Anda di halaman 1dari 13

OUTLINE PENELITIAN Judul Sub Judul : : Nasosa Riana Suatu Tinjauan Teologis Kontekstual Terhadap Praktek Nasosa Riana

a (Penjualan Anak) Menurut Tradisi Atoni Meto Amarasi Selatan Di Jemaat GMIT Bethesda Buraen-Klasis Amarasi Timur. 1. 1.1. Selayang Pandang lokasi penelitian dan makna siklus hidup menurut masyarakat Buraen. Letak Geografis 1.1.2. Keadaan Lingkungan 1.1.3. System Pmerintahan 1.1.4. Agama dan Kepercayaan 1.1.5. Konteks Budaya dan Adat Istiadat 1.2. Makna Kehidupan dan Siklus Menurut Masyarakat Buraen 1.2.1. Pemahaman Tentang Kehidupan 1.2.2. Kehidupan dan Anak 1.3. Siklus Kehidupan 1.3.1. Kelahiran 1.3.2. Perkawinan 1.3.3. Kematian 2. Sejarah dan Praktek Pelaksanaan Nasosa Riana 2.1.1. Pengertian Nasosa Riana 2.1.1.2. Anak Menurut Atoni Meto Amarasi 2.1.1.3. Faktor Penyebab Terjadinya Nasosa Riana 2.1.1.4. Dampak Nasosa Riana Bagi Atoni Meto 2.2. Proses Pelaksanaan 2.2.1. Tahap-tahap Pelaksanaan 2.2.2. Sarana Yang dipersiapkan 2.2.3. Tempat Pelaksanaan 2.2.4. Peserta 2.3. Nilai-nilai yang mengemuka dalam Praktek Nasosa Riana 2.4. Makna Yang Terkandung Dalam Nasosa Riana

2.1. Sejarah Singkat

2.5. Pandangan dan Sikap Dari Tokoh Adat dan Gereja 1. Tinjauan Teologis Kontekstual Terhadap Praktek Nasosa Riana 3.1. Pendekatan Kontekstual 3.2. Landasan dan Tinjauan Teologis 3.2.1. Landasan Teologi 3.2.2. Tinjauan Teologis

PROPOSAL PENELITIAN A. LATAR BELAKANG Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pribadi tiap-tiap orang percaya dan merupakan suatu proses orang dipanggil meyakini sesuatu dengan sungguh-sungguh dalam konteksnya. Orang menjadi percaya sebab mereka hidup dalam lingkungan di mana percaya itu sudah biasa dan kebiasaan atau adat itu diturunkan turun temurun dari generasi ke generasi yang lain. Adat sebagai kuasa kehidupan menunjukkan bahwa kuasa atas kehidupan suku, tetapi juga kuasa yang memberikan kehidupan dan jalan menuju keselamatan. Penggenapan adat menjamin kehidupan dan mempertinggi kesejahteraan. Penggenapan adat meningkatkan keseimbangan hidup antara sesama, pengabaian atau pelanggaran adat itu merugikannya Masyarakat adalah manusia yang hidup bersama-sama atau bersatu dan berinteraksi menurut sistem sosial, kebudayaan atau adat istiadat tertentu dan bersifat terus-menerus dan saling terkait. Pada umumnya masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) terkhususnya suku Timor, masih hidup dalam budaya tradisional walaupun dalam perkembangannya sudah mengalami sedikit perubahan. Tetapi di desa-desa, susunan dan kebiasaan yang diwarisi masih melekat kuat dalam diri dan berjalan sesuai dengan norma dan nilai-nilai warisan nenek moyang secara turun temurun. Suku Timor khususnya sub etnis Amarasi memakai bahasa Timor ( uab meto) Amarasi sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Komunitas masyarakat Amarasi merupakan komunitas pedesaan yang bersifat agraris dan masih berpegang teguh pada kebiasaan-kebiasaan yang diwariskan oleh nenek-moyang mereka secara turun temurun sampai saat ini. Salah satunya yang masih dipertahankan oleh atoni meto Amarasi adalah praktek penjualan anak atau dalam bahasa setempat disebut Nasosa Riana. Secara hurufiah kata nasosa berarti menjual, penjualan sedangkan kata riana berarti anak. Jadi kata Nasosa Riana berarti menjual atau penjualan anak. Dari penjelasan di atas, jika dalam sebuah keluarga ada anak yang memiliki ciri tersebut maka secepat mungkin akan dilakukan ritual Nasosa Riana sebelum anak itu menginjak usia remaja. Penjualan ini bukan berarti anak ini dijual seperti barter atau praktek trafficking namun lebih kepada ritual yang berlangsung. Ritual itu diadakan agar anak dan orangtua mendapat keselamatan atau jauh dari musibah.

