Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

TEAM BUILDING

KELOMPOK 9
Nurul Yulaika

101511123072

Nur Chabibah

101511123074

Mazroh Ilma Soffania

101511123079

Elly Numa Zahroti

101511123085

Vina Naila Karimah

101511123089

Awan Santoso

101511123128

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) ini, dengan topik mengenai Team
Building.
Adapun maksud dan tujuan kami dalam menyelesaikan tugas ini adalah
untuk menambah pengetahuan kami mengenai materi tersebut. Kami ucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yang selalu memberikan
bimbingan pada kami, sehingga makalah ini dapat tersaji sesuai standar
pendidikan di Universitas Airlangga Surabaya khususnya dalam mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia. Selebihnya, semoga makalah ini dapat
dimengerti dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih pada semua pihak yang terlibat
dalam menyelesaikan tugas ini. Kritik dan saran selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 17 November 2015


Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................................2
1.4 Manfaat ..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tim .....................................................................................................................3
2.1.1 Definisi Tim ..............................................................................................3
2.1.2 Perbedaan Tim dan Kelompok ..................................................................4
2.1.3 Karakteristik Tim ......................................................................................6
2.1.4 Jenis Tim .................................................................................................13
2.2 Team Building ..................................................................................................16
2.2.1 Prinsip Team Building .............................................................................18
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Team Building ........................................................19
2.2.3 Team Development ..................................................................................22
2.2.4 Maturitas Tim ..........................................................................................25
2.2.5 Teknik Team Building .............................................................................28
2.3 Teamwork .........................................................................................................31
2.4 Pengukuran Kinerja Tim ..................................................................................33
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN ..............................................................35
BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................37
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, pentingnya kerja sama tim lebih diakui oleh banyak organisasi.
Kompleksitas masalah suatu organisasi atau perusahaan telah meningkatkan
kebutuhan bagi anggotanya untuk membawa keahlian khusus mereka untuk
bersama-sama mencari solusi yang inovatif. Perubahan yang sangat cepat
dalam teknologi juga telah memperkuat kebutuhan suatu kelompok orang
untuk berkolaborasi dan berkoordinasi dalam rangka menyelesaikan tugas dan
agar lebih kompetitif dalam menghadapi perkembangan ekonomi global yang
secara tidak langsung menuntut tim yang beragam untuk menyatukan
pengetahuan mereka dalam mengatasi tantangan-tantangan baru kedepannya.
Masalah dan tantangan ini memunculkan persepsi betapa pentingnya bagi
organisasi untuk memahami pentingnya kerja tim dan mengembangkan caracara untuk membangun sebuah tim (Saylor Foundation 2013).
Selain hal tersebut di atas, disaat organisasi memiliki kebutuhan strategis
tersendiri atas kerja sama tim, karyawanpun memiliki kebutuhan dan
kepetingan berbeda. Secara umum, karyawan lebih bahagia jika mereka
memiliki sebuah kelompok atau bekerja dalam kelompok. Hal tersebut dapat
membuat mereka merasa bernilai, terhubung, dan terlibat dengan organisasi.
Selain itu, pekerja yang berpendidikan biasanya ingin menjadi bagian dalam
menentukan keberhasilan organisasi mereka. Mereka ingin menjadikan diri
mereka sebagai bagian dari perjalanan yang memungkinkan organisasi untuk
mencapai kesuksesan. Sebagai hasil dari perasaan ini, karyawan di lingkungan
tim cenderung menjadi lebih produktif, tampil lebih baik, dan tetap bahagia
(Marciano 2010).
Team Building adalah proses yang berkesinambungan yang membantu tim
berkembang menjadi kelompok terpadu di dalam masyarakat. Seperti orangorang yang belajar untuk saling mendukung dan saling percaya satu sama lain,
sementara respect setiap orang berbeda-beda, tim mampu menyelesaikan
masalah tersebut sebagai suatu unit yang kohesif (Bachroni 2011). Terkadang,
1

tim mungkin mengalami kesulitan seiring dengan meningkatnya modus


konflik. Oleh karena itu, tim akan atau tetap membutuhkan team building
untuk menjaga dan memperbaiki hubungan mendasar dalam kelompok.
Kegiatan team building dapat membantu kelompok untuk tidak
berperilaku disfungsional (Tin 2007) sehingga tim dapat menjadi saling
terhubung menjadi sekelompok individu yang produktif dan terpadu. Oleh
karena itu, melalui makalah ini, mahasiswa akan mempelajari lebih lanjut
mengenai hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah meliputi
konsep apa saja yang perlu diketahui dari Tim, Team Building, dan Teamwork.

1.3 Tujuan
Penyusunan makalah mengenai Team Building ini bertujuan untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia
dalam menjelaskan konsep yang perlu diketahui dari Tim, Team Building, dan
Teamwork, meliputi:
A. Definisi tim, perbedaan antara tim dan kelompok, karakteristik tim,
jenis tim, dan maturitas.
B. Team Building beserta tujuan dan manfaatnya serta bagaimana
mengembangkan sebuah tim melalui Team Development.
C. Teamwork serta contoh kasus untuk dapat memberikan gambaran
aplikatif dari teori-teori yang telah disusun.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan referensi atau rujukan pembelajaran bagi
mahasiswa kelas Alih Jenis B Kesehatan Masyarakat pada khususnya dan
seluruh civitas akademika Fakultas Kesehatan Mayarakat pada umumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tim
2.1.1

Definisi Tim
A team is a small number of people with complementary skills
who are committed to a common purpose, performance goals, and
approach for which they are mutually accountable. (Katzenbach and
Smith 1993)
Sebuah tim adalah sejumlah kecil orang dengan keterampilan
yang saling melengkapi yang berkomitmen untuk tujuan yang sama,
tujuan kinerja, dan pendekatan yang mereka saling akuntabel.
Barker (2003), dalam bukunya yang berjudul How to be Better
at Managing People menyebutkan bahwa tim adalah sekelompok
orang yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama.
Istilah tim juga dapat didefinisikan sebagai sebuah kelompok
kerja, yang terdiri dari beberapa orang dengan kompetensi yang
setara, dimana mereka bekerja secara interdependen/ketergantungan
dalam melaksanakan pekerjaan di satu organisasi (Burns 2004).
Nazzaro (2009), dalam jurnalnya yang berjudul Group
Dynamics and Team Building menyebutkan definisi tim beserta
karakteristiknya sebagai berikut, Tim adalah kelompok yang memiliki
pekerjaan yang harus dilakukan, apakah sebagai seseorang yang
dibayar atau relawan. Tim adalah kelompok yang telah menghabiskan
waktu bersama-sama, secara bertahap selama periode waktu yang
panjang, atau hanya di akhir pekan atau hanya bekerja sama pada
sesuatu hal saja. Tim adalah kelompok yang mencapai kekompakan;
kekuatan sebuah tim ditemukan dalam hubungan antara anggota tim.
Tim adalah kelompok dengan tujuan. Anggota tim saling bergantung
dan dapat mengenali kekuatan masing-masing anggota, anggota tim

mengandalkan kekuatan dari masing-masing anggota untuk mencapai


tujuan.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai tim tersebut di atas,
dapat sisimpulkan bahwa tim merupakan sekumpulan orang dalam
jumlah kecil yang memiliki keterampilan spesifik dan berkumpul
karena memiliki satu kepentingan sama dan ketergantungan untuk
mencapai suatu tujuan.

