PENDAHULUAN
A. Latar Belakangs
Manusia sebagai makhluk hidup memiliki peran yang aktif dan penting
serta mendominasi dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Karena
Tuhan menganugerahkan manusia dengan pikiran dan akal, seperti
kemampuan berfikir, memiliki ketrampilan dan lain sebagainya. Dengan
anugerah tersebut manusia mampu mendirikan, menjalankan maupun
mengelola organisasi dengan baik, yang mana manusia itu sendiri merupakan
sumber daya yang paling penting dan tak tergantikan. Sumber daya manusia
adalah suatu aset penting dalam menentukan maju maupun mundurnya suatu
organisasi. Haryanto, (2014) menyatakan bahwa meskipun organisasi atau
perusahaan memiliki sarana dan prasarana yang baik tidak menjamin bahwa
perusahaan akan berkembang dan maju jika tidak memiliki sumber daya yang
berkompeten ataupun berkualitas. Untuk mencapai suatu kinerja perusahaan
yang optimal, maka pentingnya perusahaan untuk memiliki sumber daya
manusia yang berkompeten.
Stres sendiri sebenarnya merupakan hal yang biasa dan umum terjadi
oleh manusia. Stres adalah kondisi yang dinamis dimana seseorang
dikonfrontasikan dengan kesempatan, hambatan, atau tuntutan yang
berhubungan dengan apa yang diinginkannya dan untuk itu keberhasilannya
Difayoga & Yuniawan, (2015). Sedangkan Priyono et al., (2016) stress kerja
adalah kondisi ketegangan yang dialami setiap orang yang dapat berpengaruh
terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Apabila karyawan
atau perawat tidak memiliki stress maka tidak ada tantangan kerja yang juga
akan menurunkan kinerjanya, apabila stress yang tinggi dan juga tuntutan
pekerjaan yang tinggi maka kinerja pada perawat tersebut akan bertambah
(Ovan Dwi Pratama, 2015). Akan tetapi karyawan tersebut menghadapi stress
secara terus menerus dan pada tahap maksimal, maka tantangan pada
pekerjaan harus dikurangi dan akan berdampak sangat buruk. Sedangkan
Lumban Gaol, (2016) jika jumlah stress menjadi banyak yang dialami oleh
seseorang, maka dampak yang ditimbulkan dapat membahayakan kondisi
fisik dan juga mental.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana stres kerja, dukungan sosial dan kinerja perawat di Rumah
Sakit Marsudi Waluyo
2. Apakah stress kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat di Rumah
Sakit Marsudi Waluyo?
3. Apakah dukungan sosial berpengaruh terhadap kinerja perawat di
Rumah Sakit Marsudi Waluyo?
4. Apakah dukungan sosial memoderasi hubungan antara stress kerja
dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marsudi Waluyo?
C. Batasan Masalah
Adapun batasalah masalah digunakan untuk memperoleh pemahaman
agar permasalahan tidak meluas dan menghindari kesalahan maksud sehingga
lebih efektif dan terarah. Dalam hal ini batasan masalah akan dibatasi yaitu
stress pada perawat, yang dimana beban pekerjaan yang tinggi menyebabkan
terjadinya stres kerja. Kemudian pada kinerja perawat meliputi kualitas
pelayanan, kuantitas dan ketepatan waktu. Serta dukungan social seperti
empati dari rekan kerja, pimpinan dan juga keluarga.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan stres kerja, kinerja perawat dan dukungan
sosial di Rumah Sakit Marsudi Waluyo
2. Untuk menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat di
Rumah Sakit Marsudi Waluyo
3. Untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial terhadap kinerja
perawat di Rumah Sakit Marsudi Waluyo
4. Untuk menganalisis moderasi dari dukungan social antara stres kerja
dan kinerja perawat di Rumah Sakit Marsudi Waluyo
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
mengenai kinerja perawat, stress kerja dan dukungan sosial. Serta
dapat menerapkan teori-teori yang telah penulis terima selama
dibangku perkuliahan dengan masalah yang khusus mengenai sumber
daya manusia.
2. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui stress kerja yang ada
pada perawat, kinerja perawat dan dukungan social serta pengaruhnya
yang dapat dijadikan masukan bagi Rumah Sakit agar lebih
memperhatikan kondisi yang ada pada perawat demi meningkatkan
kualitas layanan Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Penelitian Terdahulu Uraian
1. Judul Penelitian Pengaruh stres Kerja terhadap kinerja
karyawan dengan dukungan social
sebagai variable moderasi pada studi
kasus Tim Penggerak PKK Kabupaten
Rembang
Tujuan Penelitian Untuk menguji pengaruh stress kerja
terhadap kinerja karyawan dengan
dukungan social sebagai variabel
moderasi
Metode Penelitian Teknik analisi data yaitu untuk uji
hipotesis pertama dengan metode
regresi linear sederhana, kemudian uji
hipotesis yang kedua adalah metode
analisis Moderated Regression Analysis
(MRA)
A. Landasan Teori
1. Kinerja Karyawan
a. Definisi Kinerja
Kinerja atau yang berasal dari kata performance (dalam bahasa
inggris) jika dalam lingkungan manajemen atau perusahaan
memiliki arti sebagai hasil kerja, prestasi kerja maupun proses dari
pekerjaan karyawan itu berlangsung. Namun sebenarnya kinerja
juga memiliki arti yang lebih luas. Maka kinerja disebut sebagai
hasil dan prestasi kerja dari karyawan selama pekerjaan tersebut
berlangsung. Menurut Wibowo, (2011) kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut,
serta tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya. Sedangkan menurut Anwar Prabu Mangkunegara,
(2007) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksankan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Huseno,
(2016) menyatakan bahwa kinerja adalah sebuah proses
berkesinambungan yang melibatkan sumber daya manusia (SDM)
untuk mencapai hasil yang diinginkan perusahaan maupun
organisasi.
b. Indikator Kinerja
Dalam mengukur suatu kinerja nantinya maka kinerja dari
pegawai atau perawat harus ada indikator. Kemudian indikator
kinerja dari pegawai pendapat dari Anwar Prabu Mangkunegara,
(2007) yaitu sebagai berikut:
1) Proses kerja dan kondisi pekerjaan
2) Waktu yang dipergunakan atau lamanya karyawan tersebut
melaksanakan pekerjaannya
3) Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan
4) Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja
5) Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan
6) Tingkat kemampuan dalam bekerja
7) Kemampuan menganalisis data/ informasi, kemampuan/
kegagalan menggnakan mesin/ perlatan
8) Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen)
Sedangkan pada Wibowo, (2011) terdapat 7 indikator kinerja
yang mengadopsi pendapat dari Paul Hersey, Kenneth H.
Blanchard, dan Dewey E. Johnson yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu keadaaan yang lebih baik yang
ingin dicapai di masas yang akan dating. Maka tujuan
menunjukkan arah ke mana kinerja tersebut harus dilakukan.
2) Standar
Standar adalah suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan
perusahaan atau organisasi dicapai. Kinerja seseorang
dikatakan berhasil apabila mampu mencapai standar yang
ditentukan atau disepakati bersama antara atasan dan
bawahan.
3) Umpan Balik
Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk
mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian
tujuan. Dengan umpan balik dilakukan evaluasi terhadap
kinerja dan sebagagi hasilnya dapat dilakukan kinerja
4) Alat atau Sarana
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat
dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan
dengan sukses. Tanpa alat dan sarana, tugas pekerjaan
spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat
diselesaikan sebagaimana seharusnya.
5) Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan
kepadanya. Kompetensi memungkinkan seseorang
mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
6) Motif
Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang
untuk melakukan sesuatu. Maka dari itu manajer
memfasilitasi motivasi kepada karyawan dengan insentif
serta menghapus tindakan yang mengakibatkan disintesif.
7) Peluang
Karyawan perlu mendapatkan kesempatan untuk
menunjukkan prestasi kerjanya. Tugas mendapatkan
prioritas lebih tinggi, mendapat perhatian lebih banyak, dan
mengambil waktu yang tersedia
c. Faktor yang mempengaruhi kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian dari kinerja terdapat
dua factor yaitu factor kemampuan (ability) dan factor motivasi
(motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat dari Keith Davis yang
dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara, (2007) yaitu senagai
berikut:
1) Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis kemampuan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill).
Artinya pimpinan dan karyawan yang memiliki di atas rata-
rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior, gifted
dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja
maksimal.
2) Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan
karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan
organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap
situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan
sebaliknya jika mereka bersikap negative (kontra) terhadap
situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang
rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain
hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan
pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
d. Pengukuran Kinerja
Wibowo, (2011) mengemukakan bahwa terdapat banyak factor
yang dapat dijadikan ukuran kinerja, namun ukuran kinerja harus
relevan, signifikan, dan komprehensif. Keluarga ukuran berkaitan
dengan tipe ukuran yang dapat klasifikasikan yaitu sebagai berikut:
1) Produktivitas
Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah output
dibandikan dengan sumber daya yang dikonsumsi dalam
memrpoduksi output. Ukuran produktivitas misalnya adalah
output sebanyak 35 unit diproduksi oleh kelompok terdiri
dari 4 orang pekerja dalam waktu seminggu.
2) Kualitas
Pada kualitas biasanya termasuk baik ukuran internal seperti
susut, jumlah ditolak, dan cacat per unit, maupun ukuran
eksternal rating seperti kepuasan pelanggan atau penilaian
frekuensi pemesanan ulang pelanggan.
3) Ketepatan Waktu
Ketepatan Waktu menyangkut presentasi pengiriman tepat
waktu atau presentase pesanan dikapalkan sesuai dijanjikan.
