Anda di halaman 1dari 24

BAB 7

TRANSAKSI AKUNTANSI PENDAPATAN SATKER DAN AKUNTANSI


PENDAPATAN DESA/KELURAHAN, TRANSAKSI AKUNTANSI BELANJA
SATKER DAN AKUNTANSI BELANJA DESA/KELURAHAN, DAN
TRANSAKSI AKUNTANSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAN
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DI DESA/KELURAHAN

A. KOMPETENSI INTI
KI-3: Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang
spesifik untuk memecahkan masalah.
KI-4:Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.

B. KOMPETENSI DASAR
3.7 Menganalisis transaksi akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi
pendapatan desa/kelurahan)
4.7 Melakukan pencatatan akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi
pendapatan desa/kelurahan
3.8 Menganalisis transaksi akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)
4.8 Melakukan pencatatan akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)

C. INDIKATOR
1. Menganalisis transaksi akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi
pendapatan desa/kelurahan)
2. Melakukan pencatatan akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi
pendapatan desa/kelurahan
3. Menganalisis transaksi akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)
4. Melakukan pencatatan akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melaksanakan pembelajaran peserta didik diharapkan
memahami tentang:
1. Analisis transaksi akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi pendapatan
desa/kelurahan)
2. Pencatatan akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi pendapatan
desa/kelurahan
3. Analisis transaksi akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)
4. Pencatatan akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)

TRANSAKSI AKUNTANSI PENDAPATAN SATKER DAN AKUNTANSI


PENDAPATAN DESA/KELURAHAN, TRANSAKSI AKUNTANSI BELANJA
SATKER DAN AKUNTANSI BELANJA DESA/KELURAHAN

7.1 Transaksi Akuntansi Pendapatan satker dan Akuntansi pendapatan


desa/kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan memberikan deskripsi yang cukup jelas mengenai pendapatan.
Dalam peraturan pemerintah ini disebutkan bahwa pendapatan adalah semua
penerimaan Rekening Kas Umum Negara/ Daerah yang menambah ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi
hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 disebutkan bahwa pendapatan daerah
adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih. Komisi, rabat, potongan, atau pendapatan lain dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai
akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan
barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain
sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta pendapatan dari
hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan
daerah. Pendapatan daerah dirinci menurut organisasi, kelompok, jenis, obyek
dan rincian obyek pendapatan.
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Akuntansi pendapatan SKPD dilakukan
hanya untuk mencatat pendapatan asli daerah yang dalam wewenang SKPD.

Langkah 1
a. PPK-SKPD menerima SPJ Penerimaan dari Bendahara Penerimaan (seperti
dijelaskan dalam Sisdur Penatausahaan Penerimaan).
b. Berdasarkan dokumen SPJ Penerimaan dan lampirannya, PPK-SKPD
mencatat transaksi pendapatan dengan menjurnal “Kas di Bendahara
Penerimaan” di Debit dan “Akun Pendapatan sesuai jenisnya” di kredit.
Kas dibendahara penerimaan Xxx
Pendapatan xxx
Karena jurnal yang sama akan dipakai terus dalam mencatat transaksi
pendapatan, maka dibuatlah Buku Jurnal Khusus Pendapatan
c. Pendapatan yang diterima kemudian disetor kepada Kasda. PPK-SKPD
kemudian mencatat transaksi penyetoran tersebut dengan menjurnal “RK
PPKD” di Debit dan “Kas di Bendahara Penerimaan” dikredit.
RK-PPKD Xxx
Kas dibendahara xxx
penerimaan
Catatan: Pada saat setoran pendapatan tersebut diterima di Rekening Kas Daerah,
Akuntansi PPKD
akan mencatat transaksi penerimaan tersebut dengan menjurnal ”Kas di Kas
Daerah” di Debit dan ”RK Satker sesuai dengan nama satkernya” di kredit.

