Oleh :
KHALID
I2A017032
1. John James telah menjadi seorang tukang kabel untuk perusahaan telpon selama hampir 6
tahun lamanya. Semenjak pekerjaannya mengharuskan ia untuk berada di luar sehari
penuh, dia menyukai pekerjaannya tersebut; bayarannya lumayan, dan rekan-rekan
kerjanya pun cocok dengannya. John sudah melakukan pekerjaan ini sejak ia lulus dari
SMA dan tidak pernah mempertimbangkan untuk melakukan pekerjaan lain. Kadang-
kadang, selama bertahun-tahun, satu persatu rekan kerjanya mendapat promosi jabatan
menjadi pengawas, memanfaatkan training-training yang diadakan oleh perusahaan, atau
telah mendapat perhatian karena jasanya yang besar untuk perusahaan.
John berteman baik dengan Ross Bartlett, rekan kerjanya di tempat yang sama. Ross, yang
telah bekerja di sana selama 2 tahun, adalah pekerja yang baik. Sekitar 6 bulan yang lalu,
Ross mulai memperlihatkan ketidakpuasannya terhadap rutinitas kerjanya yang monoton,
dengan berkata bahwa pasti ada cara yang lebih baik lagi untuk mendapat penghasilan.
Minggu lalu, John mengetahu bahwa perusahaan akan membayar Ross untuk mengambil
kuliah program administrasi bisnis. Dan di hari yang sama, John benar-benar mulai merasa
khawatir tentang dirinya sendiri dan statusnya di perusahaan telpon tersebut. Dia mulai
mengalami tidur yang kurang nyenyak di setiap malam saat ia berpikir tentang semua hal
yang telah ia lakukan selama 6 tahun ini—apa yang telah lakukan di kehidupannya, di
posisi manakah ia sekarang dalam perjalanan karirnya, dan ke manakah dia akan
melangkah selanjutnya. Pikirannya menjadi sangat berat dan kebingungan sehingga ia
tersadar bahwa ia butuh pertolongan.
John tidak pernah sekalipun menetapkan tujuan pribadi (personal goals) untuk dirinya
sendiri selain untuk hidup secara nyaman, aman dan masuk akal setiap harinya dan setiap
bulannya. Dia berasal dari keluarga kurang mampu dan mendapatkan sedikit motivasi atau
dukungan dari keluarganya untuk dapat menumbuhkan ambisinya saat ia masih muda.
Waktu itu satu-satunya hal yang diharuskan oleh ayah dan ibunya hanyalah adanya lulusan
SMA di keluarga mereka. Dan untung bagi mereka, John lah orang dalam keluarga yang
lulus sampai SMA. Dia tidak pernah punya keinginan untuk melanjutkan kuliah karena
untuk lulus kuliah saja terbukti sangat susah bagi dirinya. John tidak dapat membayangkan
dirinya menghabiskan waktu 4 tahun lagi bersekolah sedangkan dia membutuhkan dan
ingin mencari nafkah untuk dirinya dan keluarga.
Sekarang, dengan orang-orang disekitarnya melanjutkan karir mereka dan hanya John
sendiri yang seakan-akan berhenti, dia merasa dirinya ada di jalan buntu. Dia tiba-tiba
menyadari bahwa dia harus melakukan sesuatu, tetapi dia tidak tahu harus melakukan apa.
Pertanyaan
1. Saran apa yang akan anda berikan pada John?
2. Dapatkah rencana karir menolong orang seperti John?
3. Apakah situasi yang dialami John tidak sering dialami kebanyakan karyawan?
Jawaban :
TUJUAN KARIR
Tujuan atau sasaran karir adalah “posisi atau jabatan tertentu yang dapat dicapai
oleh seorang pegawai bila yang bersangkutan memenuhi semua persyaratan dan
kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan jabatan tersebut.” Tujuan atau sasaran
karir tidak otomatis tercapai bila seorang pegawai memenuhi syarat yang harus dipenuhi
karena untuk menduduki suatu karir tertentu, kadang- kadang harus memenuhi syarat-
syarat yang seringkali di luar kekuasaannya yaitu ada tidaknya lowongan jabatan yang
dituju, ada tidaknya keputusan dan referensi dari pimpinan, dan ada tidaknya kandidat lain
yang sama kualitasnya, semua itu dapat membatasi kemajuan karir seorang pegawai.
