A. KOMPETENSI INTI
KI-3: Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang
spesifik untuk memecahkan masalah.
KI-4:Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung.
B. KOMPETENSI DASAR
3.7 Menganalisis transaksi akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi
pendapatan desa/kelurahan)
4.7 Melakukan pencatatan akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi
pendapatan desa/kelurahan
3.8 Menganalisis transaksi akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)
4.8 Melakukan pencatatan akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)
C. INDIKATOR
1. Menganalisis transaksi akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi
pendapatan desa/kelurahan)
2. Melakukan pencatatan akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi
pendapatan desa/kelurahan
3. Menganalisis transaksi akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)
4. Melakukan pencatatan akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melaksanakan pembelajaran peserta didik diharapkan
memahami tentang:
1. Analisis transaksi akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi pendapatan
desa/kelurahan)
2. Pencatatan akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi pendapatan
desa/kelurahan
3. Analisis transaksi akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)
4. Pencatatan akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)
Langkah 1
a. PPK-SKPD menerima SPJ Penerimaan dari Bendahara Penerimaan (seperti
dijelaskan dalam Sisdur Penatausahaan Penerimaan).
b. Berdasarkan dokumen SPJ Penerimaan dan lampirannya, PPK-SKPD
mencatat transaksi pendapatan dengan menjurnal “Kas di Bendahara
Penerimaan” di Debit dan “Akun Pendapatan sesuai jenisnya” di kredit.
Kas dibendahara penerimaan Xxx
Pendapatan xxx
Karena jurnal yang sama akan dipakai terus dalam mencatat transaksi
pendapatan, maka dibuatlah Buku Jurnal Khusus Pendapatan
c. Pendapatan yang diterima kemudian disetor kepada Kasda. PPK-SKPD
kemudian mencatat transaksi penyetoran tersebut dengan menjurnal “RK
PPKD” di Debit dan “Kas di Bendahara Penerimaan” dikredit.
RK-PPKD Xxx
Kas dibendahara xxx
penerimaan
Catatan: Pada saat setoran pendapatan tersebut diterima di Rekening Kas Daerah,
Akuntansi PPKD
akan mencatat transaksi penerimaan tersebut dengan menjurnal ”Kas di Kas
Daerah” di Debit dan ”RK Satker sesuai dengan nama satkernya” di kredit.
karena jurnal yang sama akan dipakai terus dalam mencatat belanja, maka
dibuatlah Buku Jurnal khusus Belanja.
Langkah 3
a.Setiap periode, jurnal tersebut akan diposting ke Buku Besar sesuai dengan kode
rekening belanja.
b.Di akhir bulan, PPK-SKPD memindahkan saldo-saldo yang ada di tiap buku besar
ke dalam Neraca Saldo.
1.Akuntansi Belanja LS (Langsung)
Belanja LS yang dimaksud adalah Belanja LS Gaji & Tunjangan dan Belanja LS
Barang & Jasa. Dalam konteks belanja LS, akuntansi mempunyai asumsi bahwa
dana SP2D dari BUD langsung diterima oleh pihak ketiga/pihak lain yang telah
ditetapkan.
Langkah 1
PPK-SKPD menerima SP2D dari Kuasa BUD melalui Pengguna Anggaran.
Berdasarkan SP2D terkait, PPK-SKPD mencatat transaksi belanja dengan menjurnal
”Belanja sesuai jenisnya” di debit dan “RK PPKD”di kredit.