Mengapa demikian? Bagaimana asal-usul atau sejarah Nasosa Riana? Apa maksud Nasosa Riana? Mengapa yang dijual adalah anak yang mempunyai kemiripan wajah? Bagaimana awal mulanya sehingga anak yang harus dijual? Jika tidak dijual apa yang akan terjadi? Bertolak dari berbagai pertanyaan-pertanyaan di atas dan pentingnya ritus Nasosa Riana (penjualan anak) di kalangan masyarakat Amarasi Selatan khususnya GMIT Bethesda Buraen, maka penulis tertarik untuk menyoroti ritus ini dengan masalah utama yakni: apa makna ritus Nasosa Riana (penjualan anak) dalam kehidupan jemaat GMIT?. Berdasarkan masalah ini, maka penulis hendak mengangkat sebuah tulisan yang berjudul: Nasosa Riana (Penjualan Anak), dengan sub judul Suatu Tinjauan Teologis Kontekstual Terhadap Praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak) Menurut Tradisi Atoni Meto Amarasi Selatan Di Jemaat GMIT Bethesda Buraen-Klasis Amarasi Timur. A. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka, masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Mengapa Nasosa Riana (Penjualan Anak) masih dipraktekkan oleh jemaat Atoni Meto Amarasi yang terkait dalam sub-sub masalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Apa itu Nasosa Riana (proses, nilai dan makna yang terkandung didalamnya)?. Bagaimana sikap dan pandangan gereja terhadap praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak) di kalangan anggota jemaatnya? Bagaimana nilai dan makna yang terkandung didalam praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak) disikapi secara teologi kontekstual? B. Pembatasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membatasinya pada: 1. 2. Pengertian dan makna praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak) Jemaat GMIT Bethesda Buraen-Klasis Amarasi Timur. Tetapi hanya orangorang tertentu saja yang dianggap mengetahui praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak).

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. (Penjualan Anak) 2. Anak). 3. Merefleksikan secara teologi kontekstual nilai dan makna dari praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak). D. Metode Untuk menyelesaikan karya tulis ini, maka metode yang penulis gunakan adalah: 1. Metode Penulisan Penulis menggunakan metode penulisan Deskriptif-Analisis-Reflektif. Mendeskripsikan tentang praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak), menganalisis praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak). dan merefleksikan secara teologis Kontekstual mengenai praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak). 2. Metode Penelitian Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian yang dipilih penulis adalah di Jemaat GMIT Bethesda Buraen, Klasis Amarasi Timur. Populasi Populasi dalam melaksanakan penelitian ini adalah Jemaat GMIT Bethesda Buraen yang berjumlah 711 jiwa. Sampel Untuk mengetahui pandangan gereja terhadap anggota jemaatnya yang masih mempraktekkan tradisi Nasosa Riana (Penjualan Untuk mengetahui apa makna praktek Nasosa Riana