MANFAAT PERENCANAAN KARIR
Berikut adalah manfaat dari perencanaan karir :
1) Menurunkan tingkat perputaran karyawan (turnover), dimana perhatian terhadap karir
individual dalam perencanaan karir yang telah ditetapkan akan dapat meningkatkan
loyalitas pada perusahaan di mana mnereka bekerja, sehingga akan memungkinkan
menurunkan tingkat perputaran karyawan.
2) Mendorong pertumbuhan, dimana perencanaan karir yang baik akan dapat mendorong
semangat kerja karyawan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan demikian motivasi
karyawan dapat terpelihara.
3) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi akan sumber daya manusia di masa yang
akan datang.
4) Memberikan informasi kepada organisasi dan individu yang lebih baik mengenai jalur
potensial karir di dalam suatu organisasi.
5) Mengembangkan pegawai yang dapat dipromosikan, perencanaan karir membantu
membangun penawaran internal atas talenta yang dapat dipromosikan untuk
mempertemukan dengan lowongan yang disebabkan oleh masa pension, berhenti
bekerja dan pengembangan.
6) Menyediakan fasilitas bagi penempatan internasional, organisasi global menggunakan
perencanaan karir untuk membantu mengidentifikasikan dan mempersiapkan
penempatan di luar negeri.
7) Membantu menciptakan keanekaragaman angkatan kerja, ketika mereka diberikan
bantuan perencanaan karir, pekerja dengan latar belakang berbeda dapat belajar
tentang harapan-harapan organisasi untuk pertumbuhan sendiri dan pengembangan.
8) Membuka jalan bagi karyawan yang potensial, perencanaan karir memberikan
keberanian kepada karyawan untuk melangkah maju kemampuan potensial mereka
karena mereka mempunyai tujuan karir yang spesifik, tidak hanya mempersiapkan
pekerja untuk lowongan di masa depan.
9) Mengurangi kelebihan, perencanaan karir menyebabkan karyawan, manajer dan
departemen sumber daya manusia menjadi berhati-hati atas kualifikasi karyawan,
mencegah manajer yang mau menang sendiri dari pembatasan sub-ordinate kunci.
10) Membantu pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang telah disetujui, perencanaan
karir dapat membantu anggota kelompok agar siap untuk jabatan-jabatan penting,
persiapan ini akan membantu pencapaian rencana-rencana kegiatan yang telah
disetujui.
Lalu berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh seorang john james yang
mengatakan bahwa rencana karir dapat menolong orang seperti John atau tidak ??.
jawabannya adalah bias saja, mengingat bahwa setiap orang pasti perlu namanya perubahan
dan perubahan tersebut dimulai dari sendiri sehingga nantinya berdampak pada lingkungan
sehari-hari maupun perusahaan atau organisasi. Melihat karakter john james yang sangat
menyukai pekerjaannya mampu beradaptasi dengan rekan-rekan kerjanya dan mendapatkan
sedikit motivasi atau dukungan dari keluarganya yang membuatnya menjadi tulang punggung
keluarga. Hal tersebut yang membuat seorang john james harus mempertimbangkan tentang
rencana karir untuk dilakukan dimasa yang datang. Menurut saya ada beberapa hal yang
harus dilakukan dan diperisapkan diantarnya :
1) Menilai Diri Sendiri
Hal utama dalam memulai perencanaan karir adalah bertanya atau memahami diri
sendiri. Mengenali peluang-peluang, kesempatan-kesempatan, kendala-kendala,
pilihan-pilihan, konsekuensi-konsekuensi, keterampilan, bakat dan nilai berhubungan
pada kesempatan karir.
2) Menetapkan Tujuan Karir
Setelah orang dapat menilai kekuatan, kelemahan, dan setelah mendapat pengetahuan
tentang arah dari kesempatan kerja, maka tujuan karir dapat diidentifikasi dan
kemudian dibentuk.
