kelonggaran
kegiatan pokok, dan jumlah kebutuhan tenaga tahun 2014 adalah seperti pada
Tabel 4.10.
103
Berdasarkan perhitungan ketenagaan dengan metode WISN pada Tabel
4.10, maka jumlah perawat hemodialisa yang dibutuhkan adalah tiga belas
orang. Saat ini perawat pelaksana yang ada berjumlah sebelas orang, sehingga di
ada sekarang dengan jumlah tenaga yang seharusnya sesuai dengan perhitungan
WISN. Jumlah tenaga perawat pelaksana saat ini adalah 11 orang, sedangkan
jumlah tenaga dari hasil penghitungan WISN adalah 13 orang. Dengan demikian
rasio tenaga perawat adalah 11/13 atau 0,85 (rasio WISN < 1 artinya SDM yang
104
BAB 5
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang: (1) beban kerja perawat,
(2) kebutuhan tenaga perawat, (3) rasio tenaga perawat, dan (4) keterbatasan
penelitian.
metode ini juga sekaligus menilai kualitas kinerja dari perawat yang diamati
Selain itu, perawat dalam penelitian ini dapat berjumlah satu orang yang
Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengamati delapan dari sebelas perawat
pagi dan siang, dengan tujuan melihat lebih banyak kinerja perawat di masing-
lembar observasi time and motion study (Lampiran 1) dapat memperoleh data
perhitungan kebutuhan tenaga perawat yang tepat sesuai dengan beban kerja.
keperawatan yang dijalankan oleh perawat sudah sesuai dengan SOP, seperti: (1)
penjelasan prosedur kepada pasien baru, (2) persiapan mesin hemodialisa, (3)
memasang alat pada pasien (melakukan punksi dan kanulasi cimino (Lampiran
dialisis, (5) terminasi akses dialisa, (6) perawatan akses sirkulasi, dan (7)
dilakukan oleh perawat, misalnya mengukur tekanan darah pasien setiap jam dan
hemodialisa. Prosedur pelaksanaan reuse dyalizer juga belum ada dalam standar
operasional prosedur (SOP) yang dimiliki oleh Instalasi Hemodialisa RSUD dr.
baik karena perawatan hemodialisa yang diberikan sudah sesuai dengan SOP
sebesar 80%. Namun demikian, untuk hasil penelitian yang lebih baik, peneliti
106
standar operasional prosedur dan asuhan keperawatan sebagai salah satu
bahwa proporsi waktu produktif yang dihabiskan perawat dalam satu shift adalah
perawat selama 8 shift adalah sebesar 84,36%. Hal ini mengindikasikan bahwa
telah melewati titik optimum karena telah melewati 80% (Ilyas, 2011). Untuk
itu, perlu dipertimbangkan untuk penambahan tenaga kerja baru. Lebih lanjut,
proporsi waktu non produktif yang dihabiskan perawat dalam satu shift adalah
14,57%, sedangkan jumlah kegiatan non produktif yang dilakukan oleh perawat
selama delapan shift adalah sebesar 15,64%. Hasil penelitian lain didapatkan
Farmasi Rawat Jalan Krakatau Medika Hospital adalah 80,17%, sudah melebihi
dijabarkan dalam hasil penelitian, diketahui bahwa beban kerja yang dimiliki
Pematangsiantar cenderung tinggi. Hal ini menurut peneliti terjadi karena jam
kerja perawat yang melewati batas yang telah ditetapkan, sehingga perawat yang
sudah bisa pulang atau belum harus memulai perawatan harus memulai lebih
dulu dan mengakhiri lebih akhir. Terlihat pula dari distribusi waktu kegiatan
107
produktif pada masing-masing shift dalam delapan shift (empat shift pagi dan
empat shift siang) yang diamati cenderung merata. Hal ini dikarenakan jenis
jumlah pasien yang relatif statis. Rata-rata pasien hemodialisa adalah pasien
tetap dan sudah memiliki jadwal hemodialisa dua kali seminggu (Senin dan
yang bertugas pada shift pagi atau shift siang adalah sama besar. Berdasarkan
tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur, waktu lembur
didefinisikan sebagai waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40 jam
seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu, atau 8 jam sehari dan 40 jam
undang No. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja, setiap pekerja berhak untuk
selama 4 jam, dimana waktu istirahat tersebut tidak dihitung ke dalam jam kerja.