Belanja ........... xxx
RK PPKD xxx
Catatan: Pada saat terjadi pembayaran belanja LS melalui rekening Kas Daerah,
PPK-SKPKD akan mencatat transaksi tersebut dengan menjurnal ” RK Satker sesuai
dengan nama satkernya” di debit dan ”Kas di Kas Daerah” di kredit
Karena jurnal yang sama akan dipakai terus dalam mencatat belanja LS, maka
dibuatlah Buku Jurnal khusus untuk belanja LS. Dalam kasus LS Gaji dan
tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh pegawai adalah jumlah netto
(setelah dikurangi potongan), namun PPK-SKPD tetap mencatat belanja gaji dan
tunjangan dalam jumlah bruto. PPK-SKPD tidak perlu mencatat potongan tersebut
karena pencatatannya sudah dilakukan oleh BUD dalam sub sistem Akuntansi PPKD
Catatan: Pada saat transfer gaji dan tunjangan dari rekening Kas Daerah, fungsi
akuntansi SKPKD akan mencatat potongan terhadap gaji dan tunjangan dengan
menjurnal ”Kas di Kas Daerah” di debit dan ”Hutang PFK” di kredit. Sewaktu,
potongan tersebut ditransfer ke rekening yang terkait, maka transaksi tersebut
akan dijurnal ”Hutang PFK” di debit dan ”Kas di Kas Daerah” di kredit. Dalam kasus
LS Barang dan Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana yang
diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah netto (setelah dikurangi potongan pajak),
namun PPK-SKPD tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah bruto. PPK-SKPD
kemudian mencatat potongan tersebut sebagai Hutang di jurnal umum.
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Hutang Pajak .... xxx
Ketika bukti Surat Setoran Pajak (SSP) telah diterima, dilakukan penghapusan
hutang pajak tersebut dengan jurnal sebagai berikut :
Hutang Pajak .... xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK-SKPD juga
mengakui penambahan aset dengan menjurnal ”Aset sesuai jenisnya” di debit dan
“Diinvestasikan dalam Aset Tetap” di kredit.
Belanja Modal ........ xxx
Kas di bendahara pengeluaran xxx
Aset ......... xxx
Diinvestasikan dlm Aset Tetap xxx
Langkah 2
a.Setiap periode, jurnal tersebut akan diposting ke Buku Besar sesuai dengan kode
rekening belanja.
b.Di akhir bulan, PPK-SKPD memindahkan saldo-saldo yang ada di tiap buku besar
ke dalam Neraca Saldo.
3. UJI KOMPETENSI
1) Pada bagian ini akan diberikan beberapa contoh transaksi pendapatan. Dinas
Kesehatan akan digunakan sebagai ilustrasi SKPD. Pada tanggal 7 Februari 2009
PPK-SKPD DinKes menerima SPJ Penerimaan beserta lampirannya dari
Bendahara Penerimaan DinKes. Dari SPJ dan lampirannya tersebut diketahui
bahwa selama bulan Januari 2009, Dinas Kesehatan telah menerima pendapatan
retribusi sebagai berikut:
10 Januari 2009 Dinas Kesehatan menerima retribusi pelayanan kesehatan
sebesar 5 juta rupiah. 11 Januari 2009 Bendahara Penerimaan Dinas
Kesehatan menyetor uang retribusi sebesar 5 juta rupiah tersebut ke Bank
Kasda.
19 Januari 2009 Bendahara Penerimaan Pembantu (di Puskesmas Kec.
Sambeng) menerima retribusi pelayanan kesehatan sebesar 2,2 juta rupiah.
20 Januari 2009 Bendahara Penerimaan Pembantu menyetor uang retribusi
sebesar 2,2 juta rupiah tersebut ke Bank Kasda.
28 Januari 2009 Diterima info dari BUD bahwa telah dilakukan pengembalian
kelebihan pembayaran uang pendaftaran Mahasiswa/I Akademi Keperawatan
untuk tahun 2005. Kelebihan ini disebabkan adanya kesalahan perhitungan
dalam sistem komputer. Pembayaran kelebihan tersebut sebesar 50 juta
rupiah
2) Pada bagian ini akan diberikan beberapa contoh transaksi belanja. Dinas
Kesehatan akan digunakan sebagai ilustrasi SKPD. Pada tanggal 7 Februari 2009
PPK-SKPD Dinas Kesehatan menerima SPJ Pengeluaran beserta lampirannya dari
Bendahara Pengeluaran DinKes. Dari SPJ dan lampirannya tersebut diketahui
bahwa selama bulan Januari 2009, Dinas Kesehatan telah melakukan transaksi
belanja sebagai berikut:
4 Januari 2009 Dinkes menerima SP2D atas pembayaran gaji bulan Januari
dengan rincian :
Gaji Pokok Rp 999.510.000,-
Tunjangan Keluarga Rp 87.457.125,-
Tunjangan Fungsional Rp 99.951.000,-
Tunjangan Fungsional Umum Rp 62.469.375,-
Dengan Iuran Wajib Pegawai sebesar Rp 52.240.000,- dan
Tabungan Perumahan Pegawai sebesar Rp 22.575.000,-
5 Januari 2009 Dinas Kesehatan menerima uang sebesar Rp 30.000.000,-
atas pencairan SP2D UP.
