Anda di halaman 1dari 167

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT

BERDASARKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE TIME


AND MOTION STUDY DAN METODE WORKLOAD
INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI INSTALASI
HEMODIALISA RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANGSIANTAR

TESIS

Oleh

ERVINA PANGARIBUAN
137046033/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

1
ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT
BERDASARKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE TIME
AND MOTION STUDY DAN METODE WORKLOAD
INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI INSTALASI
HEMODIALISA RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANGSIANTAR

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister


Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERVINA PANGARIBUAN
137046033/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
2
3
Telah diuji

Pada tanggal : 14 September 2015

KOMISI PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME
Anggota : 1. Achmad Fathi, S.Kep, Ns., MNS
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si
3. Diah Arruum, S.Kep, Ns., M.Kep

4
5
Judul Tesis Nama : Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat berdasarkan

Beban Kerja dengan Metode Time and Motion

Mahasiswa Study dan Metode Workload Indicators of Staffing

Need (WISN) di Instalasi Hemodialisa RSUD dr.

Program Studi Djasamen Saragih Pematangsiantar

: Ervina Pangaribuan

Minat Studi : Magister Ilmu Keperawatan

: Administrasi Keperawatan

Tahun : 2015
ABSTRAK

Beban kerja merupakan jumlah total waktu keperawatan baik secara langsung

atau tidak langsung dalam memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan

oleh pasien dan jumlah perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan

tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

menggunakan metode pendekatan time and motion study (desain cross-sectional)

yang bertujuan untuk melihat aktivitas atau kegiatan secara menyeluruh dari

perawat pelaksana dalam rangka menganalisis beban kerja perawat pelaksana

untuk merencanakan jumlah kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Hemodialisa

dengan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN). Penelitian ini

dilakukan di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar pada bulan April sampai Mei 2015. Populasi penelitian

6
adalah perawat pelaksana sebanyak 11 orang. Pengambilan sampel dilakukan

secara purposive sampling sehingga diperoleh 8 perawat. Dari metode time and

motion study diperoleh proporsi antara waktu produktif langsung:tidak

langsung:non produktif adalah 37,1% : 48,3% : 14,6%. Dapat disimpulkan

bahwa perbandingan waktu produktif dan non produktif adalah 85% : 15%

menunjukkan bahwa aktivitas perawat Instalasi Hemodialisa cukup padat

sehingga beban kerja dirasakan cukup besar. Perhitungan kebutuhan perawat

hemodialisa berdasarkan WISN diperoleh hasil bahwa jumlah tenaga yang

dibutuhkan adalah 13 orang, sedangkan tenaga yang tersedia saat ini 11 orang,

sehingga di ruang Hemodialisa terdapat kekurangan tenaga perawat sebanyak 2

orang. Rasio tenaga perawat hemodialisa menurut WISN adalah 0,85 (<1).

Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan jumlah tenaga yang ada di

Instalasi hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar saat ini tidak

sesuai dengan beban kerja yang ada (jumlah tenaga kurang). Penelitian ini

merekomendasikan kepada pihak manajemen rumah sakit agar menambah

tenaga perawat sebanyak dua orang, memberikan pelatihan hemodialisa, dan

memberikan tambahan insentif lembur sebagai penghargaan atas kinerja yang

melewati batas jam yang telah ditentukan

Kata kunci: beban kerja, perawat, time and motion study, Workload Indicators of

Staffing Need (WISN)

7
Thesis Title : The Analysis on the Need for Nurses based on

Workload with Time and Motion Study Method and

Workload Indicators of Staffing Need (WISN) Method

in the Hemodialysis Room of RSUD dr. Djasamen

Saragih, Pematangsiantar

Name of Student : Ervina Pangaribuan

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Nursing Administration

Year : 2015

ABSTRACT

Workload is the total work, either direct or indirect, of nursing care needed by

patients and the number of nurses who provide the service. The research was an

analytic observational method by using time and motion study and cross

sectional design which was aimed to find out the the whole activities of nurse

practitioners in order to analyze their work load to find out the number of nurses

needed in the Hemodialysis Room by using Workload Indicators of Staffing

Need (WISN). The research was conducted in Hemodialysis Room of dr.

Djasamen Saragih Hospital, Pematangsiantar, from April to May, 2015. The

population was 11 nurse practitioners, and eight of them were used as the

samples, using purposive sampling technique. The result of time and motion

study method obtained proportion between direct productive time : indirect :

8
non-productive is 37,1% : 48,3% : 14,6%. It can be concluded that the ratio of

productive and non-productive time is 85% : 15%, that showed the activities of

Hemodialysis Room nurses solid enough so that the workload is perceived to be

quite large. The result of the analysis showed that the hospital still needed 13

nurses while there were only 11 nurses available so that the Hemodialysis Room

still needed two more nurses. According to WISN, the ratio of nurses in the

Hemodialysis Room was 0.85 (<1). It was concluded that the number of nurse

practitioners in the Hemodialysis Room was inadequate and was not in line with

the workload. It is recommended that the hospital management add two more

nurses, provide training on hemodialysis, and provide incentives for overtime

work as a reward for the performance in working overtime.

Keywords: Workload, Nurse, Time and Motion Study, Workload Indicators of

Staffing Need (WISN)

9
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas

kasih dan rahmatNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis yang berjudul : “Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat berdasarkan Beban

Kerja dengan Metode Time and Motion Study dan Metode Workload Indicators

of Staffing Need (WISN) di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar “.

Tesis ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dengan terselesaikannya tesis ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku

Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Bapak Setiawan,

SKp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan di

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti juga mengucapkan

terima kasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan oleh Prof. Dr. Ir.

Bustami Syam, MSME, selaku Pembimbing I Tesis, Bapak Achmad Fathi,

S.Kep, Ns., MNS, selaku Pembimbing II Tesis, Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si,

selaku Penguji I Tesis, dan Ibu Diah Arruum, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Penguji

II Tesis.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktur Rumah Sakit tempat

peneliti melaksanakan penelitian yang telah memberikan izin pengambilan data

untuk keperluan tesis, Dosen dan Staf Program Studi Magister Ilmu

10
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah

membantu dalam penyelesaian tesis ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih

banyak pada orang tuaku tercinta (ayahanda J.Pangaribuan, S.Pd dan ibunda D.

Doloksaribu, M.Pd) yang telah banyak memberikan semangat dan doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu. Suamiku tercinta dr. Merto

Sianturi dan putra putri kami tersayang Mevin, Williams dan Vania yang selalu

memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

tepat waktu, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang telah berkenan membantu dalam meyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan tesis ini, semoga dapat bermanfaat kita semua khususnya profesi

perawat.

Medan, 14 September 2015

Penulis

11
RIWAYAT HIDUP

Nama : Ervina Pangaribuan

Tempat/Tanggal Lahir : Pintu Bosi/06 Mei 1985

Alamat : Jl. SM. Raja Pekan Tanah Jawa, Kecamatan

Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun

Email : ervina_pangaribuan@ymail.com

Riwayat Pendidikan:

Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SD Negeri 3 Tanah Jawa, Kab. Simalungun 1996

SMP SMP Negeri 1 Tanah Jawa, Kab. Simalungun 1999

SMU SMU Negeri 1 Tanah Jawa, Kab. Simalungun 2002

S1 Keperawatan PSIK FK USU, Medan 2006

Profesi Ners PSIK FK USU, Medan 2007

Riwayat Pekerjaan:

Tahun 2008 – 2010 : Kepala Rekam Medik Rumah Sakit Efarina Etaham

Berastagi, Kabupaten Karo.

Tahun 2011- Sekarang : Pegawai Negeri Sipil (PNS) di RSUD Tuan

Rondahaim Pamatang Raya, Kabupaten Simalungun.

1. Peserta pada acara “Seminar Riset Keperawatan yang Berlandaskan

Etika, Medan, 6 November 2013, Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

12
2. Panitia Seminar Utilisasi Metodologi Kuantitatif dan Kualitatif dalam

Riset Keperawatan dan Kesehatan, Medan, 7 Desember 2013, Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Panitia Workshop Utilisasi Metodologi Kuantitatif dan Kualitatif dalam

Riset Keperawatan dan Kesehatan, Medan, 7 Desember 2013, Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Peserta Workshop Penulisan Proposal Untuk AINEC AWARD 21-22

Maret 2014 Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI).

5. Peserta Seminar Nasional Keperawatan “Sistem Jenjang Karir Perawat di

Indonesia”, Medan, 28 April 2015, Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

6. Pemakalah Seminar Ilmiah Dies Natalis Ke-63 USU “Membangun USU

dengan Talenta dan Bintang untuk Meraih Reputasi Nasional dan

Internasional, Medan 18-19 Agustus 2015.

13
DAFTAR ISI
Halaman

i
ABSTRAK ....................................................................................................

ABSTRACT ................................................................................................... iii


KATA PENGANTAR ................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR SKEMA ....................................................................................... xii
DAFTAR PERSAMAAN ............................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ......................................................................... 1


1.2.Permasalahan ............................................................................ 10
1.3.Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
1.4.Manfaat Penelitian ................................................................... 11
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 13

2.1.Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) di Rumah Sakit ... 13


2.1.1. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) ................. 13
2.1.2. Rumah Sakit ................................................................. 14
2.1.3. Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit ...... 16
2.2. Perawat dan Pelayanan Keperawatan ......................................... 17
2.2.1. Pengertian ...................................................................... 17
2.2.2. Proses Keperawatan ....................................................... 18
2.2.3. Tahapan dalam Proses Keperawatan .............................. 19
2.2.4. Perawat Instalasi Hemodialisa ..................................... 21
2.3.Beban Kerja .............................................................................. 22
2.3.1. Pengertian Beban Kerja ................................................. 22
2.3.2. Beban Kerja Perawat ..................................................... 23
2.3.3. Klasifikasi Beban Kerja................................................. 29
2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Beban Kerja............ 31
2.3.5. Dampak Beban Kerja .................................................... 32
2.3.6. Penilaian Beban Kerja.................................................... 32
2.3.7. Pengukuran Kerja.......................................................... 33
2.3.8. Penghitungan Beban Kerja ........................................... 35
2.4.Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan ......... 43
2.5.Hemodialisa .............................................................................. 51
2.5.1. Proses Perawatan Hemodialisa ..................................... 53
2.6.Landasan Teori ......................................................................... 54
2.7.Kerangka Konsep ..................................................................... 55
14
BAB 3. METODE PENELITIAN.................................................................................57
3.1. Jenis Penelitian................................................................................................57
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................57
3.3. Populasi dan Sampel.....................................................................................58
3.4. Metode Pengumpulan Data.........................................................................58
3.5. Variabel dan Definisi Operasional............................................................60
3.6. Metode Pengukuran.......................................................................................61
3.7. Metode Analisis Data....................................................................................62
3.8. Pertimbangan Etik..........................................................................................63

BAB 4. HASIL PENELITIAN........................................................................................66


4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................................66
4.2 Visi RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar............................67
4.3 Misi RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar...........................68
4.4 Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih...........................69
4.5 Hasil Pengamatan Kegiatan Sampel berdasarkan Time and
Motion Study..................................................................................................71
4.6 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat Instalasi Hemodialisa
RSUD dr. Djasamen Saragih....................................................................77
4.7 Rasio Jumlah Tenaga Perawat....................................................................85

BAB 5. PEMBAHASAN....................................................................................................86
5.1 Beban Kerja Perawat Instalasi Haemodialisa RSUD dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar............................................................................86
5.2 Kebutuhan Tenaga Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD
dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar..................................................95
5.3 Keterbatasan Penelitian................................................................................98

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................100


6.1 Kesimpulan....................................................................................................100
6.2 Saran.................................................................................................................102

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................105

LAMPIRAN.........................................................................................................................111

15
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Format Observasi Kegiatan Keperawatan (Work
Sampling)..............................................................................................37

Tabel 2.2 Perbedaan Work Sampling dengan Time and Motion


Study.......................................................................................................42

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Perawat


Pelaksana di Instalasi Hemodialisa RSUD dr.
Djasamen Saragih Pematangsiantar (N=8).................................70

Tabel 4.2 Daftar Sampel Penelitian Kuantitatif dengan


Metode Time and Motion Study.....................................................71

Tabel 4.3 Kegiatan Perawat Instalasi Hemodialisa.....................................73

Tabel 4.4 Rangkuman Kegiatan Responden Selama Satu


Shift........................................................................................................75

Tabel 4.5 Proporsi waktu produktif dan non produktif..............................75

Tabel 4.6 Proporsi Waktu dan Kegiatan Produktif Langsung


dan Tidak Langsung Sampel..........................................................76

Tabel 4.7 Waktu Kerja Tersedia bagi Perawat di Instalasi


Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar..................................................................................78

Tabel 4.8 Standar Beban Kerja Perawat di Instalasi


Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar.................................................................................80

Tabel 4.9 Standar Kelonggaran Perawat di Instalasi


Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar.................................................................................82

Tabel 4.10 Perhitungan Jumlah Tenaga Perawat di Instalasi


Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar.................................................................................83

16
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Proses Perencanaan SDM Rumah Sakit ................. 17


Skema 2.2 Kerangka Konsep Analisis Kebutuhan Tenaga
Perawat berdasarkan Beban Kerja dengan Metode
Time and Motion Study dan Metode Workload
Indicators of Staffing Need (WISN) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar....................................................... 56

Skema 3.1 Langkah-Langkah Metode Workload Indicators of


Staffing Need (WISN) ............................................ 65

Skema 4.1 Srtuktur Organisasi Instalasi Hemodialisa RSUD


dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar .................. 69

17
DAFTAR PERSAMAAN

Halaman
Persamaan 2.1 Waktu Kerja Tersedia................................................................45
Persamaan 2.2 Standar Beban Kerja...................................................................48
Persamaan 2.3 Standar Kelonggaran..................................................................49
Persamaan 2.4 Standar SDM................................................................................51

18
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ................................................. 111


Lampiran 2 Ijin Penelitian ............................................................ 116

Lampiran 3 Hasil Pengamatan ..................................................... 122


Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ............................................ 136
Lampiran 5 Standar Operasional Prosedur di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar ........................................................ 144

19
Judul Tesis Nama : Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat berdasarkan

Beban Kerja dengan Metode Time and Motion

Mahasiswa Study dan Metode Workload Indicators of Staffing

Need (WISN) di Instalasi Hemodialisa RSUD dr.

Program Studi Djasamen Saragih Pematangsiantar

: Ervina Pangaribuan

Minat Studi : Magister Ilmu Keperawatan

: Administrasi Keperawatan

Tahun : 2015
ABSTRAK

Beban kerja merupakan jumlah total waktu keperawatan baik secara langsung

atau tidak langsung dalam memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan

oleh pasien dan jumlah perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan

tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

menggunakan metode pendekatan time and motion study (desain cross-sectional)

yang bertujuan untuk melihat aktivitas atau kegiatan secara menyeluruh dari

perawat pelaksana dalam rangka menganalisis beban kerja perawat pelaksana

untuk merencanakan jumlah kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Hemodialisa

dengan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN). Penelitian ini

dilakukan di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar pada bulan April sampai Mei 2015. Populasi penelitian

6
adalah perawat pelaksana sebanyak 11 orang. Pengambilan sampel dilakukan

secara purposive sampling sehingga diperoleh 8 perawat. Dari metode time and

motion study diperoleh proporsi antara waktu produktif langsung:tidak

langsung:non produktif adalah 37,1% : 48,3% : 14,6%. Dapat disimpulkan

bahwa perbandingan waktu produktif dan non produktif adalah 85% : 15%

menunjukkan bahwa aktivitas perawat Instalasi Hemodialisa cukup padat

sehingga beban kerja dirasakan cukup besar. Perhitungan kebutuhan perawat

hemodialisa berdasarkan WISN diperoleh hasil bahwa jumlah tenaga yang

dibutuhkan adalah 13 orang, sedangkan tenaga yang tersedia saat ini 11 orang,

sehingga di ruang Hemodialisa terdapat kekurangan tenaga perawat sebanyak 2

orang. Rasio tenaga perawat hemodialisa menurut WISN adalah 0,85 (<1).

Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan jumlah tenaga yang ada di

Instalasi hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar saat ini tidak

sesuai dengan beban kerja yang ada (jumlah tenaga kurang). Penelitian ini

merekomendasikan kepada pihak manajemen rumah sakit agar menambah

tenaga perawat sebanyak dua orang, memberikan pelatihan hemodialisa, dan

memberikan tambahan insentif lembur sebagai penghargaan atas kinerja yang

melewati batas jam yang telah ditentukan

Kata kunci: beban kerja, perawat, time and motion study, Workload Indicators of

Staffing Need (WISN)

7
Thesis Title : The Analysis on the Need for Nurses based on

Workload with Time and Motion Study Method and

Workload Indicators of Staffing Need (WISN) Method

in the Hemodialysis Room of RSUD dr. Djasamen

Saragih, Pematangsiantar

Name of Student : Ervina Pangaribuan

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Nursing Administration

Year : 2015

ABSTRACT

Workload is the total work, either direct or indirect, of nursing care needed by

patients and the number of nurses who provide the service. The research was an

analytic observational method by using time and motion study and cross

sectional design which was aimed to find out the the whole activities of nurse

practitioners in order to analyze their work load to find out the number of nurses

needed in the Hemodialysis Room by using Workload Indicators of Staffing

Need (WISN). The research was conducted in Hemodialysis Room of dr.

Djasamen Saragih Hospital, Pematangsiantar, from April to May, 2015. The

population was 11 nurse practitioners, and eight of them were used as the

samples, using purposive sampling technique. The result of time and motion

study method obtained proportion between direct productive time : indirect :

8
non-productive is 37,1% : 48,3% : 14,6%. It can be concluded that the ratio of

productive and non-productive time is 85% : 15%, that showed the activities of

Hemodialysis Room nurses solid enough so that the workload is perceived to be

quite large. The result of the analysis showed that the hospital still needed 13

nurses while there were only 11 nurses available so that the Hemodialysis Room

still needed two more nurses. According to WISN, the ratio of nurses in the

Hemodialysis Room was 0.85 (<1). It was concluded that the number of nurse

practitioners in the Hemodialysis Room was inadequate and was not in line with

the workload. It is recommended that the hospital management add two more

nurses, provide training on hemodialysis, and provide incentives for overtime

work as a reward for the performance in working overtime.

Keywords: Workload, Nurse, Time and Motion Study, Workload Indicators of

Staffing Need (WISN)

9
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat merupakan tenaga kerja terbesar di rumah sakit, di mana

perawat memiliki tanggung jawab untuk memonitor pasien setiap hari dan

manajemen pelayanan bagi pasien (Aiken, 2001; Benner, et al., 2002 dalam

Hendrich, et al., 2008). Sebanyak 40-75% pelayanan di rumah sakit merupakan

pelayanan keperawatan (Gillies, 1994). Tanggung jawab dan beban kerja yang

berat mengharuskan seorang perawat mampu melaksanakan asuhan keperawatan

dengan baik. Beban kerja perawat rumah sakit biasanya berat, sering

membutuhkan shift panjang dan memaksakan tuntutan fisik. Salah satu studi

terhadap lebih dari 5.000 shift keperawatan melaporkan 40% dari shift kerja

melebihi 12 jam, hal ini menunjukkan bahwa perawat sering bekerja lebih lama

dari yang dijadwalkan (Rogers, Hwang, Scott, Aiken, & Dinges, 2004 dalam

Hendrich, et al., 2009).

Beban kerja perawat merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas yang

dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan

keperawatan (Marquis & Houston, 2000). Gaudine (2000) menjelaskan bahwa

beban kerja merupakan jumlah total waktu keperawatan baik secara langsung

atau tidak langsung dalam memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan

oleh pasien dan jumlah perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan

tersebut.

20
Beban kerja yang terlalu tinggi akan menyebabkan komunikasi yang

buruk antara perawat dan pasien, kegagalan komunikasi antara perawat dan

dokter, tingginya drop out/turnover perawat, dan rasa ketidakpuasan kerja

perawat. Beban kerja yang tinggi akan menimbulkan kelelahan dan stres kerja

(Carayon & Gurses, 2005). Kelelahan perawat dalam bekerja dapat

menyebabkan terjadinya penyimpangan kerja yang akan menyebabkan

kemunduran penampilan kerja (Tappen, 1998). Kelelahan kerja perawat juga

dapat memberi dampak pada asuhan pelayanan yang diberikan tidak akan

optimal.

Pengukuran sumber daya keperawatan akan menjadi valid dan reliabel

dengan menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat

(O’Brian, et al., 1997 dalam Kurniadi, 2013). Faktor-faktor yang dimaksud

adalah kondisi pasien, karakteristik pasien dan tindakan keperawatan yang

diberikan serta lingkungan kerja. Disamping itu ada faktor lain, misalnya

beratnya tanggung jawab, tuntutan/permintaan dalam waktu bersamaan,

kejadian-kejadian yang tidak diantisipasi, interupsi, kejadian yang berisik/gaduh

(Gaudine, 2000). Perhitungan beban kerja tiap unit tidaklah sama akan tetapi

tetap menjadi hal yang penting untuk dilakukan (Kosim, 1995 dalam Kurniadi,

2013). Menurut Gillies (1999), ada beberapa alasan dilakukan perhitungan beban

kerja yaitu untuk mengkaji status kebutuhan perawatan pasien, menentukan dan

mengolah staf keperawatan, kondisi kerja serta kualitas asuhan keperawatan,

menentukan dan mengeluarkan biaya alokasi sumber daya yang adekuat, dan

untuk mengukur hasil intervensi keperawatan.

21
Menghitung beban kerja dari seorang perawat bukanlah pekerjaan yang

mudah. Manajer keperawatan harus mengerti tentang jumlah pasien yang

dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut, kondisi atau tingkat

ketergantungan pasien, rata-rata hari perawatan, frekuensi tindakan perawatan

yang dibutuhkan pasien, dan pengukuran rata-rata waktu perawatan langsung,

perawatan tidak langsung, dan pendidikan kesehatan agar dapat mengetahui

beban kerja (Gillies, 1996). Beberapa pendekatan menghitung beban kerja dapat

dilakukan dengan cara work sampling, time and motion study, dan daily log

(Nursalam, 2014).

Time and motion study memungkinkan untuk mencatat seluruh waktu

yang digunakan dalam melakukan setiap kegiatan, tetapi metode ini harus

menggunakan tenaga kerja yang intensif dan biaya mahal (Wirth, Kahn, &

Perkoff, 1977 dalam Qian, et al., 2012). Work sampling memerlukan biaya yang

relatif kecil, tetapi tidak dapat menangkap beberapa informasi penting seperti

durasi aktifitas karena pengamatan tidak terus menerus (Finkler, Knickman,

Hendrickson, Lipkin, & Thompson, 1993 dalam Qian, et al., 2012). Hasil dari

time and motion study lebih dapat diandalkan daripada work sampling, self

reporting, atau kuesioner untuk proses dokumentasi (Burke, 2000; Webster, et

al., 2011; Zheng, Guo, & Hanauer, 2011 dalam Saurman, Lyle, Kirby, &

Roberts, 2014).

Time and motion study digunakan untuk memperoleh gerakan-gerakan

standard untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, yaitu rangkaian gerakan-gerakan

yang efktif dan efisien. Metode time and motion study digunakan untuk

22
mengukur standar waktu normal yang diperlukan operator terlatih dan

berpengalaman pada kecepatan normal. Standar waktu tersebut seringkali

digunakan untuk perencanaan dan penjadwalan kerja sampai perkiraan biaya

produksi, termasuk biaya pekerja. Setelah itu, dilakukan pendekatan-pendekatan

peningkatan produktivitas dengan cara problem-solving dan sebagainya.

menstandardisasi sistem dan standar tersebut (Sritomo, 1995).

Time and motion study untuk perawat dipublikasi untuk menghitung

kegiatan perawat medikal bedah dan karakteristik lingkungan kerja perawat,

tujuannya adalah mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan waktu

perawatan langsung melalui perbaikan proses kerja, infrastruktur teknologi, dan

tata letak unit medikal bedah (Hendrich, Chow, Skierczynski, & Lu, 2008).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Abbey, Chaboyer, dan Mitchell, (2012)

menggambarkan kegiatan kerja perawat intensive care unit (ICU) di sebuah

rumah sakit swasta di Australia. Perawat menghabiskan sebagian besar

waktunya pada perawatan langsung dan tidak langsung dan perawat melakukan

dua aktivitas secara bersamaan selama hampir setengah dari waktu mereka.

Pengukuran yang umum digunakan adalah waktu melakukan aktifitas, frekuensi,

durasi, dan pergantian antara dua kegiatan secara berurutan (Hendrich, Chow,

Skierczynski, & Lu, 2008).

Penelitian Hendrich, Chow, Skierczynski, dan Lu (2008) dengan metode

time and motion study di 36 unit medikal bedah di Amerika Serikat untuk

mengidentifikasi bagaimana perawat menghabiskan waktu selama shift dalam

melakukan kegiatan: praktek keperawatan, tugas pokok dan fungsi, kegiatan non

23
klinis, dan non produktif dan menemukan variabel dalam lingkungan kerja yang

mempengaruhi efisiensi asuhan keperawatan dan keselamatan pasien. Penelitian

menemukan lebih dari tiga perempat total waktu digunakan untuk praktek

keperawatan tidak langsung; dokumentasi (35,3%; 147,5 menit), administrasi

obat (17,2%; 72 menit), dan koordinasi perawatan (20,6%; 86 menit). Sedangkan

kegiatan perawatan pasien hanya 19,3% (81 menit) dan hanya 7,2% (31 menit)

dari waktu praktek keperawatan digunakan untuk pengkajian dan mengukur

tanda-tanda vital (TTV).

Penelitian Qian, et al., (2014), menguji berapa banyak frekuensi dan

durasi waktu yang dihabiskan untuk setiap kegiatan perawatan langsung dengan

metode time and motion study yang dilakukan di panti jompo Australia,

diperoleh hasil secara keseluruhan perawat menghabiskan 30%-45% waktu

mereka untuk perawatan langsung.

Seorang manajer harus mampu memastikan berapa kebutuhan dan

permintaan pelayanan kesehatan masyarakat secara adil, distribusi staf dan

beban kerja yang tepat disetiap fasilitas kesehatan sehingga pekerjaan dan akses

pelayanan merata dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan juga bermutu

(WHO, 2010). Ada beberapa metode yang dipakai sebagai acuan untuk

menghitung jumlah kebutuhan tenaga perawat. Menurut SK Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 81/Menkes/SK/I/2004 salah satu metode yang telah

dikembangkan Departemen Kesehatan untuk menghitung kebutuhan tenaga

rumah sakit adalah metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN), yang

berakar pada beban kerja personel (Depkes, 2004).