2.1.2

Perbedaan Tim dan Kelompok


Terdapat perbedaan antara tim dan kelompok. Tabel berikut akan
memaparkan beberapa karakteristik tim dan kelompok sehingga
orang-orang mudah mengidentifikasi bahwa dirinya sedang bekerja
dan atau bersama dengan tim atau kelompok.
Tabel 2.1 Perbedaan Tim dan Kelompok
Kelompok

Tim

Orang berkumpul hanya karena tujuan Anggota

saling

menyadari

akan

administratif. Individu bekerja secara ketergantungannya dan mengerti bahwa


independen

tujuan personal maupun tujuan tim akan


dicapai dengan mutual support

Anggota cenderung berfokus pada diri Anggota merasakan kepemilikan mereka


mereka sendiri karena mereka tidak atas timnya dan tugasnya karena mereka
sepenuhnya

terlibat

dalam telah komit untuk mencapai suatu tujuan

perencanaan tujuan. Mereka bekerja


karena direkrut.
Anggota
seharusnya

diberitahu

apa

dilakukan

yang Anggota

berkontribusi

tanpa mengaplikasikan

dengan

keterampilan

dan

pendekatan atas apa yang sebaiknya pengetahuan mereka yang unik untuk
dilakukan.

mencapai tujuan

Anggota tidak mengerti peran satu Anggota bekerja di iklim yang terbuka
sama lain, opini dan pertidaksetujuan untuk

mengekspresikan

ide,

opini,

dipertimbangkan sebagai pengganggu pertidaksetujuan dan perasaan mereka


dan tidak suportif
4

Anggota sangat berhati-hati untuk Anggota berkomunikasi secara terbuka


mengemukaan pendapat.

dan jujur. Mereka berusaha mengerti


sudut pandang sati sama lain.

Anggota mendapatkan pelatihan yang Anggota


baik

namun

didorong

pengaplikasiannya mengembangkan

dibatasi oleh supervisor atau anggota mengaplikasikan


grup lain.

untuk

keterampilan
apa

yang

dan
mereka

pelajari atas suatu pekerjaan. Mereka


menerima dukungan dari tim.

Anggota mendapati diri mereka sendiri Anggota

menyadari

bahwa

konflik

berada dalam masalah yang mereka adalah normal dalam hubungan antar
tidak

tau

Supervisor

cara
mungkin

mengatasinya. manusia, mereka melihat hal tersebut


tidak

akan sebagai suatu kesempatan atau situasi

memberikan intervensi hingga masalah untuk ide baru dan kreatifitas. Mereka
tersebut teratasi.

bekerja untuk mengatasi konflik dengan


cepat dan konstruktif.

Anggota

bisa

berpartisipasi

atau
dalam

tidak

bisa Anggota

berpartisipasi

dalam

pengambilan pengambilan keputusan namun mengerti

keputusan yang berefek pada tim.

bahwa pemimpin atau ketua yang berhak


memutuskan keputusan final

Sumber: Maddux and Barb (2003)


Tabel di atas menunjukan perbedaan tim dan kelompok yang
cukup signifikan, salah satunya, di dalam tim, setiap anggota memiliki
peran masing-masing dan terikat satu sama lain sehingga jika salah
satunya tidak ada, fungsi tim akan terganggu, sedangkan di kelompok,
selama anggota melakukan tugasnya, fungsi kelompok akan tetap
berjalan.
Beberapa organisasi menggunakan istilah tim sebagai sebuah
kata benda yang merujuk kepada suatu kelompok pekerja yang
melakukan tugas sejenis, seperti pada Accounts Receivable Team,
dimana orang-orang di departement tersebut sama-sama memiliki
tugas untuk mengurusi keterlambatan pembayaran rekening namun
tidak saling berinteraksi karena setiap orang memiliki customer yang
5

berbeda. Namun, sebenarnya terdapat a real team yaitu sekelompok


orang yang bekerja bersama secara sinergis untuk mencapai sesuatu
(Klein 2007).

Sumber: Team FME (2013)


Gambar 2.1 Team in name only and a Real Team
Diagram tersebut menunjukan bahwa pada real tim, tujuan tim
dibuat bersama sama seluruh anggota tim dan terdapat pembagian
tanggung jawab namun semua anggota tetap bertanggung jawab atas
keseluruhan tim. Umpan balik dan diskusi pada real tim juga dilakukan
antara anggota tim, bukan hanya oleh manager dan beberapa anggota.

2.1.3

Karakteristik Tim
Kinerja tim (team performance) merupakan faktor penentu
utama dan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan suatu
perusahaan (Stashevsky dan Koslowsky 2006). Diperlukan suatu tim
yang efektif untuk dapat mengoptimalkan kinerja tim, namun, terdapat
beberapa karakteristik yang perlu dipenuhi untuk membangun atau
membentuk tim yang efektif.
6

Manurung (2013) menyebutkan bahwa karakteristik tim yang


mempengaruhi efektifitas kinerja tim adalah;
1. Ukuran Tim
Secara umum, ketika ukuran tim meningkat, akan lebih
sulit bagi setiap anggota untuk dapat saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain. Terdapat dua ukuran
kelompok:
a. Tim Kecil (2-4 anggota) menunjukan lebih banyak
persetujuan, mengajukan lebih banyak pertanyaan, dan
bertukar lebih banyak opini. Mereka cenderung bersikap
informal dan tidak banyak menuntut pemimpin.
b. Tim besar (lebih dari 12 anggota) cenderung memiliki
lebih banyak perselisihan pendapat dan perbedaan opini,
karena kurangnya kepuasan dihubungkan dengan tugas
yang dispesialisasikan serta komunikasi yang buruk, para
anggota

tim

memiliki

sedikit

kesempatan

untuk

berpartisipasi dan merasakan keakraban kelompok.


Speck (2002), menerangkan bahwa ukuran tim yang
ideal ditentukan oleh jenis dan tujuan tim. Selebihnya,
terdapat juga hasil riset yang menunjukkan bahwa semakin
besar ukuran sebuah tim maka semakin besar pula
kecenderungan terjadi social loafing, namun hal tersebut
dapat diantisipasi dengan adanya evaluasi dan monitoring
oleh pemimpin atau manager.
2. Peran Anggota
Supaya sebuah tim berhasil untuk waktu yang lama, tim
tersebut harus terstruktur sedemikian rupa sehingga dapat
mempertahankan kesejahteraan sosial para anggota dan
menyelesaikan tugasnya. Dalam tim-tim sukses, syaratsyarat kinerja tugas dan kepuasan sosial dipenuhi oleh
munculnya

dua

jenis

peran:

spesialis

tugas

dan

sosioemosional.
7

a. Peran Spesialis Tugas (Task Specialist Role)


Orang-orang memainkan peran spesialis tugas
menghabiskan waktu dan energi untuk membantu tim
meraih tujuannya. Mereka sering memperlihatkan
perilaku-perilaku berikut:
-

Memprakarsai Ide. Mengajukan berbagai


solusi baru untuk masalah tim.

Memberikan
untuk

Opini.

solusi-solusi

Menawarkan
tugas,

opini

memberikan

umpan balik yang jujur atas saran-saran


orang lain.
-

Mencari informasi. Meminta fakta-fakta


yang relevan dengan tugas.

Meringkas. Menghubungkan bebagai ide


dengan masalah yang sedang dihadapi,
mengumpulkan ide-ide ke dalam perspektif
ringkasan.

Memberi semangat. Merangsang tim untuk


bertindak ketika minat turun.

b. Peran Sosioemosional (Sosioemosional Role)


Orang-orang

yang

menggunakan

peran

sosioemosional mendukung kebutuhan emosional


para anggota tim dan membantu menguatkan
kesatuan sosial. Mereka memperlihatkan perilakuperilaku berikut:
-

Mendorong. Antusian dan reseptif terhadap


ide-ide orang lain, memuji dan mendorong
orang lain untuk meneruskan konstribusikonstribusi mereka.

Berpadu. Mendamaikan konflik-konflik tim,


membantu

pihak-pihak

yang

berselisih

pendapat mencapai persetujuan.


8

Mengurangi

Ketegangan.

Menceritakan

gurauan atau dengan cara lainmeredakan


emosi ketika suasana tim tegang.
-

Mengikuti. Memiliki pandangan yang sama


dengan tim, setuju dengan ide-ide para
anggota tim.

Berkompromi.

Mengubah

opini

sendiri

untuk mempertahankan keharmonisan tim.


3. Proses Tim
Proses

tim

menggambarkan

interaksi

dan

pola

pengorganisasian yang mengubah input menjadi output.