Penulis menggunakan sampel purposive (purposive sampling), yang anggotanya diambil secara proposif dari populasi dan memperhatikan otoritas anggota dalam memberikan data. Informan atau Nara Sumber Informan atau nara sumber diperoleh dengan menggunakan teknik: 1. Teknik memilih nara sumber kunci yang dianggap paling mengetahui informasi yang diperlukan. 2. Teknik bola salju (Snow Ball), yaitu penulis melakukan wawancara kepada informan selanjutnya berdasarkan rekomendasi dari informan kunci. Sumber Data Penulis memperoleh data dari para informan atau nara sumber dengan panduan yang tersedia secara lisan dan literatur untuk sumber data tertulis. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipatif, wawancara langsung dengan nara sumber, dan analisis dokumen. Teknik Pengolahan Data Penulis mengolah data yang tersedia dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu mendeskripsikan masalah apa adanya sesuai dengan data yang diperoleh secara obyektif kemudian masalah tersebut dianalisis untuk mencapai tujuan penulisan E. Sistematika Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang, Perumusan Dan Pembatasan Masalah, Tujuan Penulisan, Metodologi Penulisan Dan Sistematika Penulisan. BAB I Gambaran Umum Tempat Penulisan

BAB II

Praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak) (Hasil Penelitian Dan Analisis Terhadap Nasosa Riana (Penjualan Anak))

BAB III

Tinjauan Teologis Kontekstual Terhadap Praktek Nasosa Riana (Penjualan Anak)

PENUTUP

Pada Bagian ini berisi kesimpulan dan saran

PEDOMAN WAWANCARA Identitas Responden Nama Jenis Kelamin Umur Status Responden Pewawancara Waktu Wawancara : : : : : :

Tempat Wawancara : A. Pertanyaan kepada pelayan atau pendeta jemaat 1. J: P: Apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh gereja? TJ.1

2. Riana? J:

P: Bagaimana tanggapan Bapak/ibu mengenai masalah Nasoa TJ.2

3. J:

P: Apakah gereja setuju dengan praktek tersebut? TJ.3

4. J:

P: Apa alasannya sehingga gereja melarang praktek tersebut? TJ.4

5. tersebut? J:

P: Apa alasannya sehingga gereja setuju dengan prktek TJ.5

6. atau jemaat setempat? J:

P: sejak kapan praktek tersebut dilakukan di lingkungan gereja TJ.6

PEDOMAN WAWANCARA Identitas Responden Nama Jenis Kelamin Umur Status Responden Pewawancara Waktu Wawancara : : : : : :

Tempat Wawancara : A. Pertanyaan kepada tokoh adat 1. J: P: sejak kapan NR laksanakan atau bagaimana sejarah terbentuk dan terlaksananya ritus tersebu? TJ.1

2. J:

P: Bagaimana proses pelaksanaannya? TJ.2

3. J:

P: bagaimana pandangan dari tokoh adat sendiri? TJ.3

4. salah satu orang tua? J:

P:mengapa anak yang dijual adalah anak yang mirip dengan TJ.4

5. J:

P: keselamatan seperti apa yang dimaksudkan ? TJ.

6. J:

P: pihak-pihak manakah yang harus mengikuti proses NR? TJ.6

PEDOMAN WAWANCARA Identitas Responden Nama Jenis Kelamin Umur Status Responden Pewawancara Waktu Wawancara : : : : : :

Tempat Wawancara : A. Pertanyaan kepada Masyarakat yang pernah melakukan NR 1. J: P: apa pandangan anda tentang ritus NR? TJ.1

2. J:

P: apa maksud dan tujuan anda melakukan ritus NR? TJ.2

3. J:

P: apakah keselamatan hanya didapat dari ritus NR? TJ.3

4. J:

P: keselamatan seperti apa yang dimaksud? TJ.4

5. oleh keluarga? J:

P: dalam melakukan ritus NR apa saja yang harus dipersiapkan TJ.5

6. J:

P: pihak manakah yang menjadi pembeli? TJ.6

Anda mungkin juga menyukai