24
Pada akhir 1990-an, World Health Organization (WHO)

mengembangkan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN) yaitu

suatu prinsip perencanaan lama yang digunakan dalam bisnis dan industri untuk

diterapkan pada sektor kesehatan (Pandey, 2013; WHO, 2010). WISN

dipopulerkan oleh World Health Organization (WHO) setelah dilakukan pra uji

di sejumlah negara termasuk Kenya, Tanzania, Papua Nugini, Sri Lanka, dan

Turki (Mussau, 2013). Metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN)

telah digunakan dalam beberapa cara yang berbeda dan di berbagai negara

(Musau, et al., 2008; Shivam, et al., 2014; WHO, 2010).

Metode perhitungan kebutuhan berdasarkan beban kerja Workload

Indicators of Staffing Need (WISN) adalah indikator yang menunjukkan

besarnya kebutuhan tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja,

sehingga alokasi/relokasi tenaga akan lebih mudah dan rasional. Kelebihan

metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah

diterapkan, komprehensif dan realistis (Nursalam, 2014). Setiap fasilitas

kesehatan termasuk rawat inap, operasi bedah, rujukan, rawat jalan, berbagai

jenis klinik, pendidikan kesehatan, dan kunjungan rumah memiliki pola beban

kerja yang berbeda (Pandey, 2013).

Langkah perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan Workload Indicators

of Staffing Need (WISN) ini meliputi 5 langkah, yaitu: (1) menetapkan waktu

kerja tersedia berdasarkan hari kerja,cuti tahunan, pendidikan dan pelatihan, hari

libur nasional, ketidakhadiran kerja, dan waktu kerja perawat selama satu tahun,

(2) menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang dihitung, (3) menyusun 25
standar beban kerja, (4) menyusun standar kelonggaran, dan (5) menghitung

kebutuhan tenaga perunit kerja (Nursalam, 2014).

Metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN) dapat menemukan

kekurangan tenaga dan ketidakadilan dalam pendistribusian tenaga (McQuide,

Aitken, & Foster, 2013). Shivam, et al., (2014) melakukan penelitian dengan

menggunakan metode WISN untuk memperkirakan secara kuantitatif kebutuhan

staf keperawatan berdasarkan standar aktivitas, beban kerja, dan untuk menilai

adanya ketidakseimbangan distribusi staf perawat di Rumah Sakit Distrik

Burdwan, India. Hasil rata-rata Workload Indicators of Staffing Need (WISN)

seluruh Distrik Burdwan, India yang diperoleh, ternyata hanya tersedia 35% dari

perawat yang diperlukan atau terdapat kekurangan tenaga perawat sebanyak

65%.

Penelitian Musau, et al. (2008) juga menghasilkan, bahwa sangat sedikit

departemen Lembaga Kesehatan Tersier di Kenya yang memiliki jumlah staf

yang optimal, dimana dari hasil penelitian tersebut ditemukan mayoritas staf di

setiap departemen mengalami kekurangan atau kelebihan. Interpretasi hasil

penghitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan indeks WISN dengan

menggunakan metode pendekatan time and motion study di ruang bedah Rumah

Sakit Umum Negara Bali diperoleh kekurangan 30 orang perawat (Ernawati,

Nursalam, & Djuari, 2011).

Masalah yang sering muncul adalah ketidakseimbangan distribusi

tenaga perawat sebab beban kerja di setiap unit sulit sekali dideteksi oleh direksi

karena biasanya hanya berdasarkan pada keluhan-keluhan yang sifatnya

26
subjektif (Ilyas, 2011). Penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan dan

Universitas Indonesia (2005) menunjukkan 78,8 % perawat melaksanakan tugas

petugas kebersihan dan 63,3 % perawat melakukan tugas administrasi. Lebih

dari 90 % perawat melakukan tugas non keperawatan, seperti menetapkan

diagnosis penyakit dan membuat resep obat. Hanya 50% perawat yang

melaksanakan asuhan keperawatan sesuai fungsinya. Norman (2006),

mengemukakan bahwa beban kerja yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi perawat berdasarkan asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi), menyebabkan tidak efektifnya

pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya berdampak kepada kualitas pelayanan

perawat. Lubis (2007), menyimpulkan terdapat pengaruh beban kerja

berdasarkan: waktu, standar kerja, standar kelonggaran, dan kuantitas kegiatan

pokok terhadap efektivitas pekerjaan perawat di Instalasi Rawat Inap RSU dr.

Pirngadi Medan.

RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar merupakan rumah sakit

tipe B milik pemerintah daerah. Melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit

Pendidikan, RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar dinyatakan menjadi

RS Pendidikan ke-2 di SUMUT setelah Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.

Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar memiliki 17

unit mesin hemodialisa yang digunakan hari Senin sampai Sabtu. Kepala

ruangan menyatakan rata-rata pasien hemodialisa adalah pasien tetap dan sudah

27
memiliki jadwal hemodialisa 2 kali seminggu (Senin dan Kamis, Selasa dan

Jumat, Rabu dan Sabtu).

Data dari Laporan Tahunan Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen

Saragih Pematangsiantar (2014), di peroleh jumlah kunjungan pasien

hemodialisa mencapai 793 pasien dan keseluruhan pasien merupakan pasien

asuransi. Bed Occupancy Rate (BOR) tahun 2014 di Instalasi Hemodialisa

mencapai 97% memberikan gambaran bahwa beban kerja perawat di Instalasi

Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih cukup tinggi.

Jumlah perawat pelaksana yang bertugas di Instalasi Hemodialisa RSUD

dr. Djasamen Saragih sebanyak 11 orang dalam 2 shift kerja, sehingga untuk

menangani pasien setiap harinya sekitar 33 orang merupakan beban yang cukup

berat. Perawat di Instalasi Hemodialisa juga melaksanakan kegiatan lain di luar

tugas pokok dan fungsinya sebagai perawat Instalasi Hemodialisa seperti

menyapu ruangan, menghitung dan mengantarkan linen kotor ke loundry,

mengantar kasa dan duk untuk disterilkan ke ruang KBU, teknisi mesin dan

peralatan di ruangan hemodialisa bila bermasalah, membereskan logistik di

gudang, mengurus berkas administrasi pasien, menulis resep, mengurus obat-

obatan pasien, mengambil dan mengangkat cairan hemodialisa (acid dan

bikarbonat) dari gudang obat.

Dari gambaran di atas terlihat bahwa perawat di instalasi hemodialisa

merasakan beban kerja yang tinggi, terutama beban fisik dan beban mental

karena harus mengupayakan penyelamatan pada pasien dengan kondisi kritis dan

komplikasi dengan sarana dan prasarana yang belum mencukupi. Akibat dari

28
beban kerja yang tinggi tersebut adalah kurang optimalnya pelayanan pada

pasien hemodialisa yang dapat dilihat dari penilaian kepuasan pasien dengan

kuesioner kepuasan oleh bagian Mutu Keperawatan yaitu, pasien yang

menyatakan puas dengan pelayanan di unit hemodialisa masih 78%.

Kondisi ini yang mendasari penelitian untuk menganalisis kebutuhan

perawat berdasarkan beban kerja secara objektif (observasi) dengan metode time

and motion study dan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN) di

Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis kebutuhan

tenaga perawat berdasarkan beban kerja dengan metode time and motion study

dan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN) di Instalasi

Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang sudah dirumuskan maka yang

menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan tenaga

perawat berdasarkan beban kerja dengan metode time and motion study dan

metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN) di Instalasi Hemodialisa

RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.

29
1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar berdasarkan metode time and motion

study.

2. Mendapatkan gambaran jumlah perawat yang dibutuhkan oleh Instalasi

Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar berdasarkan

metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan beban kerja

dengan metode time and motion study dan metode Workload Indicators of

Staffing Need (WISN) ini menghasilkan jumlah kebutuhan tenaga perawat di

Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar sesuai

dengan beban kerja. Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi aspek

teoritis dan aspek praktis keperawatan.

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan

perencanaan manajemen sumber daya manusia. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberi informasi tambahan atau sebagai penunjang dari

teori-teori yang sudah ada, tentang beban kerja perawat.

30
2. Aspek Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif secara praktik bagi

praktisi keperawatan.

a. Manajemen Rumah Sakit tempat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan umpan balik

bagi pihak manajemen rumah sakit terutama Bagian Sumber Daya

Manusia (SDM) dalam pengelolaan sumber daya manusia khususnya

keperawatan berdasarkan beban kerja perawat, dapat dijadikan acuan

dalam menentukan kebijakan terkait perencanaan kebutuhan jumlah

tenaga perawat maupun pendistribusian tenaga keperawatan.

b. Manajemen Keperawatan

Penelitian ini memberikan masukan bagi Bidang Keperawatan untuk

memahami beban kerja perawat pelaksana, sehingga dapat dijadikan

acuan untuk melakukan evaluasi kembali sebaran tenaga perawat yang

sudah ada di instalasi hemodialisa dan juga di ruangan rawat inap secara

menyeluruh sesuai dengan kebutuhan masing-masing ruangan.

c. Peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti

dalam mengetahui beban kerja perawat di Instalasi Hemodialisa selama

keseluruhan dalam setiap shift.

31
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab tinjauan pustaka ini memaparkan teori dan konsep yang terkait

dengan masalah penelitian sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini. Teori dan

konsep yang terkait meliputi; Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) di

Rumah Sakit, Perawat dan Pelayanan Keperawatan, Beban Kerja, Penghitungan

Kebutuhan Tenaga Keperawatan, Hemodialisa, Landasan Teori, dan Kerangka

Konsep.

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) di Rumah Sakit

Konsep-konsep yang akan dibahas disini meliputi; Manajemen Sumber

Daya Manusia (SDM), Rumah Sakit, dan Perencanaan Sumber Daya Manusia

(SDM) Rumah Sakit.

2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM merupakan sebuah hasil keterpaduan antara daya pikir dengan fisik

manusia yang mampu mencerminkan kualitas usaha dan usaha kerja dari

manusia tersebut dalam menghasilkan barang atau jasa tertentu (Hasibuan,

2007). Begitu pentingnya kualitas SDM terhadap suatu proses pembangunan,

Ramelan (1999) menyatakan, bahwa SDM merupakan inti dari pembangunan itu

sendiri.

Manajemen SDM diartikan sebagai suatu proses yang dilewati untuk

berbagai konflik dan permasalahan yang timbul dalam level karyawan, pegawai,

buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya yang memiliki peranan dalam

32
menentukan aktivitas dan produktifitas kinerja organisasi atau perusahaan demi

tercapainya tujuan dari organisasi atau perusahaan tersebut. Kegiatan

manajemen ketenagaan di rumah sakit dimulai berurutan dan bersifat holistik,

dalam tahapan penerimaan pegawai, penempatan pegawai, kompensasi kerja,

pengembangan mutu dan karier pegawai sampai dengan putusnya hubungan

kerja dengan rumah sakit terkait. Ruang lingkup manajemen ketenagaan

mencakup analisis masa kini dan mendatang tentang prediksi kebutuhan tenaga,

sistemasi rekruitmen dan seleksi, penempatan kerja yang sesuai, promosi

kenaikan jabatan dan jenjang karir, dan separation/pensiun/pemutusan hubungan

kerja, yang dalam pelaksanaannya, idealnya dilakukan kegiatan appraisal dan

strategi pengembangan karir serta pendidikan dan pelatihan yang memadai dan

berkesinambungan (Aditama, 2007).

2.1.2. Rumah Sakit

Iskandar (2008), mengutip bahwa World Health Organization (WHO)

mendeksripsikan rumah sakit sebagai sebuah usaha yang memberikan layanan

penginapan dan medis dalam jangka pendek dan panjang, terdiri atas tindakan

observasi, diagnostik, terapeutik, dan rehabilitatif untuk orang yang menderita

sakit, terluka atau melahirkan. Dalam pelaksanaannya, rumah sakit juga

memberikan pelayanan dasar berobat jalan untuk pasien yang tidak

membutuhkan pelayanan rawat inap. Rumah sakit berfungsi sebagai penyedia

pelayanan kesehatan yang holistik kepada masyarakat, baik kuratif maupun

rehabilitatif dengan menjangkau keluarga dan lingkungan, sekaligus sebagai

pusat untuk mengadakan latihan tenaga kesehatan serta melakukan penelitian

33
(Ilyas, 2011). Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes,

2014)

Klasifikasi rumah sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan

Rumah Sakit, berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit

dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah

Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan

lainnya. Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi:

1. Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

c. Rumah Sakit Umum Kelas C, dan

d. Rumah Sakit Umum Kelas D, diklasifikasikan menjadi: Rumah Sakit

Umum Kelas D dan Rumah Sakit Umum Kelas D pratama.

2. Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi:

a. Rumah Sakit Khusus Kelas A

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B, dan

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.

34
Penetapan klasifikasi Rumah Sakit didasarkan pada; (1) pelayana, (2)

sumber daya manusia, (3) peralatan, dan (4) bangunan dan prasarana.

2.1.3 Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit

Sebagai organisasi yang unik, organisasi pelayanan kesehatan memiliki

jenis perencanaan yang sedikit berbeda dengan organisasi yang lain.

Perencanaan SDM rumah sakit merupakan sistem perencanaan SDM yang juga

dilakukan berdasarkan tempat, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan

untuk memberikan pelayanan kesehatan (Ilyas, 2011).

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diasumsikan pula bahwa

perencanaan SDM rumah sakit harus berdasarkan fungsi (kompetensi kerja) dan

beban kerja agar dapat berjalan dengan baik karena kesesuaian SDM dengan

kompetensi dan beban kerja telah didapatkan. Terdapat 5 langkah yang perlu

dilakukan dalam merencanakan kebutuhan SDM rumah sakit, yaitu: (1) analisis

tenaga rumah sakit yang dimiliki saat ini dan bagaimana kecukupannya

berdasarkan prediksi di masa yang akan datang, (2) analisis persediaan rumah

sakit, (3) analisis kebutuhan tenaga kesehatan rumah sakit di masa yang akan

datang, (4) analisis kesenjangan tenaga yang dibutuhkan di masa mendatang

dengan persediaan yang dimiliki saat ini, dan (5) dokumen kebutuhan tenaga

rumah sakit yang mencakup jumlah, jenis, dan kompetensi yang dibutuhkan

berdasarkan periode waktu tertentu (Ilyas, 2011). Proses perencanaan SDM

rumah sakit dapat dilihat dalam Skema 2.1.

35
Analisa situasi SDM

Analisis persediaan SDM Analisis kebutuhan SDM

Analisis kesenjangan

Dokumen rencana SDM

Skema 2.1 Proses Perencanaan SDM Rumah Sakit

2.2 Perawat dan Pelayanan Keperawatan

2.2.1 Pengertian

Pelayanan keperawatan merupakan proses kegiatan yang natural dan

berurutan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan pelayanan kepada

pasien (Douglas, 1984). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

2014 tentang Keperawatan, Perawat adalah seseorang yang telah lulus

pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui

oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu

dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat, baik sehat maupun sakit.

36
Keperawatan dapat disebut profesi karena memiliki ilmu tersendiri dan

berdasarkan ilmu tersebut perawat melakukan praktik keperawatan sebagai

sebuah bentuk pelayanan yang profesional. Peran dan fungsi perawat sebagai

profesi, khususnya di rumah sakit adalah memberikan pelayanan atau asuhan

keperawatan dengan melalui berbagai proses atau tahapan yang harus dilakukan

baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pasien yang dirawat beserta

keluarganya. Tahapan yang dilakukan tentunya berdasarkan standar yang diakui

oleh pemerintah maupun profesi perawat sendiri. Rangkaian kegiatan ini disebut

proses keperawatan (Nursalam, 2007).

2.2.2 Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan suatu metode proses berpikir yang

terorganisir untuk pembuatan keputusan klinik, pemecahan masalah dan

memberikan perawatan yang berkualitas, perawatan klien secara individual

(Doengoes, Moorhouse, & Burley, 2000). Proses keperawatan, yaitu pengakuan

masyarakat atau profesi lain tentang eksistensi profesi keperawatan, partisipasi

profesi keperawatan dalam pembangunan kesehatan dan citra profesi

keperawatan (Nursalam, 2007).

Pooter dan Perry (1997) proses keperawatan merupakan suatu pemikiran,

pendekatan masalah dan kerangka kerja perawat dalam menjalankan perannya

agar perawat dapat memberikan perawatan secara individual kepada klien

dengan dorongan kreatifitas dan seni. Keperawatan dapat dicapai melalui

perencanaan, tindakan atau implementasi, dan keefektifan dari evaluasi

keperawatan.

37
2.2.3 Tahapan Dalam Proses Keperawatan

Tahapan dalam proses keperawatan, yaitu mulai dari melakukan

pengkajian, menetapkan mendiagnosa, merencanakan tindakan yang akan

dilakukan terkait dengan penetapan diagnosa, melakukan implementasi dari apa

yang direncanakan dan tahapan terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap

keempat tahapan yang sudah dilakukan sebelumnya apakah sudah sesuai dengan

yang ditetapkan.

Doengoes, Moorhouse, dan Burley (2000) proses keperawatan terdiri dari

5 (lima) tahapan, yaitu pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. Adapun tahapan dalam melakukan asuhan

keperawatan sebagai berikut:

1. Tahap Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Pengkajian

merupakan tahap utama untuk dapat melanjutkan ke tahap lanjut secara

tepat dan akurat. Keakuratan data menjadi kunci tercapainya tahap asuhan

keperawatan selanjutnya. Format pengkajian berisikan data awal perawat

terhadap klien yang baru dirawat. Pengkajian dibuat berdasarkan hasil

wawancara langsung perawat dengan klien dan keluarga. Termasuk juga

hasil pemeriksaan fisik head to toe. Bentuknya berupa check list atau

narasi. Pengkajian ini memberikan data dasar dalam menyusun rencana

asuhan keperawatan dan hasil pengkajian merupakan murni data mentah,

bukan hasil analisa atau kesimpulan.

38
2. Tahap merumuskan diagnosa keperawatan

Tahap kedua dari proses keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan

keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarakat akibat dari

masalah-masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan

potensial.

3. Tahap perencanaan atau intervensi keperawatan

Tahapan ini dibuat oleh ketua tim berdasarkan hasil analisa data pasien.

Format yang diisi dalam bentuk kolom. Rencana keperawatan dibuat

mengacu pada standar rencana asuhan keperawatan dan memuat diagnosa

keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan intervensi keperawatan.

4. Tahapan implementasi keperawatan

Tahapan pencatatan tentang semua tindakan keperawatan baik mandiri

maupun kolaboratif. Selain itu aktifitas lain yang dilakukan untuk dan atau

bersama klien. Implementasi ini dilakukan perawat sesuai dengan rencana

tindakan yang telah dibuat.

5. Tahap evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahapan akhir dari proses keperawatan. Perawat

tidak hanya menulis tindakan yang dilakukan, tetapi saat menulis

implementasi perawat melakukan evaluasi. Evaluasi ada dua yaitu:

evaluasi formatif, ini dilaksanakan untuk melihat dan mengevaluasi respon

pasien setelah perawat melakukan tindakan. Evaluasi sumatif,

dilaksanakan setiap 24 jam sekali dan biasanya pelaksanaan di shift pagi

yang biasa disebut sebagai catatan perkembangan.

39
Catatan perkembangan keperawatan berisikan informasi tentang kondisi

kesehatan klien setiap hari berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat secara

narasi. Dikenal dengan istilah SOAPIER. Penulisan diawali dengan diagnosa

keperawatan, diikuti data subjektif dan data objektif, serta perencanaan lebih

lanjut. SOAPIER, artinya S (subjektif): data keluhan pasien atau keluarga, O

(objektif): data hasil pengamatan, baik dengar, lihat, sentuh, cium dan hasil ukur

perawat. A (analisa): kesimpulan perawat tentang kondisi pasien, P

(perencanaan): rencana tindakan yang ditetapkan untuk menyelesaikan masalah.

I (intervensi/ implementasi): tindakan sesuai dengan rencana yang dibuat. E

(evaluasi): evaluasi terhadap status kesehatan pasien atas tindakan keperawatan

yang telah dilakukan oleh perawat. Terakhir R (revisi): revisi terhadap rencana

tindakan sesuai data-data status kesehatan pasien (Doengoes, Moorhouse, &

Burley, 2000).

Kegiatan proses keperawatan, menggambarkan kegiatan perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien, memiliki tanggung jawab yang

sangat besar. Banyak pekerjaan yang diharapkan baik oleh pasien, keluarga

maupun profesi kesehatan lain. Pekerjaan perawat inilah sebagai beban kerja

selama sehari dalam 24 jam sesuai pembagian shift untuk ruang rawat inap.

Perawat berada di samping pasien untuk melayani kebutuhan-kebutuhan mereka

(Doengoes, Moorhouse, & Burley, 2000).

2.2.4 Perawat Instalasi Hemodialisa

Perawat instalasi hemodialisa adalah perawat yang memiliki kompetensi

untuk merawat pasien hemodialisa dibawah pengawasan dokter. Dalam

40
menjalankan tugasnya, perawat instalasi hemodialisa memiliki asuhan

keperawatan, yaitu: (1) anamnesa, yaitu berupa biodata pasien dan penanggung

jawab pasien, riwayat keperawatan berupa keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang dan sebelumnya serta riwayat penyakit keluarga, (2) pemeriksaan fisik

berupa aktifitas/frekuensi istirahat, sirkulasi, eliminasi, nutrisi/cairan,

neurosensori, nyeri/rasa nyaman, respirasi, keamanan, seksual dan pemeriksaan

fisik head to foot, (3) pengkajian psikososio spiritual yang mencakup integritas,

interaksi sosial dan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan

penatalaksanaannya, (4) pengkajian hasil diagnostik (Haryati, 2010).

Departemen Kesehatan (2008) menetapkan standar jumlah perawat unit

hemodialisa untuk 4 mesin hemodialisa minimal 2 perawat mahir (mengikuti

pelatihan hemodialisa dan memiliki sertifikat pelatihan). Standar waktu

pelaksanaan hemodialisa untuk tiap pasien adalah 5-6 jam, di mana aktifasi

mesin hemodialisa sebelum di pakai 30 menit, proses hemodialisa 4,5-5 jam, dan

sterilisasi mesin hemodialisa setelah digunakan selama 30 menit.

2.3 Beban Kerja

2.3.1 Pengertian Beban Kerja

Menurut Munandar (2001), beban kerja adalah suatu kondisi dari

pekerjaan dengan uraian tugasnya yang harus diselesaikan pada batas waktu

tertentu. Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu

jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah pekerjaan dengan

waktu. Setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya

sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, untuk itu perlu dilakukan upaya

41
penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar,

sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan No 36

Tahun 2009).

Menurut Irwandy (2007), beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata

dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja

meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat

atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang perawat

menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Beban kerja berkaitan erat

dengan produktifitas tenaga kesehatan, di mana 53,2% waktu yang benar-benar

produktif yang digunakan untuk pelayanan kesehatan langsung dan sisanya

39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang.

2.3.2 Beban Kerja Perawat

Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang

dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan

keperawatan (Marquish & Marquish, 2000). Beban kerja (workload) biasanya

diartikan sebagai patient days yang merujuk pada sejumlah prosedur,

pemeriksaan, kunjungan (visite) pada pasien, injeksi dan sebagainya. Pengertian

beban kerja secara umum adalah upaya merinci komponen dan target volume

pekerjaan dalam satuan waktu dan satuan hasil tertentu (Kurniadi, 2013).

Beberapa pengertian di atas dapat digarisbawahi bahwa beban kerja

perawat pelaksana di ruang rawat merupakan bagian yang sangat penting untuk

diketahui oleh pimpinan atau manajemen sebagai sebuah organisasi dalam hal

ini rumah sakit, paling tidak diketahui oleh manajer keperawatan dan kepala

42
ruangan, ini berkaitan erat dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat di

ruang rawat sebagai sebuah asuhan agar lebih optimal dan berdampak pada mutu

pelayanan rumah sakit lebih baik.

Rumah sakit sebagai organisasi yang memiliki ketenagaan perawat

terbanyak, dalam mengelola sumber daya yang ada baik itu manusia, waktu

maupun materi senantiasa dituntut untuk efisien dan efektif. Layanan

keperawatan dapat diberikan secara optimal, manakala ada keseimbangan antara

beberapa aspek seperti kesesuaian antara beban kerja, jumlah pasien, dan jumlah

tenaga dalam hal ini perawat yang dalam memberikan asuhan/pelayanan. Beban

kerja yang harus dikerjakan oleh perawat, dipengaruhi oleh sarana dan jumlah

tenaga yang tersedia. Beban kerja dalam keperawatan yang dimaksud adalah

sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat terhadap pasien dalam waktu

dan satuan hasil. Gillies (1994), menyatakan beban kerja dapat diperkirakan

dengan melihat beberapa komponen antara lain:

1. Jumlah pasien yang dirawat

Pelayanan di rumah sakit dapat terjadi oleh karena adanya pengguna jasa

atau pasien. Jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam pelayanan di

sebuah rumah sakit, ditentukan juga oleh jumlah pasien yang datang sebagai

pengguna. Sehingga perhitungan kebutuhan tenaga yang akan diperlukan,

senantiasa berdasarkan jumlah pasien. Tenaga keperawatan merupakan

sumber daya manusia terbanyak yang berada di rumah sakit terlebih di

ruang rawat inap, dan jumlah pasien yang dirawat dihitung berdasarkan Bed

Ocuppation Rate (BOR) baik dihitung harian, bulanan bahkan tahunan.

43
Perhitungan ini dapat dilakukan di masing-masing ruangan dan ada juga

perhitungan secara keseluruhan rumah sakit itu sendiri. Ilyas (1999)

menunjukkan bahwa untuk melayani pasien dan berapa lama waktu untuk

menyelesaikan tugas dapat diketahui berdasarkan banyaknya jumlah pasien.

Jumlah ini akan menentukan besarnya beban kerja perawat. Beban kerja

tersebut dapat dihitung yaitu waktu kumulatif perhari yang dibutuhkan

perawat untuk sejumlah pelayanan.

