Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN INTENSI TURNOVER

KARYAWAN DALAM ORGANISASI

Ni Wayan Mujiati1 dan A. A. Sagung Kartika Dewi2


(Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Udayana)
1
mujiatiniwayan@yahoo.co.id
2
sagungkartika@yahoo.com

Abstract: The event that often occurs in a system and human resource
management in some companies is how employees behave themselves. One of the
employee’s behavior is turnover intention which refers and led to employees to
leave their job. This presentation will explore the factors that determine the
turnover intention of employees in organization. From the search results obtained,
the factors that determine turnover intention is; according to Mobley (1986)
factors that determine turnover intention of employees divided into two:
organizational factors and individual factors. According to Mathis and John H.
Jackson (2009) there are several components that determine turnover intention
and whether the employee survive or leave an organization include:
organizational components, employee relations, career opportunities, rewards,
and design tasks and jobs.
Keywords: Intention turnover; employees; organization and the factors that
determine turnover intention.

PENDAHULUAN biaya bagi organisasi, biaya yang


Sumber daya manusia merupakan dikeluarkan meliputi biaya promosi, biaya
harta atau asset yang paling berharga dan perekrutan dan biaya pembinaan
paling penting dimiliki oleh suatu karyawan.
perusahaan, karena keberhasilan organisasi Penelitian mengenai perilaku
sangat ditentukan oleh unsur manusia turnover intention karyawan merupakan
(Ardana. dkk, 2012) peristiwa yang sering hal yang masih menjadi perhatian
terjadi di dalam suatu sistem dan dikalangan peneliti dibidang manajemen
pengelolaan sumber daya manusia di sumber daya manusia (Nadiri dan Tanova,
beberapa perusahaan adalah bagaimana 2010). Turnover intention merupakan
karyawan itu sendiri berperilaku. Salah suatu keadaan dimana pekerja memiliki
satu bentuk perilaku dari karyawan niat atau kecendrungan yang dilakukan
tersebut adalah turnover intention yang secara sadar untuk mencari pekerjaan lain
mengacu dan berujung pada keputusan sebagai alternatif di organisasi yang
karyawan untuk/ meninggalkan berbeda dan turnover adalah pergerakan
pekerjaannya. De Connick (2009) keluarnya tenaga kerja dari tempatnya
menyarankan bahwa setiap organisasi bekerja (Abdil, 2012). Dalam
perlu mengetahui dan mengerti penyebab perkembangan terakhir ini perputaran
turnover, karena turnover menimbulkan karyawan telah dilihat sebagai masalah
organisasi yang penting, arti pentingnya yang memberi gambaran tentang
terletak pada kenyataan bahwa ada banyak pandangan dan evaluasi pekerjaan
konsekuensi negatif dalam organisasi jika seseorang (Mobley, 1979), serta akan
tingkat turnover karyawan tinggi menentukan kelanjutan hubungan dengan
(Randhawa, 2007). Proses turnover pada organisasi yang belum diwujudkan dalam
dasarnya diawali oleh kondisi yang disebut tindakan pasti peninggalan organisasi
turnover intention atau keinginan (Rohman, 2009) atau tindakan nyata
karyawan untuk meningalkan organisasi Pasewark dan Strawser (1996) dalam
(Widjaya et al, 2006). Jimat (2011) Utami (2009). Evaluasi terhadap berbagai
keinginan untuk meninggalkan suatu alternatif pekerjaan akhirnya mewujudkan
organisasi umumnya didahului dengan niat terjadinya turnover, karena individu
karyawan yang dipicu dengan memilih keluar dan organisasi
ketidakpuasan karyawan terhadap mengharapkan hasil yang lebih
pekerjaannya. memuaskan (Sumarto, 2009).