Pada dasarnya, ukuran ketepatan waktu mengukur apakah
orang melakukan apa yang dikatakan akan dilakukan.
4) Cycle Time
Pengukuran Cycle Time mengukur berapa lama waktu yang
diperlukan untuk maju dari suatu titik ke titik lain dalam
proses. Misalnya adalah berapa lama waktu rata-rata
diperlukan dari pelanggan menyampaikan pesanan sampai
pelanggan benar-benar menerima pesanan.
5) Pemanfaatan Sumber Daya
Pemanfaatan sumber daya merupakan pengukuran sumber
daya yang dipergunakan lawan sumber daya tersedia
gunakan. Pemanfaatan sumber daya dapat diterapkan untuk
mesin, komputer, kendaraan, dan bahkan orang. Dengan
mengetahui tingkat pemanfaatan, organisasi menemukan
bahwa tidak memerlukan lebih banyak sumber daya.
6) Biaya
Ukuran biaya terutama berguna apabila dilakukan kalkulasi
dalam per unit. Namun, banyak perusahaan hanya
mempunyai sedikit informasi tentang biaya per unit. Pada
umumnya dilakukan kalkulasi biaya secara menyeluruh.
2. Stres Kerja
a. Definisi Stres Kerja
Pada dasarnya stress adalah hal yang lumrah terjadi pada semua
manusia. Stres pada manusia menunjukkan bahwa manusia tersebut
memiliki tantangan pada kehidupannya maupun pada pekerjaannya.
(Sentot Imam Wahjono, 2010) berpendapat bahwa stres adalah
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses dan cara
berpikir serta kondisi seseorang. Dalam buku Fred Luthans, (2006)
terdapat definisi stres kerja dari Beehr dan Newman, yaitu sebagai
kondisi yang muncul dari interaksi antara manusia dan pekerjaan
serta dikarakterisasikan oleh perubahan manusia yang memaksa
mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka. Stres kerja
adalah sebagai suatu tanggapan penyesuaian yang dimediasi oleh
perbedaan-perbedaan individual, yang merupakan suatu
konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau bahkan peristiwa
yang menetapkan permintaan khusus kepada seseorang Bernhard
Tewal, (2017) kutipan Gibson (2012:195).
Stres yang berlebihan memiliki dampak yang buruk bagi
kesehatan baik itu secara fisik maupun mental. Priyono et al.,
(2016) jika stres tidak diatasi dengan baik maka akan berdampak
pada ketidakemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya secara positif. Stres selalu dipandang buruk bagi
siapapun, namun sebenarnya stres ada yang memiliki hal yang
positif bagi seseorang. Padahal stres yang buruk dan stres yang
positif memiliki artian yang berbeda seperti yang dikemukakan oleh
Fred Luthans, (2006) dimana stres buruk atau stress yang
disebabkan oleh sesuatu yang buruk disebut dengan distres.
Sedangkan stres positif atau stres yang disebabkan karena hal-hal
yang baik, misalnya mahasiswa yang membantu membuat tugas
dekan maupun karyawan yang ditawari promosi kerja di tempat
lain. Semua tergantung dari manusia atau karyawan itu sendiri,
apakah mampu mengelola stresnya ke arah yang baik menjadi stres
positif maupun stres yang buruk.
e. Mengelola Stres
Dalam sebuah organisasi, stres dapat dikelola dengan baik
sehingga dapat menjadi hal yang positif bagi kinerja individu
maupun organisasi. Menurut Sentot Imam Wahjono, (2010) ada dua
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengelola stress, yaitu
sebagai berikut:
1) Pendekatan Individu.
Karyawan dapat memikul tanggungjawab pribadi untuk
mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah
terbukti efektif mencakup:
a) Pelaksanaan teknik-teknik manajemen waktu yang
efektif dan efisien.
b) Meningkatkan latihan non kompetitif seperti
jogging, aerobic, berenang dan sebagainya.
c) Pelatihan pengenduran (relaksasi) seperti meditasi,
hipnotis dan biofeedback.
d) Perluasan jaringan dukungan sosial seperti keluarga
dan teman yang dapat diajak bicara sebagai saluran
keluar bila tingkat stress menjadi berlebihan
2) Pendekatan organisasi
Pada pendekatan organisasi terdapat beberapa strategi yang
dapat dilakukan oleh manajemen antara lain:
a) Memperbaiki mekanisme selesi personil dan
penempatan kerja. Sehingga individu yang memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap stres dapat
ditempatkan pada pekerjaan yang memilki stres yang
tinggi
b) Penggunaan penetapan sasaran yang realistis,
sehingga individu mengetahui secara jelas sasaran
yang mereka tuju, menerima umpan balik dan
memotivasi mereka untuk mencapat tujuan.
c) Perancangan ulang pekerjaan yang dapat
memberikan karyawan kendali yang besar dalam
pekerjaan yang mereka tekuni.