2. Tingkat ketergantungan pasien

Ketergantungan pasien dapat mempengaruhi beban kerja perawat. Edwaston

dalam Gillies (1994) pengelompokan pasien berdasarkan kebutuhan

keperawatan klinis dapat diobservasi oleh perawat. Sistem ketergantungan

pasien ini dikelompokkan sesuai dengan tingkat ketergantungannya pada

perawat atau lama waktu dan kemampuan yang dibutuhkan dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai kebutuhan pasien. Tujuan pengelompokan ini

dijadikan sebagai informasi perkiraan beban kerja perawat. Klasifikasi

ketergantungan pasien dapat dilihat melalui observasi terhadap pasien melalui

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam periode waktu tertentu selama

perawatan, seperti: makan, minum, kebersihan diri, eliminasi, aktifitas,

perilaku, terapi dan pendidikan kesehatan. Tingkat ketergantungan ini akan

mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

keperawatan yang dilakukan pasien (Luwis & Carini, 1984).

Pengkategorian atau pengelompokan tingkat ketergantungan pasien menurut

Swansburg dan Swansburg (1999), membagi tingkat ketergantungan pasien

menjadi 5 kategori, yaitu: Kategori I (perawatan mandiri), yang terdiri dari: (1)

44
kegiatan makan, minum dilakukan sendiri atau dengan sedikit bantuan,

merapikan diri dilakukan sendiri dan kebutuhan eliminasi ke kamar mandi serta

mengatur kenyamanan posisi tubuh dapat dilakukan sendiri, (2) keadaan umum

baik, masuk rumah sakit untuk check up atau bedah minor, (3) kebutuhan

pendidikan kesehatan dan dukungan emosi: membutuhkan penjelasan untuk

tiap prosedur tindakan, membutuhkan penjelasan persiapan pulang, emosi

stabil, (4) pengobatan dan tindakan tidak ada atau hanya tindakan dan

pengobatan sederhana.

Kategori II (perawatan minimal), yaitu: (1) kegiatan sehari-hari, persiapan

makan dan minum dibantu oleh perawat, masih dapat makan dan minum

sendiri, merapikan diri perlu sedikit bantuan, perlu dibantu ke kamar

mandi/menggunakan urinal, kenyamanan posisi tubuh dapat melakukan sendiri

dengan sedikit bantuan, (2) keadaan umum tampak sakit ringan, perlu observasi

tanda vital, (3) kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi: perlu 10-

15 menit per shift, sedikit bingung atau agitasi, tapi dapat terkendali dengan

obat, (4) pengobatan dan tindakan: perlu 20-30 menit per shift, sering evaluasi

efektifitas pengobatan dan tindakan, perlu observasi status tiap 2 jam.

Kategori III (perawatan moderat), yaitu: (1) aktifitas makan dan minum

disuapi, masih dapat mengunyah dan menelan makanan, tidak dapat

merapihkan diri sendiri, eliminasi di pispot dan urinal, sering ngompol,

kenyamanan posisi tubuh tergantung pada perawat, (2) keadaan umum: gejala

akut dapat hilang timbul, perlu observasi fisik dan emosi tiap 2-4 jam. Pasien

terpasang infus, dimonitor setiap 1 jam, (3) kebutuhan pendidikan kesehatan

dan dukungan emosi: perlu 10-30 menit tiap shift, gelisah, menolak bantuan,

45
cukup dikendalikan dengan obat, (4) pengobatan dan tindakan: perlu 30-60

menit per shift, perlu sering diawasi terhadap efek samping pengobatan dan

tindakan, perlu observasi status mental tiap satu jam.

Kategori IV (perawatan ekstensif/semi total), yaitu: (1) kegiatan makan,

minum tidak bisa mengunyah dan menelan makanan, perlu per sonde,

merapihkan diri perlu dibantu semua, dimandikan, perawatan rambut dan

kebersihan gigi dan mulut harus dibantu, eliminasi sering ngompol lebih dari

dua kali per shift, kenyamanan posisi perlu dibantu oleh dua orang, (2) keadaan

umum: tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah, gangguan sistem

pernapasan akut, perlu sering dipantau, (3) kebutuhan pendidikan kesehatan

dan dukungan emosi: perlu lebih dari 30 menit per shift, keadaan pasien

gelisah, agitasi tidak terkendali dengan obat, (4) pengobatan dan tindakan:

perlu lebih dari 60 menit per shift, perlu observasi status mental tiap kurang

dari satu jam.

Kategori V (perawatan intensif/total), dimana pasien yang termasuk

kategori ini memerlukan tindakan dan pengawasan intensif atau terus

menerus dan diperlukan satu perawat untuk satu pasien. Semua kebutuhan

pasien diurus/dibantu perawat.

3. Jenis tindakan keperawatan

Pekerjaan yang sangat bervariasi yang harus dilaksanakan oleh perawat

pelaksana di ruang rawat, sehingga beban kerja dipisahkan menurut jenis

kegiatan. Pemberian pelayanan keperawatan, menurut Situmorang (1994,

dalam Kurniadi, 2013) aktifitas keperawatan dibagi tiga jenis bentuk kegiatan

yaitu:

46
a. Kegiatan perawatan langsung (direct care), yaitu aktifitas perawatan yang

difokuskan langsung/dirasakan langsung oleh pasien dan keluarganya.

Kebutuhan ini meliputi: komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan

minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti:

mengukur tanda-tanda vital, merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan

observasi, memasang dan observasi infus dan memberikan dan mengontrol

pemasangan oksigen.

b. Kegiatan perawatan tidak langsung (indirect care) merupakan kegiatan

keperawatan tidak langsung dirasakan oleh pasien atau sebagai pelengkap

tindakan keperawatan langsung. Kegiatan yang dimaksud antara lain:

dokumentasi tindakan keperawatan atau hasil pemeriksaan, diskusi pre/post

confrence, visite dokter/tenaga kesehatan lain, konsultasi/koordinasi dengan

bagian lain, bantuan persiapan dan pengambilan/pengantaran alat dan bahan

pemeriksaan, administrasi pasien, menyiapkan obat-obatan, menyiapkan

alat, kegiatan pengembangan keperawatan misalnya membaca buku

keperawatan, diskusi antar sesama perawat atau dengan atasan maupun tim

kesehatan lain terhadap perkembangan dan kondisi pasien, kegiatan

pengembangan organisasi rumah sakit seperti pertemuan dengan pimpinan

rumah sakit.

c. Kegiatan non keperawatan merupakan semua kegiatan untuk keperluan

pribadi perawat atau tidak ada hubungannya dengan pasien. Kegiatan ini

berorientasi kegiatan non produktif antara lain: istirahat, menonton televisi,

tidur, menerima dan menelpon untuk urasan pribadi, membaca koran dan

majalah, menerima tamu pribadi, datang terlambat dan pulang lebih cepat

47
dari waktu jam kerja selesai. Serta kegiatan pribadi, terkait aktifitas sehari-

hari, misalnya: makan, minum, ke kamar mandi, ganti pakaian, dan

sembayang.

4. Rata-rata waktu untuk melaksanakan tindakan keperawatan

Lamanya hari perawatan dan masing-masing tindakan keperawatan akan

mempengaruhi beban kerja perawat. Semakin lama seorang pasien di rawat,

maka akan semakin banyak diperlukan tindakan keperawatan dan akan

berdampak pada peningkatan beban kerja perawat. Tindakan keperawatan yang

akan dilakukan memerlukan lama waktu yang bervariasi atau berbeda antara

masing-masing pasien tergantung kondisi dari pasien itu sendiri. Contoh

tindakan observasi untuk pasien dengan pemasangan infus, pasien dengan

pemasangan infus karena pemberian obat akan berbeda deangan pasien

pemasangan infus dikarenakan kekurangan cairan, sehingga waktu observasi

yang dibutuhkan juga akan berbeda, dengan demikian mempengaruhi beban

kerja perawat (Nursalam, 2014).

2.3.3 Klasifikasi Beban Kerja

Menurut Munandar (2001), mengklasifikasikan beban kerja sebagai

berikut :

a. Beban berlebih kuantitatif

Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak melakukan

kegiatan merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan. Unsur yang

menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu setiap

tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan

cermat (Munandar, 2001).

48
b. Beban terlalu sedikit kuantitatif

Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat mempengaruhi

kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, di

mana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa

monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari

terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan

berkurangnya perhatian. Hal ini, secara potensial membahayakan jika

tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.

c. Beban berlebih kualitatif

Kemajuan teknologi mengakibatkan sebagian besar pekerjaan yang selama

ini dikerjakan secara manual oleh manusia/tenaga kerja diambil alih oleh

mesin-mesin atau robot, sehingga pekerjaan manusia beralih titik beratnya

pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk sehingga

mengakibatkan adanya beban berlebih kualitatif. Kemajemukan pekerjaan

yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan mudah

berkembang menjadi beban berlebih kualitatif jika kemajemukannya

memerlukan kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada

yang dimiliki.

d. Beban terlalu sedikit kualitatif

Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan di mana tenaga kerja

tidak diberi peluang untuk menggunakan ketrampilan yang diperolehnya,

atau untuk mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh. Beban

terlalu sedikit disebabkan kurang adanya rangsangan akan mengarah ke

49
semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa

tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan ketrampilannya.

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-

faktor sebagai berikut:

a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;

(1) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang, tempat

kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-

tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan

pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan, (2) Organisasi kerja seperti lamanya

waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan,

model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang, (3) Lingkungan

kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja

biologis dan lingkungann kerja psikologis. Ketiga aspek ini sering disebut

sebagai stressor.

b. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat

dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat

ringannya strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor

internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status

gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan,

keinginan dan kepuasan).

50
2.3.5 Dampak Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik

fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan

pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit

di mana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan

kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas

atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada

pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang

berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja (Manuaba, 2000).

2.3.6 Penilaian Beban Kerja

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (2008),

pengukuran beban kerja adalah teknik mendapatkan informasi tentang efisiensi

dan efektivitas kerja unit organisasi atau pemegang jabatan yang dilakukan

secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan atau teknik

analisis beban kerja. Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan

jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam

waktu tertentu.

Analisis beban kerja dimaksudkan untuk meneliti, mengevaluasi dan

mengkaji pelaksanaan kerja, proses kerja maupun hasil kerja serta menentukan

kebutuhan pegawai untuk suatu unit organisasi yang telah berjalan selama ini

dengan tujuan:

1. Mengidentifikasi sejauh mana efisiensi dan efektifitas keberadaan

standar dan parameter beban kerja, karena tolok ukur tersebut akan

51
menggambarkan prinsip rasional, efektif, efisien, realistik dan

operasional secara nyata. Target kegiatan di masa akan datang.

2. Memperoleh gambaran mengenai kondisi riil pegawai baik kuantitatif

maupun kualitatif dan kompetensinya pada suatu unit kerja sebagai

bahan kajian perumusan formasi dan rasio kebutuhan pegawai untuk

keperluan pra penataan kelembagaan.

3. Memperjelas dan mempertegas penyusunan format kelembagaan yang

akan dibentuk secara lebih proporsional maupun tata hubungan sistem

yang ingin dibangun dan tercapai kesesuaian antara kewenangan dan

tujuan organisasi dengan besaran organisasinya.

4. Jumlah pasien yang ditangani dibandingkan dengan jumlah tenaga

perawat yang ada (bertugas).

5. Pekerjaan lain di luar tugas pokok dan fungsi perawat yang dilakukan

perawat selama bekerja, seperti membersihkan ruangan dan peralatan,

mendaftarkan pasien ke ruangan dan lain-lain.

2.3.7 Pengukuran Kerja

Pengukuran kerja adalah metode yang digunakan untuk menetapkan

waktu yang dibutuhkan bagi pekerja yang telah memenuhi syarat atas

kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dalam

tingkat prestasi yang ditetapkan. Adapun waktu yang digunakan dalam

pengukuran kerja antara lain: (International Labour Office, 1983 dalam Indriana,

2009).

52
1. Waktu standar

Waktu standar didefinisikan sebagai jumlah waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan berdasarkan prestasi standar, yaitu isi

kerja, kelonggaran (misalnya keterlambatan) dan waktu kosong yang mungkin

saja terjadi selama proses pengerjaan (International Labour Office, 1983 dalam

Indriana, 2009). Dalam ketentuan yang diatur Departemen Tenaga Kerja (2003),

Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja (terutama dalam pasal

77), hari kerja yang dibebankan pekerja dengan memiliki jam kerja 7 jam dalam

sehari dan 40 jam dalam seminggu adalah 6 hari kerja, sedangkan bagi pekerja

yang dengan jam kerja 8 jam dalam sehari dan 40 jam dalam seminggu adalah 5

hari kerja.

2. Waktu Produktif

Waktu produktif merupakan waktu yang dialokasikan untuk tenaga

manusia (termasuk juga tenaga kesehatan) untuk menjalankan fungsinya dalam

organisasi untuk bisa membantu pencapaian tujuan organisasinya (Azhar, 2008).

Perbandingan antara waktu produktif dan waktu tidak produktif dalam satu hari

kerja adalah 80% : 20% karena tidak mungkin tenaga manusia mampu bekerja

100% (Ilyas, 2011). Menurut International Labour Office (ILO) dalam Indriana

(2009), disebutkan bahwa ruang lingkup waktu produktif dan tidak produktif

adalah sebagai berikut:

a. Waktu produktif terbagi menjadi 2, yaitu (1) waktu kerja dasar, yaitu

waktu kerja minimal yang dibutuhkan untuk bisa menghasilkan/

melakukan suatu kegiatan/produk jasa, dan (2) waktu kerja tambahan,

53
yaitu waktu kerja yang melebihi waktu kerja dasar yang timbul akibat

kinerja yang tidak efisien, kelemahan metode yang digunakan dan

masalah-masalah operasional lainnya.

b. Waktu tidak produktif, merupakan waktu yang terbuang sia-sia dan

menganggu jalannya kegiatan dalam suatu organisasi sehingga tingkat

produktivitas akan menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh (1) kegagalan

pihak manajemen dalam merencanakan dan meproyeksikan kegiatan, dan

(2) tenaga manusia yang lalai dan meninggalkan pekerjaannya tanpa

alasan yang jelas (terlambat/bolos/malas).

2.3.8 Penghitungan Beban Kerja

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja

perawat antara lain: (1) jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di

unit tersebut, (2) kondisi atau tingkat ketergantungan pasien, (3) rata-rata hari

perawatan, (4) pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung,

dan pendidikan kesehatan, (5) frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan

pasien, dan (6) rata-rata waktu perawatan langsung, perawatan tidak langsung,

dan pendidikan kesehatan (Nursalam, 2014).

Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban kerja

secara personel, yaitu: (Kurniadi, 2013; Nursalam, 2014)

2.3.8.1 Work Sampling

Work sampling merupakan suatu metode hitung beban kerja yang

digunakan untuk menghitung besarnya beban kerja yang didapatkan dalam suatu

unit, bidang atau instalasi tertentu. Menurut Ilyas (2004 dalam Kurniadi, 2013)

54
metode work sampling akan mengetahui: (1) jenis aktifitas yang dilakukan

perawat selama jam kerja, (2) kaitan aktifitas tenaga kesehatan berkaitan dengan

fungsi dan tugasnya dalam waktu jam kerja, (3) proporsi waktu kerja yang

digunakan untuk melakukan kegiatan produktif dan tidak produktif, (4) pola

beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan schedule jam kerja. Metode

menghitung dengan menggunakan metode work sampling dalam pelaksanaannya

berdasarkan pada kegiatan yang menjadi standar yang telah ditetapkan, misalnya

pada penghitungan beban kerja perawat, maka pengamatan diakukan pada

aktifitas atau kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat dalam

menjalankan tugasnya sehari-hari di ruang kerjanya (Nursalam, 2014).

Ilyas (2011) menyatakan, tahapan yang harus dilakukan dalam

menggunakan metode work sampling antara lain: (1) menentukan jenis personel

secara spesifik yang akan diteliti, misalnya perawat di instalasi hemodialisa

rumah sakit, (2) melakukan pemilihan sampel untuk memudahkan pengamatan,

(3) membuat formulir daftar kegiatan perawat yang telah diklasifikasikan

sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif atau kegiatan langsung dan tidak

langsung (tergantung kepada maksud penelitian), (4) melatih pengamat untuk

bisa melakukan pengamatan kerja menggunakan work sampling, dan (5)

menyesuaikan interval waktu pengamatan. Semakin tinggi tingkat mobilitas

pekerjaan yang diamati, maka akan semakin singkat waktu pengamatan

(biasanya interval 2-15 menit, tergantung pada karakteristik pekerjaan). Contoh

formulir kegiatan keperawatan dengan metode work sampling seperti pada Tabel

2.1.

55
Tabel 2.1 Format Observasi Kegiatan Keperawatan
(Work Sampling)

Peneliti :
Ruangan :
Tanggal :
Dinas Pagi/Dinas Sore/Dinas Malam*

No Pukul Kode Jenis Kegiatan Keperawatan


Responden Langsung Tidak Non
langsung keperawatan
1. 07.00 A
2. 07.05 B
3 07.10 C
dst
Sumber: Ilyas (2004, dalam Kurniadi, 2013)

Langkah-langkah yang bisa dilakukan pada metode work sampling

dengan menggunakan format diatas adalah: (1) mempersiapkan semua peralatan

yang dibutuhkan untuk observer, (2) setiap observer mengamati 5 perawat di

satu ruangan, (3) memulai pelaksanaan kegiatan pada pukul 07.00 WIB, (4)

interval waktu yang ditetapkan adalah tiap 5 menit, (5) bentuk pengamatan

adalah; pada menit pertama observer mengamati kegiatan perawat A, pada lima

menit kedua observer mengamati kegiatan perawat B, pada lima menit ketiga

observer mengamati kegiatan perawat C, pada lima menit keempat observer

mengamati kegiatan perawat D, pada lima menit kelima observer mengamati

kegiatan perawat E, pada lima menit keenam observer mengamati kegiatan

perawat A yang kedua kalinya, dan seterusnya (Kurniadi, 2013). Untuk

meningkatkan akurasi penelitian, interval yang lebih pendek lebih baik

dibandingkan dengan interval yang terlalu melebar. Dalam pelaksanaannya,

semakin banyak jumlah pengamat, maka akan semakin rendah kemungkinan lost

of attention dari sampel. Biasanya dilakukan selama 7 hari kerja terus menerus 56
dengan waktu pengamatan selama waktu kerja (Nursalam, 2014). Contoh jumlah

perhitungan sampel menggunakan work sampling: jika kita mengamati kegiatan

5 perawat setiap shift dengan interval pengamtaan 5 menit selama 24 jam (3

shift) dalam 7 hari kerja, dengan demikian jumlah pengamatan:

2.3.8.2 Time and Motion Study

Time and motion study merupakan teknik efisiensi bisnis dengan

mengkombinasikan studi waktu kerja (time study work) oleh Frederick Winslow

Taylor dengan studi gerak kerja (motion study work) oleh Frank dan Lilian

Gilberth, yang merupakan bagian utama dari manajemen ilmiah (Taylorism)

(Anand & Gupta, 1983 dalam Chattopadhya, Ghosh, Maji, Ray, & Lahiri, 2012).

Time and motion study ditemukan oleh Frederick Taylor (1911), seorang

insinyur yang menggunakan metode ini untuk meneliti dan kemudian

menerapkan prinsip-prinsip efisiensi di level pekerja yang menghasilkan

produkivitas yang tinggi.

Pada awalnya, studi waktu yang dikenalkan oleh Taylor dan studi

gerakan yang dikembangkan oleh Gilbreth merupakan dua hal yang terpisah.

Studi waktu pada awalnya banyak digunakan untuk menentukan waktu standar

sedangkan studi gerakan digunakan untuk perbaikan metode kerja. Dalam

perkembangannya, orang menyadari bahwa studi waktu dan studi gerakan

merupakan dua hal yang saling berkaitan dan menunjang sehingga kedua istilah

ini kemudian digabung menjadi ”motion and time study”. Istilah lain yang sering

digunakan untuk ”motion and time study” adalah ”methods engineering” yang
57
diterjemahkan oleh Sutalaksana et al. (1979) sebagai teknik tata cara kerja yaitu

teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari

sistem kerja. Sistem kerja didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari

unsur-unsur manusia, bahan, perlengkapan dan peralatan, metode kerja dan

lingkungan kerja untuk suatu tujuan tertentu. Performansi suatu sitem kerja

dapat diukur dengan menggunakan beberapa kriteria diantaranya yaitu waktu,

tenaga, psikologis dan sosiologis (Sutalaksana et al., 1979). Dengan demikian,

suatu sistem kerja dinilai baik jika sistem tersebut memungkinkan waktu

penyelesaian yang singkat, tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikannya

sangat minim dengan akibat psikologis dan sosiologis yang juga minim.

Pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan pengaturan terhadap

pekerja, bahan, peralatan serta lingkungan kerja dipelajari melalui apa yang

dinamakan ergonomi, studi gerakan dan ergonomi gerakan (Sutalaksana et al.,

1979). Studi waktu dan gerakan merupakan studi sistematis mengenai sistem

kerja dengan tujuan (Barnes, 1980):

1. Mengembangkan sistem dan metode yang lebih baik, biasanya dengan

biaya yang lebih murah.

2. Standarisasi sistem dan metode.

3. Menentukan waktu standar.

4. Membantu melatih pekerja menerapkan metode yang lebih baik.

Metode time and motion study digunakan untuk menentukan jumlah

waktu yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, fungsi kerja atau mekanisme

proses. Metode time and motion study telah diterapkan secara luas untuk

58
mengukur pola kerja dalam pengaturan pelayanan keperawatan di berbagai

fasilitas kesehatan (Ernawati, Nursalam, & Djuari, 2011; Hendrich, Chow,

Skierczynski, & Lu, 2008; Ootsveen, et all., 2013; Qian, et al., 2012; Saurman,

Lyle, Kirby, & Roberts, 2014).

Metode time and motion study dilakukan dengan mengamati dan

mengikuti apa yang dilakukan perawat. Hal ini akan digunakan untuk

mengetahui kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh seorang perawat. Tipe

perawat yang diinginkan adalah seorang yang mahir dibidangnya yang bisa

mewakili keahlian tertentu, misalnya perawat mahir ICU, perawat mahir anak

dan yang lainnya (Kurniadi, 2013).

Time and motion study biasanya berhubungan dengan strategi

peningkatan kinerja, metode ini dilakukan secara terus menerus dan pengamatan

mandiri (independent observations) terhadap pekerjaan klinis dan hasil dari

metode time and motion study lebih dapat diandalkan daripada work sampling,

self-reporting, atau kuesioner untuk proses dokumentasi (Burke, 2000; Webster,

et al., 2011; Zheng, Guo, & Hanauer, 2011). Pada metode ini kita mengamati

dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel

yang sedang kita amati (Nursalam, 2014).

Kelebihan dari metode ini adalah kita mampu sekaligus menilai kualitas

kinerja dari sampel sambil menghitung beban kerjanya. Metode time and motion

study dilakukan dengan cara: (1) sampel berupa satu orang perawat mahir yang

dipilih berdasarkan purposive sampling. Jumlah perawat yang dinilai mahir dan

diamati kegiatannya dapat satu orang saja sepanjang perawat tersebut dianggap

59
mampu mewakili kualitas perawat, (2) membuat formulir daftar kegiatan

perawat yang dilakukan oleh setiap personel, (3) daftar kegiatan tersebut

kemudian diklasifikasikan seberapa banyak personel yang melakukan kegiatan

tersebut secara baik dan rutin selama dilakukan pengamatan, (4) membuat

klasifikasi atas kegiatan yang dilakukan tersebut menjadi kegiatan produktif dan

non produktif, dan (5) menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personel

dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan (Nursalam, 2014).

Kekurangan dari metode ini adalah sampel mengetahui bahwa

kegiatannya sedang diamati sehingga cenderung untuk meningkatkan

performanya (bias). Bias tersebut diantisipasi dengan semakin lama waktu

pengamatan, maka akan semakin baik untuk menghindari bias (Ilyas, 2011).

Penelitian dengan menggunakan metode ini dapat digunakan untuk melakukan

evaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang bersertifikat atau

bisa juga digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu metode yang

ditetapkan secara baku oleh suatu instansi seperti rumah sakit (Kurniadi, 2013;

Nursalam, 2014).

Time and motion study biasanya dilakukan untuk kegiatan-kegiatan yang

belum jelas kualitas tahapannya sebagai penilaian holistik. Selain itu, metode ini

baik digunakan untuk kegiatan dengan tahapan kerja yang cenderung memiliki

homogenitas (Ilyas, 2011). Menurut Nursalam (2014), dari metode time and

motion study akan menghasilkan output sebagai berikut: (1) deskripsi kegiatan

menurut jenis dan alokasi waktu untuk masing-masing pekerjaan baik bersifat

medis, perawatan maupun administratif, (2) pola kegiatan yang berkaitan dengan

60
waktu kerja, kategori tenaga atau karakteristik demografis dan sosial, (3)

kesesuaian beban kerja dengan variabel lain sesuai dengan kebutuhan penelitian,

beban kerja dapat dihubungkan dengan jenis tenaga, umur, pendidikan, jenis

kelamin, atau variabel lain, (4) kualitas kerja pada teknik ini juga menjadi

perhatian karena akan menentukan kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki

oleh personel yang diamati. Berikut adalah tabel yang menggambarkan

perbedaan antara work sampling dengan time and motion study (Tabel 2.2).

Tabel 2.2 Perbedaan work sampling dengan time and motion study

No Work Sampling Time and Motion Study


1 Kualitas kerja tidak dapat dinilai Kualitas kerja dapat dinilai
2 Lebih sederhana dan murah Lebih sulit dan mahal
3 Jumlah sampel lebih banyak Jumlah sampel lebih sedikit
4 Pengamatan dilakukan pada Pengamatan dilakukan sepanjang
Kegiatan Waktu

2.3.8.3 Daily Log

Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana

dari work sampling, karena memberikan kesempatan kepada sampel untuk

menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang dihabiskan dalam melakukan

pekerjaannya. Metode ini sangat bergantung kepada kerja sama dan kejujuran

personel yang diamati. Sebagai tahapan, peneliti membuat terlebih dahulu

pedoman dan formulir isian yang dapat dipelajari sendiri oleh informan.

Penjelasan dasar mengenai cara pengisian formulir harus dilakukan oleh peneliti

terlebih dahulu sebelum subjek personel yang diteliti dibolehkan untuk mulai

mengisinya sendiri (Ilyas, 2011; Indriana, 2009).