Griffeth dan Hom (2010) Intensi turnover timbul dari
mengemukakan bahwa ada beberapa pemikiran meningalkan perusahaan
penelitian yang mengidentifikasi faktor- dengan tujuan mencari alternatif pekerjaan
faktor yang mempengaruhi keinginan yang lebih baik (Faslah, 2010). Keinginan
karyawan untuk berhenti bekerja, salah karyawan berpindah kerja dapat
satunya adalah gaya kepemimpinan. menggangu stabilitas operasi perusahaan
Ketika karyawan merasa nyaman dengan dan menimbulkan biaya potensial (Toly,
pemimpin mereka, karyawan lebih 2001), sebagai konsekuensi dan efek
cenderung untuk tinggal diperusahaan, negatif meningkatnya biaya rekruitmen
sebaliknya ketika pemimpin merupakan dan seleksi karyawan baru serta biaya
sumber ketidaknyamanan bagi karyawan untuk melatih kembali karyawan baru.
maka kecenderungan untuk meninggalkan (Riyanto 2008, Robbins 2009, Sumarto
perusahaan akan meningkat (Badawy dan 2009).
Manal, 2014). Perilaku turnover karyawan tidak
Sikap dan perilaku pegawai dapat diukur secara langsung, namun
ditunjukan dengan berbagai bentuk, baik muncul melalui intensi, sehingga
yang menguntungkan maupun merugikan. perusahaan dapat melakukan analisis
Permasalahan muncul ketika perilaku terhadap intensi turnover. Intensi
pegawai cenderung merugikan organisasi, (intention) adalah suatu komponen sikap
yakni keinginan untuk berpindah yang yang memandu perilaku seseorang
berdampak pada perpindahan kerja secara (Moorhead dan Grifin, 2013). Intensi
permanen (Nurhidayati dan Gunadi, 2009). turnover seorang karyawan tidak muncul
Oleh karena itu, aspek penting yang harus begitu saja secara tiba-tiba, melainkan
diperhatikan agar karyawan tetap bertahan timbul melalui norma-norma subjektif
dan berupaya menekan turnover adalah individu, sikap serta control terhadap
memperhatikan sikap dan perilaku yang perilaku. Apabila intensi karyawan
ditunjukan oleh gejala keinginan untuk terhadap intensi turnover tinggi diikuti
berpindah atau disebut intensi turnover. dengan iklim organisasi yang negatif,
Intensi turnover sebagai pertanda karyawan cenderung memunculkan
terjadinya turnover (Nahusona dkk, 2004) perilaku turnover. Perilaku turnover
karyawan muncul secara terencana dan perusahaan dapat melakukan analisis
atas kemauan sendiri, sesuai dengan teori turnover.
yang dikemukakan Fishbein dan Ajzen Berdasarkan pendahuluan dalam
(dalam Azwar, 1995) yakni teori tindakan sajian ini, selanjutnya akan disajikan
beralasan yang mencoba melihat anteseden mengenai kajian literatur tentang intensi
pembentuk perilaku volisional (perilaku turnover dan faktor-faktor yang
yang dilakukan atas kemauan sendiri). menentukan intensi turnover karyawan
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam suatu organisasi.
manusia umumnya melakukan sesuatu
dengan cara yang masuk akal, bahwa KAJIAN LITERATUR
manusia mempertimbangkan semua Kajian literatur yang akan disajikan
informasi yang ada, dan secara eksplisit dalam tulisan ini meliputi pengertian
atau implisit manusia mempertimbangkan intensi turnover, konsekuensi terhadap
implikasi tindakan mereka. intensi turnover dan jenis intensi turnover.
Ardana, dkk (2012) berpendapat
bahwa karyawan yang mempunyai Pengertian Intensi Turnover
keinginan berpindah atau keluar Intensi (intention) adalah salah satu
cenderung merasa ketidakpuasan dalam komponen sikap yang memandu perilaku
bekerja. Keterkaitan kepuasan kerja seseorang (Moorhead dan Griffin, 2013).