Dalam makalah ini, proses tim akan dijelaskan dalam hal
tujuh

karakteristik;

koordinasi,

komunikasi,

kohesi,

pengambilan keputusan, manajemen konflik, hubungan


sosial dan umpan balik kinerja (Mickan 2000).
a. Koordinasi
Koordinasi
interpersonal
melakukan

digambarkan
yang

teratur

tugas-tugas

dan

sebagai

tindakan

diperlukan

kompleks.

Tim

untuk
perlu

memanfaatkan dan meminimalkan berbagai perbedaan


anggota, untuk memastikan bahwa keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki anggota dimanfaatkan dengan
baik.

Sepanjang

perkembangan

tim,

kebutuhan

koordinasi akan bervariasi. Namun, pemahaman bersama


tentang tujuan dan budaya tim memfasilitasi koordinasi
sebagai anggota tim.
b. Komunikasi
Komunikasi dalam tim meliputi interaksi antar
kekuasaan, budaya dan nilai.

Tim

yang efektif

memerlukan proses komunikasi yang baik, dengan


pelimpahan
pendelegasian

tanggung
yang

jawab

tepat.

yang

Individu

jelas
perlu

dan
saling
9

mendengarkan

sehingga

dapat

meningkatkan

komunikasi. Pengambilan keputusan bersama juga dapat


meningkatkan

komunikasi.

Sebagai

bentuk

utama

komunikasi, pertemuan harus diagendakan dengan jelas,


dan dikelola sehingga semua anggota berkontribusi.
Selain itu, komunikasi dua arah yang jelas dalam
menentukan

batas-batas

tim

di

organisasi

akan

mempertahankan fungsi tim.


c. Kohesi
Tim saling terikat dan ketergantungan dalam
menjalankan tugasnya demi tercapainya suatu tujuan.
Secara sosial, setiap anggota merasa memiliki satu sama
lain dan ingin tetap bersama sebagai tim dalam
melakukan tugas selanjutnya. Kohesi dapat dibentuk dari
ukuran tim yang kecil dengan persamaan sikap dan
kedekatan fisik. Kohesi akan meningkatkan umpan balik
kinerja, komunikasi dan keberhasilan suatu tim.
d. Membuat Keputusan
Bervariasinya

pengetahuan

dan

keterampilan

anggota biasa menghasilkan luasnya informasi dan


pilihan

atau

Bagaimanapun,

berbagai
otonomi

alternatif
individu

keputusan.

bergantung

dan

terbatas pada tanggung jawabnya, sehingga pengambilan


keputusan sangat bergantung pada fokus atau tujuan tim.
e. Manajemen Masalah
Manajemen masalah ditujukan untuk mengatasi
berbagai macam konflik dalam tim baik itu masalah
yang muncul dari dalam tim itu sendiri atau masalah
yang didapat selama proses pencapaian tujuan yang ingin
dicapai tim.

f. Hubungan Sosial
10

Sesama anggota tim harus mampu untuk saling


mendukung dan berempati sehingga proses komunikasi
praktis, berbagi informasi dan pengambilan keputusan
dapat berjalan dengan baik.
g. Umpan Balik Kinerja
Umpan

balik

kinerja

diperlukan

untuk

mempertahankan efektivitas kinerja tim.

West (2002) merinci ada empat kekuatan dalam membangun tim


yang efektif, yaitu:
a. Kelompok hendaknya mempunyai tugas-tugas yang menarik
anggota tim untuk bekerja lebih keras, karena jika tugastugas yang harus dikerjakannya menarik minat, memotivasi,
menantang dan menyenangkan, anggota akan berusaha
untuk menyelesaikannya secara optimal dan akan merasa
bertanggung jawab terhadapnya.
b. Individu seharusnya merasa dirinya penting bagi nasib
kelompok. Satu hal yang dapat menjadikan anggota tim
merasa bahwa kerjanya sangat penting bagi kelangsungan
nasib kelompoknya adalah melalui penggunaan teknik
penjelasan

peran

(role

clarification)

dan

negosiasi

(negotiation).
c. Kontribusi individual seharusnya sangat diperlukan, unik
dan teruji. Dampak keengganan sosial sangat berkurang
pada anggota tim secara menyeluruh.
d. Seharusnya ada tujuan tim yang jelas dengan umpan balik
kinerja yang tetap. Penting bagi para individu mempunyai
tujuan yang jelas dan umpan balik kinerja (performance
feedback) yang sama pentingnya bagi tim.

11

Selebihnya, karakteristik tim yang efektif dijelaskan oleh United


States Agency for International Development (USAID) dikutip dari
Team Building Module oleh Snow (2013) yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan yang Jelas
Visi yang jelas akan memotivasi tim untuk dapat bekerja
dengan fokus.
2. Komitmen
Jika setiap anggota termotivasi atas tujuannya, anggota akan
berusaha hingga pekerjaannya sukses.
3. Peran dan Tanggung Jawab yang Jelas
Setiap orang mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan
bagaimana mereka berinteraksi secara keseluruhan.
4. Kepercayaan
Setiap anggota saling mengetahui bahwa mereka dapat dapat
saling menggantungkan diri dan saling mendukung satu sama
lain.
5. Tanggung jawab Bersama
Tanggung jawab bersama dari sebuah tim akan menghasilkan
suatu kesuksesan dalam mencapai sesuatu, dan hal tersebut
merupakan kewajiban bagi setiap anggota. Hal ini dapat
membentuk tim yang suportif .
6. Merayakan Kesuksesan Tim
Hal ini dapat membuat anggota merasa diakui kesuksesan atau
kontribusinya terhadap keberhasilan tim.
7. Fokus terhadap Proses dan Tugas Kelompok
Tim berusaha untuk mempertahankan rasa keterbukaan dan
untuk memecahkan masalah secara kreatif
8. Pengambilan Keputusan Inklusif
Tim yang efektif melibatkan partisipasi anggota dalam
pengambilan keputusan
9. Komunikais tim yang teratur dan memiliki umpan balik

12

2.1.4

Jenis Tim
Menurut Robbins (2003), terdapat empat bentuk umum dari tim
yaitu: Tim Problem-Solving, Tim Self-Managed Work, Tim CrossFunctional, dan Tim Virtual. Berikut adalah penjelasan dari keempat
jenis tim tersebut:
1. Tim Problem-Solving
Tim Problem-Solving merupakan sebuah tim yang
dibentuk untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul
dalam upaya memperbaiki produktivitas suatu organisasi.
Tim ini terdiri atas 4 hingga 12 pekerja yang dibayar per
jam dan berasal dari level yang sama dalam organisasi.
Mereka bertemu dalam beberapa jam tiap minggu guna
mendiskusikan cara-cara perbaikan kualitas, efisiensi kerja,
dan lingkungan kerja.

Gambar 2.2 Tim Problem-Solving


Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan
dan saran seputar proses dan metode untuk meningkatkan
kerja. Meskipun demikian, tim tidak memiliki kebebasan
penuh untuk merealisasikan saran-saran perbaikan yang
mereka ajukan.
Salah satu contoh tim yang menggunakan bentuk Tim
Problem-Solving untuk menyelesaikan masalahnya adalah
Tim Lingkaran Kualitas. Tim kerja ini terdiri atas gabungan 8
hingga 10 pekerja dan supervisor yang saling berbagi
gagasan wilayah kewenangan dan bertemu secara teratur
guna mendiskusikan masalah kualitas pekerjaan mereka,
13

menyelidiki sebab-sebab masalah, dan merekomendasikan


penyelesaian.
2. Tim Self-Managed Work
Karena Tim Problem-Solving kurang melibatkan pekerja
dalam proses pembuatan keputusan, muncul jenis tim lain
yang benar-benar otonom.

Tim ini tidak hanya bercorak

problem-solving melainkan juga dapat menyelesaikan sendiri


masalahnya dan memiliki kewenangan penuh atas hasilhasilnya.