d. Dalam kondisi sebenarnya, dimungkinkan terjadi pengembalian kelebihan


pendapatan yang harus dikembalikan ke pihak ketiga. Jika pengembalian kelebihan
pendapatan sifatnya berulang (recurring) baik yang terjadi di periode berjalan atau
periode sebelumnya, PPK-SKPD berdasarkan informasi transfer kas dari BUD,
mencatat transaksi pengembalian kelebihan tersebut dengan menjurnal “Akun
Pendapatan sesuai jenisnya” di Debit dan “RK PPKD” di kredit.
Pendapatan Xxx
RK-PPKD xxx
Jurnal tersebut juga berlaku bagi pengembalian yang sifatnya tidak berulang tetapi
terjadi dalam periode berjalan.
Catatan: Pada saat pengembalian kelebihan pendapatan tersebut dilakukan melalui
Rekening Kas Daerah, Akuntansi PPKD akan mencatat transaksi pengembalian
kelebihan pendapatan tersebut
dengan menjurnal ” RK Satker sesuai dengan nama satkernya” di Debit dan ” Kas di
Kas Daerah
” dikredit. Jika pengembalian kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak
berulang(nonrecurring) dan terkait dengan pendapatan periode sebelumnya,
Satuan Kerja tidakmelakukanpencatatan. Pencatatan dilakukan oleh Akuntansi
PPKDdengan menjurnal ” SILPA” di Debit dan ” Kas di Kas Daerah” dikredit.
Langkah 2
a. Setiap periode, jurnal-jurnal tersebut akan diposting ke Buku Besar SKPD
sesuai dengan kode rekening pendapatan.
b. Di akhir periode tertentu, PPK-SKPD memindahkan saldo-saldo yang ada di tiap
buku besar ke dalam Neraca Saldo.

7.2 Transaksi Akuntansi Belanja satker dan Akuntansi Belanja


desa/kelurahan
Menurut PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah, sedangkan menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah,Belanja Daerah didefinisikan sebagai kewajiban pemerintah
daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah
dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemda. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun
2006, pengklasifikasian belanja daerah dibagi menurut fungsi, urusan
pemerintahan, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian
obyek belanja. Akuntansi belanja disusun untuk memenuhi kebutuhan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan. Akuntansi belanja juga dapat
dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen dengan cara yang
memungkinkan pengukuran kegiatan belanja tersebut. Akuntansi belanja pada
satuan kerja dilakukan oleh PPK-SKPD. Akuntansi belanja pada satuan kerja ini
meliputi akuntansi belanja UP (uang persediaan)/GU (ganti uang)/TU (tambah
uang), dan akuntansi belanja LS (langsung). Akuntansi Belanja UP/GU/TU
Langkah 1
PPK-SKPD menerima SP2D dari Kuasa BUD melalui Pengguna Anggaran.
Berdasarkan SP2D, PPK-SKPDmencatat transaksi penerimaan uang persediaan
tersebut dengan menjurnal “Kas di Bendahara Pengeluaran” di Debit dan “RK PPKD”
di kredit.
Kas dibendahara pengeluaran Xxx
RK-PPKD xxx
Langkah 2
Secara berkala, PPK-SKPD menerima SPJ dari Bendahara Pengeluaran. SPJ tersebut
dilampiri dengan bukti transaksi. Berdasarkan SPJ dan bukti transaksi tersebut,
PPK-SKPD mencatat transaksi-transaksi belanja periode sebelumnya dengan
menjurnal
”Belanja sesuai jenisnya” di debit dan “Kas di Bendahara Pengeluaran” di kredit.
Belanja ……. Xxx
Kas dibendahara pengeluaran xxx