dengan intensi turnover karyawan dewasa Namun intensi tidak selalu terwujud dalam
ini sangat transparan, kepuasan kerja tindakan nyata dan hanya merupakan niat
bukan lagi sebuah rujukan namun lebih atau keinginan. Intensi merupakan fungsi
merupakan suatu keharusan untuk dari dua determinan dasar, yaitu sikap
diwujudkan untuk/ menekan terjadinya individu terhadap perilaku (merupakan
turnover karyawan. Karyawan yang puas aspek personal) dan kedua adalah persepsi
terhadap pekerjaan cenderung berprestasi individu terhadap tekanan sosial untuk
lebih baik, tingkat kemangkiran yang melakukan atau tidak melakukan perilaku
rendah serta kecilnya keinginan untuk yang bersangkutan yang disebut norma
meninggalkan perusahaan. subjektif. Secara sederhana teori ini
Alasan karyawan yang keluar dari mengatakan bahwa seseorang akan
suatu organisasi adalah berharap pekerjaan melakukan suatu perbuatan apabila ia
yang lebih menjamin masa depan, yakni memandang perbuatan itu positif dan bila
diangkat sebagai pegawai negeri sipil, ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia
dosen di PTS, pegawai bank pemerintah melakukannya. Sikap merupakan respons
dan sebagai pegawai perusahaan swasta. evaluatif yang dapat berbentk positif
Dengan demikian intensi turnover tidak maupun negative (Azwar, 1995). Fishbein
dapat dihindarkan dan tidak dapat dan Ajzen (1975) dalam (Azwar, 1995)
dianggap sebagai masalah kecil yang mengemukakan intensi merupakan
justru berdampak pada citra organisasi; subjektifitas individu yang melibatkan
dan hal ini perlu dikaji menurut Dawley, hubungan antara dirinya dan suatu
dkk (2010) dalam Stephane (2013) akan perilaku. Intensi dapat mengarahkan
lebih baik bila dapat diketahui penyebab individu untuk menampilkan suatu
munculnya intensi turnover sehingga dapat perilaku itu sendiri, dan Mobley (1986)
membantu meminimalkan turnover, serta menyatakan turnover atau pergantian
karyawan sebagai berhentinya individu pandang individu dan sosial, dan perlu
sebagai anggota organisasi dengan disertai dipertimbangkan akibat terhadap karyawan
pemberian imbalan keuangan oleh yang tetap tinggal. Pergantian karyawan
organisasi yang bersangkutan. dapat berlaku di semua tipe organisasi, dan
Intensi turnover adalah dapat diterapkan pada karyawan paro
kecenderungan niat karyawan untuk waktu, purna waktu, atau bekerja jam-jam
berhenti bekerja dari pekerjaannya. Hal ini an (Mobley, 1986). Karyawan berhenti
merupakan pertanda awal terjadinya sangat penting untuk mendapat perhatian
turnover (Nahusoma, dkk, 2004), dan para manager karena mengganggu
dapat memberikan penjelasan tentang kelangsungan organisasi dan
pandangan dan evaluasi pekerjaan menghabiskan biaya (Kreitner, 2005).
seseorang (Mobley, 1979). Pacewark dan Karyawan yang keluar dibedakan
Strawser (1996) dalam Utami (2009) atas perpindahan kerja suka rela yang
mendefinisikan keinginan berpindah kerja dapat dihindari dan yang tidak dapat
mengacu pada keinginan karyawan untuk dihindari. Mobley (1986) membedakan
mencari alternatif pekerjaan lain yang karyawan yang keluar dari perusahaan
belum diwujudkan dalam bentuk tindakan yakni secara sukarela atau keinginan
nyata. Keinginan karyawan untuk keluar karyawan dan terpaksa karena keinginan
muncul dari pemikiran dan mencerminkan organisasi. Karyawan yang keluar dengan
keinginan individu untuk meninggalkan sukarela karena alasan pribadi
perusahaan dengan tujuan mencari sesungguhnya disebabkan karena gaji
alternatif pekerjaan yg lebih baik (Faslah, belum memadai, kondisi kerja tidak
2010, Suwandi dan Indriantoro, 1999). nyaman dan atasan (Sumarto, 2009).
Intensi turnover mengacu pada hasil Karyawan yang tidak puas akan merespon
evaluasi individu mengenai kelanjutan dengan meningkatkan keinginan keluar.
hubungan dengan organisasi dan belum Intensi turnover yang dibahas dalam
diwujudkan dalam tindakan pasti penelitian ini dalam konteks sukarela,
meninggalkan organisasi (Rohman, 2009). dimana pegawai yang keluar karena
Jadi, intensi turnover adalah keinginan keinginan sendiri yang disebabkan gaji
karyawan yang muncul dari pemikirannya belum memadai, keamanan kerja kurang
untuk berpindah kerja dengan tujuan menjamin, kondisi kerja kurang nyaman,
mencari alternatif pekerjaan yang lebih dan ada pilihan pekerjaan di organisasi
baik yang belum diwujudkan dalam lain yang dirasakan lebih baik.
tindakan nyata.