Gambar 2.3 Tim Self-Managed Work


Tim Self-Managed Work umumnya terdiri atas 10 hingga
15 orang yang bertanggung jawab terhadap supervisornya.
Tanggung jawab ini termasuk pengendalian kecelakaan kerja,
penentuan

penilaian

pekerjaan,

pemecahan

masalah

organisasi, dan pemilihan prosedur-prosedur pemeriksaan


secara kolektif. Tim ini bahkan memilih anggotanya sendiri
dan memiliki wewenang untuk menilai kinerja masingmasing anggotanya.
Beberapa keuntungan yang didapat dari jenis tim ini
adalah termasuk komitmen yang lebih kuat dari para anggota
tim terhadap pekerjaan, kualitas yang lebih baik, efisiensi
yang lebih baik, pegawai yang lebih puas, pengembangan
produk yang lebih cepat, serta biaya gaji manajemen yang
lebih rendah.

14

3. Tim Cross-Functional
Dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang bersifat
khusus, organisasi harus mengembangkan sebuah tim yang
terdiri atas pekerja-pekerja dari tingkat hierarki yang serupa
tetapi beda wilayah pekerjaannya.

Gambar 2.4. Tim Cross-Functional


Tim lintas fungsional dipimpin oleh seorang manajer
yang disebut dengan case manager. Manajer memegang
kepemilikan sistem dan bertanggungjawab untuk mencapai
tujuan sistem demi pemuasan kebutuhan customer, serta
melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem tersebut.
Sedangkan anggota memiliki wewenang dan kesempatan
untuk bertukar informasi, mengembangkan gagasan baru dan
memecahkan masalah, serta mengkoordinasikan proyek yang
rumit.
4. Tim Virtual
Tim Virtual merupakan tim yang terdiri dari sekelompok
orang yang menggunakan teknologi komputer guna mencapai
sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang saling
bekerjasama secara online, kendati mereka tidak bertemu
secara langsung.

15

Gambar 2.5 Tim Virtual


Tim virtual sering meliputi para pekerja lepas, anggota
organisasi rekanan, pelanggan, pemasok, konsultan, atau
pihak pihak luar lainnya.
Terdapat 3 faktor utama yang membedakan Tim Virtual
dengan tim-tim lain, yaitu: (1) Ketiadaan komunikasi lisanfisik; (2) terbatasnya konteks sosial, dan (3) kemampuan
mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat.
Kelebihan tim virtual dari jenis tim lain adalah
kemampuan untuk mengumpulkan kelompok orang dengan
cepat dan tepat untuk menyelesaikan proyek yang kompleks,
memecahkan masalah tertentu, atau mengekploitasi peluang
strategis tertentu. Namun demikian, laporan sosial pada tim
ini tergolong rendah karena kurangnya interaksi langsung
antar anggotanya.

2.2 Team Building


Sementara tim diinterpretasikan sebagai sekelompok orang dengan
keterampilan dan pengetahuan masing-masing yang saling ketergantungan
dan memiliki tujuan sama untuk dicapai, Team building adalah aktivitas
kelompok tersebut yang memiliki interaksi tinggi untuk meningkatkan
produktivitas karyawan dalam menuntaskan pekerjaan mereka melalui
serangkaian aktivitas yang dirancang secara hati-hati untuk mencapai sasaran
yang telah ditentukan sebelumnya (Robbins 2003).
Glover (2005), dalam bukunya The Essentials of Team Building
mengatakan bahwa Team building adalah proses dimana sekumpulan individu
berusaha untuk memecahkan masalah atau tantangan baik fisik maupun
mental. Selagi menggunakan proses tersebut untuk memecahkan suatu
masalah, tim tersebut juga belajar bagaimana berbagi ide dan mendorong satu
sama lain baik secara fisik maupun emosional.

16

Team building adalah sebuah proses pembelajaran dengan pendekatan


experiental yang bertujuan meningkatkan fungsi internal kelompok seperti
kerjasama, komunikasi

yang lebih baik, serta mengurangi konflik

disfungsional antar sesama anggota organisasi (Kreitner & Kinicki, 2008).


Melalui Team Building (Nurina 2012), anggota tim diajak untuk melihat,
merasakan dan memperbaiki apa yang kurang dan meningkatkan apa yang
sudah baik. Para partisipan didorong untuk melihat dan memperbaiki
bagaimana mereka bekerja sama selama ini di organisasi, menemukan
kesenjangan dan kelemahan dalam pekerjaan baik secara individu maupun
bersama-sama, memberikan gambaran cara bekerja sama yang ideal serta
membangun action plans untuk mengimplementasi cara bekerja sama yang
efektif di organisasi.
Sumber lain menyebutkan bahwa Team Building adalah proses
berkelanjutan yang membantu sebuah kelompok menjadi sebuah unit yang
kohesif (kompak atau terpadu). Anggotanya tidak hanya berbagi mengenai
ide mereka dalam menyelesaikan tugas kelompok namun membangun
kepercayaan dan mendukung satu sama lain serta menghargai perbedaan
individu (University of California 2015)
Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa Team Building adalah sebuah proses dari sekumpulan
orang untuk memecahkan masalah, meningkatkan produktivitas, dan
mencapai tujuan bersama dengan aktivitas yang telah dirancang untuk
mencapai tujuan sasaran. Dalam proses ini, anggota kelompok tidak hanya
menyelesaikan tugas mereka, melainkan mereka membangun kepercayaan
dan memberikan dukungan satu sama lain baik secara fisik maupun emosi.

17

2.2.1

Prinsip Team Building

Sumber: Team FME (2013)


Gambar 2.6 Principles of Team Building
1. Define Success Criteria
Prinsip

yang

pertama

dalam

Team

Building

adalah

mendefinisikan dan mengkomunikasikan tujuan tim. Tujuan tim


seharusnya mudah dimengerti dan membolehkan seluruh anggota
tim untuk berkontribusi, berdasarkan kemampuan dan pengalaman
mereka.
Bagi seorang project team, kriteria sukses akan didefinisikan
ke dalam rencana proyek dan disesuaikan hingga tidak keluar jalur
hingga berhasil dilaksanakan. Dengan demikian, anggota akan
mampu mencapai tujuan dan dapat mengatasi masalah dalam
penerapannya.
2. Lead by Example
Di

banyak

instansi,

anggota

tim

biasanya

memiliki

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tertentu antar satu


sama lain. Hal ini tidak menjadi masalah karena kepemimpinan
lebih digunakan sebagai soft skills.
Leading

by

Example

berarti

memperlihatkan

perilaku

profesional kepada semua orang, baik di dalam maupun di luar tim.


Dalam hal ini adalah pelanggan dan pemasok, juga termasuk semua
orang yang berada dalam organisasi. Dengan memperlihatkan
18

bagaimana bersikap baik dalam tim, anggota lain bersikap seperti


halnya demikian.
3. Value All Contributions
Tim yang memiliki anggota lebih dari 6 orang akan sulit
menyadari konstribusi setiap anggotanya. Sehingga seorang ketua
tim harus bisa memperlihatkan bahwa dirinya menilai kontribusi
anggotanya dan melihat peran mereka dalam tim. Dengan
melakukan hal yang demikian, setiap orang dalam tim akan
termotivasi untuk melakukan sesuatu yang membuat timnya
menjadi lebih baik dan mampu mencapai tugas kelompok.
4. Reward Success
Sebagai seorang manager, menghargai kinerja anggotanya
adalah penting dan untuk dapat melakukannya, menyadari
keberadaan tim dan anggota tim dengan karakter serta tujuannya
adalah penting.