memperoleh hasil, bahwa waktu kerja perawat hemodialisa RSUD dr. Djasamen
telah melewati batas waktu kerja normal untuk pekerja dengan 6 hari kerja.
Lebih lanjut dalam pasal 4 ayat 1 dalam keputusan yang sama dijelaskan bahwa
108
ada kewajiban bagi pengusaha untuk membayar lembur para tenaga kerjanya
yang bekerja melebihi waktu kerja. Untuk itu, peneliti mempertimbangkan akan
adanya kebutuhan pemberian bonus atau tambahan kepada para perawat dengan
hemodialisa.
beberapa dampak yang buruk, misalnya kesalahan dalam pengerjaan pasien yang
mencegah timbulnya hal yang tidak diinginkan. Selain itu, berdasarkan data
tahun-tahun kedepannya.
produktif tidak langsung yaitu 56,51% (1657 menit) dari total waktu 3432 menit.
Ruang Rawat Inap Irna B Rumah Sakit Umum Prof dr R. D. Kandou Manado
109
adalah kegiatan keperawatan langsung 46,67%, dengan pencapaian waktu
sebesar 14,6%). Hal ini menurut peneliti disebabkan oleh perawatan hemodialisa
berulang (reuse) yang membutuhkan waktu kurang lebih 10-15 menit untuk
hemodialisa (Tabel 4.3) diperoleh hasil, waktu yang lebih banyak habis adalah
4, Foto 3.) dan menyuci dialyzer yang baru dipakai secara manual (38,7 menit).
Prosedur dasar proses ulang dializer ada beberapa tahap, yaitu: (1) mengakhiri
rinsing), (3) pemeriksaan secara visual (visual inspection), (4) pemberian label
(cleaning), (6) pemeriksaan alat (performance testing), dan (7) desinfeksi dan
reuse idealnya tidak lebih dari 10 menit. Ruang reuse (Lampiran 4, Foto 7.)
sebaiknya: (a) terpisah dari ruang dialisis, (b) mempunyai ventilasi yang
110
baik/dilengkapi exhaust fan, dan (c) bukan tempat lalu lalang petugas/pasien
pemakaian dializer lebih dari satu kali pada pasien yang sama, hal ini disebabkan
BPJS dengan dialyzer reuse tahun 2015 untuk Rumah Sakit Tipe B adalah Rp.
994.800,- dan untuk pasien umum dikenakan biaya Rp. 1.250.000,- sedangkan
untuk harga dialyzer saja kurang lebih Rp. 150.000,- per buah. Pemakaian
dialyzer reuse di Indonesia mulai sekitar tahun 1998 sebagai dampak dari krisis
(Dharmeizar, 2012).
pemaparan bahan kimia residu yang digunakan pabrik, (2) menurunkan aktivitas
sistem imun (mengurangi first use syndrome), (3) memperbaiki kualitas hidup
reuse dialyzer adalah: (1) potensi untuk pemaparan bahan kimia terhadap pasien
dan personal, (2) potensi untuk terjadinya kontaminasi bakteri atau endotoksin,
terjadinya infeksi silang pada saat prosedur pembuatan reuse. Komplikasi ini
dapat dihilangkan sama sekali bila prosedur pembuatan dialyzer pakai ulang
(reuse) dilakukan dengan baik dan semua tahap dalam proses tersebut diikuti
111
Hasil penelitian Suastika (2014) menunjukkan ada perbedaan pada
dialyzer single use dengan kisaran kadar hemoglobin dari 7,0-10,9 g/dL.
Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) adalah rumah sakit berbasis teknologi
banyak adalah mengangkat cairan dialisat (bicarbonat dan acid) dari gudang
hemodialisa yang berjarak kurang lebih 100 meter dari gedung instalasi
adalah 5 liter, sehingga perawat menggunakan kursi roda sebagai alat bantu
mengangkat cairan dialisat tersebut. Kegiatan yang lain adalah menghitung dan
mengantarkan laken dan duk kotor ke loundry (15 menit) dan mengantar dan
112
menjemput bahan yang disterilkan ke ruangan KBU (13 menit). Peneliti
kerja perawat. Metode time and motion study untuk menghitung gerakan dan
tata letak unit medikal bedah (Hendrich, Chow, Skierczynski, & Lu, 2008).
Untuk itu peneliti juga menyarankan untuk memperbaiki tata letak unit gudang
hemodialisa.
banyak adalah mengisi rekam medik (29,6 menit) dan menulis buku rawatan (18
menit). Salah satu cara untuk meminimalisir beban kerja yang berasal dari
mampu mempersingkat waktu kerja, misalnya dengan melakukan input data obat
itu, dikatakan pula oleh Kurniadi (2013) bahwa peningkatan IPTEK dan sumber
113
Proporsi waktu kegiatan langsung lebih sedikit menurut peneliti adalah
antara pasien dengan perawat. Interaksi terjadi antara perawat dengan pasien
hanya terjadi pada saat-saat tertentu dan tidak terjadi sepanjang perawatan,
terutama pada pada satu jam pertama dan satu jam terakhir perawatan. Beberapa
Chow, Skierczynski, & Lu, 2008; Qian, et all., 2012). Peningkatan kualitas
kepada perawat.
rawat inap, operasi bedah, rujukan, rawat jalan, berbagai jenis klinik, pendidikan
kesehatan, dan kunjungan rumah memiliki pola beban kerja yang berbeda
(Pandey, 2013).
kekurangan tenaga perawat sebanyak dua orang. Dari hasil tersebut peneliti
114
dapat menyimpulkan jumlah perawat yang ada belum mencukupi untuk
keperawatan berdasarkan standar aktivitas dan beban kerja, dan untuk menilai
Burdwan, India. Hasil rata-rata WISN seluruh distrik Burdwan, India yang
diperoleh, ternyata hanya tersedia 35% dari perawat yang diperlukan atau
departemen di lembaga kesehatan tersier Kenya yang memiliki jumlah staf yang
optimal, dimana dari hasil penelitian tersebut ditemukan mayoritas staf di setiap
menggunakan metode pendekatan time and motion study di ruang bedah Rumah
Rawat Inap RSIA Hermina Podomoro adalah 14 orang, sedangkan tenaga yang
ada 13 orang. Dengan demikian juga disimpulkan jumlah tenaga yang ada belum
mencukupi untuk menyelesaikan aktivitas perawat sesuai beban kerja yang ada.
Rawat Inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai dengan metode WISN menunjukkan
115
bahwa jumlah perawat di unit rawat yang ada secara keseluruhan masih kurang
sebanyak 10 orang.
kerja terhadap waktu pelayanan resep terutama di hari dan jam sibuk di mana
beban kerja yang tinggi dapat memperlambat waktu layanan sehingga akhirnya
akan menurunkan kualitas layanan. Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi
manajemen RSUD dr. Djasamen Saragih dalam hal mengurangi tekanan beban
kebutuhan tenaga perawat hemodialisa masa yang akan datang, sesuai dengan
orang, sedangkan tenaga yang ada saat ini hanya 11 orang. Diperoleh rasio
tenaga perawat hemodialisa menurut WISN adalah 0,85 (lebih kecil dari satu).