Konsekuensi Intensi Turnover
Jenis Intensi Turnover Niat karyawan berpindah kerja
Pergantian karyawan adalah dapat mengganggu stabilitas operasi
fenomena penting dalam kehidupan perusahaan dan menimbulkan biaya
organisasi, dan pergantiaan karyawan tidak potensial (Toly, 2001), konsekuensi biaya
hanya dilihat dari sudut pandang negatif, rekruitmen karyawan baru, biaya seleksi
tetapi justru memiliki implikasi positif dan biaya untuk melatih kembali karyawan
bagi organisasi (Mobley, 1986). baru, (Rianto, 2008, Robbins, 2009), serta
Pergantian karyawan harus dianggap karyawan yang kompeten dibidangnya
sebagai perilaku manusia dari sudut meninggalkan perusahaan (Yuliasia,
2002). Turnover yang tinggi, berarti sering PEMBAHASAN
terjadi pergantian karyawan, yang sudah Faktor-faktor yang menentukan
tentu akan menimbulkan kerugian atau Intensi Turnover karyawan dalam suatu
dampak negatif pada perusahaan, seperti organisasi disajikan sebagai berikut.
ketidakstabilan dan ketidakpastian 1) Faktor Pembentuk Intensi
terhadap kondisi tenaga kerja Witasari Sebagai faktor pembentuk
(2009), dan dapat menghancurkan intense agar dapat meprediksi perilaku,
perusahaan secara langsung atau tidak Fishbein dan Ajzen (1975) dalam
langsung (Stephanie, 2013). Turnover Azwar (1995) mengemukakan teori
yang tinggi menggangu proses operasi tindakan beralasan dengan mencoba
yang effisien karena karyawan yang cakap melihat anteseden pembentuk perilaku
dan berpengalaman pergi dan volisional (perilaku yang dilakukan
penggantinya harus dicari serta atas kemauan sendiri). Teori tindakan
dipersiapkan untuk mengambil alih tugas beralasan didasarkan pada asumsi
yang ditinggalkan (Robbins, 2009). bahwa manusia melakukan sesuatu
Pergantian karyawan membawa pengaruh dengan cara yang masuk akal, manusia
yang kurang baik bagi organisasi, terutama mempertimbangkan semua informasi
dari segi biaya dan hilangnya kesempatan yang ada dan secara eksplisit atau
untuk memanfaatkan peluang. Davis implisit manusia mempertimbangkan
(1993) menyatakan bahwa pergantian implikasi tindakannya. Jadi
pegawai cukup merugikan, baik secara berdasarkan teori tindakan beralasan,
langsung maupun tidak langsung bagi sebelum manusia bertindak nyata
organisasi untuk mengganti pegawai, para terlebih dahulu ditunjukkan oleh niat
pegawai yang tetap tinggal mungkin akan yang didasari oleh ketiga asumsi
merasa tidak puas karena harus berpisah tersebut. Hal ini sangat penting
dengan rekan kerja yang bernilai dan dipikirkan karyawan sebelum
timbulnya gangguan terhadap pola sosial mengambil keputusan untuk keluar,
yang telah dibina selama ini. karena sikap mempengaruhi perilaku
Pergantian karyawan juga lewat suatu proses pengambilan
dibutuhkan bagi perusahaan jika memiliki keputusan yang teliti dan beralasan dan
semangat kerja dan produktifitas rendah. dampaknya terbatas pada tiga hal: (1)
Karyawan memiliki kepuasan kerja akan perilaku tidak banyak ditentukan oleh
bersemangat dan bias tetap bertahan atau sikap umum tapi sikap yang spesifik
menunda niat berpindah kerja. Faktor yang terhadap sesuatu; (2) perilaku
menimbulkan karyawan tetap bertahan dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi
atau pindah kerja adalah karyawan tidak juga norma subjektif, keyakinan
memiliki komitmen dan kepuasan kerja mengenai apa yang orang lain inginkan
(Rianto, 2008). Karyawan yang agar berbuat; dan (3) sikap terhadap
mempunyai keinginan berpindah kerja suatu perilaku bersama norma subjektif
terjadi apabila merasa tidak puas dengan membentuk suatu niat untuk
apa yang diharapkan dari perusahaan. berperilaku tertentu.