d) Meningkatkan keterlibatan karyawan dalam
pengambilan keputusan. Membaikkan komunikasi
organisasi yang dapat mengurangi ambiguitas peran
dan konflik peran.
e) Penegakan program kesejahteraan korporasi yang
memusatkan perhatian pada keseluruhan kondisi
fisik dan mental karyawan.
f. Tips mengurangi stress
Terdapat 8 cara mengurangi stres sesuai pendapat dari Gusti Yuli
Asih, (2018) yaitu sebagai berikut:
1) Menyediakan waktu relaks
Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dimulai sejak pagi,
sebelum berangkat kerja. Oleh sebab itu, daripada
memikirkan beban pekerjaan, lebih baik waktu digunakan
untuk melakukan relaksasi, seperti meditasi, yoga, dan
teknik pernapasan. Teknik pernapasan adalah teknik
relaksasi yang paling mudah dilakukan. Relaksasi dapat
dilakukan dengan sederhana atau menggunakan teknik
khusus seperti biofeedback. Relaksasi sederhana dengan
cara menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan
sampai tidak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru.
Dilakukan minimal 3x sambil membayangkan beban
berkurang.
2) Bersikap lebih asertif
Pada umumnya masalah pekerjaan berpangkal dari
kurangnya kesempatan untuk membuat perubahan atau
keputusan. Oleh sebab itu perlu berbicara dengan atasan,
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawan tambahan.
Dengan demikian, pekerjaan dapat dilakukan dengan cara
kerja seperti yang diinginkan oleh perusahaan.
3) Bekerja lebih efisien
Karyawan pada umumnya selalu kekurangan waktu untuk
menyelesaikan tugas yang bukan disebabkan tugas yang
berlebihan, melainka berkaitan dengan waktu dan cara
mengerjakannya. Untuk bekerja secara efisien, karyawan
harus terampil menentukan prioritas. Urutan prioritas dapat
membantu mengatur strategi penyelesaian pekerjaan.
4) Tingkatkan energi dengan tidur
Keadaan lelah lebih mudah memicu stress karena hal-hal
yang sepele. Dalam keadaan demikian, dianjurkan tidur
selama 15 menit di tengah waktu kerja akan sama
manfaatnya dengan tidur malam 3 jam.
5) Mengatur lingkungan kerja
Mengubah lingkungan kerja secara kecil-kecilan, seperti
menata meja kerja yang berantakan, mengurangi asap
rokok.Tempat kerja yang teratur akan membentuk pikiran
yang teratur. Menjaga lingkungan kerja terutama meja
kerjadari tumpukan kertas atau file. Simpan kertas dalam
map dan kotak file atau laci file. Hal lain yang dapat
mencegah stress dengan mengubah tata letak meja kursi.
Bisa juga memindah meja kursi sehingga akan mendapat
cahaya matahari.
6) Meningkatkan Keterampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari keterampilan
baru. Misalnya kurang mampu dalam melakukan
komunikasi, keterampilan dapat dipelajari melaui buku-
buku atau latihan kepemimpinan. Peningkatan keterampilan
akan membuat karyawan lebih berharga.
7) Jaringan
Seorang karyawan perlu memperluas jaringan, sehingga
karyawan akan diuntungkan dari adanya dukungan sosial.
Jaringan juga dipakai sebagai strategi mengurangi stress
kerja, karena hal ini akan membentuk hubungan dekat
dengan rekan kerja dan kolega yang berempati dan
dipercaya untuk menjadi pendengar yang baik dan
membangun kepercayaan diri.
8) Pekerjaan Bukan Segalanya
Bekerja merupakan ajang untuk aktualisasi diri, akan tetapi
masih banyak kegiatan lain yang dapat menimbulkan
perasaan berguna bagi karyawan.. Seperti mengikuti
kegiatan di luar pekerjaan, stress di tempat pekerjaan akan
berkurang. Karyawan dapat meyakinkan diri bahwa
walaupun tidak dapat memperbaiki keadaan di tempat kerja,
karyawan dapat mengendalikan hal-hal penting dalam
hidupnya. Perasaan mampu mengendalikan kehidupan
sendiri merupakan harta yang tidak ternilai.
3. Dukungan Sosial
a. Definisi dukungan sosial
Dukungan Sosial adalah sebuah dukungan yang diperoleh
seorang individu dari orang lain dan membentuk sebuah motivasi.