2.2.2

Tujuan dan Manfaat Team Building


1. Tujuan Team Building
Dalam membangun sebuah tim harus diketahui apa tujuannya agar
tim dapat dibangun secara efektif. Menurut David F. Falino (2007),
tujuan membangun tim antara lain :
a. Mengkoordinasikan usaha untuk melakukan tugas kompleks.
b. Memanfaatkan keahlian dan pengetahuan pribadi anggota.
c. Memungkinkan seseorang mengatasi tantangan pekerjaan seharihari. Untuk memberikan dukungan sosial dan emosional yang
memberi perbaikan kualitas pada kinerja mereka.
d. Untuk menciptakan saluran komunikasi yang sehat dan terbuka,
menghilangkan persaingan, dan kompetisi yang tidak sehat.
e. Untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan memecahkan
masalah melalui proses penemuan ide dan pemikiran kelompok.
f. Untuk mengembangkan kekuatan dan keterampilan setiap anggota.

19

g. Untuk mengembangkan dan meningkatkan tingkat pemberian


wewenang individu dan kolektif.

2. Manfaat Team Building


Di dalam Materi Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK
(2003) oleh WHO, menyebutkan bahwa Team Building

yang

dilakukan secara benar dan berkesinambungan akan memberikan


hasil perubahan yang seringkali jauh lebih baik dari dugaan semula
atas sebuah kelompok.
Manfaat Team Building atau hasil yang dirasakan:
a. Bagi pimpinan tim/kelompok
1) Pimpinan tim akan menjadi lebih kuat dan lebih efektif
2) Pimpinan

tim

mampu

kepimimpinannya,

dengan

menyesuaikan
lebih

gaya

memperhatikan

kepentingan dan tanggung jawab kelompok dibandingkan


kepentingan pribadi
3) Terdapat apresiasi yang lebih besar dari pimpinan tim
terhadap kebutuhan anggota tim dan bagian-bagian dalam
tim.
4) Pimpinan menjadi lebih mampu untuk berkomunikasi
secara langsung kepada anggota tim sehingga terjadi
hubungan pengertian yang lebih baik antara pimpinan dan
anggota tim.
5) Pimpinan tim memiliki inisiatif untuk lebih memahami
prakasa anggotanya.
6) Pimpinan mempunyai komitmen yang lebih tinggi terhadap
sasaran kerja dan memiliki harapan yang lebih besar.

b. Bagi individu, anggota tim/kelompok


1) Sebagian besar individu memiliki pendekatan yang lebih
persuasif, toleransi menjadi lebih tinggi dan memiliki

20

kepercayaan untuk mengajukan argumentasi tanpa terikat


oleh hirarki.
2) Komunikasi dan dialog antar sesama anggota kelompok
menjadi lebih bebas dan terbuka, yang selama ini menjadi
salah satu hambatan utama dalam perkembangan kelompok.
3) Terdapat ruang yang lebih terbuka untuk mengakui
beberapa kelemahan-kelemahan pribadi, bahkan kadangkala
tidak jarang yang mengundurkan diri karena kesadaran diri
(ini bukan penyelesaian yang diharapkan).
4) Banyak

masalah

tim/kelompok

yang

antar

pribadi

selama

ini

sesama
mengganjal

anggota
dapat

dipecahkan dengan lebih mudah karena keterbukaan semua


anggota tim.

c. Bagi pelaksanaan kerja tim/kelompok


1) Pertemuan tim/kelompok menjadi lebih terstruktur dan
efektif.
2) Hasil yang diperoleh lebih dapat diterima dan terdistribusi
dengan baik kepada sesama peserta.
3) Terjadi

perbaikan

kerja

dalam

mencapai

sasaran,

peningkatan kemampuan dalam mengevaluasi individu dan


kelompok dengan cara yang lebih profesional.
4) Tingkat komunikasi dalam dan antar kelompok menjadi
lebih komprehensif dan efektif, walaupun dalam kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan.
5) Komitmen yang lebih kuat terhadap sasaran-sasaran baru.
6) Terciptanya otonomi yang lebih besar pada tingkat manajer.
7) Lebih banyak waktu digunakan untuk bekerja sama dengan
kolega dan bekerja sama dalam mencapai tujuan.

21

2.2.3

Team Development
Istilah

Team

Development

digunakan

untuk

menjelaskan

perkembangan suatu kelompok yang terbagi ke dalam beberapa tahap


seperti Forming, Storming, Norming, dan Performing. Salah satu
model yang paling berpengaruh dari teori perkembangan tim ini
pertama kali dikembangkan oleh Dr. Bruce Tuckman pada tahun
1965. Sepuluh tahun kemudian, ia menyempurnakan model dengan
menyertakan tahap kelima, menangguhkan (Adjourning).
Memahami lima tahap ini akan dapat membantu seseorang yang
bertanggung jawab atas sebuah tim dalam mengembangkan tim yang
efektif dan memiliki produktivitas tinggi (Suzy 2013).
Model ini menunjukkan bahwa sebuah tim yang sedang
berkembang berarti hubungan antara anggotanya menjadi semakin
lebih stabil dan tim selalu berusaha meningkatkan kemampuannya
untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Jumlah waktu yang dihabiskan
oleh tim di salah satu tahap dan berapa kali mereka harus melalui
tahap tersebut dalam satu siklus akan bervariasi tergantung pada
karakteristik tim dan lingkungannya. Berdasarkan pada keberadaan
tim di suatu tahap perkembangan tim, pemimpin akan mengubah
pendekatan kepemimpinan mereka untuk memenuhi kebutuhan tim.

Sumber: Suzy (2013)


Gambar 2.7 Team Development

22

1. Forming
Tahap pertama dimulai dengan pembentukan tim dan
mendefinisikan tujuan yang harus dan dapat dicapai. Pemimpin tim
perlu memahami kekuatan dari masing-masing anggota tim untuk
merakit sebuah tim yang kohesif. Anggota tim di tahap ini, merasa
saling memiliki satu sama lain dan saling menghargai, mereka
sepakat untuk bergabung dan menjadi satu kesatuan dalam tim.
Tujuan yang ditetapkan akan menjadi sebuah proyek, misal
pada tim konstruksi, terdapat banyak tahapan dari proyek yang
harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, untuk memastikan
bahwa proyek dapat selesai tepat waktu, tim desain mendesain
waktu yang tepat untuk konstruksi. Hal ini penting untuk disetujui
dan direncanakan sejak awal.
2. Storming
Tahap kedua melibatkan koordinasi usaha-usaha pencapaian
tujuan dan pemecahan masalah. Jika kerja sama tim mulai tidak
baik karena masalah yang sulit, penting bagi tim mengembalikan
diri mereka kembali ke jalur. Anggota tim harus sadar akan
kepentingan tim dan apakah tim ini mengambil langkah-langkah ke
arah yang benar untuk mencapai gol.
Perlu pemikiran kreatif tentang pendekatan pemecahan
masalah. Komunikasi sangat penting untuk kinerja tim yang efektif
dalam tahap storming. Tim yang efektif berkomunikasi dengan
jelas dan secara terbuka tentang suatu masalah sedangkan
komunikasi yang tidak efektif dapat menyebabkan ketegangan
yang tidak perlu dan stres untuk anggota tim. Komunikasi relevan
dan responsif dalam hal ini juga sangat penting. Komunikasi yang
relevan adalah berorientasi pada tugas dan terfokus. Komunikasi
responsif melibatkan kesediaan anggota tim untuk mengumpulkan
informasi,

untuk

secara

aktif

mendengarkan,

dan

untuk

membangun ide-ide dan pandangan dari anggota tim lainnya.