Teori perilaku beralasan
kemudia diperluas dan dimodifikasi
oleh Ajzen (1988, dalam Azwar 1995)
yang dinamai teori perilaku terencana empiris intensi turnover merupakan
(theory of planned behavior). salah satu peramal pergantian
Kerangka pemikiran teori terencana karyawan yang baik pada tingkat
dimaksudkan untuk mengatasi masalah individual. Pemerkiraan berkala
control volisional yang belum lengkap mengenai niat untuk pindah dan
dalam teori terdahulu. Inti dari teori korelasi dari niat-niat itu merupakan
perilaku terencana adalah perilaku suatu ramalan mengenai pergantian
terbentuk dari intensi terhadap perilaku karyawan dan ancangan diagnosis
spesifik. Teori perilaku terencana tetap yang sangat dianjurkan.
berada pada faktor intensi perilaku 2) Faktor-Faktor yang menentukan
namun determinan intensi tidak hanya Intensi Turnover karyawan dalam
dua (sikap terhadap perilaku yang suatu organisasi
bersangkutan dan norma subjektif) Mobley (1986) menyatakan
melainkan tiga dengan diikutsertakan faktor yang menentukan pergantian
aspek kontrol perilaku yang dihayati karyawan dapat dibedakan menjadi
(perceived behavioral control). Ketiga dua, yaitu faktor organisasional dan
komponen ini berinteraksi dan menjadi faktor individual.
determinan bagi intensi yang pada 1) Faktor Organisasional meliputi:
gilirannya akan menentukan apakah a) Kategori jabatan, dimana
perilaku yang bersangkutan akan pergantian karyawan lebih
dilakukan atau tidak. Lebih jauh banyak terjadi diantara tenaga
dikatakan menurut teori perilaku kerja kasar daripada tenaga
terencana, bahwa diantara berbagai kerja halus; tingkat
keyakinan yang akhirnya akan keterampilan yang lebih rendah
menentukan intensi dan perilaku di kalangan tenaga kasar, dan
tertentu adalah keyakinan mengenai kategori pekerjaan yang bukan
tersedia tidaknya kesempatan dan manajerial.
sumber yang diperlukan (Ajzen, 1988 b) Besar kecilnya organisasi.
dalam Azwar, 1995). Keyakinan dapat Secara konseptual, besar-kecil
berasal dari pengalaman masa lalu, organisasi berhubungan
pengaruh informasi secara tidak dengaan pergantian karyawan
langsung dengan melihat pengalaman yang tidak begitu banyak,
teman atau orang lain yang pernah karena organisasi yang lebih
melakukan, dan faktor lain yang besar memiliki kesempatan
mengurangi atau menambah kesan mobilitas internal yang lebih
kesulitan untuk melakukan tindakan tinggi dibandingkan organisasi
yang bersangkutan. yang kecil, seleksi personalia
Dari penjelasan tersebut dapat yang semakin canggih dalam
diketahui bahwa perilaku turnover proses manajemen sumber daya
tidak bisa diukur secara langsung, manusia, system kompensasi
namun perilaku turnover tersebut dapat yang semakin bersaing, serta
diukur melalui intensi atau niat penelitian yang dicurahkan
terhadap perilaku turnover. Mobley untuk pergantian karyawan.