Individu yang termasuk memberikan dukungan sosial meliputi
rekan kerja maupun teman, tim kesehatan, dan yang paling penting
adalah keluarga. Pendapat dari Nurmala, (2007) yang
mendefinisikan dukungan sosial sebagai mediator yang penting
dalam menyelesaikan masalah seseorang, karena pada dasarnya
individu merupakan bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja,
kegiatan agama ataupun bagian dari kelompok lainnya. Sedangkan
Sarafino & Smith, (2011) dukungan sosial adalah kenyamanan,
perhatian, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain,
dimana orang lain disini bisa berarti individu secara perseorangan
ataupun kelompok. Dukungan sosial merupakan informasi atau
nasihat verbal dan nonverbal, bantuan nyata tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran
mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi
pihak penerima Gottlieb, (1983) dikutip dari Nurmala, (2007).
b. Indikator dukungan sosial
Sarafino & Smith, (2011) mengemukakan dukungan sosial
memiliki empat indikator, yaitu sebagai berikut:
1) Dukungan emosional atau penghargaan
Dinyatakan dalam bentuk bantuan berupa dorongan untuk
memberikan empati, kasih sayang, perhatian, dan
penghargaan positif. Dukungan ini akan menyebabkan
penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, serta
merasa dimiliki dan dicintai.
2) Dukungan nyata atau instrumental
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung seperti
memberikan pinjaman uang atau menolong dengan
melakukan sesuatu pekerjaan guna menyelesaikan tugas-
tugas individu.
3) Dukungan Informasi
Memberikan informasi, nasihat, sugesti ataupun feedback
mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang lain
yang membutuhkan
4) Dukungan Persahabatan
Jenis dukungan ini diberikan dengan cara membuat kondisi
seseorang agar menjadi bagian dari suatu kelompok yang
memiliki persamaan minat maupun aktivitas sosial.
B. Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya dalam suatu penelitian sangat dibutuhkan sebuah
kerangka pemikiran yang mana berfungsi untuk memudahkan dalam
melakukan atau penelitian Sehingga pada penelitian sekarang ini, terdapat
variabel bebas yaitu X1 (Stres Kerja), Y (Kinerja Perawat), serta variabel
moderasinya yaitu dukungan sosial (Z). Variabel-variabel tersebut akan
dianalisis dengan pengujian statistik dan akan menghasilkan beberapa
hipotesis. Maka dari itu kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibangun
berdasarkan pendekatan teoritis yang yang digunakan dalam penelitian untuk
memahami fenomena yang ada pada perawat RS Marsudi Waluyo yang
dituangkan kedalam kerangka konseptual seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.2
Stres Kerja, Kinerja Perawat dan Dukungan Sosial
H1 Kinerja Perawat
Stres Kerja
(Y)
(X1)
H3
Lin H2
g Lin
& g
Bh &
atti
Dukungan Bh
Sosial
, (Z) atti
(20 ,
14) (20
14)
C. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah jawaban sementara yang sebenarnya jawaban
tersebut masih perlu diuji kebenarannya. (Sarwono, 2006) berpendapat bahwa
hipotesis merupakan saran penelitian ilmiah karena hipotesis adalah
instrument kerja dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara
empris. Sedangkan menurut Priyono, (2016) hipotesis adalah proposisi yang
akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas
pertanyaan pada penelitian.
Berdasarkan hasil temuan penelitian Rahmawati & Irwana, (2020) dan
Ling & Bhatti, (2014) yang menyatakan bahwa stres kerja atau role conflict
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Maka hipotesis
dinyatakan sebagai berikut:
H1 : Stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja perawat
Kemudian hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati &
Nurhidayati, (2015), Prastyo et al., (2016), dan Rahmawati & Irwana, (2020)
Ling & Bhatti, (2014) menyatakan bahwa dukungan sosial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Maka hipotesis dinyatakan
sebagai berikut :
H2 : Dukungan Sosial berpengaruh positif terhadap kinerja perawat
Sedangkan hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati & Nurhidayati, (2015), Ling & Bhatti, (2014), Prastyo et al.,
(2016), dan Rahmawati & Irwana, (2020) menyatakan bahwa dukungan sosial
memoderasi pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan. Maka hipotesis
dinyatakan sebagai berikut :
H3 : Dukungan sosial memoderasi pengaruh stres kerja terhadap
kinerja perawat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Pada penelitian kali ini, lokasi yang akan dijadikan tempat untuk
penelitian yakni pada Rumah Sakit Marsudi Waluyo yang terletak di jalan
Mondoroko Sel. No.KM 09, Ngentong, Purwoasri, Kec. Singosari, Malang,
Jawa Timur 65153.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah survey, yang dimana
peneliti melakukan pengambilan sampel dari suatu populasi dengan
menggunakan sebagai alat pengumpulan data. Yusuf, (2014) survey
merupakan suatu cara untuk mengumpulkan informasi dari sejumlah besar
individu dengan menggunakan kuesioner, interview atau wawancara serta
dengan melalui pos (by mail) maupun telepon. Penelitian survey diarahkan
untuk mengetahui dan mempelajari data dari sampel dari populasi, sehingga
ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif, serta hubungan-hubungan
antar variabel. Sehingga penelitian survey bisa dilakukan dapat dilakukan
pada populasi yang besar maupun kecil Kurniawan & Puspitaningtyas, (2016)
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya Kurniawan & Puspitaningtyas, (2016). Sedangkan
menurut Priyono, (2016) populasi adalah keseluruhan dari gejala atau
satuan yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
perawat Rumah Sakit Marsudi Waluyo sebanyak 70 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut Sugiyono, (2012). Sarwono, (2006)
mendefinisikan sampel sebagai sub dari seperangkat elemen yang
dipilih untuk dipelajari. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Nonprobability Sampling dengan teknik
pengambilan sampel yaitu sampel jenuh atau sensus. Sugiyono, (2012)
menyatakan bahwa teknik pengambilan sampel jenuh adalah sebuah
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel.