23

3. Norming
Norma-norma merupakan standar perilaku yang memandu
perilaku anggota tim. Peran tim, hak, dan tanggung jawab masingmasing anggota tim didefinisikan pada tahap ini. Penting untuk
membangun norma diawal proses. Sehingga dalam hal ini, Team
Building yang dimaksudkan untuk menghindari masalah sepanjang
proses pencapaian tujuan dapat terlaksana. Selain mengalokasikan
tanggung jawab, pengalokasian risiko yang akan didapat atau
dilakukan oleh masing-masing tim anggota juga diperlukan. Setiap
anggota tim harus memiliki rasa kepemilikan akan peran dan tugas
terhadap pencapaian tujuan.
Mengalokasikan tanggung jawab juga berarti membangun
kepemimpin tim. Kepemimpinan tim bukan merupakan upaya yang
dilakukan secara top-down, tetapi horizontal dan memerankan
peran pembinaan. Pemimpin tim harus bertindak sebagai pemandu
sorak, mendorong anggota tim untuk bekerja sama, memberikan
ide-ide, dan melayani tim sebagai panutan. Sering terdapat konflik
setelah tim terbentuk namun di tahap ini, sebuah tim akan sangat
berusaha untuk tidak pecah atau bubar.
4. Performing
Pada tahap ini, tim bekerja sama secara efektif, masalah mulai
teratasi, dan pencapaian mulai terlihat. Sebuah kesepakatan besar
atas pekerjaan akan dilakukan pada tahap ini. Tim akan mampu
menangani tugas-tugas baru dengan mudah dan percaya diri.
Mereka akan nyaman menggunakan cara yang kreatif. Pada tahap
ini, penting untuk mengevaluasi dan melaporkan kemajuan yang
telah dibuat
5. Adjourning
Ketika sebuah proyek berakhir tim akan berada di tahap ini. Ini
bukan tahap perkembangan. Ini adalah tahap penutupan. Di tahap
ini, sebuh tim sudah dapat memutuskan apakah tim akan bubar atau
berlanjut dengan project yang berbeda dan disepakati (Suzy 2013).
24

Gambar 2.8 Team Development

2.2.4

Maturitas Tim
Maturitas bermakna kematangan atau menuju kedewasaan.
Sehingga

dapat

dikatakan

bahwa

maturitas

adalah

proses

pendewasaan dari suatu hal. Proses pendewasaan tersebut tidak


berlangsung secara instan, melainkan melalui tahap yang disebut
proses maturitas.
Maturitas juga terjadi pada suatu tim, proses maturitas itu sendiri
berjalan seiringan dengan perkembangan tim tersebut. Sehingga bisa
dikatakan bahwa perkembangan suatu tim berbanding lurus dengan
proses maturitas tim tersebut. Suatu tim tidak akan bisa secara instan
mendapatkan predikat mature (dewasa secara tim), melalui berbagai
proses. Menurut M. Ryder (2005), proses maturitas suatu tim terdiri
dari:
25

1. Immature
Pada tahap ini tim dikatakan baru mulai tumbuh, kompetensi
yang di peroleh masih kecil tidak kompleks, rasa tanggung jawab
antar anggota tim juga sangat minim, bahkan cenderung tidak
memiliki rasa tanggung jawab. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya komunikasi dan interaksi antar anggota tim, selain itu,
keputusankeputusan yang diambil oleh pemimpin tim lebih
cenderung bersifat otoriter tanpa memikirkan kebutuhan timnya
2. Precocious
Pada tahap atau proses ini tim telah memiliki kompetensi yang
kompleks namun perkembangan kompetensi tersebut belum
diimbangi dengan perkembangan tanggung jawab terhadap tim.
Perkembangan tersebut

juga terasa dengan

mulai

adanya

komunikasi diantara tim dan mulai timbul adanya feedback berupa


opiniopini dari anggota tim kepada pemimpin guna mengambil
keputusan.
3. Directed
Pada tahap atau proses ini tim telah timbul rasa tanggung
jawabnya, dan telah bisa dikatakan mendekati sempurna bentuk
tanggung jawab para anggotanya tetapi kompetensinya masih
tergolong minim. Pada tahap atau proses ini, telah terjadi
konsolidasi anggota tim, karena telah terjalin komunikasi dan
interaksi yang baik antar anggota tim. Pemimpin tim telah
meninggalkan
pemimpin

gaya

lebih

kepemimpinan

memilih

yang

menggunakan

bersifat
gaya

otoriter,

kepimipinan

demokratis sebagai bentuk apresiasi terhadap rasa tanggung jawab


para anggotanya.
4. Mature
Pada tahap ini tim telah benar-benar menjadi tim yang dewasa,
bentuk tanggung jawab yang besar diiringi dengan peningkatan
kompetensi yang telah mencapai sempurna. Komunikasi antar
anggota tim telah terjalin dengan sangat baik, dan para anggota tim
26

telah memiliki anggapan bahwa mereka merupakan suatu kesatuan


yang utuh. Gaya kepemipinan pemimpin yang terbentuk adalah
kepemimpinan demokratis yang absolut, dimana segala keputusan
yang diambil berdasarkan masukan para anggota tim, dan bila
menghadapi masalah, baik masalah yang berasal dari lingkup
internal maupun eksternal, akan sangat mudah diselesaikan tanpa
menghabiskan waktu yang banyak.

Gambar 2.9 Capability Maturity Matrix


Sebuah tim akan masih dianggap immature pada tahap forming
karena belum dianggap dewasa dan masih dalam waktu pintas
bertemu sehingga belum ada hubungan yang erat antar anggota tim.
Sedangkan bila ditinjau dari segi kinerjanya, pada tahap ini sebuah tim
belum terjadi kinerja karena pada tahap ini tim masih berada pada
tahap pengenalan antar anggota dan menetapkan pembagian tugastugasnya.
Pada tahap storming, sebuah tim sudah dianggap precocious,
karena sudah terjadi perkembangan dalam tim tersebut. Sedangkan
bila ditinjau dari segi kinerjanya, pada tahap ini sebuah tim kinerjanya
masih rendah karena pada tahap ini masing masing individu ingin
27

tampak menonjol dibandingkan dengan yang lainnya dan didominasi


oleh orang tertentu saja. Pada tahap ini ada gesekan-gesekan antar
anggota tim. Sehingga, kinerja pada tahap ini masih rendah.
Pada tahap norming, sebuah tim lebih berkembang lagi, sehingga
dianggap telah directed dan mendekati puncak dari pendewasaan
sebuah tim. Sedangkan bila ditinjau dari segi kinerjanya, pada tahap
ini sebuah tim telah mengalami banyak peningkatan kinerja. Saat
hubungan antar anggota didalam sebuah tim dekat dan menunjukkan
kohesivitas maka antar anggota tim saling berbagi perasaan, ide,
umpan balik dan menggali tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
melakukan suatu tugas. Dengan adanya kondisi yang seperti ini, maka
kinerja tim akan semakin baik.
Pada tahap performing, sebuah tim telah benar-benar dianggap
mature karena telah berkembang dan telah timbul sebuah hubungan
antara anggota yang kuat. Kinerja tim pada tahap ini telah mencapai
titik puncak tertinggi atau kinerja tim dirasa maksimal. Namun,
meskipun pada tahap ini kinerja tim dianggap maksimal, pimpinan
dari tim tersebut harus menciptakan sebuah kondisi dimana kinerja
tersebut minimal tetap berada pada titik puncak tertinggi.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin matur suatu tim, maka tingkat kinerja dari tim tersebut akan
semakin baik

2.2.5

Teknik Tim Building


Salah satu aspek penting dalam keberhasilan dan efektifitas tim
adalah iklim semangat (spirit) yang dibangun dalam tim tersebut.
Semangat Team Building berbasis pada prinsip-prinsip komunikasi
kelompok mengenai cara menumbuhkan dan menjaga semangat dalam
tim. Semangat dalam tim dapat berdampak pada kohesivitas,
kerjasama, kedisiplinan, serta output yang kemudian dihasilkan oleh
kelompok tersebut. Menurut Barry Herman dalam buku Building
Team Spirit, beberapa teknik pengembangan tim yaitu:
28

1. Initiating
Anggota tim mulai membangun hubungan dan tujuan bersama
yang dimulai dengan membuat rasa saling memiliki dan saling
percaya satu sama lain.
Seorang teologis,