(1986) mengemukakan bahwa secara
c) Besar kecilnya unit kerja. Unit pendidikan yang sama, makna
kerja berkaitan secara tidak pendidikan sebagai suatu faktor
langsung dengan pergantian patut untuk dipertanyakan jika
karyawan melalui faktor lain mengingat besarnya perbedaan
yakni keterpaduan kelompok, mutu pendidikan.
kepribadian, dan komunikasi. e) Data biografik, dimana
d) Penggajian. Pergantian kebanyakan dari sumber yang
karyawan yang tinggi ada pada ada menunjukkan bahwa data
industri yang membayar gaji biografik bermanfaat bagi
yang rendah. peramalan pergantian
e) Bobot Kerja. Bobot kerja karyawan.
dimaksudkan adalah adanya f) Kepribadian, di mana orang-
hubungan antara pergantian orang yang meninggalkan
karyawan dengan suatu ciri-ciri organisasi cenderung ada ujung
pekerjaan tertentu, termasuk di batas faktor-faktor kepribadian,
dalamnya rutinitas pekerjaan seperti prestasi, agresi,
atau pengulangan tugas, kemandirian dan kepercayaan
otonomi pekerjaan dan pada diri sendiri.
tanggung jawab pekerjaan. g) Minat, apabila minat seseorang
2) Faktor Individual dan syarat-syarat pekerjaan
a) Usia. Karyawan yang lebih sama atau mirip, maka laju
muda lebih besar pergantian karyawan semakin
kemungkinannya untuk keluar. rendah.
Karyawan yang lebih muda h) Bakat dan kemampuan.
mungkin mempunyai Apabila organisasi
kesempatan yang lebih banyak mempergunakan bakat yang
untuk mendapat pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan, hal
baru dan memiliki tanggung ini dapat menjadi faktor
jawab kekeluargaan yang lebih peramal pergantian karyawan.
kecil, sehingga demikian lebih
Mathis dan Jhon H Jackson (2009)
mempermudah mobilitas
menyatakan ada beberapa komponen yang
pekerjaan.
menentukan karyawan dalam memutuskan
b) Masa kerja. Pergantian
apakah akan bertahan atau meninggalkan
karyawan jauh lebih banyak
perusahaan. Komponen tersebut adalah
terdapat pada karyawan dengan
sebagai berikut.
masa kerja lebih singkat.
c) Jenis Kelamin. Jenis kelamin (1) Komponen organisasional, hal yang
dapat berpengaruh terhadap menyangkut strategi perusahaan dalam
faktor-faktor yang ingin seperti MSDM dan keamanan kerja karyawan
jabatan dan tanggung jawab (job insecurity).
keluarga. (2) Hubungan karyawan, meliputi
d) Pendidikan. Telaah tentang perlakuan yang adil dan hubungan
pendidikan banyak didasarkan antar rekan kerja.
pada individu dengan
(3) Peluang karir, meliputi perencanaan DAFTAR PUSTAKA
karir.
(4) Penghargaan, meliputi gaji, tunjangan Abdullah Fuad, 2012. Hubungan
dan bonus (kompensasi). Kohesivitas Kelompok dengan
(5) Rancangan tugas dan pekerjaan, Intensi Turnover Pada
kondisi kerja dan tanggung jawab Karyawan. Journal of Social and
kerja. Industrial Psychology, (2).h:52-
58.
Mobley (1986) menyatakan faktor
eksternal dan faktor internal yang
Ardana I Komang, Ni Wayan Mujiati dan I
menyebabkan keinginan karyawan
Wayan Mudiartha Utama, 2012,
berpindah kerja. Faktor eksternal meliputi
Manajemen Sumber Daya
aspek lingkungan dan aspek individu.
Manusia. Yogyakarta. Graha
Aspek lingkungan tersedianya pekerjaan
Ilmu.
lain dapat menjadi faktor keinginan keluar
dan aspek individu meliputi: usia masih
Azwar, Saiffudin, 1995. Sikap Manusia,
muda, jenis kelamin, dan masa kerja lebih
Teori dan Pengukurannya.
singkat, besar kemungkinan untuk keluar.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Faktor internal meliputi budaya organisasi,
Pelajar.
gaya kepemimpinan, kompensasi,
kepuasan kerja, dan pengembangan karir.
Badwy El, Tarek A, Manal Bassiouny,
KESIMPULAN 2014. Employee Engagement as
Intensi turnover tidak dapat a Mediator Between
dihindari dan tidak dapat dianggap sebagai Transformational Leadership
masalh kecil yang justru berdampak pada and Intention to Quit. Journal of
citra organisasi dan hal ini perlu dikaji. Management 12 (2).