Rasio WISN yang diperoleh dalam penelitian Ria (2011) adalah 0,93 (kecil dari
satu). Amini (2015) mendapatkan rasio WISN untuk tenaga perawat dan bidan di
Rawat Inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai 0,89 (lebih kecil dari satu) dan hasil
yang diperoleh Syukraa (2012) adalah 0,70 (lebih kecil dari satu).
116
Dalam Buku User’s Manual WISN (WHO, 2010) dijelaskan bahwa jika
rasio tenaga nilainya satu, artinya jumlah tenaga sesuai dengan tuntutan beban
kerja (jumlah tenaga sudah mencukupi). Nilai rasio kurang dari satu, berarti
jumlah tenaga tidak sesuai dengan beban kerja (jumlah tenaga kurang) dan jika
nilainya lebih dari satu menunjukkan jumlah tenaga berlebih sehubungan dengan
beban kerja. Semakin kecil rasio WISN, semakin besar beban kerja. Berdasarkan
hal tersebut berarti jumlah tenaga yang ada di Instalasi hemodialisa RSUD dr.
Djasamen Saragih Pematangsiantar saat ini tidak sesuai dengan beban kerja yang
ada. Beban kerja yang ada lebih besar dari jumlah tenaga yang tersedia.
Beban kerja yang tinggi bisa memberikan dampak bagi pelayanan, yaitu
mengurangi tekanan akibat beban kerja yang tinggi bagi tenaga perawat dan
yang bekerja di Instalasi hemodialisa. Perlu waktu yang lebih untuk mengenal
situasi, kondisi rumah sakit, prosedur pemasangan hemodialisa, alat dan bahan
melakukan pendekatan yang intens kepada kepala ruangan dan para perawat
117
pelaksana, memanfaatkan waktu dengan menggali informasi sebanyak mungkin
118
BAB 6
6.1. Kesimpulan
antara beban kerja yang diterima oleh perawat Instalasi Hemodialisa dengan
waktu kerja yang lebih panjang dari yang seharusnya. Perawat Instalasi
Hemodialisa bekerja selama 6 hari dalam seminggu dan terbagi dalam dua shift
(shift pagi jam 07.00-13.00 WIB sedangkan shift siang dari jam 13.00-19.00
WIB). Beban kerja perawat yang dirasakan terlalu tinggi berdasarkan hasil
observasi disebabkan oleh lebihnya waktu kerja dari yang disediakan (untuk
shift pagi jam 06.30-14.00 WIB dan shift siang 12.30-20.00 WIB)
masing-masing perawat adalah sebesar 366,5 menit atau 6 jam 7 menit dan
kegiatan non produktif adalah sebesar 62,5 menit atau 1 jam 3 menit. Dapat
119
85% : 15% menunjukkan bahwa aktivitas perawat Instalasi Hemodialisa cukup
reuse dialyzer dengan mesin (49,4 menit), reuse dialyzer secara manual (38,7
menit), mengisi rekam medik (29,6 menit), mengangkat cairan dialisat dari
gudang (21 menit), menulis buku rawatan (18 menit), menghitung dan
mengantar laken kotor ke loundry (15 menit), dan mengantar bahan untuk
diperoleh hasil jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah tiga belas orang,
sedangkan tenaga yang tersedia saat ini sebelas orang, sehingga di ruang
tenaga perawat hemodialisa menurut WISN adalah 0,85 (lebih kecil dari satu).
Instalasi hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar saat ini tidak
120
6.2 Saran
sakit.
121
pengukur tekanan darah otomatis sehingga bisa mengurangi beban
untuk perawat yang telah bekerja dengan baik melewati jam kerjanya.
122
tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi biaya di Instalasi
123
DAFTAR PUSTAKA
Chattopadhyay, A., Ghosh, R., Maji, S., Ray, T.G., & Lahiri, S.K. (2012). A
time motion study in the immunization clinic of a tertiary care hospital of
Kolkata, West Bengal. Indian Journal of Community Medicine, 37 (1).