karena jurnal yang sama akan dipakai terus dalam mencatat belanja, maka
dibuatlah Buku Jurnal khusus Belanja.
Langkah 3
a.Setiap periode, jurnal tersebut akan diposting ke Buku Besar sesuai dengan kode
rekening belanja.
b.Di akhir bulan, PPK-SKPD memindahkan saldo-saldo yang ada di tiap buku besar
ke dalam Neraca Saldo.
1.Akuntansi Belanja LS (Langsung)
Belanja LS yang dimaksud adalah Belanja LS Gaji & Tunjangan dan Belanja LS
Barang & Jasa. Dalam konteks belanja LS, akuntansi mempunyai asumsi bahwa
dana SP2D dari BUD langsung diterima oleh pihak ketiga/pihak lain yang telah
ditetapkan.
Langkah 1
PPK-SKPD menerima SP2D dari Kuasa BUD melalui Pengguna Anggaran.
Berdasarkan SP2D terkait, PPK-SKPD mencatat transaksi belanja dengan menjurnal
”Belanja sesuai jenisnya” di debit dan “RK PPKD”di kredit.
Belanja ........... xxx
RK PPKD xxx
Catatan: Pada saat terjadi pembayaran belanja LS melalui rekening Kas Daerah,
PPK-SKPKD akan mencatat transaksi tersebut dengan menjurnal ” RK Satker sesuai
dengan nama satkernya” di debit dan ”Kas di Kas Daerah” di kredit
Karena jurnal yang sama akan dipakai terus dalam mencatat belanja LS, maka
dibuatlah Buku Jurnal khusus untuk belanja LS. Dalam kasus LS Gaji dan
tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh pegawai adalah jumlah netto
(setelah dikurangi potongan), namun PPK-SKPD tetap mencatat belanja gaji dan
tunjangan dalam jumlah bruto. PPK-SKPD tidak perlu mencatat potongan tersebut
karena pencatatannya sudah dilakukan oleh BUD dalam sub sistem Akuntansi PPKD
Catatan: Pada saat transfer gaji dan tunjangan dari rekening Kas Daerah, fungsi
akuntansi SKPKD akan mencatat potongan terhadap gaji dan tunjangan dengan
menjurnal ”Kas di Kas Daerah” di debit dan ”Hutang PFK” di kredit. Sewaktu,
potongan tersebut ditransfer ke rekening yang terkait, maka transaksi tersebut
akan dijurnal ”Hutang PFK” di debit dan ”Kas di Kas Daerah” di kredit. Dalam kasus
LS Barang dan Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana yang
diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah netto (setelah dikurangi potongan pajak),
namun PPK-SKPD tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah bruto. PPK-SKPD
kemudian mencatat potongan tersebut sebagai Hutang di jurnal umum.
 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
 Hutang Pajak .... xxx
Ketika bukti Surat Setoran Pajak (SSP) telah diterima, dilakukan penghapusan
hutang pajak tersebut dengan jurnal sebagai berikut :
 Hutang Pajak .... xxx
 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK-SKPD juga
mengakui penambahan aset dengan menjurnal ”Aset sesuai jenisnya” di debit dan
“Diinvestasikan dalam Aset Tetap” di kredit.
Belanja Modal ........ xxx
Kas di bendahara pengeluaran xxx
Aset ......... xxx
Diinvestasikan dlm Aset Tetap xxx

Langkah 2
a.Setiap periode, jurnal tersebut akan diposting ke Buku Besar sesuai dengan kode
rekening belanja.
b.Di akhir bulan, PPK-SKPD memindahkan saldo-saldo yang ada di tiap buku besar
ke dalam Neraca Saldo.

3. UJI KOMPETENSI
1) Pada bagian ini akan diberikan beberapa contoh transaksi pendapatan. Dinas
Kesehatan akan digunakan sebagai ilustrasi SKPD. Pada tanggal 7 Februari 2009
PPK-SKPD DinKes menerima SPJ Penerimaan beserta lampirannya dari
Bendahara Penerimaan DinKes. Dari SPJ dan lampirannya tersebut diketahui
bahwa selama bulan Januari 2009, Dinas Kesehatan telah menerima pendapatan
retribusi sebagai berikut:
 10 Januari 2009 Dinas Kesehatan menerima retribusi pelayanan kesehatan
sebesar 5 juta rupiah. 11 Januari 2009 Bendahara Penerimaan Dinas
Kesehatan menyetor uang retribusi sebesar 5 juta rupiah tersebut ke Bank
Kasda.
 19 Januari 2009 Bendahara Penerimaan Pembantu (di Puskesmas Kec.
Sambeng) menerima retribusi pelayanan kesehatan sebesar 2,2 juta rupiah.
 20 Januari 2009 Bendahara Penerimaan Pembantu menyetor uang retribusi
sebesar 2,2 juta rupiah tersebut ke Bank Kasda.
 28 Januari 2009 Diterima info dari BUD bahwa telah dilakukan pengembalian
kelebihan pembayaran uang pendaftaran Mahasiswa/I Akademi Keperawatan
untuk tahun 2005. Kelebihan ini disebabkan adanya kesalahan perhitungan
dalam sistem komputer. Pembayaran kelebihan tersebut sebesar 50 juta
rupiah