Penelitian ini mengutamakan kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan,

sedangkan informasi personel tetap menjadi rahasia dan tidak akan dicantumkan
61
pada laporan penelitian. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu yang

diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan daily log. Data yang

telah didapatkan dari para sampel kemudian diolah untuk menghasilkan analisa

mengenai beban kerja tertinggi dan jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu

terbanyak (Nursalam, 2014).

2.4 Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014, jumlah kebutuhan

tenaga keperawatan dihitung dengan perbandingan perawat dengan tempat tidur,

dimana pada Rumah Sakit Umum Kelas A dan B dibutuhkan 1 (satu) perawat

untuk 1 (satu) tempat tidur, sedangkan Rumah Sakit Umum Kelas C dan D

dibutuhkan 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur.

Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan beban kerja di

ruang perawatan dilakukan dengan metode WISN (Workload Indicators of

Staffing Need) (Nursalam, 2014). Analisis kebutuhan tenaga berdasarkan beban

kerja (WISN) adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan tenaga

kerja di suatu tempat kerja berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi/relokasi

akan lebih mudah dan rasional. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan,

mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis

(Depkes, 2004).

Pada akhir 1990-an, World Health Organization (WHO)

mengembangkan Workload Indicators for Staffing Need (WISN) yaitu suatu

prinsip perencanaan lama yang digunakan dalam bisnis dan industri untuk

diterapkan pada sektor kesehatan (Pandey, 2013; WHO, 2010). WISN

62
dipopulerkan oleh WHO setelah dilakukan pra uji di sejumlah negara termasuk

Kenya, Tanzania, Papua Nugini, Sri Lanka dan Turki (Mussau, 2013).

Metode WISN telah digunakan dalam beberapa cara yang berbeda dan di

berbagai negara (Musau, et al., 2008; Shivam, et al., 2014; WHO, 2010). Setiap

fasilitas kesehatan termasuk rawat inap, operasi bedah, rujukan, rawat jalan,

berbagai jenis klinik, pendidikan kesehatan, dan kunjungan rumah, memiliki

pola beban kerja yang berbeda (Pandey, 2013).

Metode penghitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN)

adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan pada beban

pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM pada tiap unit kerja

di suatu tempat kerja. Perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini

meliputi lima langkah, yaitu sebagai berikut: (Nursalam, 2014)

1. Menetapkan waktu kerja tersedia

Waktu kerja tersedia ditetapan untuk memperoleh waktu kerja tersedia

masing-masing kategori SDM yang bekerja selama kurun waktu satu tahun.

Waktu kerja tersedia dihitung dengan menggunakan persamaan 2.1. Data

yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia yaitu:

a. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja atau Peraturan

Daerah setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1

tahun 250 hari kerja (5 hari × 50 minggu). (A)

b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari

kerja setiap tahun. (B)

63
c. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja

untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme

setiap kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/

kursus/seminar/lokakarya dalam 6 hari kerja. (C)

d. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait

tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003

ditetapkan 15 hari kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)

e. Ketidakhadiran kerja, sesuai dengan rata-rata kehadiran kerja (selama

kurun waktu 1 tahun), karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa

pemberitahuan/izin. (E)

f. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja atau

Peraturan Daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam

(5 hari kerja/minggu). (F)

(2.1)

Keterangan:

A = Hari kerja D = Hari Libur Nasional

B = Cuti tahunan E = Ketidakhadiran kerja

C = Pendidikan dan pelatihan F = Waktu kerja

Perhitungan waktu kerja tersedia dapat dilakukan menurut kategori

SDM apabila ditemukan adanya perbedaan rata-rata ketidakhadiran kerja

atau perusahaan menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat

mengikuti pendidikan dan pelatihan lebih lama dibanding kategori SDM

lainnya.

64
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM

Unit kerja dan kategori SDM ditetapkan untuk memperoleh unit kerja

dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan

kegiatan baik di dalam maupun di luar tempat kerja. Sebagai contoh di

rumah sakit, data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja

dan kategori SDM adalah sebagai berikut:

a. Bagan struktur organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-

masing unit dan sub unit kerja.

b. Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural dan

fungsional, misalnya: Komite Medik, Komite Pengendalian Mutu RS

Bidang/Bagian Informasi.

c. Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja

di RS.

d. Undang-undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.

e. Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan jabatan fungsional

SDM kesehatan.

f. Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur

(SOP).

Langkah awal yang dilakukan adalah membuat unit kerja dan sub unit

kerja sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Setelah unit kerja dan sub

unit kerja di RS telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan

kategori SDM sesuai dengan kompetensi atau pendidikan untuk menjamin

65
mutu, efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan/pelayanan di tiap unit

kerja RS.

3. Menyusun Standar Beban Kerja

Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun

per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun

berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (rata-rata

waktu) dan waktu yang tersedia pertahun yang dimiliki oleh masing-masing

kategori tenaga.

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja

masing-masing kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut:

a. Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja sebagaimana hasil yang

telah ditetapkan pada langkah kedua.

b. Standar profesi, standar pelayanan yang berlaku.

c. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk

melaksanakan/menyelesaikan berbagai pekerjaan.

d. Data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap unit kerja.

Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja adalah

meliputi hal-hal berikut:

a. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM.

Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar

pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan

pelayanan perusahaan yang dilaksanakan oleh SDM dengan kompetensi

tertentu.

66
b. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan

pokok.

Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori SDM

pada tiap unit kerja. Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan

sangat bervariasi dan dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional

prosedur (SOP), sarana dan prasarana medik yang tersedia serta

kompetensi SDM. Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan

dan pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama. Data rata-rata

waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan diperoleh dengan

membuat ketetapan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki

kompetensi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP), dan

memiliki etos kerja yang baik.

c. Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM

Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun

per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok

disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya

(waktu rata-rata) dan waktu yang tersedia yang dimiliki oleh masing-

masing kategori SDM. Perhitungan standar beban kerja dapat diketahui

dengan persamaan 2.2 berikut:

(2.2)

67
4. Menyusun Standar Kelonggaran

Standar kelonggaran disusun untuk memperoleh faktor kelonggaran tiap

kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk

menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung dan dipengaruhi

tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.

Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan

wawancara kepada tiap kategori tentang:

a. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada

pelanggan, misalnya: rapat, penyusunan laporan kegiatan, menyusun

kebutuhan bahan habis pakai, waktu pribadi, toilet.

b. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan.

c. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.

Pencatatan tersendiri apabila ditemukan kegiatan yang tidak dapat

dikelompokkan atau sulit dihitung beban kerjanya karena tidak/kurang

berkaitan dengan pelayanan pada pelanggan sebaiknya mulai dilakukan

selama pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban kerja untuk

selanjutnya digunakan sebagai sumber data penyusunan faktor kelonggaran

tiap kategori SDM.

Langkah selanjutnya setelah diperoleh faktor kelonggaran tiap kategori

SDM adalah menyusun standar kelonggaran dengan melakukan perhitungan

berdasarkan persamaan 2.3.

(2.3)

68
5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja

Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja tujuannya adalah

diperolehnya jumlah dan jenis/kategori SDM per unit kerja sesuai beban

kerja selama 1 tahun. Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungsn

kebutuhan SDM per unit kerja meliputi:

a. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu: waktu kerja

tersedia, strandar beban kerja, dan standar kelonggaran masing-masing

kategori SDM.

b. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahun.

Contoh di Rumah Sakit: Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan

berbagai data kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja

RS selama kurun waktu satu tahun. Kuantitas kegiatan pelayanan Instalasi

Rawat Jalan dapat diperoleh dari laporan kegiatan RS (SP2RS), untuk

mendapatkan data kegiatan tindakan medik yang dilaksanakan di tiap poli

rawat jalan perlu dilengkapi data dari Buku Register yang tersedia disetiap

poli rawat jalan. Penyusunan kuantitas kegiatan pokok Instalasi Rawat Inap

diperlukan data dasar sebagai berikut:

1. Jumlah tempat tidur

2. Jumlah pasien masuk/keluar

3. Rata-rata sensus harian

4. Rata-rata lama pasien di rawat (Length of Stay/LOS)

69
Data kegiatan yang telah diperoleh dan standar beban kerja dan standar

kelonggaran merupakan sumber data untuk perhitungan kebutuhan SDM di

setiap instalasi dan unit kerja dengan menggunakan persamaan 2.4 berikut:

(2.4)

Merujuk pada WISN oleh Shipp (1998), langkah terakhir dalam

perhitungan WISN dan berhubungan dengan pengambilan keputusan yaitu

rasio. Rasio antara kenyataan dan kebutuhan, rasio inilah yang disebut

Workload Indicator Staffing Needs (WISN) dengan ketentuan: jika rasio

WISN = 1 artinya SDM cukup dan sesuai beban kerja berdasarkan SOP

yang telah ditetapkan, akan tetapi jika rasio WISN < 1 artinya SDM yang

ada belum cukup dan belum sesuai beban kerja, misalnya tenaga yang ada 6

sedangkan yang dibutuhkan adalah 8 maka 6/8 = 0,75 atau 75 % tenaga

yang tercapai, sedangkan bila rasio WISN > 1 maka SDM berlebihan.

2.5 Hemodialisa

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan eksresi dalam tubuh yang tidak mampu lagi diolah oleh

ginjal. Biasanya pasien yang menjalani perawatan hemodialisa adalah pasien

dengan gagal ginjal kronis (Nurini, Ismonah, & Purnomo 2011). Hemodialisa

adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya,

dengan mengalirkan darah lewat alat dialyzer yang berisi membran yang selektif

permeabel dimana melalui membran tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki

terjadi. Hemodialisa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk

70
keracunan (Christin Brooker, 2001). Tujuan dari terapi ini adalah untuk

memperpanjang nyawa pasien dan menjaga kestabilan hidup sampai ginjal dapat

berfungsi kembali (Nurini, Ismonah, & Purnomo 2011).

Berdasarkan rekomendasi Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI)

(2011) maka penunjukkan penyedia jasa pelayanan hemodialisa bagi peserta

Askes harus disetujui oleh direksi dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Memenuhi persyaratan sarana unit dialisis yaitu:

1. Mempunyai mesin hemodialisa minimal 2 (dua) unit haemodialisa yang

berfungsi aktif dan 1 (satu) unit sebagai cadangan.

2. Mempunyai mesin pengolah air yang menghasilkan air yang memenuhi

persyaratan untuk hemodialisa, sedikitnya peralatan water softener,

sebaiknya reverse osmosis (standar air dialisis).

3. Mempunyai peralatan medik/obat untuk back up tindakan resusitasi.

b. Memenuhi persyaratan tenaga unit dialisis yaitu:

1. Minimal 1 (satu) orang dokter pelaksana, 1 (satu) orang dokter

penanggung jawab, dan 1 (satu) orang supervisor/pengawas unit.

2. Minimal 1 (satu) orang perawat mahir untuk setiap 2 (dua) mesin

haemodialisa per shift.

3. Minimal 1 (satu) orang perawat biasa yang terlatih untuk setiap mesin

per shift.

4. Tenaga penunjang bidang teknik dan administrasi.

71
c. Kualifikasi staf hemodialisis:

1. Dokter pelaksana adalah dokter umum yang sudah dilatih sekurang-

kurangnya 3 bulan dipusat pendidikan yang diakui oleh PERNEFRI.

2. Dokter penanggung jawab adalah seorang dokter spesialis penyakit

dalam plus, yaitu yang telah dididik sekurang-kurangnya 3 bulan dipusat

pendidikan yang diakui oleh PERNEFRI.

3. Supervisor atau pengawas unit adalah seorang dokter spesialis penyakit

dalam konsultan penyakit ginjal-hipertensi (Internist-Nefrologist) yang

diakui oleh PERNEFRI.

4. Perawat mahir dialisis adalah perawat yang telah menempuh pendididkan

khusus dialisis dan perawatan ginjal intensif sekurang-kurangnya 4

bulan, ditempat pendidikan yang diakui oleh PERNEFRI, dan telah

berpengalaman bekerja diunit hemodialisa.

5. Perawat biasa adalah perawat tamatan SPK/Akademi Keperawatan yang

sudah dilatih, melakukan dialisis dengan pengawasan perawat mahir.

2.5.1 Proses Perawatan Hemodialisa

Perawat memeriksa tanda-tanda vital pasien sebelum melakukan proses

hemodialisa untuk memastikan apakah pasien layak untuk menjalani

hemodialisa. Pasien menimbang berat badan untuk menentukan jumlah cairan di

dalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi. Langkah berikutnya adalah

menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan memasang blod line (selang

darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar darah

ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam tubuh. Setelah semua

72
terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai. Standar operasional

prosedur (SOP) perawatan hemodialisa di RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar dapat dilihat dalam Lampiran 10.

Secara umum, konsep dari perawatan hemodialisa adalah mengalirkan

darah pasien yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen ke dialiser untuk

dibersihkan, lalu dialirkan kembali ke tubuh pasien. Prosesnya terbagi menjadi

3, yaitu difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Selama menjalani perawatan, ada

beberapa komplikasi yang mungkin timbul, yaitu: hipertensi, hipovolemia

(kedinginan/menggigil, demam, sakit kepala dan kram otot) (Nurini, Ismonah, &

Purnomo, 2011).

2.6 Landasan Teori

Gaudine (2000), menyatakan beban kerja merupakan jumlah total waktu

keperawatan baik secara langsung atau tidak langsung dalam memberikan

pelayanan keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan jumlah perawat yang

diperlukan untuk memberikan pelayanan tersebut. Beberapa pendekatan

menghitung beban kerja dapat dilakukan dengan metode work sampling, time and

motion study dan daily log (Nursalam, 2014). Metode time and motion study

digunakan untuk menentukan jumlah waktu yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, fungsi kerja atau mekanisme proses (Ernawati, Nursalam, & Djuari,

2011; Hendrich, Chow, Skierczynski, & Lu, 2008; Ootsveen, et all., 2013; Qian,

et al., 2012; Saurman, Lyle, Kirby, & Roberts, 2014).

Metode time and motion study dilakukan dengan cara: (1) sampel berupa

satu orang perawat mahir yang dipilih berdasarkan purposive sampling, (2)

73
membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan sebagai

kegiatan produktif dan non produktif serta waktu yang digunakan untuk

melakukan kegiatan tersebut, dapat pula diamati kegiatan langsung dan tidak

langsung (untuk menghitung beban kerja), (3) pelaksana pengamatan dipilih

berdasarkan kompetensi dan pengetahuan terkait dengan profesi kompetensi dan

fungsi sampel yang diamati (Nursalam, 2014).

Analisis kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja (WISN) adalah

indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan tenaga kerja di suatu tempat

kerja berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi/relokasi akan lebih mudah dan

rasional. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara

teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis (Depkes, 2004). Metode

WISN telah digunakan dalam beberapa cara yang berbeda dan di berbagai

negara (Musau, et al., 2008; Shivam, et al., 2014; WHO, 2010).

Langkah perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan WISN ini meliputi 5

langkah, yaitu (1) menetapkan waktu kerja tersedia berdasarkan hari kerja,cuti

tahunan, pendidikan dan pelatihan, hari libur nasional, ketidakhadiran kerja, dan

waktu kerja perawat selama satu tahun, (2) menetapkan unit kerja dan kategori

SDM yang dihitung, (3) menyusun standar beban kerja, (4) menyusun standar

kelonggaran, dan (5) menghitung kebutuhan tenaga perunit kerja (Nursalam,

2014).

2.7 Kerangka Konsep

Peneliti ingin menjawab kebutuhan perawat di Instalasi Hemodialisa

RSUD dr. Djasamen Saragih berdasarkan beban kerja dalam kerangka konsep

74
(Skema 2.2). Peneliti menghitung waktu (menit) yang dibutuhkan selama satu

hari kerja untuk melayani pasien hemodialisa dengan mengikuti kegiatan

perawat selama jam operasional Instalasi Hemodialisa yang kemudian akan

dijabarkan waktu dan jenis transaksinya dengan metode time and motion study.

Jumlah waktu dalam kegiatan yang dinilai sebagai kegiatan produktif (terdiri

dari kegiatan langsung dan tidak langsung) dan kegiatan non produktif,

kemudian digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga menggunakan metode

WISN.

Input Process Output


Menghitung beban kerja dengan
metode time and motion study:
Beban Kerja • Kegiatan produktif
Perawat - Keperawatan langsung
a. Kuantitatif - Keperawatan tidak
- Perbandingan langsung
jumlah perawat • Kegiatan non produktif Jumlah kebutuhan
dengan jumlah (Ernawati, Nursalam, & Djuari, tenaga perawat
pasien di Instalasi
- Pekerjaan 2011; Gillies, 1996) Hemodialisa
perawat di luar RSUD dr.
tugas pokok Djasamen Saragih
- Waktu Menghitung kebutuhan tenaga Pematangsiantar
melaksanakan sesuai dengan
kegiatan metode WISN: beban
b. Kualitatif • Waktu kerja tersedia kerja
- Mesin • Unit kerja dan kategori
Hemodialisa • Standar beban kerja
- Perawat yang • Standar kelonggaran
sudah memiliki
• Kebutuhan beban kerja
sertifikat
(Nursalam, 2014)

Skema 2.2. Kerangka Konsep Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat


berdasarkan Beban Kerja dengan Metode Time and Motion Study
dan Metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN) di
Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar

75
BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan desain penelitian, waktu dan tempat,

populasi dan sampel, definisi operasional, metode pengumpulan data, analisa

data, dan pertimbangan etik.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

menggunakan metode pendekatan time and motion study (desain cross-sectional)

yang bertujuan untuk melihat aktivitas atau kegiatan secara menyeluruh dari

perawat pelaksana dalam rangka menganalisis beban kerja perawat pelaksana

untuk merencanakan jumlah kebutuhan tenaga perawat dengan metode WISN di

Instalasi Hemodialisa. Desain cross-sectional adalah suatu desain dimana

pengumpulan data mengenai fenomena yang diteliti dilakukan satu kali selama

satu periode pengumpulan data (Polit & Beck, 2012). Metode observasi yang

fleksibel dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai

fenomena dan dapat menghasilkan data yang lebih baik dari pada self report

(Polit & Beck, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen

Saragih Pematangsiantar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai

dengan Mei 2015.

76
3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat pelaksana

yaitu 11 orang perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

purposive sampling dengan kriteria sampel yaitu, perawat pelaksana yang

memiliki pengalaman > 1 tahun. Purposive atau judgement sampling sering juga

disebut selected sampling, yaitu suatu sampling dimana pemilihan elemen-

elemen untuk menjadi anggota sampel didasarkan atas pertimbangan yang tidak

acak dan peneliti memutuskan untuk memilih orang-orang yang dinilai sesuai

dengan masalah yang diteliti (Polit & Beck, 2012).

Pengamatan dilakukan kepada 8 perawat pelaksana Instalasi Hemodialisa

RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Fokus penelitian kuantitatif

(sampel) merupakan waktu dalam satuan menit yang dibutuhkan untuk

melakukan seluruh kegiatan oleh 8 orang perawat Instalasi Hemodialisa RSUD

dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar dalam shift kerjanya masing-masing.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data sekunder diperoleh peneliti dari hasil laporan kegiatan di

Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar mengenai

data ketenagaan, uraian tugas, profil rumah sakit dan data-data terkait jam kerja,

waktu kerja dan hal-hal lain terkait dengan instalasi hemodialisa. Observasi

dilakukan untuk mendapatkan data primer. Pengamatan (observasi) dapat

dilakukan secara langsung melalui indera manusia atau dengan menggunakan

77
alat bantu, seperti video (Polit & Beck, 2012). Observasi dilakukan oleh peneliti

dan seorang asisten yang telah dilatih dan mengerti apa yang akan dilakukan dan

bagaimana cara pengamatan. Polit dan Beck (2012), menyatakan bias

pengamatan mungkin tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, tetapi bias

pengamatan dapat diminimalkan melalui pelatihan.

Peneliti mengobservasi dengan menggunakan lembar observasi time and

motion study (lihat Lampiran 2) yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan

membuat lembar check yang mengacu pada SOP hemodialisa di RSUD dr.

Djasmen Saragih Pematangsiantar (lihat Lampiran 8). Pengamatan dilakukan

kepada 8 perawat Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar selama satu shift, yaitu 07.00 – 13.00 WIB atau 13.00 – 19.00

WIB untuk mendapatkan gambaran waktu dan pola kegiatan perawat di Instalasi

Hemodialisa. Kegiatan yang diamati selama shift kerja tersebut dimulai sejak

instalasi belum dibuka (untuk shift pagi) dan setelah pasien terakhir selesai

mendapatkan perawatan (untuk shift siang) secara bergantian (hari pertama

pengamatan shift pagi, hari kedua pengamatan shift siang dan seterusnya sampai

dengan hari ke delapan) dengan mengacu kepada SOP Perawatan Hemodialisa

yang dimiliki oleh Instalasi Hemodialisa. Selama pengamatan, peneliti menulis

di formulir pengamatan time and motion study dengan bantuan stopwatch

sebagai alat bantu ukur waktu. Hasil pengamatan dalam satuan waktu (menit)

kemudian digunakan untuk menghitung kebutuhan perawat dengan metode

WISN.

78
3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah:

Kebutuhan tenaga perawat merupakan jumlah perawat yang dibutuhkan

di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar sesuai

dengan beban kerja.

Beban kerja adalah volume transaksi dikali dengan waktu transaksi

dalam satuan menit/hari.

Adapun sub variabel dari kebutuhan tenaga perawat berdasarkan WISN

adalah sebagai berikut:

Waktu kerja tersedia adalah angka kuantitatif yang menunjukkan satuan

waktu yang digunakan untuk bekerja setahun dalam satuan menit.

Unit kerja/ kategori SDM adalah bagian atau unit kerja pelayanan yang

akan diamati dan dihitung kebutuhan tenaganya yaitu instalasi Hemodialisa

RSUD dr. Djasamen Saragih dan kategori SDMnya adalah perawat.

Standar beban kerja adalah aktivitas pokok yang disusun berdasarkan

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas pokok dan waktu tersedia

yang dimiliki oleh tenaga perawat hemodialisa.

Standar kelonggaran adalah waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan aktivitas lainnya (selain aktivitas/kegiatan pokok) yang tidak

dipengaruhi oleh kuantitas aktivitas pokok di Instalasi Hemodialisa, misalnya:

rapat, waktu pribadi, toilet, mengobrol.

Jumlah kebutuhan SDM adalah data kuantitatif jumlah tenaga yang

dibutuhkan berdasarkan beban kerja yang ada menggunakan metode WISN.

79
Sedangkan sub variabel dari beban kerja adalah sebagai berikut:

Kegiatan produktif adalah kegiatan yang dilakukan oleh perawat yang

berhubungan dengan perawatan hemodialisa.

Kegiatan non produktif adalah kegiatan yang dilakukan oleh perawat

yang tidak berhubungan dengan perawatan hemodialisa.

Kegiatan produktif langsung adalah kegiatan yang dilakukan oleh

perawat hemodialisa sebagai rangkaian perawatan hemodialisa dan melibatkan

kontak dengan pasien dalam pelaksanaannya.

Kegiatan produktif tidak langsung adalah kegiatan yang dilakukan oleh

perawat hemodialisa sebagai rangkaian perawatan hemodialisa namun tidak

melibatkan kontak dengan pasien dalam pelaksanaannya.

Penggunaan waktu kerja adalah satuan waktu yang digunakan untuk

melaksanakan kegiatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan produktif dan

tidak produktif.

3.6 Metode Pengukuran

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur beban

kerja (menghitung volume transaksi yang dikalikan dengan waktu transaksi)

adalah lembar observasi time and motion study. Perhitungan proporsi kegiatan

produktif dan tidak produktif dilakukan dengan metode time and motion study.

Hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan time and

motion study dijadikan sebagai dasar perhitungan metode WISN. Langkah

perhitungan kebutuhan tenaga perawat yang dibutuhkan oleh Instalasi

Hemodialisa berdasarkan WISN meliputi 5 langkah (Gambar 3.1) yaitu; (1)

80
menetapkan waktu kerja tersedia berdasarkan hari kerja, cuti tahunan,

pendidikan dan pelatihan, hari libur nasional, ketidakhadiran kerja, dan waktu

kerja perawat selama satu tahun, (2) menetapkan unit kerja dan kategori SDM

yang dihitung, (3) menyusun standar beban kerja, (4) menyusun standar

kelonggaran, dan (5) menghitung kebutuhan tenaga perunit kerja (Nursalam,

2014).

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil observasi lapangan (time and motion study),

wawancara dan telaah dokumen, sehingga dapat dipahami dengan mudah dan

dapat memberikan informasi kepada orang lain. Setelah semua data terkumpul,

dilakukan rekapitulasi data-data di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen

Saragih Pematangsiantar terkait dengan gambaran, karakteristik tenaga

kesehatan, hari kerja, dan waktu kerja perawatan hemodialisa. Analisis

kebutuhan tenaga keperawatan di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen

Saragih Pematangsiantar kemudian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Perhitungan proporsi kegiatan produktif dan tidak produktif dengan metode

time and motion study adalah sebagai berikut:

a. Dari hasil pengamatan yang tercantum dalam formulir time and motion

study, kegiatan perawat kemudian dikategorikan menjadi kegiatan

produktif dan tidak produktif.

b. Penyajian data setiap kelompok kegiatan (produktif dan tidak produktif)

dalam bentuk tabel.

81
c. Perhitungan persentase waktu produktif dan tidak produktif.

2. Hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan time

and motion study dijadikan sebagai dasar perhitungan metode WISN

3. Langkah perhitungan kebutuhan tenaga perawat yang dibutuhkan oleh

Instalasi Hemodialisa berdasarkan WISN meliputi 5 langkah (Skema 3.1),

yaitu:

a. Menetapkan waktu kerja tersedia berdasarkan hari kerja, cuti tahunan,

pendidikan dan pelatihan, hari libur nasional, ketidakhadiran kerja, dan

waktu kerja perawat selama satu tahun.

b. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang dihitung.

c. Menyusun standar beban kerja.

d. Menyusun standar kelonggaran.

e. Menghitung kebutuhan tenaga perunit kerja.

4. Menyajikan data dalam bentuk uraian singkat dan tabel hasil pengamatan.

5. Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan yaitu

bagaimana beban kerja yang ada, jumlah tenaga yang dibutuhkan

berdasarkan perhitungan rumus WISN.