David

Steindl-Rast

menduga

bahwa

semangat merupakan awal dari sebuah hubungan kerjasama yang


baik. Initiating merupakan teknik pengembangan tim yang paling
penting dalam membangun komunikasi.
2. Visioning
Anggota tim mulai memperkirakan tujuan yang akan mereka
hasilkan bersama, melihat kemungkinan untuk pengembangan
solusi pemecahan masalah dan menyadari bahwa masalah yang
diselesaikan secara bersama akan lebih cepat selesai dan lebih baik
dibanding dengan menyelesaikan masalah secara sendiri.
Mengembangkan kemungkinan

yang luar

biasa dalam

pencapaian tujuan bersama serta langkah yang baik untuk tim


dalam mencapai tujuan tersebut. Banyak tim memfokuskan
pandangan pada catatan mereka, pada sistem, diagram organisasi,
rencana pekerjaan, dan deskripsi tugas namun hal tersebut mebuat
tiap anggota kehilangan rasa untuk mencapai hasil yang jauh lebih
baik jika tiap langkah pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan
mengeksplor kemampuan yang dimiliki baik yang diketahui
maupun yang tidak disadari oleh tiap anggota, Tujuan dari teknik
visioning adalah untuk pelayanan yang lebih baik.
3. Claiming
Anggota tim memberdayakan diri dengan mendefinisikan
tujuan, peran, kompetensi dan sumber daya yang penting untuk
mewujudkan tujuan.
Salah satu cara pengembangan diri adalah bertukar pikiran
melalui pengalaman solidaritas antar anggota tim, pemikiran dan
ide dari tiap anggota mengenai segala aspek yang dibutuhkan untuk
pencapaian tujuan. Claiming membuat tiap anggota berhak atas
29

pembuatan tujuan bersama dan berhak mendapak hak baik sebagai


anggota maupun tim.
4. Celebrating
Tim selalu mengakui dan menghargai penyelesaian masalah
dan pecapaian tujuan baik secara individu maupun bersama dan
mengakui bahwa apa yang dikerjakan adalah sebagai bagian dari
sebuah tim.
Adanya perasaan kagum dan penghargaan untuk kontribusi
aktif tiap anggota tim dalam memajukan tim tersebut. Celebrating
menciptakan sebuah pengalaman untuk menimbulkan gairah dan
semangat dalam tim. Semangat dalam menjalankan sebuah tim,
memberikan energi, kekaguman kepada tiap anggota tim tersebut.
5. Letting Go
Anggota tim mengakui dan berterus terang dengan sebenarnya
mengenai kegagalan, kekecewaan, dan apa yang ada dalam
pikirannya dengan cara yang benar dan membangun. Hal ini adalah
jalan yang benar untuk usaha kedepannya.
Adanya

rasa

kebebasan

dan

kelegaan

dalam

penyelesaiansebuah tahapan kinerja anggota yang muncul karena


sikap terbuka, berterus terang dalam bekerja dan berbagi dengan
penuh integritas. Letting go adalah persetujuan dalam kejujuran
sebuah tim, memberikan kesempatan untuk tiap anggota jujur
dalam bekerja walaupun kejujuran yang diberikan memberikan
dampak yang buruk bagi dirinya namun hubungan yang baik akan
dapat dibangun setelah muncul kejujuran tersebut.
6. Service
Pelayanan adalah inti atau pokok dari kelima teknik tahapan
yang menghasilkan kapasitas kinerja dari tim untuk melakukan
pekerjaan dengan integritas dan mencapai tujuan.

30

2.3

Teamwork
Tim adalah kelompok orang dengan keterampilan yang saling
melengkapi yang berkomitmen untuk satu tujuan bersama dan saling
menyatukan diri bertanggung jawab atas pencapaiannya. Idealnya, mereka
membangun identitas yang berbeda dan bekerja sama dalam cara yang
terkoordinasi dan saling mendukung untuk mencapai

tujuan mereka.

Efektivitas tugas adalah sejauh mana tim berhasil dalam mencapai tujuantugas yang berhubungan dengannya.
Teamwork has traditionally been described in terms of classical
systems theory in which team inputs, team processes, and team outputs are
arrayed over time. Here, team inputs include the characteristics of the task
to be performed, the elements of the context in which teamwork occurs, and
the attitudes team members bring to a team situation. Team process
includes the interaction and coordination among members required for
performing team tasks and achieving specific goals. Team outputs consist of
the products that result from team performance (Hackman, 1987; Ilgen,
1999; McGrath, 1984).
Kerja sama tim (teamwork) secara tradisional telah dijelaskan dalam
teori sistem klasik, yaitu terdapat fase input tim, proses tim dan output tim.
Input tim meliputi karakteristik tugas yang akan dilakukan, unsur-unsur
konteks di mana kerja sama tim terjadi, dan sikap anggota tim. Proses tim
termasuk interaksi dan koordinasi antara anggota diperlukan untuk
melakukan tugas-tugas tim dan mencapai tujuan tertentu. Output tim terdiri
dari produk yang dihasilkan dari kinerja tim (Hackman, 1987; Ilgen, 1999;
McGrath, 1984).
Berkenaan dengan kerja sama tim, fase proses adalah titik yang
mendefinisikan kerja sama tim terjadi; yaitu selama fase ini anggota tim
berinteraksi dan bekerja sama untuk menghasilkan output tim. Kerja sama
tim mencakup membangun hubungan dan bekerja dengan orang lain
menggunakan sejumlah keterampilan dan kebiasaan yang penting, di
antaranya:

31

1. Bekerja secara kooperatif


2. Berkontribusi untuk kelompok dengan ide-ide, saran, dan usaha
3. Komunikasi (baik memberi dan menerima)
4. Rasa tanggung-jawab
5. Penghargaan yang sehat untuk pendapat, kebiasaan, dan preferensi
individu yang berbeda
6. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
kelompok
Tim yang sukses ditandai dengan semangat tim yang didasarkan pada
kepercayaan atau adanya rasa saling percaya, saling menghargai dan saling
membantu antar anggota tim kaitannya dalam mencapai tujuan bersama.
Kerja sama tim (teamwork) yang efektif diperoleh dari:
1. Tim yang keanggotaannya, ukuran dan sumber daya sesuai tugas.
2. Kepemimpinan yang baik dan perhatian terhadap tim-membangun.
3. Komitmen anggota tim untuk memahami dan mengidentifikasi satu
sama lain tujuan ini.
4. Pengembangan tujuan tim - visi bersama.
5. Rasa kepemilikan umum dari tugas di tangan dan tanggung jawab
bersama untuk pencapaiannya.
6. Terkoordinasi usaha dan berbagi tugas direncanakan merata di seluruh
tim.
7. Pertukaran informasi terbuka dalam tim.
8. Kejujuran dan keterusterangan antara anggota tim.
Kerja sama tim yang efektif dapat dirusak oleh berbagai masalah,
misalnya: ketidakteraturan, komunikasi yang kurang baik, kesalahpahaman
atau prosedur yang tidak memadai untuk pemecahan masalah. Fungsi dari
tim dapat dilemahkan oleh hambatan yang dihadapi oleh individu dalam
tim, serta oleh kesulitan yang dialami terkait dengan tugasnya (Constructing
Excellence org. 2004).
Manfaat kerjasama tim (teamwork):
1. Peningkatan kepercayaan peserta, sikap, motivasi dan kepuasan pribadi

32

2. Kejelasan yang lebih besar dalam mengekspresikan ide-ide melalui


diskusi kelompok
3. Pemahaman yang lebih baik oleh individu dari sifat kontribusi mereka dan kebutuhan anggota tim lainnya
4. Lebih efisien penggunaan sumber daya - terutama waktu
5. Optimisme yang lebih besar - dengan berfokus pada hasil yang positif
dan menempatkan kurang berat pada masalah
6. Lebih luas ide-ide daripada individu yang bekerja secara tersendiri
7. Tanggapan yang lebih efektif terhadap perubahan-meningkatkan
kepercayaan dan bantuan komunikasi tim untuk beradaptasi dengan
keadaan baru.