2) Pada bagian ini akan diberikan beberapa contoh transaksi belanja. Dinas
Kesehatan akan digunakan sebagai ilustrasi SKPD. Pada tanggal 7 Februari 2009
PPK-SKPD Dinas Kesehatan menerima SPJ Pengeluaran beserta lampirannya dari
Bendahara Pengeluaran DinKes. Dari SPJ dan lampirannya tersebut diketahui
bahwa selama bulan Januari 2009, Dinas Kesehatan telah melakukan transaksi
belanja sebagai berikut:
 4 Januari 2009 Dinkes menerima SP2D atas pembayaran gaji bulan Januari
dengan rincian :
Gaji Pokok Rp 999.510.000,-
Tunjangan Keluarga Rp 87.457.125,-
Tunjangan Fungsional Rp 99.951.000,-
Tunjangan Fungsional Umum Rp 62.469.375,-
Dengan Iuran Wajib Pegawai sebesar Rp 52.240.000,- dan
Tabungan Perumahan Pegawai sebesar Rp 22.575.000,-
 5 Januari 2009 Dinas Kesehatan menerima uang sebesar Rp 30.000.000,-
atas pencairan SP2D UP.
 8 Januari 2009 Dinas Kesehatan membeli alat tulis kantor senilai Rp
5.000.000,-.
 12 Januari 2009 Dinas Kesehatan membeli bahan obat-obatan senilai Rp
15.000.000,-
 25 Januari 2009 Dinas Kesehatan melakukan pengisian tabung gas senilai Rp
2.000.000,- 27 Januari 2009 Untuk keperluan kegiatan fogging, dilakukan
belanja bahan kimia* senilai Rp 75.000.000,
 28 Januari 2009 Dinas Kesehatan melakukan pembelian ambulans yang
dilengkapi dengan alat-alat kesehatan senilai Rp 250 juta. Dari jumlah
tersebut, Bendahara pengeluaran memungut PPN senilai Rp. 22.727.273

BAB 6
ELEMEN BASIS AKUNTANSI, PELAKSANA AKUNTANSI, STRUKTUR
LENGKAP KODE REKENING UNTUK KELOMPOK AKUN ASSET,
KEWAJIBAN, EKUITAS DANA, PENDAPATAN, BELANJA DAN
PEMBIAYAAN DI DESA /KELURAHAN

A. KOMPETENSI INTI
KI-3: Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan,dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan
masalah.
KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

B. KOMPETENSI DASAR
3.6 Menganalisis elemen basis akuntansi, pelaksana akuntansi, struktur
lengkap kode rekening untuk kelompok akun asset, kewajiban,
ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan di desa
/kelurahan
4.6 Melakukan pencatatan elemen basis akuntansi, struktur lengkap
kode rekening untuk kelompok akun asset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan di desa/kelurahan
pembiayaan daerah, asset daerah, kewajiban daerah dan equitas
dana daerah

C. INDIKATOR
1. Menganalisis elemen basis akuntansi,
2. Menganalisis pelaksana akuntansi,
3. Menganalisis struktur lengkap kode rekening untuk kelompok akun
asset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan di desa /kelurahan
4. Melakukan pencatatan elemen basis akuntansi, struktur lengkap
kode rekening untuk kelompok akun asset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan di desa/kelurahan
pembiayaan daerah, asset daerah, kewajiban daerah dan equitas
dana daerah

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membpelajari materi ini peserta didik diharapkan mampu
memahami:
1. Elemen basis akuntansi,
2. Pelaksana akuntansi,
3. Analisis struktur lengkap kode rekening untuk kelompok akun
asset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan di desa /kelurahan
4. Pencatatan elemen basis akuntansi, struktur lengkap kode rekening
untuk kelompok akun asset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan di desa/kelurahan pembiayaan daerah,
asset daerah, kewajiban daerah dan equitas dana daerah