3.8 Pertimbangan etik

Peneliti dalam melakukan penelitian memperhatikan pertimbangan-

pertimbangan etika penelitian, antara lain: (1) ethical clearence oleh komite etik

penelitian kesehatan fakultas keperawatan, (2) pelaksanaan penelitian dilakukan

oleh peneliti setelah mendapat izin dan rekomendasi dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan izin dari rumah sakit RSUD dr. Djasamen

82
Saragih Pematangsiantar, (3) seluruh responden diberi lembar persetujuan

(informed consent) yang ditandatangani sebagai bukti kesediaannya menjadi

responden (lihat Lampiran 1), (4) sebelum menyerahkan lembar persetujuan,

peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden,

(5) anonymity, peneliti hanya memberikan inisial dan tidak mencantumkan nama

responden pada lembar observasi time and motion study, dan (6) confidentiality,

semua informasi yang diberikan oleh responden dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti.

83
Mulai

Menetapkan Waktu Kerja Tersedia

Waktu Kerja Tersedia = {A-(B + C + D + E)} × F


dimana:
A = Hari kerja mungkin dalam setahun
B = Cuti tahunan
C = Pendidikan dan pelatihan sesuai dengan aturan rumah sakit
D = Hari Libur Nasional
E = Ketidakhadiran kerja karena sakit, izin dan lain sebagainya
F = Waktu kerja dalam satu hari

Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM


- Unit kerja dan jumlah SDM

Menyusun Standar Beban Kerja

- Kegiatan pokok
- Rata-rata waktu untuk menyelesaikan kegiatan pokok
- Standar beban kerja dengan rumus:

Penyusunan Standar Kelonggaran

Kebutuhan SDM

Selesai

Skema 3.1. Langkah-langkah Metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN)

84
BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan deskripsi lokasi penelitian, visi, misi Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, instalasi

hemodialisa, dan hasil analisis penelitian.

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar lokasinya terletak dijalan Sutomo No.230 Pematangsiantar dan

merupakan daerah lintasan Kota Medan dengan Wilayah Barat Propinsi

Sumatera Utara dan menuju daerah pariwisata Parapat/Danau Toba. RSUD dr.

Djasamen Saragih yang semula bernama Rumah Sakit Umum Daerah

Pematangsiantar didirikan pada tahun 1911 di atas areal seluas 12,28 Ha dengan

luas bangunan 16.800 m² serta jumlah bangunan 59 unit. Berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan No. 515/MENKES/IV/2007 RSUD Pematangsiantar berubah

nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar.

RSUD dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar merupakan rumah sakit

rujukan di Propinsi Sumatera Utara Kelas B Pendidikan milik Pemerintah Kota

Pematangsiantar berdasarkan SK Menkes No. 1070/Menkes/SK/XI/2012 yang

ditetapkan di Jakarta. RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar sudah

terakreditasi dengan status penuh untuk 12 pelayanan pada Tahun 2011 dari

tingkat Nasional. RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar telah

85
mengadakan kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Methodist

Indonesia (UMI) sejak tahun 1974 sebagai tempat pendidikan bagi mahasiswa

untuk melaksanakan Praktek Kepaniteraan Klinik Senior (Co-Schap). RSUD dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar juga dijadikan tempat pendidikan AKPER,

AKBID, dan lain-lain kejuruan seperti Radiologi dan Analis Kesehatan.

RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar memiliki sarana Rawat

Jalan dan Rawat Inap dengan jumlah tempat tidur 200 buah, yang terdiri dari

Kelas Utama/VIP, 1 ruang kelas I, 2 ruang kelas II, 1 ruang kelas III, Paviliun

Anak, 2 ruang Internis, ruang rawat paru, ruang nifas, 3 ruang bedah, ruang

neonatus dan ICU, didukung instalasi: rawat jalan, gawat darurat, bedah sentral

(umum dan obgyn), farmasi, radiologi, rehabilitasi medis, perawatan intensif

(recovery room), gizi, patologi klinik, patologi anatomi, Pemeliharaan sarana

rumah sakit (IPSRS), sanitasi, pemulasaran jenazah, dan instalasi hemodialisa.

Sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang telah beroperasi selama lebih

dari 100 tahun, RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tentunya

menghadapi persaingan yang semakin kompleks. RSUD dr. Djasamen Saragih

dituntut untuk memberikan layanan yang berkualitas dan mempunyai peran

sosila yang nyata. Namun dalam prakteknya, pengembangan rumah sakit

merupakan hal yang sangat kompleks, mengingat hal tersebut meliputi berbagai

aspek dan harus fleksibel untuk pengembangan jangka panjang.

4.2 Visi RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Terwujudnya Rumah Sakit yang Mantap, Maju, dan Jaya menuju

Pelayanan Kesehatan yang Mandiri dan Berkeadilan Tahun 2015 (SK Direktur

86
No.2163/II/TU/V/2011 dan SK Walikota Pematangsiantar

No.188.45-794/WK/TAHUN 2011).

4.3 Misi RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dengan

menjadikan rumah sakit terakreditasi paripurna sesuai dengan akreditasi

internasional (Joint Comission International)

2. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit yang mampu

memberikan kenyamanan bagi masyarakat dengan berorientasi kepada

lingkungan demi mewujudkan Kota Pematangsiantar Eco City serta

mampu memberikan jaminan keselamatan, keamanan dan kepuasan pada

masyarakat.

3. Meningkatkan status rumah sakit menjadi rumah sakit pendidikan yang

melaksanakan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian, pengembangan

IPTek di bidang kesehatan secara bertahap dan kesinambungan.

4. Mewujudkan RSUD dr. Djasamen Saragih menjadi Rumah Sakit rujukan

dengan pelayanan dengan pelayanan unggulan bagi Kabupaten/Kota

disekitarnya.

5. Mewujudkan RSUD dr. Djasamen Saragih menjadi Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) yang mampu mandiri untuk membiayai sendiri

operasional dan mensejahterakan karyawannya.

87
4.4 Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

4.4.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar dapat dilihat pada Skema 4.1 berikut:

Kepala Instalasi
dr. F. Sahat H. Situmorang, Sp.PD, FINASIM

Dokter Penanggung jawab ruangan


dr. Titik Larasati, Sp.PD

Dokter Pelaksana
dr. Salden Saragih, MM

Kepala Ruangan
Rosarinah, S.Kep, Ns.

Eko Parismando, AMK Diana Puspitasari, AMK


Rosmaladewi S., AMK Bernetti Purba, AMK
Eva Junita Purba, AMK Sariana Damanik, AMK
Mita Sebayang, AMK Cony Damanik, AMK
Murni, SKep, Ns. Tiopan, SKM
Diana Tambunan, SKep, Ns.

Skema 4.1 Struktur Organisasi Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen


Saragih Pematangsiantar

88
4.4.2 Karakteristik Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar

Perawat pelaksana yang menjadi sampel di instalasi hemodialisa RSUD

dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar ada sebanyak 8 orang. Karakteristik

perawat Instalasi Hemodialisa dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi data demografi perawat di Instalasi


Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar (N=8)

Data Demografi Frekuensi Persentase


Jenis Kelamin
Laki-laki 1 12,5
Perempuan 7 87,5
Usia

Dewasa awal/Produktif 7 87,5


Dewasa menengah 1 12,5
Pendidikan

D3 Keperawatan 6 75,0
S1 Keperawatan 2 25,0
Pelatihan hemodialisa

Sudah 4 50,0
Belum 4 50,0
Pengalaman di Hemodialisa

2 tahun 4 50,0
3 tahun 1 12,5
8 tahun 3 37,5

Karakteristik perawat pada Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa mayoritas (87,5%)

perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih adalah berjenis

kelamin perempuan. Berdasarkan usia, mayoritas perawat pelaksana berusia

produktif/dewasa awal (20-45 tahun) yaitu sebanyak 87,5%. Mayoritas perawat

(75%) adalah lulusan D3 keperawatan. Dari seluruh perawat di Instalasi

hemodialisa hanya 50% yang pernah mengikuti pelatihan hemodialisa. 89


Berdasarkan pengalaman kerja, diketahui mayoritas perawat (50% ) bekerja 2

tahun di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.

Perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar melakukan pergantian shift dalam melakukan tugas setiap

minggu. Peneliti melakukan pengambilan data pada shift perawat periode 18

Mei-30 Mei 2015. Berdasarkan pengalaman perawat (> 1 tahun) di Instalasi

Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, peneliti mengambil

8 perawat yang memenuhi kriteria penelitian dan menyesuaikan jadwal

observasi dengan daftar shift kerja perawat. Peneliti menentukan perawat dan

waktu pengamatan seperti pada Tabel 4.2, sehingga diharapkan dapat diperoleh

variasi waktu pelayanan hemodialisa yang cukup dan mampu memberikan

gambaran beban kerja yang valid.

Tabel 4.2 Daftar sampel penelitian kuantitatif dengan metode time and motion
Study

Perawat Tanggal Obsevasi Waktu Observasi Jadwal Shift


Perawat 1 26 Mei 2015 06.30 – 14.00 Pagi
Perawat 2 21 Mei 2015 12.35 – 19.45 Siang
Perawat 3 27 Mei 2015 12.45 – 19.41 Siang
Perawat 4 23 Mei 2015 07.01 – 13.55 Pagi
Perawat 5 18 Mei 2015 06.32 – 13.51 Pagi
Perawat 6 20 Mei 2015 06.59 – 14.01 Pagi
Perawat 7 19 Mei 2015 12.05 – 19.30 Siang
Perawat 8 25 Mei 2015 12.57 – 19.57 Siang

4.5 Hasil Pengamatan Kegiatan Sampel berdasarkan Time and Motion


Study

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat dilihat

bahwa variasi waktu yang dihabiskan oleh masing-masing perawat untuk 90


masing-masing kegiatan sangat kecil karena variasi kegiatan di instalasi

hemodialisa juga tidak banyak, dan jumlah pasien hemodialisa juga relatif statis.

Pasien hemodialisa juga sudah dijadwalkan secara rutin (dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu kelompok Senin-Kamis, Selasa-Jumat, dan Rabu-Sabtu).

Kegiatan yang dilakukan masing-masing perawat selama waktu

pengamatan yang dilakukan peneliti dideskripsikan dalam Lampiran 3. Beberapa

kegiatan yang berbeda yang dilakukan oleh beberapa perawat menunjukkan

kewajiban yang berbeda yang diemban oleh masing-masing perawat pada

shiftnya masing-masing. Perawat yang mendapat shift pagi biasanya membuka

ruangan instalasi, menyiapkan alat-alat dan kegiatan dasar, seperti menyalakan

lampu dan merapihkan ruangan. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti, jam kerja perawat yang seharusnya sesuai dengan shift (shift pagi

07.00-13.00 WIB dan shift siang 13.00-19.00 WIB), ternyata lebih panjang

karena banyak persiapan yang harus dilakukan untuk memulai dan menyudahi

perawatan hemodialisa, dimana aktivasi mesin membutuhkan waktu sekitar 30-

45 menit sehingga jika perawatan direncanakan akan mulai pukul 07.00 WIB,

maka setidaknya mesin harus dinyalakan pada pukul 06.30 WIB.

Rangkuman dari kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing perawat

dalam shift kerja gabungan (pagi dan siang) yang kemudian diambil rata-ratanya

dapat dilihat dalam Tabel 4.3. Ketentuan dari pengambilan kegiatan yang

terhitung adalah kegiatan yang dilakukan oleh minimal dua perawat dan apabila

dalam satu shift perawat melakukan suatu kegiatan lebih dari satu kali, maka

rata-ratanya dihitung terlebih dahulu.

91
Tabel 4.3 Kegiatan perawat Instalasi Hemodialisa

Perawat Rata -
No Jenis Kegiatan rata
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 (menit)
Kegiatan Produktif
Lagsung
1 Memasang alat pada 11 10 9,8 10 9,8 11 8,6 9,8 10,0
2 pasien 8 5,5 12 5 5 12 11 8,3
Injeksi Heparin
3 Observasi keadaan 6 7 3 5,3
pasien
4 Penanganan pasien 8 7 11 7 4 10 7,8
komplikasi
5 Konsultasi dengan 6 5 5 5,5 11 4 5,3 4 5,7
pasien dan keluarga
seputar keluhan yang
dirasakan
6 Mengukur tekanan 9 16 10 14 13 17 11 11 12,5
darah
7 Observasi pasien 12 12 12 6 7 9,8
komplikasi
8 Menghentikan 10 9,2 11 9,8 9 9 9 9,3 9,6
perawatan hemodialisa
9 Injeksi parbion untuk 3 5 7 3 3 4,2
pasien dengan indikasi
10 Injeksi hemapoetrin 4 8 3 5,0
untuk pasien dengan
indikasi
11 Injeksi Gentamicin 4 4 4 4,0
12 Menjelaskan prosedur 25 17 13 18,3
pendaftaran pasien baru
pada pasien/keluarga
Kegiatan produktif
tidak langsung
13 Mempersiapkan alat 14 5 13 10,7
14 Reuse dialyzer 45 38 48 54 62 49,4
15 Menggantungkan 4 12 5 7,0
dialyzer ke mesin
16 Menyuci dialyzer yang 47 33 36 38,7
baru dipakai
17 Membuang limbah 3,3 4 4 2,5 4 5 4,5 3 3,7
infeksius
18 Mengaktivasi kembali 6 7 2,5 6 4 3,3 3 4,5
mesin yang bermasalah
19 Menyusun bahan dan 14 10 12,0
alat (selang dan
dialyzer baru)
20 Menulis buku rawatan 22 14 15 21 18,0
92
Lanjutan Tabel 4.3
No Jenis Kegiatan Perawat Rata-rata
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 (menit)
21 Mengsi rekam medik 38 18 23 35 34 29,6
22 Merapihkan rekam 6 5 5 8 6,0
medik
23 Mempersiapkan berkas 12 12 17 13,7
rekam medik untuk esok
hari
24 Mengangkat bahan-bahan 17 25 21,0
hemodialisa dari gudang
25 Menyediakan dan 8 16 12 5 8 15 14 12 11,2
mengganti drigen acid dan
bikarbonat
26 Merapikan alat dan obat- 12 8 15 13 8 9 10,8
obatan di rak
27 Menyiapkan obat-obat 11 5 8,0
injeksi
28 Mempersiapkan bahan 19 11 15 15 17 9 14,3
hemodialisa untuk pasien
ke dalam tempatnya
29 Mendistribusikan tempat 4 8 7 10 6 7,0
bahan untuk pasien
30 Melipat linen kotor 7 11 9,0
31 Menghitung laken kotor 15 15 15,0
untuk diantar ke loundry
32 Melipat kasa 20 10 16 10 14,0
33 Aktivasi mesin untuk 10 9 7 7 6 7,8
rinsing
34 Menyusun kasa dan duk 13 12 15 13,3
ke dalam tromol untuk
disterilkan dan mengantar
ke KBU
35 Diskusi dengan kepala 19 11 14,8
ruangan mengenai
kebutuhan dan masalah
yang terjadi di ruangan
36 Membersihkan mesin 7 17 12,0
hemodialisa
37 Menyapu ruangan 10 5 7,5
38 Kegiatan tidak produktif 18 15 15 15 20 16,6
Sarapan/Makan siang
39 Waktu pribadi 15 15 13 14 12 13 16 13 13,9
40 Toilet 6 5 4 4 6 5 5 5 4,9
41 Mengobrol 8 15 12 5 13 16 11 9,9
42 Persiapan beres-beres 6 15 2 7 6 5 6 4 6,4
pribadi

Secara keseluruhan, jumlah transaksi yang dilakukan oleh perawat dapat

dilihat dalam Tabel 4.4.

93
Tabel 4.4 Rangkuman kegiatan perawat selama satu shift

Perawat Jumlah kegiatan Jumlah kegiatan Jumlah kegiatan


produktif non produktif
Perawat 1 36 6 42
Perawat 2 34 5 39
Perawat 3 36 7 43
Perawat 4 31 7 38
Perawat 5 35 6 41
Perawat 6 35 6 41
Perawat 7 34 6 40
Perawat 8 33 8 41
Total 274 51 325
Persentase Total 84,31% 15,69% 100%

Berdasarkan Tabel 4.4, diperoleh 274 (84,3%) kegiatan yang dilakukan

oleh perawat adalah kegiatan produktif, sedangkan kegiatan non produktif hanya

sebesar 51 (15,7%) kegiatan. Dapat disimpulkan bahwa perbandingan kegiatan

produktif dan non produktif adalah 84% : 16%.

Dari data yang telah disajikan diatas, peneliti kemudian

mengelompokkan waktu produktif dan waktu non produktif perawat instalasi

hemodialisa selama jam kerja (dinyatakan dalam menit). Hasilnya disajikan

dalam Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Proporsi waktu produktif dan non produktif

Perawat Waktu yang dihabiskan Total


Produktif Non produktif waktu
(menit) (menit) (menit)
Perawat 1 380 59 439
Perawat 2 386 55 441
Perawat 3 354 68 422
Perawat 4 364 66 430
Perawat 5 359 55 414
Perawat 6 367 53 420
Perawat 7 382 68 450
Perawat 8 340 76 416
Total 2932 500 3432

94
Persentase Total 85,43% 14,57% 100%

Berdasarkan Tabel 4.5, dengan total waktu yang dihabiskan oleh perawat

Instalasi Hemodialisa RSUD dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar dalam 8

shift adalah sebesar 3432 menit dengan waktu produktif sebanyak 2932 menit

atau sebesar 85,43% dan non produktif sebanyak 500 menit atau sebesar 14,57%

(perbandingan antara waktu produktif dan non produktif adalah 85% : 15%).

Rata-rata waktu kegiatan produktif masing-masing perawat adalah sebesar 366,5

menit atau 6 jam 7 menit dan kegiatan non produktif adalah sebesar 62,5 menit

atau 1 jam 3 menit.

Dari total jumlah 275 kegiatan produktif yang menghabiskan waktu 2932

menit untuk delapan shift, kemudian dilakukan pengelompokan jenis kegiatan

produktif menjadi kegiatan produktif langsung dan tidak langsung seperti dalam

Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Proporsi waktu dan kegiatan produktif langsung dan tidak

langsung sampel

Produktif langsung (A) Produktif tidak langsung (B)


Perawat Jumlah Jumlah Rata-rata Jumlah Jumlah Rata-rata
waktu waktu
kegiatan waktu kegiatan waktu
pelaksanaan pelaksanaan
Perawat 1 18 168 9,3 18 212 11,8
Perawat 2 18 161 8,9 16 225 14,1
Perawat 3 19 168 8,8 17 186 10,9
Perawat 4 16 138 8,6 15 226 15,1
Perawat 5 20 186 13,0 15 173 11,5
Perawat 6 18 156 8,7 17 211 12,4
Perawat 7 18 144 8,0 16 238 14,9
Perawat 8 17 154 9,1 16 186 11,6
Total 144 1275 9,3 130 1657 12,8
Persentase 52,55% 43,49% 47,45% 56,51%
Total
95
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, diketahui bahwa dari total waktu produktif

perawat sebesar 2932 menit (ΣA + ΣB), proporsi untuk waktu produktif

langsung dan tidak langsung adalah masing-masing 43,49% (ΣA = 1275 menit)

dan 56,51% (ΣB = 1657 menit) atau 43,5% : 56,5%. Sedangkan proporsi antara

waktu produktif langsung:tidak langsung:non produktif adalah 37,1% : 48,3% :

14,6%.

4.6 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat Instalasi Hemodialisa


RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Berdasarkan Metode WISN ada lima langkah untuk menghitung jumlah

tenaga perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar, sebagai berikut:

1. Menentukan Waktu Kerja Tersedia

2. Menyusun Kategori SDM dan Aktivitas/Kegiatan SDM

3. Menyusun Standar Beban Kerja

4. Menyusun Standar Kelonggaran

5. Menghitung Kebutuhan Tenaga Unit Kerja

4.6.1 Menentukan Waktu Kerja Tersedia

Waktu kerja tersedia adalah waktu yang tersedia untuk kategori SDM

yang bekerja di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar selama kurun waktu satu tahun (Tabel 4.7). Data yang

dibutuhkan untuk menentukan waktu kerja tersedia adalah:

1. Hari kerja, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RSUD dr. Djasamen

Saragih Pematangsiantar yaitu enam hari dalam satu minggu. Dalam satu

tahun 312 hari ( 6 x 52 minggu ). (A)

96
2. Cuti tahunan, sesuai dengan ketentuan UU No. 24 tahun 1976 tentang

Cuti Pegawai Negeri Sipil yang berlaku di RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar, bahwa setiap karyawan mendapatkan hak cuti tahunan

selama 12 hari kerja setiap tahun. (B)

3. Pendidikan dan pelatihan. Ketentuan SDM RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar, setiap karyawan diberikan waktu untuk pendidikan dan

pelatihan 6 hari pertahun. (C)

4. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait

tentang Libur Nasional dan Cuti Bersama tahun 2014 ditetapkan 14 hari

dan 5 hari untuk cuti bersama. RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar hanya menggunakan hari libur nasional yaitu 14 hari.

(D)

5. Ketidakhadiran kerja, sesuai rata-rata ketidakhadiran kerja selama tiga

(3) hari pertahun.(E)

6. Waktu kerja di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih dalam

satu hari adalah 7 jam kerja. (F)

Tabel 4.7 Waktu kerja tersedia bagi perawat Instalasi Hemodialisa RSUD
dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Kode Faktor Jumlah Keterangan


A Hari kerja (6 × 52) 312 Hari/tahun
B Cuti tahunan 12 Hari/tahun
C Pendidikan dan pelatihan 6 Hari/tahun
D Hari libur nasional 14 Hari/tahun
Cuti bersama 5
E Ketidakhadiran kerja 3 Hari/tahun
F Waktu kerja 7 Jam/hari
272 Hari/tahun
1904 Jam/tahun
114240 Menit/tahun
97
Waktu kerja tersedia untuk perawat Instalasi Hemodialisa adalah 272

hari/tahun atau 1904 jam/tahun atau 114240 menit/tahun. Dari waktu kerja yang

tersedia ini dibagi menjadi dua shift.

4.6.2. Menentukan Unit Kerja dan Kategori SDM

Unit kerja yang diamati dan dihitung jumlah tenaganya dalam penelitian

ini adalah Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

dengan kategori SDMnya perawat pelaksana.

4.6.3. Menentukan Standar Beban Kerja

Standar Beban Kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama satu

tahun per tenaga perawat. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk

menetapkan beban kerja masing-masing kategori SDM utamanya adalah sebagai

berikut :

1. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM.

2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan

pokok.

3. Standar beban kerja per satu tahun masing-masing kategori SDM

Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh perawat pada Instalasi

Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar adalah sesuai dengan

jobdisk atau uraian tugas yang ada dalam SOP yaitu aktivitas yang termasuk

dalam kegiatan produktif. Pengamatan dengan time and motion study adalah

mencatat aktivitas dari tenaga perawat dan menghitung berapa waktu untuk

menyelesaikan satu aktivitas. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk

98
menyelesaikan setiap aktivitas pokok diperoleh dari hasil pengamatan beberapa

sampel pada tiap tahap pelayanan hemodialisa.

Berdasarkan rata-rata waktu dalam melakukan kegiatan pada Tabel 4.3

maka standar beban kerja perawat Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen

Saragih dapat dijelaskan dalam Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Standar Beban Kerja Perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr.
Djasamen Saragih Pematangsiantar

Rata-rata
No Jenis Kegiatan waktu
(menit) (t) WT SBK(WT/t)
Kegiatan Produktif Lagsung
1 Memasang alat pada pasien 10 114240 11424
2 Injeksi Heparin 8,3 114240 13763,9
3 Observasi keadaan pasien 5,3 114240 21554,7
4 Penanganan pasien komplikasi 7,8 114240 14646,2
5 Konsultasi dengan pasien dan 5,7 114240 20042,1
keluarga seputar keluhan yang
dirasakan
6 Mengukur tekanan darah 12,5 114240 9139,2
7 Observasi pasien komplikasi 9,8 114240 11657,1
8 Menghentikan perawatan 9,6 114240 11900
hemodialisa
9 Injeksi parbion untuk pasien dengan 4,2 114240 27200
indikasi
10 Injeksi hemapoetrin untuk pasien 5 114240 22848
dengan indikasi
11 Injeksi Gentamicin 4 114240 28560
12 Menjelaskan prosedur pendaftaran 18,3 114240 6242,62
pasien baru pada pasien/keluarga
Kegiatan produktif tidak langsung
13 Mempersiapkan alat 10,7 114240 10676,6
14 Reuse dialyzer 49,4 114240 2312,55
15 Menggantungkan dialyzer ke mesin 7 114240 16320
16 Menyuci dialyzer yang baru dipakai 38,7 114240 2951,94
17 Membuang limbah infeksius 3,7 114240 30875,7
18 Mengaktivasi kembali mesin yang 4,5 114240 25386,7
bermasalah
19 Menyusun bahan dan alat (selang 12 114240 9520
dan dialyzer baru)
99
Lanjutan Tabel 4.8
Rata-rata
No Jenis Kegiatan waktu
(menit) (t) WT SBK(WT/t)
20 Menulis buku rawatan 18 114240 6346,67
21 Mengsi rekam medik 29,6 114240 3859,46
22 Merapihkan rekam medik 6 114240 19040
23 Mempersiapkan berkas rekam 13,7 114240 8338,69
medik untuk esok hari
24 Mengangkat bahan-bahan 21 114240 5440
hemodialisa dari gudang
25 Menyediakan dan mengganti drigen 11,2 114240 10200
acid dan bikarbonat
26 Merapikan alat dan obat-obatan di 10,8 114240 10577,8
rak
27 Menyiapkan obat-obat injeksi 8 114240 14280
28 Mempersiapkan bahan hemodialisa 14,3 114240 7988,81
untuk pasien ke dalam tempatnya
29 Mendistribusikan tempat bahan 7 114240 16320
untuk pasien
30 Melipat linen kotor 9 114240 12693,3
31 Menghitung laken kotor untuk 15 114240 7616
diantar ke loundry
32 Melipat kasa 14 114240 8160
33 Aktivasi mesin untuk rinsing 7,8 114240 14646,2
34 Menyusun kasa dan duk ke dalam 13,3 114240 8589,47
tromol untuk disterilkan dan
mengantar ke KBU
35 Diskusi dengan kepala ruangan 14,8 114240 7718,92
mengenai kebutuhan dan masalah
yang terjadi di ruangan
36 Membersihkan mesin hemodialisa 12 114240 9520
37 Menyapu ruangan 7,5 114240 15232
Keterangan : SBK = Standar Beban Kerja ( jumlah waktu kerja tersedia dibagi
rata-rata waktu untuk menyelesaikan kegiatan pokok), WT = Waktu Kerja
Tersedia

4.6.4 Standar Kelonggaran Tenaga Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD


dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor

kelonggaran perawat yang meliputi jenis kegiatan dan waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi

100
tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan. Penyusunan

faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui pengamatan dan wawancara

kepada tiap kategori SDM tentang:

1. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada

pasien.

2. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan.

3. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.

Hasil pengamatan dengan metode time and motion study, aktivitas tenaga

perawat yang termasuk dalam aktivitas non produktif akan diperhitungkan dalam

menetapkan standar kelonggaran. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan setiap

aktivitas diketahui dari hasil pengamatan. Berdasarkan hal ini, dari hasil

pengamatan peneliti menyusun standar kelonggaran untuk perawat hemodialisa

dalam Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Standar Kelonggaran Perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr.


Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Kegiatan tidak Rata-rata Frekuensi Jumlah WT SK


produktif waktu (t) (J) (J/WT)
1 Sarapan/Makan siang 16,6 3792 62947,2 114240 0,55
2 Waktu pribadi 13,9 5688 79063,2 114240 0,69
3 Toilet 4,9 3792 18580,8 114240 0,16
4 Mengobrol 9,9 3792 37540,8 114240 0,33
5 Persiapan beres- 6,4 3792 24268,8 114240 0,21
beres pribadi
Total Standar kelonggaran 1,95
Keterangan:SK = Standar Kelonggaran ( Jumlah waktu perfaktor kelonggaran
dibagi dengan waktu kerja tersedia), WT = Waktu Kerja Tersedia

Dari perhitungan standar kelonggaran di atas diperoleh standar

kelonggaran untuk perawat adalah 1,95 dibulatkan menjadi dua orang tenaga.

101
4.6.5 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat Instalasi Hemodialisa
RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Data yang dibutuhkan untuk menghitung jumlah perawat yang

dibutuhkan adalah:

1. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu:

a. Waktu kerja tersedia

b. Standar Beban Kerja

c. Standar Kelonggaran

2. Kuantitas kegiatan pokok selama kurun waktu satu tahun

Dari data sistem informasi, data di Instalasi Hemodialisa RSUD dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar dan hasil wawancara, jumlah atau kuantitas

kegiatan pokok, dan jumlah kebutuhan tenaga tahun 2014 adalah seperti pada

Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Perhitungan jumlah tenaga perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD


dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Jenis Kegiatan Kuantitas SBK Kebutuhan


(K/SBK)
1 Memasang alat pada pasien 20592 11424 1,80
2 Injeksi Heparin 5148 13763,9 0,37
3 Observasi keadaan pasien 10296 21554,7 0,48
4 Penanganan pasien komplikasi 7,8 114240 14646,2
5 Konsultasi dengan pasien dan 7488 20042,1 0,37
keluarga seputar keluhan yang
dirasakan
6 Mengukur tekanan darah 10296 9139,2 1,13
7 Observasi pasien komplikasi 416 11657,1 0,04
8 Menghentikan perawatan hemodialisa 20592 11900 1,73
9 Injeksi parbion untuk pasien dengan 6864 27200 0,25
indikasi
10 Injeksi hemapoetrin untuk pasien 2100 22848 0,09
dengan indikasi
11 Injeksi Gentamicin 336 28560 0,01
102
Lanjutan Tabel 4.10
No Jenis Kegiatan Kuantitas SBK Kebutuhan
(K/SBK)
12 Menjelaskan prosedur pendaftaran 416 6242,62 0,07
13 pasien baru pada pasien/keluarga 1248 10676,6 0,12
Mempersiapkan alat
14 Reuse dialyzer 2028 2312,55 0,88
15 Menggantungkan dialyzer ke mesin 2206 16320 0,14
16 Menyuci dialyzer yang baru dipakai 1248 2951,94 0,42
17 Membuang limbah infeksius 2808 30875,7 0,09
18 Mengaktivasi kembali mesin yang 6240 25386,7 0,25
bermasalah
19 Menyusun bahan dan alat ke rak 312 9520 0,03
20 Menulis buku rawatan 624 6346,67 0,10
21 Mengisi rekam medik 926 3859,46 0,24
22 Merapihkan rekam medik 624 19040 0,03
23 Mempersiapkan berkas rekam medik 312 8338,69 0,04
untuk esok hari
24 Mengangkat bahan-bahan 208 5440 0,04
hemodialisa dari gudang
25 Menyediakan dan mengganti drigen 4992 10200 0,49
acid dan bikarbonat
26 Merapikan alat dan obat-obatan di rak 624 10577,8 0,06
27 Menyiapkan obat-obat injeksi 624 14280 0,04
28 Mempersiapkan bahan hemodialisa 1248 7988,81 0,16
untuk pasien ke dalam tempatnya
29 Mendistribusikan tempat bahan untuk 1470 16320 0,09
pasien
30 Melipat linen kotor 312 12693,3 0,02
31 Menghitung laken kotor untuk diantar 624 7616 0,08
ke loundry
32 Melipat kasa 1872 8160 0,23
33 Aktivasi mesin untuk rinsing 10296 14646,2 0,70
34 Menyusun kasa dan duk ke dalam 624 8589,47 0,07
tromol untuk disterilkan dan
35 mengantar ke KBU 936 7718,92 0,12
Diskusi dengan kepala ruangan
mengenai kebutuhan dan masalah
36 yang terjadi di ruangan 2496 9520 0,26
Membersihkan mesin hemodialisa
37 Menyapu ruangan 780 15232 0,05
Sub Total 11,11
Faktor Kelonggaran 1,95
Total 13,06
Kebutuhan= Kuantitas kegiatan pokok dibagi Standar Beban Kerja (SBK)

103
Berdasarkan perhitungan ketenagaan dengan metode WISN pada Tabel

4.10, maka jumlah perawat hemodialisa yang dibutuhkan adalah tiga belas

orang. Saat ini perawat pelaksana yang ada berjumlah sebelas orang, sehingga di

ruang Hemodialisa terdapat kekurangan tenaga perawat sebanyak dua orang.

4.7. Rasio Jumlah Tenaga Perawat

Rasio jumlah tenaga perawat adalah perbandingan jumlah tenaga yang

ada sekarang dengan jumlah tenaga yang seharusnya sesuai dengan perhitungan

WISN. Jumlah tenaga perawat pelaksana saat ini adalah 11 orang, sedangkan

jumlah tenaga dari hasil penghitungan WISN adalah 13 orang. Dengan demikian

rasio tenaga perawat adalah 11/13 atau 0,85 (rasio WISN < 1 artinya SDM yang

ada belum cukup dan belum sesuai beban kerja).

104
BAB 5

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang: (1) beban kerja perawat,

(2) kebutuhan tenaga perawat, (3) rasio tenaga perawat, dan (4) keterbatasan

penelitian.

5.1 Beban Kerja Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen


Saragih Pematangsiantar

Peneliti menggunakan metode time and motion study sebagai metode

untuk menghitung beban kerja. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya,

metode ini juga sekaligus menilai kualitas kinerja dari perawat yang diamati

karena peneliti memperhatikan semua kegiatan yang dilakukan oleh perawat.

Selain itu, perawat dalam penelitian ini dapat berjumlah satu orang yang

dianggap mampu mewakili keseluruhan kualitas perawat (Nursalam, 2014).

Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengamati delapan dari sebelas perawat

pelaksana yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Dengan demikian, 72,73%

gambaran kinerja dan kualitas perawat Instalasi Hemodialisa RSUD dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar mampu terwakili oleh pengamatan terhadap

delapan sampel. Peneliti membagi rata masing-masing empat shift pengamatan

pagi dan siang, dengan tujuan melihat lebih banyak kinerja perawat di masing-

masing waktu tersebut, sehingga mampu menarik kesimpulan mengenai kualitas

dari kinerja perawat secara umum. Peneliti berharap dengan menggunakan

lembar observasi time and motion study (Lampiran 1) dapat memperoleh data

yang mampu menggambarkan kegiatan perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD


105
dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar untuk kemudian mampu memberikan

perhitungan kebutuhan tenaga perawat yang tepat sesuai dengan beban kerja.

Mengacu kepada asuhan keperawatan dan standar operasional prosedur (SOP)

yang dimiliki oleh Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar (Lampiran 5), peneliti secara umum melihat bahwa asuhan

keperawatan yang dijalankan oleh perawat sudah sesuai dengan SOP, seperti: (1)

penjelasan prosedur kepada pasien baru, (2) persiapan mesin hemodialisa, (3)

memasang alat pada pasien (melakukan punksi dan kanulasi cimino (Lampiran

4, Foto 4.)/double lumen kateter (Lampiran 4, Foto 5.)/femoral, menyiapkan

darah ekstrakorporeal, memulai dialisis), (4) melakukan observasi selama

dialisis, (5) terminasi akses dialisa, (6) perawatan akses sirkulasi, dan (7)

perawatan mesin hemodialisa.

Namun demikian, ada beberapa asuhan keperawatan yang belum

dilakukan oleh perawat, misalnya mengukur tekanan darah pasien setiap jam dan

perawat belum memakai apron ketika melakukan tindakan di instalasi

hemodialisa. Prosedur pelaksanaan reuse dyalizer juga belum ada dalam standar

operasional prosedur (SOP) yang dimiliki oleh Instalasi Hemodialisa RSUD dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar. Peneliti menyimpulkan bahwa kinerja

perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

baik karena perawatan hemodialisa yang diberikan sudah sesuai dengan SOP

sebesar 80%. Namun demikian, untuk hasil penelitian yang lebih baik, peneliti

merasa perlu untuk melakukan penilaian terhadap kinerja perawat Instalasi

Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar berdasarkan kepada

106
standar operasional prosedur dan asuhan keperawatan sebagai salah satu

instrumen di penelitian selanjutnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, diketahui

bahwa proporsi waktu produktif yang dihabiskan perawat dalam satu shift adalah

sebesar 85,43%, sedangkan jumlah kegiatan produktif yang dilakukan oleh

perawat selama 8 shift adalah sebesar 84,36%. Hal ini mengindikasikan bahwa

perawat Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

telah melewati titik optimum karena telah melewati 80% (Ilyas, 2011). Untuk

itu, perlu dipertimbangkan untuk penambahan tenaga kerja baru. Lebih lanjut,

berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, diketahui bahwa

proporsi waktu non produktif yang dihabiskan perawat dalam satu shift adalah

14,57%, sedangkan jumlah kegiatan non produktif yang dilakukan oleh perawat

selama delapan shift adalah sebesar 15,64%. Hasil penelitian lain didapatkan

penggunaan waktu kerja asisten apoteker untuk aktivitas produktif di Unit

Farmasi Rawat Jalan Krakatau Medika Hospital adalah 80,17%, sudah melebihi

nilai optimal (Syukraa, 2012).

Berdasarkan pembagian waktu produktif dan non produktif yang telah

dijabarkan dalam hasil penelitian, diketahui bahwa beban kerja yang dimiliki

oleh perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar cenderung tinggi. Hal ini menurut peneliti terjadi karena jam

kerja perawat yang melewati batas yang telah ditetapkan, sehingga perawat yang

sudah bisa pulang atau belum harus memulai perawatan harus memulai lebih

dulu dan mengakhiri lebih akhir. Terlihat pula dari distribusi waktu kegiatan

107
produktif pada masing-masing shift dalam delapan shift (empat shift pagi dan

empat shift siang) yang diamati cenderung merata. Hal ini dikarenakan jenis

kegiatan dalam perawatan hemodialisa cenderung tidak bervariasi dengan

jumlah pasien yang relatif statis. Rata-rata pasien hemodialisa adalah pasien

tetap dan sudah memiliki jadwal hemodialisa dua kali seminggu (Senin dan

Kamis, Selasa dan Jumat, Rabu dan Sabtu).

Peneliti menyimpulkan, bahwa beban kerja yang dirasakan oleh perawat

yang bertugas pada shift pagi atau shift siang adalah sama besar. Berdasarkan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.102/MEN/VI/2004

tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur, waktu lembur

didefinisikan sebagai waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40 jam

seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu, atau 8 jam sehari dan 40 jam

seminggu untuk 5 hari kerja dalam seminggu. Diketahui berdasarkan Undang-

undang No. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja, setiap pekerja berhak untuk

mendapatkan waktu istirahat minimal ½ jam setelah pekerja tersebut bekerja

selama 4 jam, dimana waktu istirahat tersebut tidak dihitung ke dalam jam kerja.

Dengan demikian, jam kerja yang dibebankan kepada perawat Instalasi

Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar telah melewati batas

maksimum untuk pekerja dengan 6 hari kerja dalam seminggu. Peneliti

memperoleh hasil, bahwa waktu kerja perawat hemodialisa RSUD dr. Djasamen

Saragih Pematangsiantar mencapai 7 jam 10 menit sehari dan 43 jam seminggu,

telah melewati batas waktu kerja normal untuk pekerja dengan 6 hari kerja.

Lebih lanjut dalam pasal 4 ayat 1 dalam keputusan yang sama dijelaskan bahwa

108
ada kewajiban bagi pengusaha untuk membayar lembur para tenaga kerjanya

yang bekerja melebihi waktu kerja. Untuk itu, peneliti mempertimbangkan akan

adanya kebutuhan pemberian bonus atau tambahan kepada para perawat dengan

tujuan mempertahankan performa dalam memberikan pelayanan perawatan

hemodialisa.

Beban kerja yang terlampau tinggi pada akhirnya akan memiliki

beberapa dampak yang buruk, misalnya kesalahan dalam pengerjaan pasien yang

nantinya akan berujung kepada kematian (Palestin, 2006). Penambahan jumlah

tenaga perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar merupakan hal yang perlu dilakukan untuk bisa mampu

mencegah timbulnya hal yang tidak diinginkan. Selain itu, berdasarkan data

kunjungan yang dimiliki oleh instalasi hemodialisa, jumlah pasien yang

cenderung meningkat setiap tahun diperkirakan akan semakin meningkat dalam

tahun-tahun kedepannya.

Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan,

dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan untuk

pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan

penunjang (Irwandy, 2007). Penggunaan waktu yang terbanyak di Instalasi

Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih adalah untuk melakukan kegiatan

produktif tidak langsung yaitu 56,51% (1657 menit) dari total waktu 3432 menit.

Hasil analisis Fredna (2009), kegiatan terbanyak dari perawat pelaksana di

Ruang Rawat Inap Irna B Rumah Sakit Umum Prof dr R. D. Kandou Manado

109
adalah kegiatan keperawatan langsung 46,67%, dengan pencapaian waktu

kegiatan 843 menit dari total waktu 2380 menit.

Berdasarkan pembagian waktu produktif langsung dan tidak langsung di

Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih, diketahui bahwa waktu

produktif langsung lebih sedikit dibandingkan dengan waktu produktif tidak

langsung (37,1% : 48,3% dengan mempertimbangkan waktu non produktif

sebesar 14,6%). Hal ini menurut peneliti disebabkan oleh perawatan hemodialisa

di RSUD dr. Djasamen Saragih menggunakan ginjal buatan (dialyzer) secara

berulang (reuse) yang membutuhkan waktu kurang lebih 10-15 menit untuk

proses me-reuse dialyzer pada mesin hemodialisa dan manual.

Dari hasil rata-rata waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan

hemodialisa (Tabel 4.3) diperoleh hasil, waktu yang lebih banyak habis adalah

melakukan kegiatan reuse dialyzer di mesin hemodialisa (49,4 menit) (Lampiran

4, Foto 3.) dan menyuci dialyzer yang baru dipakai secara manual (38,7 menit).

Prosedur dasar proses ulang dializer ada beberapa tahap, yaitu: (1) mengakhiri

tindakan dialisis (termination of hemodialysis), (2) pembilasan awal (pre-

rinsing), (3) pemeriksaan secara visual (visual inspection), (4) pemberian label

dan pengiriman ke tempat reuse, (5) pembilasan (rinsing), (6) pembersihan

(cleaning), (6) pemeriksaan alat (performance testing), dan (7) desinfeksi dan

penyimpanan yang membutuhkan waktu 10-13 menit per dialyzer untuk

pembilasan dan pembersihan. Setelah diberi label, dialyzer dikirim ke ruang

reuse idealnya tidak lebih dari 10 menit. Ruang reuse (Lampiran 4, Foto 7.)

sebaiknya: (a) terpisah dari ruang dialisis, (b) mempunyai ventilasi yang

110
baik/dilengkapi exhaust fan, dan (c) bukan tempat lalu lalang petugas/pasien

(Mery, K, et.al., 1999).

Pemakaian ulang dializer (dialyzer reuse) adalah suatu tindakan

pemakaian dializer lebih dari satu kali pada pasien yang sama, hal ini disebabkan

karena pembiayaan untuk hemodialisa yang mahal. Biaya hemodialisa pasien

BPJS dengan dialyzer reuse tahun 2015 untuk Rumah Sakit Tipe B adalah Rp.

994.800,- dan untuk pasien umum dikenakan biaya Rp. 1.250.000,- sedangkan

untuk harga dialyzer saja kurang lebih Rp. 150.000,- per buah. Pemakaian

dialyzer reuse di Indonesia mulai sekitar tahun 1998 sebagai dampak dari krisis

moneter yang melanda Indonesia. PT Askes yang merupakan penyandang dana

untuk asuransi kesehatan pegawai negeri memberlakukan sistem reuse ini

(Dharmeizar, 2012).

Keuntungan pemakaian reuse dialyzer adalah: (1) menurunkan

pemaparan bahan kimia residu yang digunakan pabrik, (2) menurunkan aktivitas

sistem imun (mengurangi first use syndrome), (3) memperbaiki kualitas hidup

penderita, dan (4) menurunkan harga tindakan hemodialisa. Kerugian pemakaian

reuse dialyzer adalah: (1) potensi untuk pemaparan bahan kimia terhadap pasien

dan personal, (2) potensi untuk terjadinya kontaminasi bakteri atau endotoksin,

(3) potensi berkurangnya clearance atau ultrafiltrasi dialyzer, (4) potensi

terjadinya infeksi silang pada saat prosedur pembuatan reuse. Komplikasi ini

dapat dihilangkan sama sekali bila prosedur pembuatan dialyzer pakai ulang

(reuse) dilakukan dengan baik dan semua tahap dalam proses tersebut diikuti

dan dilakukan dengan teliti oleh tenaga terlatih (Gunawan, 2011).

111
Hasil penelitian Suastika (2014) menunjukkan ada perbedaan pada

penggunaan dialyzer single use dengan dialyzer reuse terhadap kadar

hemoglobin pada pasien hemodialisa di ruang hemodialisa RSUP Sanglah

Denpasar, diperoleh 20 pasien menggunakan dialyzer reuse dengan kisaran

kadar hemoglobinnya 6,1-9,9 g/dL, sedangkan 11 diantaranya menggunakan

dialyzer single use dengan kisaran kadar hemoglobin dari 7,0-10,9 g/dL.

Penggunaan dialyzer reuse akan menyebabkan adanya robekan pada membran

semipermeabel/serat-serat kecil, selain itu penggunaan dialyzer reuse dari reuse

1 hingga reuse 4 akan mengalami penurunan clearance sehingga

penyaringannya tidak optimal yang menyebabkan kadar ureum di darah pasien

tidak bisa dikurangi secara maksimal (Gunawan, 2011).

Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) adalah rumah sakit berbasis teknologi

yang diimplementasikan dalam setiap pelayanan kesehatannya, tak terkecuali

hemodialisa (cuci darah). Rumah sakit ini bahkan mengimplementasikan prinsip

single use, misalnya dalam menggunakan filter/dializer yang hanya dipakai

sekali (Prahadi, 2015).

Kegiatan lain yang menyebabkan waktu produktif tidak langsung lebih

banyak adalah mengangkat cairan dialisat (bicarbonat dan acid) dari gudang

hemodialisa yang berjarak kurang lebih 100 meter dari gedung instalasi

hemodialisa yaitu membutuhkan waktu rata-rata 21 menit, dimana isi @ drigen

adalah 5 liter, sehingga perawat menggunakan kursi roda sebagai alat bantu

mengangkat cairan dialisat tersebut. Kegiatan yang lain adalah menghitung dan

mengantarkan laken dan duk kotor ke loundry (15 menit) dan mengantar dan

112
menjemput bahan yang disterilkan ke ruangan KBU (13 menit). Peneliti

menyimpulkan bahwa tata ruang, sarana dan prasrana mempengaruhi beban

kerja perawat. Metode time and motion study untuk menghitung gerakan dan

kegiatan perawat medikal bedah dan karakteristik lingkungan kerja perawat;

tujuannya adalah untuk mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan waktu

perawatan langsung melalui perbaikan proses kerja, infrastruktur teknologi, dan

tata letak unit medikal bedah (Hendrich, Chow, Skierczynski, & Lu, 2008).

Untuk itu peneliti juga menyarankan untuk memperbaiki tata letak unit gudang

dengan instalasi hemodialisa dan menyediakan sterilisator di Instalasi

hemodialisa.

Kegiatan produktif tidak langsung lainnya yang memakan waktu yang

banyak adalah mengisi rekam medik (29,6 menit) dan menulis buku rawatan (18

menit). Salah satu cara untuk meminimalisir beban kerja yang berasal dari

kegiatan produktif tidak langsung adalah dengan memanfaatkan teknologi untuk

memudahkan kerja. Menurut Maviglia, et all (2007), penggunaan teknologi

mampu mempersingkat waktu kerja, misalnya dengan melakukan input data obat

yang dibutuhkan oleh pasien hemodialisa melalui komputer, pengisian rekam

medik dan proses dokumentasi pasien dengan jaminan terkomputerisasi. Selain

itu, dikatakan pula oleh Kurniadi (2013) bahwa peningkatan IPTEK dan sumber

daya manusia yang mampu menguasainya akan sangat berpengaruh terhadap

peningkatan produktivitas kerja. Namun demikian, perlu dipertimbangkan

kesiapan Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar itu

sendiri untuk bisa menerapkan sistem ini.

113
Proporsi waktu kegiatan langsung lebih sedikit menurut peneliti adalah

karena perawatan hemodialisa cenderung kurang banyak melibatkan interaksi

antara pasien dengan perawat. Interaksi terjadi antara perawat dengan pasien

hanya terjadi pada saat-saat tertentu dan tidak terjadi sepanjang perawatan,

terutama pada pada satu jam pertama dan satu jam terakhir perawatan. Beberapa

penelitian, bahkan perawat sendiri melaporkan hanya sebagian kecil waktu

keperawatan didedikasikan untuk perawatan langsung pada pasien (Hendrich,

Chow, Skierczynski, & Lu, 2008; Qian, et all., 2012). Peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan dicapai dengan mengembalikan waktu perawatan langsung

kepada perawat.

5.2 Kebutuhan Tenaga Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD dr.


Djasamen Saragih Pematangsiantar

Metode WISN dipilih karena metode ini memiliki kelebihan, yaitu

mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan,

komprehensif dan realistis (Nursalam, 2014). Setiap fasilitas kesehatan termasuk

rawat inap, operasi bedah, rujukan, rawat jalan, berbagai jenis klinik, pendidikan

kesehatan, dan kunjungan rumah memiliki pola beban kerja yang berbeda

(Pandey, 2013).

Setelah setiap komponen yang diperlukan dalam rumus Metode WISN

didapatkan, diketahui kebutuhan perawat di instalasi hemodialisa RSUD dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar adalah sebanyak 13 orang, sedangkan tenaga

yang ada hanya sebelas orang, sehingga di ruang Hemodialisa terdapat

kekurangan tenaga perawat sebanyak dua orang. Dari hasil tersebut peneliti

114
dapat menyimpulkan jumlah perawat yang ada belum mencukupi untuk

menyelesaikan kegiatan perawat sesuai beban kerja.

Shivam, et al., (2014) melakukan penelitian dengan menggunakan

metode WISN untuk memperkirakan secara kuantitatif kebutuhan staf

keperawatan berdasarkan standar aktivitas dan beban kerja, dan untuk menilai

adanya ketidakseimbangan distribusi staf perawat di rumah sakit daerah distrik

Burdwan, India. Hasil rata-rata WISN seluruh distrik Burdwan, India yang

diperoleh, ternyata hanya tersedia 35% dari perawat yang diperlukan atau

terdapat kekurangan tenaga perawat sebanyak 65%.

Penelitian Musau, et al., (2008) juga menghasilkan sangat sedikit

departemen di lembaga kesehatan tersier Kenya yang memiliki jumlah staf yang

optimal, dimana dari hasil penelitian tersebut ditemukan mayoritas staf di setiap

departemen mengalami kekurangan atau kelebihan. Interpretasi hasil

penghitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan indeks WISN dengan

menggunakan metode pendekatan time and motion study di ruang bedah Rumah

Sakit Umum Negara Bali diperoleh kekurangan 30 orang perawat (Ernawati,

Nursalam, & Djuari, 2011).

Ria (2011), memperoleh hasil kebutuhan tenaga perawat di Ruang

Rawat Inap RSIA Hermina Podomoro adalah 14 orang, sedangkan tenaga yang

ada 13 orang. Dengan demikian juga disimpulkan jumlah tenaga yang ada belum

mencukupi untuk menyelesaikan aktivitas perawat sesuai beban kerja yang ada.

Penelitian Amini (2015), mendapatkan hasil kebutuhan tenaga perawat di Unit

Rawat Inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai dengan metode WISN menunjukkan

115
bahwa jumlah perawat di unit rawat yang ada secara keseluruhan masih kurang

dari kebutuhan sebanyak 8 orang. Peneliti lain, Syukraa (2012), melaporkan

kebutuhan tenaga asisten apoteker di Unit Farmasi Rawat Jalan Krakatau

Medika Hospital setelah perhitungan dengan metode WISN adalah didapatkan

jumlah tenaga asisten apoteker adalah 34 orang, masih kekurangan tenaga

sebanyak 10 orang.

Hasil penelitian Soehardy (2010) menyatakan adanya dampak beban

kerja terhadap waktu pelayanan resep terutama di hari dan jam sibuk di mana

beban kerja yang tinggi dapat memperlambat waktu layanan sehingga akhirnya

akan menurunkan kualitas layanan. Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi

manajemen RSUD dr. Djasamen Saragih dalam hal mengurangi tekanan beban

kerja petugas, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan merencanakan

kebutuhan tenaga perawat hemodialisa masa yang akan datang, sesuai dengan

yang dijelaskan dalam Buku User’s Manual WISN.