D. Definisi Operasional Variabel
Definsi operasional adalah operasionalitas konsep agar dapat diteliti
atau diukur melalui gejala-gejala dan fenomena yang ada. Definisi operasional
variabel adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau menerjemahkan sebuah
konsep variabel ke dalam instrumen pengukuran Kurniawan &
Puspitaningtyas, (2016). Dengan adanya definisi operasional variabel tersebut
peneliti dapat mengetahui baik serta buruk pada pengukuran tersebut.
Pada penelitian ini terdapat 3 jenis variabel yang diuji yaitu sebagai
berikut:
1. Variabel independen : Stres Kerja (X)
Variabel independen (bebas) adalah Variabel bebas adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sugiyono, (2012). Variabel
independen (X) dalam penelitian ini adalah stres kerja. Stres kerja
adalah sebagai suatu tanggapan penyesuaian yang dimediasi oleh
perbedaan-perbedaan individual, yang merupakan suatu konsekuensi
dari setiap tindakan, situasi, atau bahkan peristiwa yang menetapkan
permintaan khusus kepada seseorang Bernhard Tewal, (2017) kutipan
Gibson (2012:195). Beberapa indikator yang dapat mengukur tingkat
stres kerja tersebut adalah sebagai berikut Sentot Imam Wahjono,
(2010):
a. Tuntutan tugas dalam hal desain pekerjaan individu, kondisi
kerja, dan tata letak kerja fisik
b. Tuntutan peran yang berhubungan dengan tekanan yang
diberikan pada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu
yang dimainkan dalam sebuah organisasi.
c. Tuntutan antar-pribadi, yang merupan tekanan yang diciptakan
oleh karyawan lain seperti kurangnya dukungan sosial dan
buruknya hubungan antar pribadi para karyawan
d. Struktur organisasi yang menentukan tingkat diferensiasi dalam
organisasi, tingkat aturan dan peraturan, dan dimana keputusan
diambil. Aturan yang berlebihan dan kurqangnya partisipasi
individu dalam pengambilan keputusan merupakan potensi
sumber stres.
e. Kepemimpian organisasi yang terkait dengan gaya
kepemimpinan atau manajerial dari eksekutif senior organisasi.
Gaya kepemimpian tertentu dapat menciptkana budaya yang
menjadi potensi sumber stres.
2. Variabel dependen : Kinerja Perawat (Y)
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang apabila ada dua
variabel yang saling berhubungan, sedangkan bentuk hubungannya
adalah bahwa perubahan variabel yang satu mempengaruhi atau
menyebabkan perubahan variabel yang lain, maka variabel yang
dipengaruhi atau variabel yang disebabkan merupakan variabel tidak
bebas atau variabel dependen Kurniawan & Puspitaningtyas, (2016).
Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah kinerja. kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang karyawan dalam melaksankan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya Anwar Prabu
Mangkunegara, (2007). Adapun indikator-indikator yang diukur dalam
pencapaian kinerja Anwar Prabu Mangkunegara, (2007) yaitu sebagai
berikut:
a. Proses kerja dan kondisi pekerjaan
b. Waktu yang dipergunakan atau lamanya karyawan tersebut
melaksanakan pekerjaannya
c. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan
d. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja
e. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan
f. Tingkat kemampuan dalam bekerja
g. Kemampuan menganalisis data/ informasi, kemampuan/
kegagalan menggnakan mesin/ perlatan
h. Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen)
3. Variabel moderasi : Dukungan sosial (Z)
Variabel moderasi atau yang disebut juga variabel independen kedua
adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen (Sugiyono,
2012). Variabel moderasi (z) dalam penelitian ini adalah dukungan
sosial. Dukungan sosial adalah mediator yang penting dalam
menyelesaikan masalah seseorang, karena pada dasarnya individu
merupakan bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan
agama ataupun bagian dari kelompok lainnya. Berikut indikator dari
variabel dukungan sosial Sarafino, E. P., & Smith, (2011) :
1) Dukungan emosional atau penghargaan
Dinyatakan dalam bentuk bantuan berupa dorongan untuk
memberikan empati, kasih sayang, perhatian, dan penghargaan
positif. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan
merasa nyaman, tentram kembali, serta merasa dimiliki dan
dicintai.
2) Dukungan nyata atau instrumental
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung seperti
memberikan pinjaman uang atau menolong dengan melakukan
sesuatu pekerjaan guna menyelesaikan tugas-tugas individu.