ELEMEN BASIS AKUNTANSI, PELAKSANA AKUNTANSI, STRUKTUR


LENGKAP KODE REKENING UNTUK KELOMPOK AKUN ASSET,
KEWAJIBAN, EKUITAS DANA, PENDAPATAN, BELANJA DAN
PEMBIAYAAN DI DESA /KELURAHAN

1. Elemen Basis Akuntansi


Akuntansi adalah suatu kegiatan dalam mencatat data keuangan
sehingga menjadi sebuah informasi yang berguna bagi pemakainya.
Persamaan Akuntansi

Persamaan dalam akuntansi merupakan gambaran antara elemen-


elemen dalam sebuah laporan keuangan yang saling berhubungan.
Terdapat 5 (lima) elemen pokok dalam laporan  keuangan Desa, yaitu
Aset, Kewajiban, Pendapatan, Belanja, dan Kekayaan Bersih. Akan
mudah melakukan pencatatan transaksi jika kita memahami persamaan
akuntansi yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Persamaan Dasar Akuntansi
Persamaan akuntansi dasar ini sangat sederhana dengan mengambil 3
(tiga) elemen pokok dalam laporan keuangan, yaitu aset, kewajiban,
dan kekayaan bersih, maka didapat rumusan persamaan akuntansinya
sebagai berikut :
Aset = Kewajiban + Kekayaan Bersih
Persamaan Akuntansi yang Diperluas

Persamaan akuntansi yang diperluas dari persamaan akuntansi dasar ini


memiliki 2 (dua) rumus yaitu:
Aset + Belanja = Kewajiban + Kekayaan Bersih + Pendapatan +/-
Pembiayaan Netto
atau
Aset = Kewajiban + Kekayaan Bersih + (Pendapatan – Belanja) +/-
Pembiayaan Netto
Unsur-unsur yang ada pada laporan keuangan desa dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Aset
Merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial dimasa depan dapat diperoleh serta dapat
diukur dengan satuan uang. Aset dapat dikelompokkan dalam:

1). Aset Lancar, yaitu aset yang dalam periode waktu tertentu (tidak
lebih dari satu tahun) dapat dicairkan menjadi uang kas atau menjadi
bentuk aset lainnya. Misalnya Kas, Piutang, Persediaan.
2) Aset Tidak Lancar, yaitu aset yang mempunyai nilai ekonomis lebih
dari satu tahun. Misalnya Investasi Permanen, Aset Tetap, Dana
Cadangan, Aset Tidak Lancar Lainnya. 
b. Kewajiban

Merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang


penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber dayae konomi
yang dimiliki. Kewajiban ini bisa berupa Kewajiban Jangka Pendek dan
Kewajiban Jangka Panjang. Misalnya Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang
Pemotongan Pajak, Utang Cicilan Pinjaman, Pinjaman Jangka Panjang.

c. Kekayaan Bersih

Merupakan selisih antara aset yang dimiliki desa dengan kewajiban yang
harus dipenuhi desa sampai dengan tanggal 31 Desember suatu tahun.
d. Pendapatan

Merupakan penerimaaan yang akan menambah Saldo Anggaran Lebih


dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah Desa, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah desa.

e. Belanja

Merupakan semua pengeluaran oleh Bendahara yang mengurangi Saldo


Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah desa.
f. Pembiayaan

Merupakan setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada


kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan
diterima  kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran.

2. Kode Akun

Kode akun adalah suatu penamaan/penomoran yang dipergunakan


untuk mengklasifikasikan pos atau rekening transaksi. Setiap jenis pos
dalam satu sistem akuntansi harus memiliki kode atau nomor yang
dapat dibedakan sesuai dengan kelompoknya.

Kode akun mempunyai karakteristik sebagai berikut:


 Luwes, mudah disisipkan jika terdapat penambahan akun baru.
 Sederhana, sesuai dengan tujuan akun, namun mudah
dimengerti.
 Unik, setiap akun mempunyai kode masing-masing dan unik.
 Sistematik, penempatan atau urutan akun sesuai dengan akun
utama.