8 Januari 2009 Dinas Kesehatan membeli alat tulis kantor senilai Rp
5.000.000,-.
12 Januari 2009 Dinas Kesehatan membeli bahan obat-obatan senilai Rp
15.000.000,-
25 Januari 2009 Dinas Kesehatan melakukan pengisian tabung gas senilai Rp
2.000.000,- 27 Januari 2009 Untuk keperluan kegiatan fogging, dilakukan
belanja bahan kimia* senilai Rp 75.000.000,
28 Januari 2009 Dinas Kesehatan melakukan pembelian ambulans yang
dilengkapi dengan alat-alat kesehatan senilai Rp 250 juta. Dari jumlah
tersebut, Bendahara pengeluaran memungut PPN senilai Rp. 22.727.273
BAB 6
ELEMEN BASIS AKUNTANSI, PELAKSANA AKUNTANSI, STRUKTUR
LENGKAP KODE REKENING UNTUK KELOMPOK AKUN ASSET,
KEWAJIBAN, EKUITAS DANA, PENDAPATAN, BELANJA DAN
PEMBIAYAAN DI DESA /KELURAHAN
A. KOMPETENSI INTI
KI-3: Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan,dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan
masalah.
KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
B. KOMPETENSI DASAR
3.6 Menganalisis elemen basis akuntansi, pelaksana akuntansi, struktur
lengkap kode rekening untuk kelompok akun asset, kewajiban,
ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan di desa
/kelurahan
4.6 Melakukan pencatatan elemen basis akuntansi, struktur lengkap
kode rekening untuk kelompok akun asset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan di desa/kelurahan
pembiayaan daerah, asset daerah, kewajiban daerah dan equitas
dana daerah
C. INDIKATOR
1. Menganalisis elemen basis akuntansi,
2. Menganalisis pelaksana akuntansi,
3. Menganalisis struktur lengkap kode rekening untuk kelompok akun
asset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan di desa /kelurahan
4. Melakukan pencatatan elemen basis akuntansi, struktur lengkap
kode rekening untuk kelompok akun asset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan di desa/kelurahan
pembiayaan daerah, asset daerah, kewajiban daerah dan equitas
dana daerah
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membpelajari materi ini peserta didik diharapkan mampu
memahami:
1. Elemen basis akuntansi,
2. Pelaksana akuntansi,
3. Analisis struktur lengkap kode rekening untuk kelompok akun
asset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan di desa /kelurahan
4. Pencatatan elemen basis akuntansi, struktur lengkap kode rekening
untuk kelompok akun asset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan di desa/kelurahan pembiayaan daerah,
asset daerah, kewajiban daerah dan equitas dana daerah
1). Aset Lancar, yaitu aset yang dalam periode waktu tertentu (tidak
lebih dari satu tahun) dapat dicairkan menjadi uang kas atau menjadi
bentuk aset lainnya. Misalnya Kas, Piutang, Persediaan.
2) Aset Tidak Lancar, yaitu aset yang mempunyai nilai ekonomis lebih
dari satu tahun. Misalnya Investasi Permanen, Aset Tetap, Dana
Cadangan, Aset Tidak Lancar Lainnya.
b. Kewajiban
c. Kekayaan Bersih
Merupakan selisih antara aset yang dimiliki desa dengan kewajiban yang
harus dipenuhi desa sampai dengan tanggal 31 Desember suatu tahun.
d. Pendapatan
e. Belanja
2. Kode Akun
3. Pelaksana Akuntansi
BERDASARKAN PERMENDAGRI 113/2014 PERMENDAGRI 20/2018
Kepala Seksi bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan
bidangnya. Kaur dan Kasi bertugas sebagai pelaksana kegiatan
anggaran.