5.3.1 Rasio Tenaga Perawat Hemodialisa

Dari hasil penghitungan jumlah tenaga perawat pelaksana di instalasi

hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar seharusnya adalah 13

orang, sedangkan tenaga yang ada saat ini hanya 11 orang. Diperoleh rasio

tenaga perawat hemodialisa menurut WISN adalah 0,85 (lebih kecil dari satu).

Rasio WISN yang diperoleh dalam penelitian Ria (2011) adalah 0,93 (kecil dari

satu). Amini (2015) mendapatkan rasio WISN untuk tenaga perawat dan bidan di

Rawat Inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai 0,89 (lebih kecil dari satu) dan hasil

yang diperoleh Syukraa (2012) adalah 0,70 (lebih kecil dari satu).

116
Dalam Buku User’s Manual WISN (WHO, 2010) dijelaskan bahwa jika

rasio tenaga nilainya satu, artinya jumlah tenaga sesuai dengan tuntutan beban

kerja (jumlah tenaga sudah mencukupi). Nilai rasio kurang dari satu, berarti

jumlah tenaga tidak sesuai dengan beban kerja (jumlah tenaga kurang) dan jika

nilainya lebih dari satu menunjukkan jumlah tenaga berlebih sehubungan dengan

beban kerja. Semakin kecil rasio WISN, semakin besar beban kerja. Berdasarkan

hal tersebut berarti jumlah tenaga yang ada di Instalasi hemodialisa RSUD dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar saat ini tidak sesuai dengan beban kerja yang

ada. Beban kerja yang ada lebih besar dari jumlah tenaga yang tersedia.

Beban kerja yang tinggi bisa memberikan dampak bagi pelayanan, yaitu

bisa meningkatkan potensi terjadinya kesalahan pengobatan (Drug Week, 2007).

Pertimbangan bagi manajemen Keperawatan RSUD dr. Djasamen Saragih

adalah perencanaan kebutuhan atau penambahan tenaga yang berarti juga

mengurangi tekanan akibat beban kerja yang tinggi bagi tenaga perawat dan

sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan tersebut dapat berasal dari peneliti, sampel, dan waktu

penelitian. Keterbatasan peneliti yaitu peneliti sendiri bukan seorang praktisi

yang bekerja di Instalasi hemodialisa. Perlu waktu yang lebih untuk mengenal

situasi, kondisi rumah sakit, prosedur pemasangan hemodialisa, alat dan bahan

pemasangan hemodialisa. Upaya yang dilakukan peneliti yaitu dengan

melakukan pendekatan yang intens kepada kepala ruangan dan para perawat

117
pelaksana, memanfaatkan waktu dengan menggali informasi sebanyak mungkin

mengenai prosedur dan ruang hemodialisa.

118
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian secara umum menggambarkan adanya kesenjangan

antara beban kerja yang diterima oleh perawat Instalasi Hemodialisa dengan

tenaga kerja yang tersedia, sehingga dibutuhkan penambahan tenaga kerja

sebanyak dua orang perawat pelaksana.

a. Beban kerja perawat di Instalasi hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih


Pematangsiantar

Tingginya beban kerja yang diemban oleh perawat di Instalasi

Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar disebabkan oleh

waktu kerja yang lebih panjang dari yang seharusnya. Perawat Instalasi

Hemodialisa bekerja selama 6 hari dalam seminggu dan terbagi dalam dua shift

(shift pagi jam 07.00-13.00 WIB sedangkan shift siang dari jam 13.00-19.00

WIB). Beban kerja perawat yang dirasakan terlalu tinggi berdasarkan hasil

observasi disebabkan oleh lebihnya waktu kerja dari yang disediakan (untuk

shift pagi jam 06.30-14.00 WIB dan shift siang 12.30-20.00 WIB)

Proporsi antara waktu produktif langsung:produktif tidak langsung:non

produktif adalah 37,1% : 48,3% : 14,6%. Rata-rata waktu kegiatan produktif

masing-masing perawat adalah sebesar 366,5 menit atau 6 jam 7 menit dan

kegiatan non produktif adalah sebesar 62,5 menit atau 1 jam 3 menit. Dapat

disimpulkan bahwa perbandingan kegiatan produktif dan non produktif adalah

119
85% : 15% menunjukkan bahwa aktivitas perawat Instalasi Hemodialisa cukup

padat sehingga beban kerja dirasakan cukup besar.

Kegiatan produktif tidak langsung yang banyak memakan waktu adalah

reuse dialyzer dengan mesin (49,4 menit), reuse dialyzer secara manual (38,7

menit), mengisi rekam medik (29,6 menit), mengangkat cairan dialisat dari

gudang (21 menit), menulis buku rawatan (18 menit), menghitung dan

mengantar laken kotor ke loundry (15 menit), dan mengantar bahan untuk

disterilkan ke KBU (13,3 menit). Berdasarkan hal tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan jumlah kegiatan dan waktu

perawatan langsung pada pasien Hemodialisa, pihak manajemen RSUD dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar harus memperbaiki sarana dan prasarana,

lingkungan kerja, teknologi, dan tata letak unit hemodialisa.

b. Kebutuhan Tenaga Perawat Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen


Saragih Pematangsiantar

Perhitungan kebutuhan perawat hemodialisa berdasarkan WISN

diperoleh hasil jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah tiga belas orang,

sedangkan tenaga yang tersedia saat ini sebelas orang, sehingga di ruang

Hemodialisa terdapat kekurangan tenaga perawat sebanyak dua orang. Rasio

tenaga perawat hemodialisa menurut WISN adalah 0,85 (lebih kecil dari satu).

Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan jumlah tenaga yang ada di

Instalasi hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar saat ini tidak

sesuai dengan beban kerja yang ada (jumlah tenaga kurang).

120
6.2 Saran

1. Bagi RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

a. Menambah tenaga perawat sebanyak dua orang yang diaktifkan pada

shift siang dalam rangka mengefektifkan tenaga profesi perawat dalam

memberikan pelayanan hemodialisa di Instalasi Hemodialisa RSUD

dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Dalam hal ini RSUD dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar diharapkan telah menyesuaikan

pemenuhan kebutuhan tenaga dengan anggaran dan prioritas rumah

sakit.

b. Menambah jumlah perawat yang mengikuti seminar dan pelatihan

dengan beban biaya yang seminimal mungkin atau ditanggung oleh

RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Selain itu, jenis

pelatihan yang diberikan kepada perawat di Instalasi Hemodialisa

RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar sebaiknya mampu

mengakomodir kebutuhan keterampilan perawat di lapangan.

c. Memberikan tambahan insentif lembur untuk perawat di Instalasi

Hemodialisa sebagai penghargaan atas kinerjanya yang melewati

batas jam yang telah ditentukan.

d. Melengkapi sarana dan prasarana rumah sakit (menyediakan

sterilisator pada masing-masing ruang rawatan) dan memperbaiki tata

ruang gedung dengan gudang hemodialisa.

e. Membuat pengadaan mesin untuk reuse dialyzer (dialyzer auto-

reprocessing system) dan mesin hemodialisa yang memiliki alat

121
pengukur tekanan darah otomatis sehingga bisa mengurangi beban

kerja perawat di Instalasi Hemodialisa.

2. Bagi Bidang Keperawatan RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

a. Menggunakan metode time and motion study untuk mengukur standar

waktu dan gerakan-gerakan efektif dan efisien yang akan digunakan

untuk perencanaan dan penjadwalan sampai perkiraan biaya produksi,

termasuk biaya tenaga perawat.

b. Menggunakan metode WISN untuk mengukur jumlah kebutuhan dan

mengevaluasi kembali sebaran tenaga perawat yang sudah ada di

instalasi hemodialisa dan juga di ruangan rawat inap secara

menyeluruh sesuai dengan kebutuhan masing-masing ruangan.

c. Menetapkan sistemasi pembagian jatah pelatihan dan seminar yang

jelas, sehingga semua perawat dapat mengembangkan potensi diri.

d. Sebagai bahan pertimbangan dalam memberlakukan sistem reward

untuk perawat yang telah bekerja dengan baik melewati jam kerjanya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Melanjutkan penelitian terkait dengan kualitas kinerja dan performa

dari perawat Instalasi Hemodialisa menggunakan standard

operational procedure dan atau asuhan keperawatan sebagai salah

satu instrumen penilaian.

b. Melanjutkan penelitian untuk menganalisa cost and benefit dari

direkrutnya tenaga perawat sebagai 2 orang atau 1 orang atau tidak

merekrut sama sekali namun memberikan insentif lembur yang lebih

122
tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi biaya di Instalasi

Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih dengan tetap

mengutamakan pelayanan yang prima.

123
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, C. Y. (2007). Manajemen administrasi rumah sakit. Ed. 2. Jakarta:


Penerbit Universitas Indonesia.

Amini, R.S. (2015). Analisis kebutuhan sumber daya manusia tenaga


keperawatan menggunakan metode Workload Indicator Staff Need
(WISN) di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai tahun 2014.
Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Chattopadhyay, A., Ghosh, R., Maji, S., Ray, T.G., & Lahiri, S.K. (2012). A
time motion study in the immunization clinic of a tertiary care hospital of
Kolkata, West Bengal. Indian Journal of Community Medicine, 37 (1).

Dharmeizar. (2012). Naskah Lengkap simposium nasional: Peningkatan


pelayanan penyakit ginjal kronik dan Indonesia renal registry.
Yogyakarta: Pernefri Wilayah Yogyakarta.

Departemen Kesehatan. (2008). Buku pedoman pelayanan Hemodialisa di


sarana pelayanan kesehatan. Jakarta.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Tenaga Kerja. Jakarta. Diunduh dari http://www.nakertarans.go.id pada
27 Juli 2015.

Drug week. (2007). Drug development; Pharmacists' workload contributes to


errors. Article. Diunduh dari Proquest pada 02 Agustus 2015.

Ernawati, N.A.K, Nursalam, & Djuari, L. (2011). Kebutuhan riil tenaga perawat
dengan metode Workload Indicator Staff Need (WISN). Jurnal Ners, 6
(1), 86-93.

Fredna, J.M.R. (2009). Analisis beban kerja perawat pelaksana dalam


mengevaluasi kebutuhan tenaga perawat di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Prof dr R.D. Kandou Manado. Tesis. Depok: Universitas
Indonesia.

Gillies, D. A. (1994). Nursing management : A system approach. Edisi kedua.


Philadelpia: W.B. Sauders.

Gunawan. (2011). Perbedaan penggunaan hemodialisa new dializer dan reuse


dializer terhadap penurunan kadar ureum pada penderita gagal ginjal
terminal di Unit Hemodialisa RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
Semarang: Universitas Muhammadiyah.

124
Haryati, Eko. (2010). Asuhan keperawatan chronic renal failure. Bahan kuliah.
Renal Unit RSUD dr. Moewardi Surakarta. Surakarta.

Hasibuan, P.M. (2007). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT Binarupa


Bumi Aksara.

Hendrich, A., Chow, M.P., Skierczynski, B.A., & Lu, Z. (2008). A 36-hospital
time and motion study: How do medical-surgical nurses spend their
time?. The Permmanente Journal, 12 (3).

Hendrich, A., Chow, M.P, Bafna, S., Choudhary, R., Heo, Y., & Skierczynski,
B.A. (2009). Unit-related factors that affect nursing time with patients:
spatial analysis of the time and motion study. Health Environments
Research & Design Journal, 2 (2).

Ilyas, Y. (2011). Perencanaan SDM rumah sakit, teori, metoda dan formula.
Jakarta: Pusat Kajian Ilmu Kesehatan FKM-UI. CV Usaha Prima.

Irwandy. (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan beban kerja perawat


di Unit Rawat Inap RSJ Dadi Makassar tahun 2005. Tesis. Magister
Administrasi Rumah Sakit. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Iskandar, D. (2008). Rumah sakit, tenaga kesehatan dan pasien. Jakarta: Sinar
Grafika.

Irnalita. (2008). Analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan beban kerja


dengan menggunakan metode work sampling pada Instalasi Gawat
Darurat BPK-RSU Dr. Zainoel Abidin-Banda Aceh tahun 2008. Tesis.
Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2004). Surat Keputusan Menteri


Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
No.102/Men/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja
Lembur. Jakarta.

Kurnia, E., Damayanti, N.A., & Nursalam. (2011). Formula penghitungan tenaga
keperawatan modifikasi FTE dengan model asuhan keperawatan
profesional tim. Jurnal Ners, 6 (1), 11-20.

Kurniadi, A. (2013). Manajemen keperawatan dan prospektifnya. Teori, konsep


dan aplikasi. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

125
Lubis, M. (2007). Pengaruh beban kerja terhadap efektivitas kerja perawat di
Instalasi Rawat Inap RSU dr. Pirngadi Medan. Tesis. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Lowry, S.M., Maynard, H.B., & Stegemerten, G.J. (1940). Time and motion
study and formulas for wage incentives. New York and London:
McGraw-Hill Book Company, Inc.

Manuaba. A. (2000). Ergonomi kesehatan dan keselamatan kerja. Surabaya: PT.


Guna Widya.

Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Marquis, B.L., & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen


keperawatan. Teori dan aplikasi edisi 4. Jakarta: EGC.

Maviglia, S.M, et all. (2007). Cost-benefit analysis of a hospital pharmacy


barcode solution. Archive of Internal Medicine, 167 (788-794).

McQuide, P.A., Aitken, R.L.K., & Foster, N. (2013). Applying the Workload
Indicators of Staffing Need (WISN) method in Namibia: Challenges and
implication for human resources for health policy. BioMed Central
Human Resources for Health. Tersedia: http://www.human-resources-
health.com/content/11/1/64.

Meri. K., Scott., Bruce. A.M., Kevin. M.S., William. R.C. (1999). Dialyzer
dependent changes in solute and water permeability with bleach
reprocessing. American Journal of Kidney Diseases, 33 (87).

Musau, P., et al. (2008). Workload indicators of staffing need method in


determining optimal staffing level at MOI Teaching and Referral
Hospital. East African Medical Journal, 85 (5).

Nawawi, H.H. (2001). Perencanaan SDM untuk organisasi profit yang


kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurini, Ismonah, & Purnomo. (2011). Analisis faktor-faktor yang meningkatkan


kepatuhan hemodialisa pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) di
Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Skripsi. Ilmu Keperawatan STIKES
Telogorejo Semarang.

Norman. (2006). Kapita selekta kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Nursalam. (2007). Manajemen keperawatan, aplikasi dalam praktek


keperawatan profesional. Jakarta: Salemba Medika.
126
. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik
keperawatan profesional-Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Oostveen, C.J., Vermeulen, H., Gouma, D.J., Bakker, P.J., & Ubbink, D.T.
(2013). Explaining the amount of care needed by hospitalized surgical
patients: A prospective time and motion study. BioMed Central Health
Services Research. Tersedia: http://www.biomedcentral.com /1472-
6963/13/42.

Palestin, B. (2006). Fungsi perawat spesialis agar terhindar dari masalah etik
maupun hukum. Jurnal Keperawatan dan Penelitian Kesehatan.

Pandey, A.A., Chandel, S. (2013). Human resources assessment of a district


hospital applying WISN method: Role of laboratory technicians.
International Journal of Medicine and Public Health, 3 (4).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang


Klasifikasi dan perizinan rumah sakit. Diunduh dari
http://www.buk.kemkes.go.id pada 26 Agustus 2015.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing: generating and assessing evidence
for nursing practice. Ninth Edition.

Polit, D. F., & Hungler, B. P. (2012). Nursing: generating and assessing


evidence for nursing practice. Eight Edition.

Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik. Jakarta: EGC.

Prahadi, Y.Y. (2015). Ini keunggulan layanan hemodialisa RS Pondok Indah.


Diakses dari http://swa.co.id/business-strategy/management/ini keun
ggulan-layanan-hemodialisa-rs-pondok-indah pada tanggal 26 Agustus
2015.

Qian, S., Yu. P., Zhang, Z., Hailey, D.M., Davy, P.J, & Nelson, M.I. (2012). The
work pattern of personal care workers in two Australian nursing homes:
A time-motion study. BioMed Central Health Services Research.
Tersedia: http://www.biomedcentral.com /1472-6963/12/305.

Qian, S., Yu. P., Zhang, Z., Hailey, D.M., Davy, P.J, & Nelson, M.I. (2014).
Time spent on daytime direct care activities by personal carers in two
Australian residential aged care facilities: A time-motion study. Journal
Compilation. Tersedia: http://dx.doi.org/10.1071./AH13161.

Reitan, J.F., et al. (2013). Staff time and motion assesment for administration of
erythropoiesis-stimulating agents: A two phase pilot study in clinical
127
oncologi practices. Original Research Article of Clin Drug Investig, 33,
383-389.

Ria, Siti. (2011). Analisis jumlah tenaga perawat di ruang rawat inap RSIA
Hermina Podomoro. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.

Saurman, E., Lyle, D., Kirby, S., & Roberts, R. (2014). Assessing program
efficiency: A time and motion study of the mental health emergency
care-rural access program in NSW Australia. International Journal of
Environmental Research and Public Health. Tersedia: www.mdpi.
com/journal/ijerph.

Saragih, Erlita. (2010). Pengaruh mutu pelayanan kesehatan terhadap loyalitas


pasien Rumah Sakit Umum Herna Medan. Tesis. Program Pascasarjana
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Shinder, G.A., et al. (2012). Patient and work flow and costs associated with
staff time and facility usage at a comprehensive cancer in Quebec,
Canada-A time and motion study. BioMed Central Health Services
Research. Tersedia: http://www.biomedcentral.com /1472-6963/12/370.

Ship & Peter, J. (1998). Workload Indicator of Staffing Need (WISN) : A manual
for implementation. Switzerland: WHO.

Shivam, S., Roy, R.N., Dasgupta, S., Bhattacharyya, K.D., Misra, R.N., Roy, S.,
& Saha, I. (2014). Nursing personnel planning for rural hospitals in
Burdwan District, West Bengal, India: Using workload indicators of
staffing needs. J Health Popul Nutr; 32(4), 658-664.

Simamora, R.H. (2012). Buku ajar manajemen keperawatan. Jakarta: EGC.

Simanullang, M.S.D. (2010). Hubungan antara tingkat pengetahuan suami


tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi dalam perawatan
kehamilan di klinik bersalin. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Soehardy, C.F. (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelayanan


resep Instalasi Farmasi RS Hermina Depok. Tesis. Depok: Universitas
Indonesia.

Standar Operasional Prosedur Perawatan Hemodialisa RSUD dr. Djasamen


Saragih Pematang Siantar. (2013). Bagian Keperawatan RSUD dr.
Djasamen Saragih Pematangsiantar.

Sutrisno, E. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.
128
Suastika, G.A.R., dkk. (2014). Perbedaan penggunaan dialyzer single use dengan
dialyzer reuse terhadap kadar hemoglobin pada pasien hemodialisa.
Jurnal KMB, Maternitas, Anak dan Kritis; 1 (2), 154-157.

Syukraa, H.G. (2012). Analisis kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja


dengan teknik work sampling menggunakan metode WISN di unit farmasi
rawat jalan Krakatau Medika Hospital Cilegon 2012. Tesis. Depok:
Universitas Indonesia.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Jakarta:


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307.

World Health Organization. (2010). Workload indicators of staffing need:


User’s manual. Geneva: WHO Press. Tersedia: http://www.who.int/
resources /wisn_user_manual/en/.
129
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Inform Concent)

Nama : Ervina Pangaribuan


NIM : 137046033

Saya adalah mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan


Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat berdasarkan Beban Kerja
dengan Metode Time and Motion Study dan Metode Workload Indicators of
Staffing Need (WISN) di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan tenaga
perawat di Instalasi Hemodialisa berdasarkan beban kerja. Penelitian ini
merupakan salah satu kegiatan sebagai langkah awal untuk menyelesaikan tesis
di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Berdasarkan penjelasan diatas saya mengharapkan partisipasi Saudara
untuk diobservasi. Saya menjamin kerahasiaan identitas Saudara. Informasi yang
Saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.
Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, karena Saudara
memiliki hak untuk bersedia atau tidak bersedia untuk menjadi responden tanpa
ada sanksi apapun. Jika Saudara berkenan menjadi responden pada penelitian ini,
silahkan Saudara menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah
disediakan. Terima kasih atas partisipasi Saudara pada penelitian ini.

Tanda tangan :
Tanggal :
Kode Responden :
(Diisi oleh peneliti)

131
Formulir Observasi Tahapan Kerja Perawatan Hemodialisa

(Time and Motion Study)


Peneliti :

Tanggal :
Nama Perawat : ………. (inisial)
Lama Kerja : ………. (tahun)
Pendidikan : (SPK/DIII Keperawatan/S1 Keperawatan)*
Pengalaman di HD : (< 5 tahun / ≥ 5 tahun) *
Jenis Kelamin : (Laki-laki / Perempuan) *
Usia : (< 30 tahun / ≥ 30 tahun) *
Dinas : (Pagi / Sore)*

No Jenis Kegiatan Waktu Total Kegiatan


Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif

)* : lingkari yang tepat


132
Lembar Check

Kegiatan Produktif Langsung


1. Memasang alat pada pasien
2. Injeksi heparin IV via infus
3. Mengukur tekanan darah
4. Observasi pasien
5. Observasi pasien komplikasi
6. Konsultasi dengan pasien seputar keluhan yang dirasakan
7. Penanganan pasien dengan komplikasi (tensi turun/naik, muntah)
8. Memasang alat untuk pasien CITO
9. Injeksi hemapoetrin untuk pasien dengan indikasi
10. Injeksi parbion untuk pasien dengan indikasi
11. Menghentikan perawatan hemodialisa
12. Menjelaskan prosedur hemodialisa untuk pasien baru

Kegiatan Produktif Tidak Langsung


1. Menyapu instalasi hemodialisa
2. Menyalakan mesin hemodialisa
3. Mempersiapkan alat hemodialisa
• Selang
• Menyalakan mesin hemodialisa
• Mempersiapkan infuse
4. Reuse dialyzer
5. Mempersiapkan tempat tidur dengan seprai dan bantal
6. Menyiapkan acid dan bikarbonat baru
7. Mengganti acid dan bikarbonat mesin hemodialisa
8. Membuang limbah infeksius
9. Mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah
10. Membereskan logistik di gudang instalasi hemodialisa
11. Mengisi rekam medik
12. Mengurus berkas pasien dengan jaminan
13. Menyiapkan tempat bahan untuk pasien
14. Menyiapkan infus baru
15. Distribusi tempat bahan untuk pasien
16. Distribusi infus baru untuk pasien
17. Sterilisasi duk dan kasa
18. Menyiapkan heparin untuk pasien
19. Menyiapkan epoetrin untuk pasien dengan indikasi
20. Mendistribusikan epoetrin untuk pasien dengan indikasi
21. Menyiapkan parbion untuk pasien dengan indikasi
22. Mendistribusikan parbion untuk pasien dengan indikasi
23. Melipat linen kotor
24. Aktivasi mesin untuk rinsing
25. Membersihkan mesin hemodialisa
133
Kegiatan Non Produktif
1. Sarapan/makan
2. Toilet
3. Waktu pribadi (terima telphone, sholat)
4. Mengobrol
5. Persiapan beres-beres pribadi

134
LAMPIRAN 2

IJIN PENELITIAN

135
136
137
138
139
140
LAMPIRAN 3

HASIL PENGAMATAN

141
Tabel 1. Kegiatan Perawat 1 pada shift pagi (Senin, 18 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Waktu Total Kegiatan


No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
1 Mempersiapkan alat
a. Kabel dan selang 06.32 06.39 7 √
b. Menyalakan mesin hemodialisa 06.39 06.41 2 √
c. Mempersiapkan infuse 06.41 06.46 5 √
2 Reuse dialyzer (5 buah) 06.46 07.31 45 √
3 Menggantungkan dialyzer ke mesin 07.31 07.35 4 √
4 Memasang alat pada pasien A 07.35 07.42 7 √
5 Memasang alat pada pasien B 07.42 07.52 10 √
6 Memasang alat pada pasien C 07.52 08.00 8 √
7 Membuang limbah infeksius 08.00 08.02 2 √
8 Memasang alat pada pasien D 08.02 08.15 13 √
9 Membantu dan mengajari perawat 08.15 08.31 16 √
lain mengerjakan pasien E
10 Membuang limbah infeksius I 08.31 08.36 5 √
11 Mengaktivasi kembali mesin yang 08.36 08.43 7 √
bermasalah I
12 Injeksi Heparin 08.43 08.51 8 √
13 Menyusun selang dan dialyzer baru 08.51 09.05 14 √
dari gudang
14 Sarapan 09.05 09.23 18 √
15 Observasi keadaan pasien 09.23 09.28 5 √
16 Waktu pribadi 09.28 09.43 15 √
17 Konsultasi dengan pasien dan 09.43 09.50 7 √
keluarga seputar keluhan yang
dirasakan I
18 Mengganti acid dan bikarbonat 09.50 09.54 4 √
mesin hemodialisa
19 Mengaktivasi kembali mesin yang 09.54 09.59 5 √
bermasalah II
20 Toilet 09.59 10.06 7 √
21 Mengajari perawat baru tentang 10.06 10.16 10 √
prosedur pemasangan alat
22 Mengangkat bahan-bahan 10.16 10.33 17 √
hemodialisa dari gudang instalasi
hemodialisa
23 Mengukur tekanan darah I 10.33 10.43 10 √
24 Konsultasi dengan kepala ruangan 10.43 11.05 22 √
terkait keadaan peralatan di
ruangan
142
Lanjutan Tabel 1.
Waktu Total Kegiatan
No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
25 Memperbaiki selang yang rusak 11.05 11.20 15 √
26 Konsultasi dengan pasien dan 11.20 11.25 5 √
keluarga seputar keluhan yang
dirasakan II
27 Menjelaskan kepada keluarga 11.25 11.50 25 √
pasien tentang prosedur dan syarat
pendaftaran pasien baru
28 Mengukur tekanan darah II 11.50 11.58 8 √
29 Toilet 11.58 12.03 5 √
30 Mengangkat dan mengganti acid 12.03 12.15 12 √
bikarbonat yang habis
31 Observasi keadaan pasien 12.15 12.22 7 √
32 Mengobrol 12.22 12.30 8 √
33 Menghentikan perawatan 12.30 12.44 14 √
hemodialisa pasien A
34 Menghentikan perawatan 12.44 12.52 8 √
hemodialisa pasien B
35 Membuang limbah infeksius II 12.52 12.55 3 √
36 Injeksi parbion untuk pasien 12.55 12.58 3 √
dengan indikasi
37 Menghentikan perawatan 12.58 13.05 7 √
hemodialisa pasien C
38 Menghentikan perawatan 13.05 13.16 11 √
hemodialisa pasien D
39 Aktivasi mesin untuk rinsing 13.16 13.26 10 √
40 Injeksi hemapoetrin untuk pasien 13.26 13.30 4 √
dengan indikasi
41 Menghitung kebutuhan cairan dan 13.30 13.45 15 √
obat-obatan yang mau diamprah
bersama kepala ruangan
42 Persiapan beres‐beres pribadi 13.45 13.51 6 √