Kode akun yang akan digunakan dalam pencatatan keuangan


pemerintahan desa  sebaiknya  ditetapkan seragam, sehingga laporan
keuangan Desa bisa saling diperbandingkan. Bahkan seandainya
diperlukan, akan memudahkan dalam melakukan kompilasi laporan
keuangan seluruh Desa yang ada pada suatu Kabupaten/Desa. ***

3. Pelaksana Akuntansi
BERDASARKAN PERMENDAGRI 113/2014 PERMENDAGRI 20/2018
Kepala Seksi bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan
bidangnya. Kaur dan Kasi bertugas sebagai pelaksana kegiatan
anggaran.
Kepala Seksi mempunyai tugas:
1. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya;
2. melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga
Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam APBDesa;
3. melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban
anggaran belanja kegiatan;
4. mengendalikan pelaksanaan kegiatan; melaporkan perkembangan
pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa; dan
5. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan.
Kaur dan Kasi mempunyai tugas:
1. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja sesuai bidang tugasnya;
2. melaksanakan anggaran kegiatan sesuai bidang
tugasnya;mengendalikan kegiatan sesuai bidang tugasnya;
3. menyusun DPA, DPPA, dan DPAL sesuai bidang tugasnya;
4. menandatangani perjanjian kerja sama dengan penyedia atas
pengadaan barang/jasa untuk kegiatan yang berada dalam bidang
tugasnya; dan
5. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan sesuai bidang tugasnya
untuk pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa.
Pembagian tugas Kaur dan Kasi pelaksana kegiatan anggaran
dilakukan berdasarkan bidang tugas masing-masing dan ditetapkan
dalam RKP Desa.

4. Desa seharusnya berkewajiban menyelenggarakan akuntansi untuk


mendukung proses akuntabilitas pengelolaan keuangannya kepada publik.
Standar akuntansi yang cocok untuk akuntansi desa adalah Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Setidaknya ada dua alasan yang dapat
memperkuat pendapat ini. Pertama, desa bertanggung jawab mengurus
urusan pemerintahan (UU 6/2014, Pasal 1) dan kepala desa wajib
menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
bupati/walikota (UU 6/2014, Pasal 27). Alasan kedua, desa memperoleh
pendapatan yang di antaranya bersumber dari APBN dan APBD (UU 6/2014,
Pasal 72). Dua alasan tersebut menunjukkan hubungan yang erat antara
aktivitas desa dengan aktivitas pemerintahan. Gambaran tentang
pemerintahan dan pengelolaan keuangan desa dapat dilihat pada artikel:
Pemerintahan Desa dan Pengelolaan Keuangannya. Mengingat desa memiliki
karakteristik yang khas maka dimungkinkan adanya suatu sistem akuntansi
yang berbeda dengan sistem akuntansi pemerintah pusat atau daerah.

a. Langkah Awal
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113/2014 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa merupakan batu loncatan bagi pembangunan sistem
akuntansi desa. Teknik akuntansi yang dipilih dalam peraturan tersebut
relatif masih sederhana. Basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas di
mana transaksi ekonomi entitas desa diakui dan dicatat pada saat kas
diterima atau dibayarkan. Meski berbasis kas, entitas desa tetap diminta
menyajikan informasi terkait aset non-kas dan kewajiban pada akhir tahun
anggaran. Pembukuan desa dilakukan dengan sistem single entry. Sarana
pencatatan utama adalah buku kas umum yang berfungsi untuk merekam
semua transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Selanjutnya untuk
memilah rincian transaksi penerimaan dan pengeluaran berdasarkan jenis
kegiatan dibuat buku kas pembantu kegiatan. Selain itu juga ada buku kas
pembantu pajak, dan buku bank desa.

Laporan keuangan yang digunakan sebagai pertanggungjawaban kepala


desa kepada bupati/walikota adalah Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan APBDesa. Laporan tersebut berisi informasi pendapatan,
belanja, dan pembiayaan desa. Laporan pertanggungjawaban juga dilampiri
dengan Laporan Kekayaan Milik Desa yang isinya mirip dengan neraca, yaitu
berupa informasi tentang aset lancar dan tidak lancar; kewajiban jangka
pendek; dan kekayaan bersih yang diperoleh dari selisih antara aset dengan
kewajiban.