Kepala Seksi mempunyai tugas:
1. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya;
2. melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga
Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam APBDesa;
3. melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban
anggaran belanja kegiatan;
4. mengendalikan pelaksanaan kegiatan; melaporkan perkembangan
pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa; dan
5. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan.
Kaur dan Kasi mempunyai tugas:
1. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja sesuai bidang tugasnya;
2. melaksanakan anggaran kegiatan sesuai bidang
tugasnya;mengendalikan kegiatan sesuai bidang tugasnya;
3. menyusun DPA, DPPA, dan DPAL sesuai bidang tugasnya;
4. menandatangani perjanjian kerja sama dengan penyedia atas
pengadaan barang/jasa untuk kegiatan yang berada dalam bidang
tugasnya; dan
5. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan sesuai bidang tugasnya
untuk pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa.
Pembagian tugas Kaur dan Kasi pelaksana kegiatan anggaran
dilakukan berdasarkan bidang tugas masing-masing dan ditetapkan
dalam RKP Desa.
a. Langkah Awal
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113/2014 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa merupakan batu loncatan bagi pembangunan sistem
akuntansi desa. Teknik akuntansi yang dipilih dalam peraturan tersebut
relatif masih sederhana. Basis akuntansi yang digunakan adalah basis kas di
mana transaksi ekonomi entitas desa diakui dan dicatat pada saat kas
diterima atau dibayarkan. Meski berbasis kas, entitas desa tetap diminta
menyajikan informasi terkait aset non-kas dan kewajiban pada akhir tahun
anggaran. Pembukuan desa dilakukan dengan sistem single entry. Sarana
pencatatan utama adalah buku kas umum yang berfungsi untuk merekam
semua transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Selanjutnya untuk
memilah rincian transaksi penerimaan dan pengeluaran berdasarkan jenis
kegiatan dibuat buku kas pembantu kegiatan. Selain itu juga ada buku kas
pembantu pajak, dan buku bank desa.
b. Akun-akun Pokok
Sebagaimana disebutkan di atas, akun pokok Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan
pembiayaan. Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui
rekening desa yang merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran yang
tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa diakui pada saat kas
diterima dan didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Pendapatan desa
disajikan pada menurut klasifikasi kelompok dan jenis pendapatan yang
terdiri dari pendapatan asli daerah, transfer, pendapatan lain-lain, dan lain-
lain pendapatan desa yang sah. Pendapatan asli desa dapat berupa hasil
usaha, hasil aset swadaya, partisipasi dan gotong royong, dan lain-lain
pendapatan asli desa. Transfer terdiri dari (1) dana desa; (2) bagian dari
hasil pajak daerah kabupaten/kota dan retribusi daerah; (3) alokasi dana
desa; dan (4) bantuan keuangan dari APBD provinsi dan kabupaten/kota.
Pendapatan lain-lain dapat berupa hibah dan sumbangan dari pihak ketiga
yang tidak mengikat.
Selanjutnya Laporan Kekayaan Milik Desa terdiri dari tiga akun pokok yaitu
aset desa, kewajiban, dan kekayaan bersih. Aset desa adalah barang milik
desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban
APBDesa atau perolehan hak lainnya yang sah. Aset disajikan berdasarkan
tingkat likuiditasnya yaitu berupa aset lancar dan aset tidak lancar. Contoh
aset lancar adalah kas, piutang desa, dan persediaan. Sedangkan aset tidak
lancar meliputi penyertaan modal pemerintah desa dan aset tetap milik desa
(tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jaringan dan
instalasi), dana cadangan dan aset non lancar lainnya. Kewajiban adalah
utang yang timbul karena adanya pinjaman oleh pemerintah desa. Kekayaan
bersih, yaitu selisih antara aset dan kewajiban pemerintah desa.
c. Kelemahan
Beberapa kelemahan akuntansi desa yang diatur dalam Permendagri
113/2014 adalah:
Penggunaan basis kas menyebabkan beberapa masalah seperti:
penerimaan atau pengeluaran yang sifatnya non-kas tidak tercermin
dalam laporan keuangan; aset non-kas dan kewajiban tidak tercatat
secara akuntansi; dan laporan operasional tidak bisa disusun.
DAFTAR PUSTAKA