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Tenaga Kerja. Jakarta. Diunduh dari http://www.nakertarans.go.id pada
27 Juli 2015.
Ernawati, N.A.K, Nursalam, & Djuari, L. (2011). Kebutuhan riil tenaga perawat
dengan metode Workload Indicator Staff Need (WISN). Jurnal Ners, 6
(1), 86-93.
124
Haryati, Eko. (2010). Asuhan keperawatan chronic renal failure. Bahan kuliah.
Renal Unit RSUD dr. Moewardi Surakarta. Surakarta.
Hendrich, A., Chow, M.P., Skierczynski, B.A., & Lu, Z. (2008). A 36-hospital
time and motion study: How do medical-surgical nurses spend their
time?. The Permmanente Journal, 12 (3).
Hendrich, A., Chow, M.P, Bafna, S., Choudhary, R., Heo, Y., & Skierczynski,
B.A. (2009). Unit-related factors that affect nursing time with patients:
spatial analysis of the time and motion study. Health Environments
Research & Design Journal, 2 (2).
Ilyas, Y. (2011). Perencanaan SDM rumah sakit, teori, metoda dan formula.
Jakarta: Pusat Kajian Ilmu Kesehatan FKM-UI. CV Usaha Prima.
Iskandar, D. (2008). Rumah sakit, tenaga kesehatan dan pasien. Jakarta: Sinar
Grafika.
Kurnia, E., Damayanti, N.A., & Nursalam. (2011). Formula penghitungan tenaga
keperawatan modifikasi FTE dengan model asuhan keperawatan
profesional tim. Jurnal Ners, 6 (1), 11-20.
125
Lubis, M. (2007). Pengaruh beban kerja terhadap efektivitas kerja perawat di
Instalasi Rawat Inap RSU dr. Pirngadi Medan. Tesis. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Lowry, S.M., Maynard, H.B., & Stegemerten, G.J. (1940). Time and motion
study and formulas for wage incentives. New York and London:
McGraw-Hill Book Company, Inc.
McQuide, P.A., Aitken, R.L.K., & Foster, N. (2013). Applying the Workload
Indicators of Staffing Need (WISN) method in Namibia: Challenges and
implication for human resources for health policy. BioMed Central
Human Resources for Health. Tersedia: http://www.human-resources-
health.com/content/11/1/64.
Meri. K., Scott., Bruce. A.M., Kevin. M.S., William. R.C. (1999). Dialyzer
dependent changes in solute and water permeability with bleach
reprocessing. American Journal of Kidney Diseases, 33 (87).
Oostveen, C.J., Vermeulen, H., Gouma, D.J., Bakker, P.J., & Ubbink, D.T.
(2013). Explaining the amount of care needed by hospitalized surgical
patients: A prospective time and motion study. BioMed Central Health
Services Research. Tersedia: http://www.biomedcentral.com /1472-
6963/13/42.
Palestin, B. (2006). Fungsi perawat spesialis agar terhindar dari masalah etik
maupun hukum. Jurnal Keperawatan dan Penelitian Kesehatan.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing: generating and assessing evidence
for nursing practice. Ninth Edition.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik. Jakarta: EGC.
Qian, S., Yu. P., Zhang, Z., Hailey, D.M., Davy, P.J, & Nelson, M.I. (2012). The
work pattern of personal care workers in two Australian nursing homes:
A time-motion study. BioMed Central Health Services Research.
Tersedia: http://www.biomedcentral.com /1472-6963/12/305.
Qian, S., Yu. P., Zhang, Z., Hailey, D.M., Davy, P.J, & Nelson, M.I. (2014).
Time spent on daytime direct care activities by personal carers in two
Australian residential aged care facilities: A time-motion study. Journal
Compilation. Tersedia: http://dx.doi.org/10.1071./AH13161.
Reitan, J.F., et al. (2013). Staff time and motion assesment for administration of
erythropoiesis-stimulating agents: A two phase pilot study in clinical
127
oncologi practices. Original Research Article of Clin Drug Investig, 33,
383-389.
