Anda di halaman 1dari 3

Ringkasan kasus Di era globalisasi ini, ternyata tidak hanya wanita yang merasa tertekan dalam menentukan prioritas

antara keluarga atau karir mereka. Seiring berjalannya waktu, para pria, umumnya yang telah menikah, dipaksa untuk dapat membagi waktu antara pekerjaan dan juga keluarga. Sebagian dari mereka beralasan bahwa mereka ingin lebih dekat dengan istri serta anak-anaknya walaupun tak banyak juga mengakui bahwa mereka dituntut oleh para istri untuk lebih meluangkan waktu terhadap keluarga. Harry Kreamer,CEO perusahaan Baxter International,sebuah perusahaan produksi obat-obatan, melakukan survey terhadap para pekerjanya dan mendapati bahwa 88% dari karyawannya mengalami stres dalam menghadapi pekerjaan maupun rumah tangga mereka. Hasil survey menunjukkan bahwa 49% yang mempunyai masalah tersebut adalah para pria dan sisanya adalah para wanita. Sebagai pemimpin, Kreamer bisa memahami masalah yang dihadapi oleh para pekerjanya. Ia kemudian melakukan beberapa perubahan dalam perusahaan demi mendukung produktivitas karyawannya. Para pekerja diberi kebebasan dalam mengatur waktu pekerjaan mereka agar terselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dengan mengerjakannya secara bertahap, melanjutkan di rumah, atau merampungkan tugas mereka satu hari lebih cepat, jadi mereka bisa menghabiskan waktu luang lebih banyak dengan keluarga mereka. Kreamer sangat yakin dengan perubahan-perubahan yang dibuatnya dapat berdampak positif terhadap kegiatan produksi perusahaan. Ia mengatakan bahwa 30 dari 100 karyawan di bagian logistik bekerja dengan sistem seperti yang Ia cetuskan dan hasil produksi ternyata meningkat dari tahun ke tahun.

Permasalahan Dalam laporan ini akan dijelaskan: Beberapa masalah dan tekanan yang dihadapi oleh para pria dan wanita dalam menyeimbangkan pola hidup di dalam pekerjaan maupun di dalam rumah tangga. Peran perusahaan dalam menanggulangi karyawan yang mengalami depresi dan menciptakan suasana kerja yang ramah keluarga. Praktek-praktek HRM yang dapat membantu berjalannya kegiatan tersebut

Landasan teori Work-family conflict dapat diartikan sebagai permasalahan dua faktor yang terjadi akibat pemenuhan dari salah satu faktor yang mana dapat mengganggu satu faktor yang lainnya(pekerjaan atau rumah tangga). Sedangkan stress kerja merupakan suatu tekanan akibat bekerja yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat individu tersebut berada (Yoder dan Staudohar (1982 : 308)) Konflik tersebut terjadi dikarenakan seseorang yang sama menjalankan peran yang berbeda-beda dan menimbulkan tuntutan yang berbeda dari masing-masing peran. Perbedaan dalam beberapa peran itu memunculkan permasalahan dalam penggunaan waktu, energi, perhatian dan komitmen. Jadi konflik tersebut dapat timbul bila individu pada saat yang sama melakukan peran yang berbeda-beda (Snock, dalam Allen, at al.; 1980) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi stress, seperti: beban kerja yang terlalu berat, tanggung jawab atas orang lain, perkembangan karir, kurangnya kohesi kelompok, kurangnya dukungan kelompok,struktur dan iklim organisasi, wilayah dalam organisasi, karakteristik tugas, dan pengaruh pimpinan (Ivancevich dan Matteson, 1980).

Anda mungkin juga menyukai