Faktor-faktor yang menentukan intense
turnover karyawan dalam suatu organisasi De Connick. James. B, 2009. The Effect of
adalah: menurut Mobley (1986) meliputi Leader Member Exchange on
faktor organisasional dan faktor individual, Turnover Among Retail Buyers.
faktor internal dan eksternal. Menurut Journal of Business Research 6
Mathis dan John H Jackson (2009) ada (2) pp 1081-1086.
beberapa komponen yang menentukan
intensi turnover atau apakah karyawan Griffeth R W. PW, Hom dan S. Gaertner,
bertahan dalam organisasi atau 2000. A Meta Analysis of
meninggalkan organisasi meliputi: Antecedents and Correlates of
komponen organisasional, hubungan Employee Turnover Update,
karyawan, peluang karir, penghargaan, Moderator Test and Research
serta rancangan tugas dan pekerjaan. Implication for the Next
Millenium. Journal of
Management 26 (3) p: 463-488.
Mobley, William H. 1986. Pergantian
Karyawa: Sebab, Akibat, dan Riyanto, Makmun. Faktor-Faktor yang
Pengendaliannya (terjemahan). Mempengaruhi Keinginan
Cetakan Pertama. Jakarta: PT Karyawan Berpindah Kerja.
Pustaka Binaman Pressindo. Ragam Jurnal Pengembangan
Humaniora, Vol.8 No.3,
Mobley, William H, R. W. Griffeth, H. H. Desember 2008
Hand, and B.M. Meglino. 1979.
Review and Conceptual Analysis Robbins Stephen P dan Timothy A Judge,
of the Employee Turnover 2009. Perilaku Organisasi. Edisi
Process. Psychological Bulletin, kedubelas. Jakarta : Salemba
Vol 86, No. 3, 493-522. Empat.

Moorhead, Gregory dan Ricky W. Griffin. Stephanie Cinde Kanesworo, 2013.


2013. Perilaku Organisasi: Pengaruh Kontrak Psikologis dan
Manajemen Sumber Daya Ketidakpuasan Terhadap Intensi
Manusia dan Organisasi. Edisi Turnoer. Tesis. Program
Kesembilan. Jakarta. Penerbit Pendidikan Psikologi Profesi
Salemba Empat. Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Nadiri Halil dan Tanova Cem, 2010. An
Investigation of The Role of Sumarto, 2009. Meningkatkan Komitmen
Justice In Turnover Intentions. dan Kepuasan untuk
Job Satisfaction and Menyuratkan Niat Keluar.
Organizational Citizenship Journal Manajemen dan
Behavior in Hospitality Industry, Kewirausahaan, Vol 11, No. 2
International Journal of September 2009; 116-125.
Hospitality Management 29
pp:33-41. Toly, Agus Arianto. 2001. Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi
Nurhidayati dan Priyo Gunadi. 2009. Turnover Intentions Pada Staf
Multidimensional Komitmen Kantor Akuntan Publik. Journal
Organisasional sebagai Mediator Akuntansi & Keuangan Vol.3,
dalam Hubungan Kepuasan Kerja No.2, November: 102-125
dan Keinginan Berpindah Kerja.
Journal Ekobis, 10 (1), pp:61-71 Utami, Intiyas. 2009. Pengaruh Job
Insecurity, Kepuasan Kerja, dan
Randhawa G, 2007. Relationship Between Komitmen Organisasional
Job Satisfiction and Turnover Terhadap Keinginan Berpindah
Intentions: An Empirical Kerja. Journal Akuntansi dan
Analysis Indian Management Keuangan Indonesia. Vol.6 No.
Studies. Journal no 11 p: 149- 1, Juni 2009.
159 from www.snsup.ac.in/
imsj/april 2007.8.pdf
Widjaya D.C Margarita F dan Fenny
Kusuma D.W, 2006. Analisis
Persepsi Employee Empowerment
terhadap Employee Turnover
Intention di Hotel X Kupang Nusa
Tenggara. Journal Manajemen
Perhotelan pp. 72-83.

Anda mungkin juga menyukai