Ria, Siti. (2011). Analisis jumlah tenaga perawat di ruang rawat inap RSIA
Hermina Podomoro. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Saurman, E., Lyle, D., Kirby, S., & Roberts, R. (2014). Assessing program
efficiency: A time and motion study of the mental health emergency
care-rural access program in NSW Australia. International Journal of
Environmental Research and Public Health. Tersedia: www.mdpi.
com/journal/ijerph.
Shinder, G.A., et al. (2012). Patient and work flow and costs associated with
staff time and facility usage at a comprehensive cancer in Quebec,
Canada-A time and motion study. BioMed Central Health Services
Research. Tersedia: http://www.biomedcentral.com /1472-6963/12/370.
Ship & Peter, J. (1998). Workload Indicator of Staffing Need (WISN) : A manual
for implementation. Switzerland: WHO.
Shivam, S., Roy, R.N., Dasgupta, S., Bhattacharyya, K.D., Misra, R.N., Roy, S.,
& Saha, I. (2014). Nursing personnel planning for rural hospitals in
Burdwan District, West Bengal, India: Using workload indicators of
staffing needs. J Health Popul Nutr; 32(4), 658-664.
Tanda tangan :
Tanggal :
Kode Responden :
(Diisi oleh peneliti)
131
Formulir Observasi Tahapan Kerja Perawatan Hemodialisa
Tanggal :
Nama Perawat : ………. (inisial)
Lama Kerja : ………. (tahun)
Pendidikan : (SPK/DIII Keperawatan/S1 Keperawatan)*
Pengalaman di HD : (< 5 tahun / ≥ 5 tahun) *
Jenis Kelamin : (Laki-laki / Perempuan) *
Usia : (< 30 tahun / ≥ 30 tahun) *
Dinas : (Pagi / Sore)*
134
LAMPIRAN 2
IJIN PENELITIAN
135
136
137
138
139
140
LAMPIRAN 3
HASIL PENGAMATAN
141
Tabel 1. Kegiatan Perawat 1 pada shift pagi (Senin, 18 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
143
Tabel 2. Kegiatan Perawat 2 pada shift siang (Selasa, 19 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
144
Lanjutan Tabel 2.
Waktu Total Kegiatan
No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
29 Mengaktivasi kembali mesin yang 17.55 18.02 7 √
bermasalah
30 Penanganan pasien komplikasi 18.02 18.10 8 √
(tensi drop)
31 Mendistribusikan tempat obat 18.10 18.14 4 √
untuk pasien
32 Melipat linen kotor 18.14 18.21 7 √
33 Menghentikan perawatan 18.21 18.31 10 √
hemodialisa pasien B
34 Menghentikan perawatan 18.31 18.39 8 √
hemodialisa pasien C
35 Menghentikan perawatan 18.39 18.49 10 √
hemodialisa pasien D
35 Menghentikan perawatan 18.49 18.58 9 √
hemodialisa pasien E
37 Aktivasi mesin untuk rinsing 18.58 19.07 9 √
38 Injeksi hemapoetrin untuk pasien 19.07 19.15 8 √
39 dengan indikasi 19.15 19.30 15 √
Persiapan beres‐beres pribadi
Total Waktu 445 161 225 55
Tabel 3. Kegiatan Perawat 3 pada shift pagi (Rabu, 20 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
146
Tabel 4. Kegiatan Perawat 4 pada shift siang (Kamis, 21 Mei 2015) di
Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
147
Lanjutan Tabel 4.
