keinginan untuk keluar dari perusahaan, yang dimana alasan seseorang untuk
melakukan hal ini adalah karena ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik dari
sama bahwa turnover dapat terjadi secara sukarela (voluntary turnover) maupun
pekerjaan yang ada saat ini, sedangkan involuntary turnover atau pemecatan
merupakan keputusan para pemberi kerja untuk memutuskan hubungan kerja dan
keputusan ini bersifat tidak dapat dikontrol bagi karyawan yang mengalaminya
karena biaya untuk mengganti Individu yang keluar akan berdampak pada
10
pendapatan perusahaan. Turnover intention dikatakan mahal karena menimbulkan
biaya perekrutan, biaya pelatihan,dan biaya lainnya (Boushey dan Glynn, 2012).
merupakan sebuah konsep yang telah menarik minat dari para praktisi dan
oleh Harnoto (2002) turnover intention pada dasarnya adalah sama, keinginan
berpindahnya karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya walaupun
organisasinya sekarang.
11
3) Individu ingin meninggalkan organisasi dalam waktu dekat.
mereka (disebut sebagai anggota) melalui kualitas hubungan yang baik, hubungan
antara mereka (Yimo Shen et al., 2014). Liden dan Graen (1980) berpendapat
12
Foa dan Foa (1974) menyatakan teori LMX ini terintegrasi dengan teori
sumber daya dan berpendapat bahwa semua jenis sumber daya (uang, barang,
jasa, status, informasi, dan afiliasi) yang diidentifikasi dapat dipertukarkan dalam
konteks hubungan antara pemimpin dan anggota. Graen dan Cashman (1975)
bawahan saling tukar sumber daya dan dukungan. Yukl (2004:119) menyatakan
dasar pemikiran dari teori LMX adalah bahwa para pemimpin mengembangkan
penelitian dimana terdapat aspek in-group dan out-group. Graen dan Mary (1995)
kelompok ini memiliki kepribadian yang sama dan bekerja dengan etika
13
2) jika anggota tim mengkhianati kepercayaan dari manajer, atau
Liden dan Maslyn (1998) menyatakan dimensi yang menjadi tolak ukur
apapun.
anggota yang dapat meliputi Sumber daya seperti uang, barang, jasa, status,
informasi, dan afiliasi untuk memperoleh hubungan dan dukungan yang baik
diantara keduanya.
14
2.2.2 Role Stress
terdiri dari beberapa dimensi termasuk konflik peran, peran yang berlebihan, dan
ambiguitas peran, karyawan yang menderita role stress dapat secara emosional
pekerjaan mereka, dan jika tidak ditanggapi akan berdampak pada kinerja dan
keinginan keluar karyawan tersebut. Kahn dan Quinn (1970) menyatakan dalam
teori role stress, ketika pekerja mengalami stres di tempat kerja, mereka berusaha
untuk mengatasi peran stres mereka di perusahaan dan hal ini akan dapat
menimbukan penurunan kinerja bagi perusahaan. Role Stress yang parah akan
kelelahan kerja, yang akan menyebabkan keinginan untuk berpindah (Yefei Yang
et al., 2015).
pada seseorang, hal ini berarti adanya konflik antara tuntutan dari
15
3) Ambiguitas peran merupakan tingkat ambiguitas terhadap tuntutan,
merasa terlepas dari pekerjaan dan tanggung jawab tugas mereka sebagai
mereka dan peduli tentang kesejahteraan mereka yang dalam hal ini individu
mereka merasa bahwa mereka memiliki kewajiban untuk itu, dan mengakui
16
organizational support pada kesejahteraan karyawan dan turnover (Baran dan
diperlukan.
pendekatan motivasi.
pendapat karyawannya.
17
3) Respon terhadap kesejahteraan karyawan
ditempat kerja.
adanya pertukaran sumber daya yang dalam hal ini, para pemimpin memberikan
karyawan merasa bahwa mereka adalah bagian dari kelompok, hal ini yang akan
dalam upaya lebih ke pekerjaan mereka. Lum et al. (1998) menjelaskan turnover
18
disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut kepentingan perusahaan dengan
individu.
Leader-Member Exchange
(X1)
H1
Role Stress Turnover
(X2) Intention
H2 (Y)
Perceived H3
Organizational Support
(X3)
Sumber :
Hı: Gouldner (1960), Blau (1964), Kim dan Michàlle (2014), Yimo Shen et al.
(2014).
H2: Hopkins et al. (2010), Firth et al. (2004), Desiana dan Soetjipto (2006).
karyawan hotel Griya Santrian. H2 adalah hipotesis yang menjelaskan Role Stress
19
secara positif berpengaruh terhadap Turnover intention pada karyawan hotel Griya
untuk orang lain, orang yang memberikan kebaikan mengharapkan perilaku yang
sama di masa depan dari orang yang menerima bantuan (Gouldner, 1960). Sikap
keseimbangan dalam pertukaran sosial yang terjadi di tempat kerja (Blau, 1964).
dalam hasil LMX, (Kim dan Michàlle, 2014) ketika seorang pekerja merasakan
pekerja akan lebih menikmati pekerjaan mereka dan akan mengurangi turnover
20
2.4.2 Pengaruh Role Stress terhadap Turnover Intention pada karyawan hotel
Griya Santrian.
Role Stress dalam hal ini menyangkut dukungan yang tidak cukup,
penghasilan yang rendah, pelatihan yang tidak memadai, dan target yang tidak
tercapai dapat menyebaban karyawan merasakan role stress yang sangat tinggi
pekerja mengalami stres di tempat kerja mereka, mereka akan berusaha mengatasi
stres tersebut dengan melakukan turnover (Kim dan Michàlle, 2014). Hopkins et
et al. (2004) yang menyatakan bahwa role stress tidak hanya berpengaruh pada
dilakukan oleh Desiana dan Soetjipto (2006), menemukan bahwa role stressor
yang terdiri dari role ambiguity, role conflict, dan role overload berkaitan dengan
Dengan kata lain tingkat stres yang tinggi akan mengakibatkan turnover
yang tinggi. Pengaruh antara role stres dan turnover masih belum sepenuhnya
21
2.4.3 Pengaruh Perceived Organizational Support terhadap Turnover Intention
pada hubungan timbal balik antara pekerja dan organisasi, ketika para pekerja
merasakan timbal balik yang baik dari organisasi, mereka akan cenderung untuk
keinginan untuk meninggalkan organisasi. Maka dalam hal ini peneliti ingin
intention dalam organisasi yang terdapat pada perusahaan jasa yaitu hotel Griya
Santrian.
22