3) Dukungan Informasi
Memberikan informasi, nasihat, sugesti ataupun feedback
mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang lain yang
membutuhkan.
4) Dukungan Persahabatan
Jenis dukungan ini diberikan dengan cara membuat kondisi
seseorang agar menjadi bagian dari suatu kelompok yang
memiliki persamaan minat maupun aktivitas sosial.
E. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti
secara langsung dari sumber pertama Kurniawan & Puspitaningtyas,
(2016). Oleh karena itu, data primer yang diperoleh dari responden
perawat Rumah Sakit Marsudi Waluyo dengan menggunakan angket
atau kuesioner yang diberikan kepada responden tersebut berupa data
pribadi responden serta tiga kuesioner yang terdiri dari kuesioner stres
kerja, kuesioner kinerja perawat dan kuesioner dukungan sosial.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita
tinggal mencari dan mengumpulkan Sarwono, (2006). Data ini tidak
diperoleh langsung dari responden melainkan diperoleh dari penelitian
terdahulu, literature/buku, jurnal, studi pustaka, organisasi maupun
instansi.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner (angket)
Sugiyono, (2012) mengemukakan bahwa kuesioner atau angket
merupakan tenk pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Sedangkan Kurniawan &
Puspitaningtyas, (2016) menyatakan bahwa kuesioner adalah teknik
pengumpulan data dengan secara tidak langsung (peneliti tidak
langsung tanya-jawab dengan responden) yang mana instrument atau
alat pengumpulan data tersebut berupa daftar pertanyaan yang telah
disusun secara sistematis yang harus dijawab atau direspon oleh
responden sesuai dengan persepsinya. Dalam penelitian sekarang ini
kuesioner berupa pertanyaan secara terbuka dengan diberikan kepada
responden dengan dikirim melalui internet atau google form.
Pandemic COVID-19 masih belum usai dan juga masih berlangsung
saat ini kemudian juga penerapan social distancing. Maka
Pemanfaatan teknologi terutama pada google form merupakan langkah
yang tepat dan juga sangat efektif.
Kemudian skala yang akan dipakai dalam penyusunan kuesioner
adalah menggunakan skala Likert. Sugiyono, (2012) skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Sehingga pada
pengukuran setiap item insrumen yang menggunakan skala tersebut
mempunyai tingkatan dari sangat positif sampi sangat negatif.
Responden diminta pendapatnya mengenai peryataan. Namun pada
tingkatan/penilaian skala Likert tidak 1 sampai dengan 5 namun hanya
1 sampai dengan 4. Dengan tanggapan positif (maksimal) diberi nilai
paling besar (4) dan tanggapan negatif diberi nilai paling kecil (1). Hal
ini dikarenakan memperjelas variabel yang akan diukur atau
memperjelas jawaban dari responden tersebut apakah menunjukkan
reaksi positif atau negative. jika menggunakan skala sampai 5 maka
pada tingkatan 3 atau yang dikenal netral/ragu-ragu akan mempersulit
dari hasil responden tersebut.
2. Wawancara
Interview atau biasa disebut dengan wawancara adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan secara langsung yaitu dengan cara
tanya jawab kepada narasumber/perawat mengenai hal-hal yang sesuai
dengan tiga variabel penelitian yaitu variabel stres kerja (X), variabel
kinerja perawat (Y) dan juga variabel moderasi dukungan sosial (Z).
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dapat
memperluas pandangan peneliti tentang data-data lain yang mungkin
tidak diperoleh dari kuesioner. Data yang dimaksud lebih pada data
internal perusahaan yang mungkin kurang diketahui responden.
3. Studi Pustaka
Metode pencarian informasi dari buku-buku yang relevan dan
sumber-sumber lain yang membahas masalah dalam penelitian ini.
1. Rentang Skala
Rentang skala adalah alat yang digunakann untuk mengukur dan
memili variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini rentang skala
digunakan untuk mengetahui bagaiaman stres kerja, kinerja perawat,
dan dukungan sosial pada Rumah Sakit Marsudi Waluyo. Berikut ini
rumus yang digunakan
n (m−1)
RS=
m
Keterangan :
RS : Rentang Skala
n : Jumlah sampel
m : Jumlah alternatif jawaban sampel
Berdasarkan rumus diatas maka dapat diperoleh rentang skala
dengan perhitungan sebagai berikut:
70 ( 4−1 ) 210
RS= = =52,5
4 4
Berdasarkan perhitungan skala diperoleh sebesar 52,5 yang dibulatkan
menjadi 53. Maka dari itu, dari hasil perhitungan rentang skala di atas
dibuat table pengukuran mengenai stres kerja, kinerja perawat dan
dukungan sosial. Adapun pengukuran bisa dilihat di table 3.1:
Tabel 3.1
Skala Pengukuran Stres Kerja, Kinerja Perawat, Dukungan Sosial
Rentang Kinerja
Stres Kerja Dukungan Sosial
Skala Perawat
70-123 Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Lemah
124-177 Rendah Rendah Lemah
178-231 Tinggi Tinggi Kuat
232-285 Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Kuat
Keterangan :
a. Rentang skala 70-123 ditunjukkan bahwa nilai variabel stres
kerja dan kinerja perawat dalam kategori sangat rendah.