Waktu Total Kegiatan
No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
28 Membereskan alat dan bahan 17.34 17.53 19 √
hemodialisa di gudang instalasi
hemodialisa
29 Mengukur tekanan darah II 17.53 18.05 12 √
30 Mengobrol dengan pasien dan 18.05 18.10 5 √
keluarga pasien
31 Merapihkan rekam medik 18.10 18.15 5 √
32 Mengobrol II 18.15 18.32 17 √
33 Menghentikan perawatan 18.32 18.42 10 √
hemodialisa pasien C
34 Menghentikan perawatan 18.42 18.54 12 √
hemodialisa pasien D
35 Menghentikan perawatan 18.54 19.02 8 √
hemodialisa pasien E
36 Membuang limbah infeksius II 19.02 19.05 3 √
37 Menyuci dialyzer 19.05 19.38 33 √
38 Persiapan beres‐beres pribadi 19.38 19.45 7 √
Total Waktu 430 138 226 66
Tabel 5. Kegiatan Perawat 5 pada shift pagi (Sabtu, 23 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
Tabel 6. Kegiatan Perawat 6 pada shift siang (Senin, 25 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
150
Lanjutan Tabel 6.
No Jenis Kegiatan Waktu Total Kegiatan
Mulai Akhir waktu Produktif Non
L TL produktif
20 Penanganan pasien komplikasi 16.36 16.43 7 √
21 Membersihkan mesin hemodialisa 16.43 17.00 17 √
22 Menanyakan keluhan pasien 17.00 17.04 4 √
23 Mengobrol 17.04 17.17 13 √
24 Mengaktivasi kembali mesin yang 17.17 17.23 6 √
bermasalah I
25 Waktu pribadi II 17.23 17.39 16 √
26 Mengaktivasi kembali mesin yang 17.39 17.41 2 √
bermasalah II
27 Mempersiapkan lembar rekam 17.41 17.53 12 √
medik untuk besok
28 Toilet II 17.53 17.57 4 √
29 Mengangkat acid dan bikarbonat 17.57 18.22 25 √
dari gudang ke ruangan
hemodialisa
30 Merapikan rak alat dan bahan 18.22 18.35 13 √
31 Menghentikan perawatan 18.35 18.45 10 √
hemodialisa pasien B
32 Menghentikan perawatan 18.45 18.53 8 √
hemodialisa pasien C
33 Injeksi hemapoetrin untuk pasien 18.53 18.56 3 √
dengan indikasi
34 Menghentikan perawatan 18.56 19.07 11 √
hemodialisa pasien D
35 Membuang limbah infeksius II 19.07 19.11 4 √
36 Menghentikan perawatan 19.11 19.21 10 √
hemodialisa pasien E
37 Menghentikan perawatan 19.21 19.29 8 √
hemodialisa pasien F
38 Aktivasi mesin untuk rinsing 19.29 19.36 7 √
39 Mengumpulkan selang connector 19.36 19.42 6 √
40 Menyapu ruangan 19.42 19.52 10 √
41 Persiapan beres-beres pribadi 19.52 19.57 5 √
Total Waktu 420 156 211 53
151
Tabel 7. Kegiatan Perawat 7 pada shift pagi (Selasa, 26 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
DOKUMENTASI PENELITIAN
155
INSTALASI HEMODIALISA RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANGSIANTAR
connector
bicarbonat
acid
156
Foto 2. Mesin Hemodialisa sedang digunakan oleh pasien(aktif)
dialyzer
Cairan desinfeksatan
2b.
157
2c. Mesin Hemodialisa Tipe Baru
Tabung oksigen
158
Foto 4. Tn. A sedang menjalani hemodialisa dengan menggunakan cimino,
Perawat Y sedang mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah
(alaram berbunyi dan menyala)
Alaram berbunyi
dan lampu menyala
Perawat Y mengaktivasi
mesin bermasalah
bayclin
159
Foto 6. Ruangan Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
dengan pasien kelompok Selasa-Jumat
6a. Ruang I
Timbangan
6b. Ruang II
Lampu alaram
Rak bahan HD
160
Foto 7. Ruangan Reuse dialyzer
7a.
Exhaust fan
Cairan desinfektan
7b.
161
Foto 8. Rak pelaratan hemodialisa
162
LAMPIRAN 5
163