b. Akun-akun Pokok
Sebagaimana disebutkan di atas, akun pokok Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan
pembiayaan. Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui
rekening desa yang merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran yang
tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa diakui pada saat kas
diterima dan didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Pendapatan desa
disajikan pada menurut klasifikasi kelompok dan jenis pendapatan yang
terdiri dari pendapatan asli daerah, transfer, pendapatan lain-lain, dan lain-
lain pendapatan desa yang sah. Pendapatan asli desa dapat berupa hasil
usaha, hasil aset swadaya, partisipasi dan gotong royong, dan lain-lain
pendapatan asli desa. Transfer terdiri dari (1) dana desa; (2) bagian dari
hasil pajak daerah kabupaten/kota dan retribusi daerah; (3) alokasi dana
desa; dan (4) bantuan keuangan dari APBD provinsi dan kabupaten/kota.
Pendapatan lain-lain dapat berupa hibah dan sumbangan dari pihak ketiga
yang tidak mengikat.

Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang


merupakan kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh desa, dipergunakan dalam rangka
mendanai penyelenggaraan kewenangan desa. Belanja desa diakui pada
saat kas dikeluarkan dan didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.
Belanja desa disajikan berdasarkan kelompok bidang, kegiatan dan jenis
belanja (klasifikasi ekonomi). Klasifikasi kelompok terbagi menjadi lima
meliputi: (1) penyelenggaraan pemerintahan desa; (2) pelaksanaan
pembangunan desa; (3) pembinaan kemasyarakatan desa; (4)
pemberdayaan masyarakat desa; dan (5) belanja tak terduga. Selanjutnya,
klasifikasi kelompok dibagi lagi menjadi kegiatan-kegiatan di mana di
dalamnya terdiri dari belanja menurut klasifikasi ekonomi (belanja pegawai;
belanja barang dan jasa; dan belanja modal).

Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali


dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Pembiayaan desa diakui pada saat kas diterima/dikeluarkan dan
didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Pembiayaan disajikan
berdasarkan kelompok penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan.

Selanjutnya Laporan Kekayaan Milik Desa terdiri dari tiga akun pokok yaitu
aset desa, kewajiban, dan kekayaan bersih. Aset desa adalah barang milik
desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban
APBDesa atau perolehan hak lainnya yang sah. Aset disajikan berdasarkan
tingkat likuiditasnya yaitu berupa aset lancar dan aset tidak lancar. Contoh
aset lancar adalah kas, piutang desa, dan persediaan. Sedangkan aset tidak
lancar meliputi penyertaan modal pemerintah desa dan aset tetap milik desa
(tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jaringan dan
instalasi), dana cadangan dan aset non lancar lainnya. Kewajiban adalah
utang yang timbul karena adanya pinjaman oleh pemerintah desa. Kekayaan
bersih, yaitu selisih antara aset dan kewajiban pemerintah desa.

c. Kelemahan
Beberapa kelemahan akuntansi desa yang diatur dalam Permendagri
113/2014 adalah:
 Penggunaan basis kas menyebabkan beberapa masalah seperti:
penerimaan atau pengeluaran yang sifatnya non-kas tidak tercermin
dalam laporan keuangan; aset non-kas dan kewajiban tidak tercatat
secara akuntansi; dan laporan operasional tidak bisa disusun.

 Penggunaan single entry menyebabkan Laporan Kekayaan Milik Desa


tidak bisa disamakan dengan neraca yang seharusnya mencerminkan
persamaan dasar akuntansi “aset sama dengan kewajiban ditambah
ekuitas”. Laporan Kekayaan Milik Desa juga tidak dihasilkan dari catatan
transaksi selama satu periode akuntansi sehingga validitasnya masih bisa
diragukan.

 Tidak ada kewajiban membuat catatan atas laporan keuangan


sehingga informasi yang disajikan belum tentu memberikan informasi
yang lengkap kepada pengguna laporan keuangan.