Sedangkan pada variabel moderasi yaitu dukungan sosial
dalam kategori sangat lemah.
b. Rentang skala 124-177 ditunjukkan bahwa nilai variabel stres
kerja dan kinerja perawat dalam kategori rendah. Sedangkan
pada variabel moderasi yaitu dukungan sosial dalam kategori
lemah.
c. Rentang skala 178-231 ditunjukkan bahwa nilai variabel stres
kerja dan kinerja perawat dalam kategori tinggi. Sedangkan
pada variabel moderasi yaitu dukungan sosial dalam kategori
kuat.
d. Rentang skala 232-285 ditunjukkan bahwa nilai variabel stres
kerja dan kinerja perawat dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan pada variabel moderasi yaitu dukungan sosial
dalam kategori sangat kuat.
Identitas Responden
1. Umur : Tahun
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Pendidikan terakhir : SPK D III Kep S1 Kep
4. Status pernikahan : Menikah Belum Menikah
5. Status pekerjaan : Pegawai tetap Pegawai kontrak
6. Lama bertugas :
B. Stres Kerja
STS TS S SS
No Pernyataan
(1) (2) (3) (4)
1. Saya merasa sulit berkosentrasi ketika ruang
penuh dengan pasien dan keluarga pasien
2. Saya merasa tegang ketika saya menghadapi
pasien yang dalam keadaan kritis
3. Saya merasa bingung ketika melayani pasien
yang sedang mengerang kesakitan
4. Meskipun keadaan lampu mati ketika pasien
sedang ditangangi dengan alat elektronik,
saya tidak mengalami kepanikan
5. Meskipun banyak pekerjaan yang saya
kerjakan saya merasa tidak bosan, dan tetap
menjalani komunkasi dengan pasien
6. Saya tidak bisa berkonsentrasi ketika
mendengar instruksi dokter tentang pemberian
obat pasien
7. Saya akan tersinggung ketika mendapat
teguran/kritikan terhadap pekerjaan yang telah
saya lakukan dari rekan kerja saya
8. Saya akan marah ketika rekan kerja saya
melakukan kesalahan
9. Saya merasa sulit untuk menyampaikan
informasi secara jelas dan dapat dimengerti
oleh pasien ataupun rekan kejra
10 Saya merasa pembagian jadwal shift saya
. lebih banyak dari rekan kerja karena kadang-
kadang harus bertugas saat libur
11 Ketika atasan memberikan arahan, saya selalu
. bingung
12 Saya takut melaporkan kesalahan saya
. kepada atasan
13 Saya akan tersinggung ketika mendapat
. teguran/kritikan terhadap pekerjaan yang telah
saya lakukan dari atasan
C. Dukungan Sosial
STS TS S SS
No Pernyataan
(1) (2) (3) (4)
DUKUNGAN EMOSIONAL DAN
PENGHARGAAN
1. Keluarga selalu memberi pujian dan juga
memberi perhatian kepada saya
2. Keluarga selalu mendukung dan memotivasi
saya saat keadaan terpuruk
3. Keluarga mendukung keputusan saya jika itu
adalah hal yang benar dilakukan
4. Keluarga mendengarkan curah hati saya
ketika saya sedih
5. Keluarga adalah tempat tinggal yang nyaman
dan tenang bagi saya
DUKUNGAN INSTRUMENTAL
1. Rekan kerja saya selalu membantu saat saya
sedang mengalami kesulitan pekerjaan
2. Keluarga menyediakan transportasi yang
mempermudah saya melakukan aktivitas
sehari-hari termasuk dalam bekerja
3. Ketika saya membutuhkan uang, teman saya
bersedia meminjamkan
4. Atasan saya memberikan fasilitas/perlatan
tambahan atau baru agar memudahkan saya
dalam melakukan pekerjaan
DUKUNGAN INFORMASI
1. Keluarga saya memberikan solusi
permasalahan aktivitas
2. Atasan saya selalu memberikan arahan untuk
melakukan pekerjaan dengan benar
3. Keluarga mengingatkan saya untuk selalu
menjaga kesehatan
4. Keluarga mengingatkan saya agar tidak
memaksakan dalam melakukan pekerjaan atau
apapu
DUKUNGAN PERSAHABATAN
1. Teman-teman saya mendukung setiap
aktivitas ataupun pekerjaan
2. Teman-teman suka bergaul dengan saya
3. Teman-teman mengatakan banyak hal
menarik dari diri saya
4. Teman-teman senang bercerita/curhat dengan
saya
5. Teman-teman merasa bangga dengan
kemampuan yang saya miliki
DAFTAR PUSTAKA