3) Menyiapkan Rencana-Rencana
Rencana tersebut mungkin dibuat dari berbagai macam desain kegiatan untuk
mencapai tujuan karir.
4) Melaksanakan Rencana- Rencana
Untuk mengimplementasika satu rencana kebanyakan diperlukan iklim organisasi
yang mendukung. Artinya bahwa manajemen tingkat atas harus mengajak semua
tingkatan dari manajemen untuk membantu bawahan mereka dalam meningkatkan
karir mereka.
3. Apakah situasi yang dialami John tidak sering dialami kebanyakan karyawan?
Situasi ini masih sering kita temukan dalam kehidupan sebagai seorang
karyawan/pekerja dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang di tuntut untuk
melakukan yang namanya perubahan maupun manajemen diri sendiri, sehingga
memungkinkan seseorang untuk melakukan berbagai macam cara agar menjadi seseorang
yang bermnfaat bagi orang lain maupun perushaan. Dimana dalam hal ini john james
selaku karwayan tukang kabel disebuah perusahaan telpon selama hamper 6 tahun
lamanya. Dia sangat menyukai pekerjaanya dan didukung oleh rekan-rekan serta
keluarganya sehingga ia termotivasi untuk terus berusaha. Tapi bukan tidak mungkin
kondisi tersebut membuat seorang john untuk bias berkembang lebih baik lagi bahkan
menjadi seseorang yang mampu berdiri teguh dan lain sebagainya.
Perencanaan karier sebagai suatu system tidak akan menjamin karier seseorang
akan berkembang tanpa ada respon dari karyawan. Namun dengan perencanaan karier
setidaknya lebih baik, sehingga ketika peluang muncul, dapat dimanfaatkan oleh karyawan
yang berminat. Bila mana karyawan tidak merespon, perkembangan karier karyawan
tersebut akan menjadi lamban, dan akibatnya departeman SDM mungkin terlambat unntuk
mengisi tempat-tempat luang dalam pekerjaan dengan SDM yang ada dalam perusahaan.
Lingkungan bisnis yang sangat kompleks dan dapat berubah secara tiba-tiba
menghasilkan tanda-tanda karir yang ambigu dan kontradiktif. Seseorang – dalam rangka
pertahanan diri – merasa bingung menanggapi lingkungan yang sedemikian terhadap
keinginan dan rencana pengembangan karirnya. Secara pendekatan tradisional, seseorang
bergabung ke sebuah perusahaan, bekerja keras, berprestasi baik, loyal dan berkomitmen
sehingga mendapatkan kompensasi yang memuaskan dan rasa aman, telah digantikan oleh
pembelajaran berkelanjutan (continuous learning) dan perubahan identitas (identity
change). Karir organisasional tidak terpakai, karena karir yang senantiasa berubah
(protean career) dan karir yang tak berbatas (boundaryless career) hidup dan berkembang
(Bernardin 2010).
Biasanya, usaha pengembangan karir ditergetkan oleh manajemen untuk melihat
diluar pekerjaannya saat ini dan untuk mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi
pekerjaan di masa yang akan datang dalam organisasi tersebut. Tetapi pengembangan
untuk semua karyawan sangat penting bagi organisasi untuk memiliki kapabilitas sumber
daya manusia. Merjer, akuisisi, restrukturisasi dan pemberhentian sementara telah
mempengaruhi cara orang dan organisasi memandang karir dan pengembangan. Dalam
karir yang baru seseorang – bukan organisasinya – mengatur pengembangannya sendiri
(Mathis and Jackson 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Bernardin, H. J. (2010). Human Resource Management: An Experiential Approach,
McGraw-Hill.
Locke, E. A. and G. P. Latham (1990). A Theory of Goal Setting & Task Performance,
Prentice Hall.
Rivai, V. (2009). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan: dari teori ke praktik,
Rajawali Pers.
Robbins, S. P. (1998). Organizational behavior: concepts and self assessment, Prentice Hall.
Ruky, A. S. (2003). Sumber daya manusia berkualitas mengubah visi menjadi realitas:
pendekatan mikro praktis untuk memperoleh dan mengembangkan sumber daya manusia
berkualitas dalam organisasi, Gramedia Pustaka Utama.