 Belum terlihat konsep konsolidasi laporan keuangan desa dengan


laporan keuangan pemerintah daerah padahal desa memperoleh alokasi
dana baik dari pemerintah pusat maupun daerah yang ditransfer melalui
APBD.

d. struktur lengkap kode rekening untuk kelompok akun asset,


kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan di
desa /kelurahan.
Perlakuan Dana Terikat Pemerintah desa memperoleh alokasi dana
dari pemerintah pusat yang dinamakan dana desa. Dalam perspektif
akuntansi, dana desa tersebut merupakan salah satu bentuk pendapatan
desa yang bersifat mengikat. Hal ini terlihat dari pembatasan penggunaan
dana desa pada bidang tertentu sesuai prioritas yang ditetapkan oleh
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Pembatasan tersebut dipertegas lagi, yaitu dengan adanya mekanisme
persetujuan bupati/walikota terhadap penggunaan dana untuk hal yang
tidak sesuai dengan prioritas (Peraturan Menteri Keuangan
93/PMK.07/2015, Pasal 23). Selain pembatasan penggunaan, pelaporan
dana desa juga diminta secara khusus/tersendiri. Kepala desa diminta
membuat laporan realisasi penggunaan dana desa secara semesteran
(Pasal 25) dan dikonsolidasi di level kabupaten/kota untuk kemudian
disampaikan setiap tahun ke Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri,
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan
gubernur (Pasal 20). Dana terikat semacam dana desa ini juga bisa
muncul dari bantuan keuangan yang berasal dari APBD provinsi dan
kabupaten/kota, apabila provinsi atau kabupaten/kota menyalurkan
bantuan dengan batasan-batasan penggunaan tertentu. Dengan demikian,
ada kemungkinan desa mengelola beberapa macam dana terikat. Jika
memang diperlukan pentingnya pengendalian terpisah atas dana terikat
yang dikelola desa maka ini membuka peluang penerapan akuntansi dana
pada pemerintahan desa, sebagaimana SAP juga membuka peluang
tersebut dalam Kerangka Konseptual paragraf 15. Namun demikian,
penerapan praktik ini perlu mempertimbangkan kesiapan sumber daya
manusia pada pemerintah desa. Banyaknya produk laporan juga berisiko
mengganggu kinerja aparat desa dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Dengan tidak mengesampingkan aspek pengendalian, pada
masa sekarang ini lebih baik pihak-pihak yang berwenang duduk bersama
merancang satu model pelaporan keuangan pemerintah desa yang mudah
dipahami aparat desa dan bisa memenuhi semua kebutuhan pengguna
laporan keuangan, termasuk pemberi dana terikat.
Uji Kompetensi
1. Uraikan yang dimaksud kegiatan Akuntansi !
2. Jelaskan Unsur-unsur yang ada pada laporan keuangan desa dapat
3. Sebut dan jelaskan tentang pendapatan !
4. Sebutkan Pendapatan desa disajikan menurut klasifikasi kelompok dan
jenis pendapatan !
5. Sebutkan tugas Kaur dan kasi !
6. Belanja desa disajikan berdasarkan kelompok bidang, kegiatan dan
jenis belanja (klasifikasi ekonomi). Sebutkan Klasifikasi kelompok
tersebut !
7. Uraikan pokok Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDesa !
8. Jelaskan Laporan Kekayaan Milik Desa terdiri dari tiga akun pokok!
9. Beberapa kelemahan akuntansi desa yang diatur dalam Permendagri
113/2014 !
10. Laporan Kekayaan Milik Desa terdiri dari tiga akun pokok yaitu aset
desa, kewajiban, dan kekayaan bersih. Jelaskan masing-masing!

DAFTAR PUSTAKA

 Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan


Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 134 tahun 2005 tentang
Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBN.
 Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 24 tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
 UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
 UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
 UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
 Kusmayadi, Dwi Harti.2018. Praktikum Akuntansi Lembaga/ Instansi
Pemerintah SMK/MAK Kelas XI. Semarang. Brotojoyo
 Sujarweni Wiratna. 2015. Akuntansi Desa Panduan Tata Kelola
Keuangan Desa. Yogyakarta:Pustaka Baru Pres
 Lubis Irsan. 2017. Akuntansi instansi Pemerintah (Praktik Siklus
Akuntansi&Pajak Satker) Ed 2. Tangerang.STAPI Indonesia
 Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintahan Daerah,
2007
 Tanjung, A. Hafiz, Akuntansi Pemerintahan Daerah, 2007

Anda mungkin juga menyukai