Total Waktu 439 168 212 59

143
Tabel 2. Kegiatan Perawat 2 pada shift siang (Selasa, 19 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Waktu Total Kegiatan


No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
1 Memakai alat pelindung diri 12.05 12.06 1 √
(handscoen dan masker)
2 Menyediakan acid dan bikarbonat 12.06 12.22 16 √
baru
3 Membantu perawat menghentikan 12.22 12.28 6 √
perawatan hemodialisa A
4 Menghentikan perawatan 12.28 12.40 12 √
hemodialisa pasien B
5 Menyuci dialyzer yang sudah 12.40 13.27 47 √
dipakai
6 Makan siang 13.27 13.42 15 √
7 Merapihkan tempat tidur pasien 13.42 13.52 10 √
8 Memasang alat pada pasien A 13.52 14.00 8 √
9 Memasang alat pada pasien B 14.00 14.11 11 √
10 Injeksi heparin I 14.11 14.15 4 √
11 Memasang alat pada pasien C 14.15 14.27 12 √
12 Memasang alat pada pasien D 14.27 14.36 9 √
13 Membuang limbah infeksius 14.36 14.40 4 √
14 Injeksi heparin II 14.40 14.47 7 √
15 Mengukur tekanan darah I 14.47 15.03 16 √
16 Menulis buku rawatan 15.03 15.25 22 √
17 Mengisi rekam medik 15.25 16.03 38 √
18 Toilet I 16.03 16.09 6 √
19 Merapikan dan membersihkan rak 16.09 16.21 12 √
alat dan bahan
20 Observasi pasien 16.21 16.28 7 √
21 Menanyakan keluhan pasien 16.28 16.33 5 √
22 Merapihkan berkas rekam medik 16.33 16.39 6 √
23 Menyiapkan obat-obat injeksi 16.39 16.50 11 √
24 Toilet II 16.50 16.54 4 √
25 Mengukur tekanan darah pasien II 16.54 17.09 15 √
26 Waktu pribadi 17.09 17.24 15 √
27 Mengisi bahan hemodialisa ke 17.24 17.43 19 √
tempat obat
28 Mempersiapkan lembar rekam 17.43 17.55 12 √
medik untuk pasien keesokan
harinya

144
Lanjutan Tabel 2.
Waktu Total Kegiatan
No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
29 Mengaktivasi kembali mesin yang 17.55 18.02 7 √
bermasalah
30 Penanganan pasien komplikasi 18.02 18.10 8 √
(tensi drop)
31 Mendistribusikan tempat obat 18.10 18.14 4 √
untuk pasien
32 Melipat linen kotor 18.14 18.21 7 √
33 Menghentikan perawatan 18.21 18.31 10 √
hemodialisa pasien B
34 Menghentikan perawatan 18.31 18.39 8 √
hemodialisa pasien C
35 Menghentikan perawatan 18.39 18.49 10 √
hemodialisa pasien D
35 Menghentikan perawatan 18.49 18.58 9 √
hemodialisa pasien E
37 Aktivasi mesin untuk rinsing 18.58 19.07 9 √
38 Injeksi hemapoetrin untuk pasien 19.07 19.15 8 √
39 dengan indikasi 19.15 19.30 15 √
Persiapan beres‐beres pribadi
Total Waktu 445 161 225 55

Tabel 3. Kegiatan Perawat 3 pada shift pagi (Rabu, 20 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Waktu Total Kegiatan


No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
1 Mempersiapkan alat untuk reuse 06.59 07.04 5 √
dialyzer
2 Reuse dializer (4) 07.04 07.42 38 √
3 Memasang alat pada pasien A 07.42 07.53 11 √
4 Memasang alat pada pasien B 07.53 08.00 7 √
5 Memasang alat pada pasien C 08.00 08.09 9 √
6 Memasang alat pada pasien D 08.09 08.19 10 √
7 Injeksi Heparin 08.19 08.31 12 √
8 Mengganti acid dan bikarbonat 08.31 08.44 13 √
mesin hemodialisa
9 Menyusun alat dan bahan 08.44 08.52 8 √
hemodialisa di rak
10 Observasi keadaan pasien 08.52 08.55 3 √
11 Konsultasi dengan pasien dan 08.55 09.00 5 √
keluarga seputar keluhan yang
dirasakan
145
Lanjutan Tabel 3.
Waktu Total Kegiatan
No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
12 Sarapan 09.00 09.15 15 √
13 Menangani pasien komplikasi 09.15 09.22 7 √
(sesak nafas)
14 Mengukur tekanan darah I 09.22 09.36 14 √
15 Mengisi rekam medik 09.36 09.54 18 √
16 Merapihkan rekam medik 09.54 09.59 5 √
17 Toilet I 09.59 10.02 3 √
18 Melipat kasa 10.02 10.22 20 √
19 Konsultasi dengan pasien dan 10.22 10.27 5 √
keluarga seputar keluhan yang
dirasakan
20 Mengaktivasi kembali mesin yang 10.27 10.29 2 √
bermasalah
21 Mengantar laken kotor ke loundry 10.29 10.44 15 √
22 Waktu pribadi 10.44 10.57 13 √
23 Mengukur tekanan darah II 10.57 11.04 7 √
24 Menyiapkan tempat bahan untuk 11.04 11.15 11 √
pasien
25 Menyiapkan cairan infus baru 11.15 11.24 9 √
26 Distribusi cairan infus baru 11.24 11.28 4 √
27 Mengaktivasi kembali mesin yang 11.28 11.31 3 √
bermasalah
28 Observasi pasien komplikasi 11.31 11.43 12 √
29 Toilet II 11.43 11.48 5 √
30 Membersihkan mesin hemodialisa 11.48 11.55 7 √
31 Mempersiapkan drigen acid dan 11.55 12.06 11 √
bikarbonat
32 Mengobrol I 12.06 12.22 16 √
33 Mengukur tekanan darah III 12.22 12.32 10 √
34 Menyusun duk dan kasa untuk 12.32 12.45 13 √
disterilkan dan mengantar ke KBU
35 Menghentikan perawatan 12.45 12.59 14 √
hemodialisa pasien A
36 Injeksi Gentamicin pada pasien A 12.59 13.03 4 √
37 Menghentikan perawatan 13.03 13.14 11 √
hemodialisa pasien B
38 Menghentikan perawatan 13.14 13.22 8 √
hemodialisa pasien C
39 Membuang limbah infeksius 13.22 13.26 4 √
40 Injeksi parbion untuk pasien 13.26 13.33 7 √
dengan indikasi
41 Membantu perawat lain memasang 13.33 13.45 12 √
alat pada pasien
42 Mengobrol II 13.45 13.59 14 √
43 Persiapan beres‐beres pribadi 13.59 14.01 2 √
Total Waktu 422 168 186 68

146
Tabel 4. Kegiatan Perawat 4 pada shift siang (Kamis, 21 Mei 2015) di
Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Waktu Total Kegiatan


No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
1 Menghentikan perawatan 12.35 12.44 9 √
hemodialisa pasien A
2 Membantu perawat menghentikan 12.44 12.54 10 √
3 perawatan hemodialisa pasien B 12.54 13.09 15 √
Menyiapkan bahan hemodialisa
kedalam tempatnya (kasa, spuit,
plester, fistula)
4 Mendistribusikan bahan kesetiap 13.09 13.17 8 √
5 mesin 13.17 14.05 48 √
Reuse dialyzer (5)
6 Menggantungkan dialyzer yang 14.05 14.17 12 √
sudah di reuse ke mesin
hemodialisa
7 Memasang alat pada pasien A 14.17 14.26 9 √
8 Memasang alat pada pasien B 14.26 14.38 12 √
9 Injeksi heparin 14.38 14.43 5 √
10 Memasang alat pada pasien C 14.43 14.52 9 √
11 Memasang alat pada pasien D 14.52 15.03 11 √
12 Injeksi heparin 15.03 15.08 5 √
13 Mengganti acid dan bikarbonat 15.08 15.13 5 √
mesin hemodialisa
14 Membuang limbah infeksius I 15.13 15.15 2 √
15 Mengukur tekanan darah I 15.15 15.30 15 √
16 Toilet I 15.30 15.33 3 √
17 Mengisi rekam medik 15.33 15.56 23 √
18 Mengisi buku rawatan 15.56 16.10 14 √
19 Waktu pribadi I 16.10 16.17 7 √
20 Menjelaskan kepada keluarga 16.17 16.34 17 √
pasien tentang prosedur dan syarat
pendaftaran hemodialisa di RS
21 Menanyakan keluhan pasien 16.34 16.40 6 √
22 Mengobrol I 16.40 16.46 6 √
23 Mengaktivasi kembali mesin yang 16.46 16.54 8 √
bermasalah I
24 Waktu pribadi II 16.54 17.15 21 √
25 Mengaktivasi kembali mesin yang 17.15 17.19 4 √
bermasalah
26 Melipat kasa 17.19 17.29 10 √
27 Toilet II 17.29 17.34 5 √

147
Lanjutan Tabel 4.
Waktu Total Kegiatan
No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
28 Membereskan alat dan bahan 17.34 17.53 19 √
hemodialisa di gudang instalasi
hemodialisa
29 Mengukur tekanan darah II 17.53 18.05 12 √
30 Mengobrol dengan pasien dan 18.05 18.10 5 √
keluarga pasien
31 Merapihkan rekam medik 18.10 18.15 5 √
32 Mengobrol II 18.15 18.32 17 √
33 Menghentikan perawatan 18.32 18.42 10 √
hemodialisa pasien C
34 Menghentikan perawatan 18.42 18.54 12 √
hemodialisa pasien D
35 Menghentikan perawatan 18.54 19.02 8 √
hemodialisa pasien E
36 Membuang limbah infeksius II 19.02 19.05 3 √
37 Menyuci dialyzer 19.05 19.38 33 √
38 Persiapan beres‐beres pribadi 19.38 19.45 7 √
Total Waktu 430 138 226 66

Tabel 5. Kegiatan Perawat 5 pada shift pagi (Sabtu, 23 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Waktu Total Kegiatan


No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
1 Mempersiapkan bahan untuk 07.01 07.16 15 √
pasien pada tempatnya
2 Mendistribusi bahan ke mesin 07.16 07.23 7 √
hemodialisa
3 Mempersiapkan obat-obat injeksi 07.23 07.28 5 √
untuk pasien
4 Membuat permintaan kebutuhan 07.28 07.37 9 √
cairan dan bahan yang kurang
5 Mengukur tekanan darah pasien I 07.37 07.46 9 √
6 Memasang alat pada pasien A 07.46 07.54 8 √
7 Memasang alat pada pasien B 07.54 08.02 8 √
8 Memasang alat pada pasien C 08.02 08.12 10 √
9 Memasang alat pada pasien D 08.12 08.20 8 √
10 Mengajari perawat baru memasang 08.20 08.34 14 √
alat pada pasien E
148
Lanjutan Tabel 5.
Waktu Total Kegiatan
No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
11 Menghubungi perawat UGD untuk 08.34 08.40 6 √
menanyakan kondisi pasien
komplikasi yang mau di
hemodialisa
12 Komunikasi dengan staf terkait 08.40 08.51 11 √
dengan pasien komplikasi yang
mau di hemodialisa
13 Mengukur tekanan darah II 08.51 09.06 15 √
14 Observasi pasien komplikasi 09.06 09.18 12 √
15 Waktu pribadi I 09.18 09.26 8 √
16 Sarapan 09.26 09.41 15 √
17 Mengganti acid dan bikarbonat 09.41 09.46 5 √
mesin
hemodialisa
18 Membuat laporan pasien 09.46 10.20 34 √
19 Menghubungi bagian teknisi alat 10.20 10.30 10 √
hemodialisa
20 Mengobrol 10.30 10.35 5 √
21 Menjelaskan prosedur penerimaan 10.35 10.48 13 √
pasien baru kepada keluarga pasien
yang mau hemodialisa
22 Penanganan pasien komplikasi 10.48 10.59 11 √
(penanganan pasien muntah)
23 Merapihkan alat dan obat-obatan di 10.59 11.14 15 √
rak
24 Konsultasi dengan pasien seputar 11.14 11.23 9 √
keluhan yang dirasakan
25 Mengukur tekanan darah pasien III 11.23 11.37 14 √
26 Konsultasi dengan keluarga pasien 11.37 11.39 12 √
seputar jaminan
27 Toilet 11.39 11.45 6 √
28 Waktu pribadi II 11.45 12.10 15 √
29 Menyiapkan dirigen acid dan 12.10 12.21 11 √
bikarbonat
30 Menghentikan perawatan 12.21 12.35 14 √
hemodialisa pasien A
31 Injeksi Gentamicin 12.35 12.39 4 √
31 Menghentikan perawatan 12.39 12.48 9 √
hemodialisa pasien B
33 Membuang limbah infeksius 12.48 12.52 4 √
34 Menghentikan perawatan 12.52 13.00 8 √
hemodialisa pasien C
149
Lanjutan Tabel 5.
Waktu Total Kegiatan
No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
35 Menghentikan perawatan 13.00 13.08 8 √
hemodialisa pasien D
36 Injeksi Neurobion 13.08 13.11 3 √
37 Membantu perawat menghentikan 13.11 13.17 6 √
perawatan hemodialisa pasien E
38 Aktivasi mesin untuk rinsing 13.17 13.24 7 √
39 Merapikan berkas-berkas 13.24 13.38 14 √
administrasi
40 Berbicara dengan perawat terkait 13.38 13.49 11 √
kebutuhan di ruang hemodialisa
41 Persiapan beres-beres pribadi 13.49 13.55 6 √
Total Waktu 414 186 173 55

Tabel 6. Kegiatan Perawat 6 pada shift siang (Senin, 25 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

No Jenis Kegiatan Waktu Total Kegiatan

Mulai Akhir waktu Produktif Non


L TL produktif
1 Menggunakan alat pelindung diri 12.57 12.59 2 √
2 Membantu perawat menghentikan 12.59 13.08 9 √
perawatan hemodialisa pasien A
3 Menyediakan acid dan bikarbonat 13.08 13.23 15 √
4 Mempersiapkan tempat bahan 13.23 13.40 17 √
untuk pasien
5 Mendistribusikan tempat bahan 13.40 13.50 10 √
untuk pasien
6 Memasang alat pada pasien A 13.50 14.02 12 √
7 Memasang alat pada pasien B 14.02 14.14 12 √
8 Memasang alat pada pasien C 14.14 14.23 9 √
9 Menyuntik heparin I 14.23 14.29 6 √
10 Memasang alat pada pasien D 14.29 14.40 11 √
11 Menyuntik heparin II 14.40 14.43 3 √
12 Membuang limbah infeksius I 14.43 14.48 5 √
13 Mengganti acid dan bikarbonat 14.48 15.02 14 √
mesin hemodialisa
14 Mengukur tekanan darah I 15.02 15.19 17 √
15 Observasi pasien komplikasi (tensi 15.19 15.31 12 √
drop)
16 Mengisi buku rawatan 15.31 15.46 15 √
17 Mengisi rekam medik 15.46 16.21 35 √
18 Toilet I 16.21 16.26 5 √
19 Waktu pribadi I 16.26 16.36 10 √

150
Lanjutan Tabel 6.
No Jenis Kegiatan Waktu Total Kegiatan
Mulai Akhir waktu Produktif Non
L TL produktif
20 Penanganan pasien komplikasi 16.36 16.43 7 √
21 Membersihkan mesin hemodialisa 16.43 17.00 17 √
22 Menanyakan keluhan pasien 17.00 17.04 4 √
23 Mengobrol 17.04 17.17 13 √
24 Mengaktivasi kembali mesin yang 17.17 17.23 6 √
bermasalah I
25 Waktu pribadi II 17.23 17.39 16 √
26 Mengaktivasi kembali mesin yang 17.39 17.41 2 √
bermasalah II
27 Mempersiapkan lembar rekam 17.41 17.53 12 √
medik untuk besok
28 Toilet II 17.53 17.57 4 √
29 Mengangkat acid dan bikarbonat 17.57 18.22 25 √
dari gudang ke ruangan
hemodialisa
30 Merapikan rak alat dan bahan 18.22 18.35 13 √
31 Menghentikan perawatan 18.35 18.45 10 √
hemodialisa pasien B
32 Menghentikan perawatan 18.45 18.53 8 √
hemodialisa pasien C
33 Injeksi hemapoetrin untuk pasien 18.53 18.56 3 √
dengan indikasi
34 Menghentikan perawatan 18.56 19.07 11 √
hemodialisa pasien D
35 Membuang limbah infeksius II 19.07 19.11 4 √
36 Menghentikan perawatan 19.11 19.21 10 √
hemodialisa pasien E
37 Menghentikan perawatan 19.21 19.29 8 √
hemodialisa pasien F
38 Aktivasi mesin untuk rinsing 19.29 19.36 7 √
39 Mengumpulkan selang connector 19.36 19.42 6 √
40 Menyapu ruangan 19.42 19.52 10 √
41 Persiapan beres-beres pribadi 19.52 19.57 5 √
Total Waktu 420 156 211 53

151
Tabel 7. Kegiatan Perawat 7 pada shift pagi (Selasa, 26 Mei 2015) di Instalasi
Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Waktu Total Kegiatan


No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
1 Mempersiapkan alat
a. Kabel dan selang 06.30 06.37 7 √
b. Menyalakan mesin hemodialisa 06.37 06.41 4 √
c. Mempersiapkan cairan infuse 06.41 06.46 5 √
2 Reuse dialyzer (6) 06.46 07.40 54 √
3 Menggantungkan dialyzer ke mesin 07.40 07.45 5 √
hemodialisa
4 Memasang alat pada pasien A 07.45 07.53 8 √
5 Memasang alat pada pasien B 07.53 08.02 9 √
6 Membantu perawat memasang alat 08.02 08.09 7 √
pada pasien C
7 Memasang alat pada pasien D 08.09 08.17 8 √
8 Memasang alat pada pasien E 08.17 08.28 11 √
9 Membuang limbah infeksius I 08.28 08.32 4 √
10 Injeksi heparin 08.32 08.44 12 √
11 Mengganti acid dan bikarbonat 08.44 08.58 14 √
mesin hemodialisa
12 Mengukur tekanan darah I 08.58 09.10 12 √
13 Membereskan selang dan dialyzer 09.10 09.20 10 √
baru
14 Mengaktivasi kembali mesin yang 09.20 09.25 5 √
bermasalah I
15 Menyusun kain kasa dan duk ke 09.25 09.40 15 √
dalam tromol untuk disterilkan ke
KBU
16 Sarapan 09.40 10.00 20 √
17 Mengukur tekanan darah II 10.00 10.07 7 √
18 Mengisi rekam medik 10.07 10.41 34 √
19 Toilet I 10.41 10.45 4 √
20 Waktu pribadi 10.45 11.01 16 √
21 Menghitung dan mengantar laken 11.01 11.12 11 √
dan duk kotor ke loundry
22 Konsultasi dengan pasien dan 11.12 11.16 4 √
keluarga seputar keluhan yang
dirasakan I
23 Mengaktivasi kembali mesin yang 11.16 11.19 3 √
bermasalah II
24 Mengukur tekanan darah III 11.19 11.33 14 √
25 Mengaktivasi kembali mesin yang 11.33 11.35 2 √
bermasalah II
152
Lanjutan Tabel 7.
Waktu Total Kegiatan
No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu
L TL produktif
26 Toilet II 11.35 11.41 6 √
27 Mengobrol 11.41 11.57 16 √
28 Penanganan pasien komplikasi 11.57 12.01 4 √
(muntah)
29 Melipat kasa 12.01 12.17 16 √
30 Konsultasi dengan pasien dan 12.17 12.24 7 √
keluarga seputar berkas jaminan
31 Konsultasi dengan pasien seputar 12.24 12.29 5 √
keluhan yang dirasakan II
32 Merapikan rak obat 12.29 12.37 8 √
33 Observasi pasien komplikasi 12.37 12.43 6 √
34 Menghentikan perawatan 12.43 12.52 9 √
hemodialisa pasien A
35 Menghentikan perawatan 12.52 13.02 10 √
hemodialisa pasien B
36 Menghentikan perawatan 13.02 13.10 8 √
hemodialisa pasien C
37 Membuang limbah infeksius II 13.10 13.15 5 √
38 Injeksi parbion untuk pasien 13.15 13.18 3 √
dengan indikasi
39 Menyuci dialyzer 13.18 13.54 36 √
40 Persiapan beres-beres pribadi 13.54 14.00 6 √
Total Waktu 450 144 238 68

Tabel 8. Kegiatan Perawat 8 pada shift siang (Rabu, 27 Mei 2015) di


Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

Waktu Total Kegiatan


No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu produktif
L TL
1 Reuse dialyzer (7) 12.45 13.48 63 √
2 Waktu pribadi I 13.48 14.03 15 √
3 Memasang alat pada pasien A 14.03 14.16 13 √
4 Memasang alat pada pasien B 14.16 14.26 10 √
5 Memasang alat pada pasien C 14.26 14.36 10 √
6 Memasang alat pada pasien D 14.36 14.44 8 √
7 Membuang limbah infeksius 14.44 14.47 3 √
8 Injeksi heparin 14.47 14.58 11 √
9 Membantu perawat lain memasang 14.58 15.06 8 √
alat pada pasien E
10 Menyiapkan acid dan bikarbonat 15.06 15.11 5 √
baru
153
Lanjutan Tabel 8.
Waktu Total Kegiatan
No Jenis Kegiatan Produktif Non
Mulai Akhir waktu produktif
L TL
11 Mengganti acid dan bikarbonat 15.11 15.18 7 √
mesin hemodialisa
12 Mengukur tekanan darah I 15.18 15.31 13 √
13 Mengobrol I 15.31 15.38 7 √
14 Mengisi buku rawatan 15.38 15.59 21 √
15 Toilet I 15.59 16.04 5 √
16 Mengaktivasi kembali mesin yang 16.04 16.08 4 √
bermasalah I
17 Observasi pasien komplikasi 16.08 16.15 7 √
18 Penanganan pasien komplikasi 16.15 16.20 5 √
(sesak) I
19 Melipat kasa 16.20 16.30 10 √
20 Merapikan alat dan bahan di rak 16.30 16.39 9 √
21 Waktu pribadi II 16.39 16.49 10 √
22 Mengukur tekanan darah II 16.49 16.58 9 √
23 Penanganan pasien komplikasi 16.58 17.13 15 √
(muntah) II
24 Mempersiapkan tempat bahan 17.13 17.22 9 √
untuk pasien
25 Mengaktivasi kembali mesin yang 17.22 17.24 2 √
bermasalah II
26 Menanyakan keluhan pasien 17.24 17.28 4 √
27 Toilet I 17.28 17.33 5 √
28 Mendistribusikan tempat bahan 17.33 17.39 6 √
untuk pasien
29 Membereskan berkas rekam medik 17.39 17.47 8 √
pada tempatnya
30 Melipat dan merapikan linen kotor 17.47 17.58 11 √
31 Mengobrol II 17.58 18.13 15 √
32 Mempersiapkan berkas rekam 18.13 18.30 17 √
medik untuk pasien besoknya
33 Waktu pribadi III 18.30 18.45 15 √
34 Menghentikan perawatan 18.45 18.56 11 √
hemodialisa pasien A
35 Menghentikan perawatan 18.56 17.05 9 √
hemodialisa pasien B
36 Injeksi Gentamicin 17.05 17.09 4 √
37 Menghentikan perawatan 17.09 17.18 9 √
hemodialisa pasien C
38 Menghentikan perawatan 17.18 17.26 8 √
hemodialisa pasien D
39 Aktivasi mesin untuk rinsing 19.26 19.32 6 √
40 Menyapu ruangan 19.32 19.37 5 √
41 Persiapan beres‐beres pribadi 19.37 19.41 4 √
Total Waktu 416 154 186 76
Keterangan:
L : Kegiatan produktif langsung,
TL : Kegiatan produktif tidak langsung
154
LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI PENELITIAN

155
INSTALASI HEMODIALISA RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANGSIANTAR

Foto 1. Mesin Hemodialisa dalam keadaan off dan cairan dialisat

1a. Butuh waktu 47 menit untuk rinse

connector

bicarbonat
acid

1b. Mesin Hemodialisa butuh waktu 30 menit untuk rinse

156
Foto 2. Mesin Hemodialisa sedang digunakan oleh pasien(aktif)

2a. Butuh waktu 20 menit untuk rinse

dialyzer

Cairan desinfeksatan

2b.

Cairan infus + infus set

157
2c. Mesin Hemodialisa Tipe Baru

Foto 3. Perawat X sedang melakukan proses reuse dialyzer

Perawat X sedang me reuse

Tabung oksigen

158
Foto 4. Tn. A sedang menjalani hemodialisa dengan menggunakan cimino,
Perawat Y sedang mengaktivasi kembali mesin yang bermasalah
(alaram berbunyi dan menyala)
Alaram berbunyi
dan lampu menyala

Perawat Y mengaktivasi
mesin bermasalah

Tn. B dengan cimino

bayclin

Foto 5 Tn. B sedang menjalani hemodialisa dengan menggunakan double lumen


kateter

Perawat Z sedang mengasepsis Pasien

Double lumen kateter

159
Foto 6. Ruangan Hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
dengan pasien kelompok Selasa-Jumat

6a. Ruang I

Timbangan

6b. Ruang II

Lampu alaram

Rak bahan HD

160
Foto 7. Ruangan Reuse dialyzer

7a.

Exhaust fan

Ember tempat dialyzer

Cairan desinfektan

7b.

161
Foto 8. Rak pelaratan hemodialisa

Kepala ruangan dan beberapa perawat pelaksana di Instalasi Hemodialisa RSUD


dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

162
LAMPIRAN 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


DI INSTALASI HEMODIALISA RSUD
dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR

163

Anda mungkin juga menyukai