2.4

Pengukuran Kinerja Tim


Kinerja berarti pencapaian atau prestasi seseorang berkenaan dengan
tugas yang diberikan kepadanya. Hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi adalah yang sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral etika (Sedarmayanti 2008).
Mempertimbangkan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja tim, diantaraya adalah karakteristik tim dan karakteristik anggota
tim, diperlukan adanya evaluasi atau penilaian kinerja tim untuk mengetahui
efektifitas tim dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan tertentu.
Sehingga didapati hasil yang dapat dijadikan acuan bagi suatu organisasi
atau instansi tentang bagaimana meningkatkan kinerja tim demi tercapainya
suatu tujuan.
Terdapat beberapa cara untuk dapat mengukur kinerja tim tergantung
pada pendekatan dan kriteria yang hendak dinilai.
David Orr (2013) membagi 4 model penilaian kinerja tim yang berikut
akan dijelaskan melalui tabel 2.2.

33

Tabel 2.2 Model Pendekatan Evaluasi Kinerja Tim

Sumber: David Orr (2013)


Tabel berikut menunjukan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan untuk mengevaluasi kinerja tim, yaitu dengan melakukan
pendekatan fokus individu yang dapat menilai kinerja tim dari kinerja
masing-masing individu hingga pendekatan dimana penilaian kinerja
langsung diberikan terhadap kinerja tim secara utuh.
Pengukuran kinerja tim dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif
(Hayati 2014) dengan menggunakan kuesioner. Kelompok 9, dalam
makalah ini akan menggunakan salah satu kuesioner yang dapat
mengidentifikasi posisi suatu tim di dalam tahap perkembangan sebuah tim
oleh Andrea Sigetich (2012), sehingga dapat diketahui potensi tim tersebut
(kuesioner terlampir) dan kuesioner dari Mark Alexander (1982) yang dapat
digunakan untuk menilai efektifitas sebuah tim sebagai salah satu indikator
kinerja tim.

34

BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

1.1 Kasus

Di tahun 2014, Rumah Sakit Ibu dan Anak X membentuk tim PPI
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) yang anggotanya terdiri dari
perwakilan unit instalasi Farmasi, instalasi IGD dan Rawat Jalan, instalasi
Rawat Inap, Kamar Bersalin, Kamar Operasi, CSSD, Instalasi Gizi, IPS dan
Rumah Tangga. Pembentukan tim PPI ini adalah untuk mempersiapkan
akreditasi versi 2012 yang telah dijadwalkan pada tahun 2015.
Rumah Sakit Ibu dan Anak X memberikan anggaran kepada tim PPI
sebesar Rp 20 juta pada proses persiapan akreditasi tersebut. Seluruh
anggaran tersebut digunakan untuk penyelenggaraan program PPI dan
pemenuhan fasilitas/sarana PPI. Namun, anggaran tersebut dirasa kurang,
terlebih karena sering kali anggaran tersebut lebih banyak digunakan untuk
membeli

alat-alat

penunjang

PPI

misalkan

tempat

sampah

yang

penggunaanya masih belum maksimal dan mendesain sekaligus mencetak


brosur-brosur di percetakan yang sebenarnya bisa dilakukan dengan
mendesain sendiri lalu dicetak menggunakan printer sendiri, sehingga tidak
semua program pencegahan infeksi dapat terealisasi.
35

Selama proses tersebut berlangsung, tim PPI tidak mempunyai


mekanisme yang jelas untuk mengadakan program. Perencanaan dan
penganggaran kegiatan atau program hanya dilakukan dengan melihat
program PPI pada akreditasi sebelumnya. Sedangkan akreditasi versi 2012
memiliki perbedaan mekanisme baik dari segi proses dan penilaiannya. Data
dan informasi tidak menjadi pegangan utama untuk menyusun perencanaan
program PPI tersebut. Terlebih lagi, tidak semua anggota tim PPI yang
mempunyai kemampuan untuk mengelola dan menyusun perencanaan
program hal ini dikarenakan belum semua anggota mengikuti pelatihan
akreditasi pokja PPI.

1.2 Analisa Kasus


Kasus tersebut di atas menunjukkan tidak efektif dan efisiennya kinerja
tim PPI yang dibentuk untuk mempersiapkan akreditasi 2015. Tim PPI yang
didanai 20 juta untuk menyelenggarakan program mendapati dananya tidak
cukup untuk merealisasikannya karena dana teralokasikan ke pengadaan
tempat sampah dan brosur yang seharusnya bisa diminimalisasi. Hal tersebut
terjadi karena tim PPI tidak memiliki perencanaan yang baik yang memuat
anggaran apa saja yang seharusnya mereka alokasikan sehingga tidak ada
cara atau petunjuk teknis untuk bagaimana mereka mengadakan atau
menyelenggarakan program. Keterampilan anggota tim PPI dalam mengelola
dan merencanakan program pencegahan infeksi tersebut menjadi indikator
yang mempengaruhi kinerja mereka dalam mempersiapkan akreditasi 2015.
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya bahwa efektifitas tim dalam
melakukan sesuatu terlihat dari kinerja tim dalam mewujudkan tujuan tim,
ketika tim PPI tidak dapat mewujudkan programnya akibat dana, dapat kita
simpulkan bahwa tim PPI tersebut bukan tim yang efektif dalam melakukan
kinerjanya, sehingga diperlukan pengembangan tim terhadap tim PPI.
Alternatif yang ditawarkan adalah mengikutsertakan anggota tim PPI untuk
pelatihan akreditasi pokja.

36

BAB IV
KESIMPULAN

Team building adalah sebuah proses yang bertujuan meningkatkan fungsi


internal kelompok seperti kerjasama (teamwork), komunikasi yang lebih baik,
serta mengurangi konflik disfungsional antar sesama anggota tim. Melalui Team
Building, anggota tim yang memiliki keterampilan serta pengetahuan beragam
dapat menyelaraskan peran mereka dalam tim sehingga dapat mencapai tujuan tim
yang telah disepakati. Anggota tim juga diberikan gambaran bagaimana cara
bekerja

sama

yang

ideal

serta

membangun

action

plans

untuk

mengimplementasikan teamwork yang efektif di organisasi.


Tim yang memiliki karakteristik berbeda dengan kelompok dapat dibentuk
dan dikembangkan berdasarkan kondisi dan posisi tim itu sendiri. Sebuah tim
dapat mengalami atau berada di tahap perkembangan tim forming, storming,
norming, dan performing. Teknik team building yang dimulai dari initiating
hingga service dapat menunjang proses pembentukan tim yang efektif melalui
team building. Melalui makalah ini, selain beberapa konsep tersebut di atas,
evaluasi dan pengukuran kinerja tim secara kualititatif dan kuantitatif juga telah
tersaji sehingga diketahui bahwa terdapat kuesioner untuk mengetahui sebuah tim
kerja tersebut efektif atau tidak dalam melakukan sesutu demi tercapainya sebuah
tujuan tim. Kesimpulannya, melalui team building, kita akan mampu mengatasi
beberapa permasalahan organisasi secara tim, dengan membentuk tim yang
efektif.

37

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Mark. 1985. The Team Effectiveness Critique, The 1982 Annual:
Developing Human Resources. San Diego, CA: University Associates.
Aryanto, Riza. 2013. Membentuk Tim yang Efektif. Retrieved from
https://manajemenppm.wordpress.com/2013/06/12/membentuk-tim-yang-efektif/
Bachroni, M., 2011. Pelatihan Pembentukan Tim untuk Meningkatkan Kohesivitas
Tim pada Kopertis V Yogyakarta. Jurnal Psikologi Volume 38, No. 1, Juni 2011:
40 51
Barker, Alan. 2003. How to be Better at Managing People. PT Elex Media
Komputindo: Jakarta
Baseball Almanac. (n.d.). Babe Ruth Quotes.
http://www.baseballalmanac.com/quotes/quoruth.shtml

Retrieved

from

Burns, T. & Lloyd, H. 2004. Is a team approach based on staff meetings costeffective in the delivery of mental health care? Current Opinion in Psychiatry, 17,
311-314
Chang, Richard Y. 1994. Building a Diynamic Team. terj. Ramelan (1999).
Membangun Tim yang Dinamis. Jakarta : PT Binaman Pressindo
Free Management Ebook. 2013. Principles of Team Building. Retrieved from
www.free-management-ebooks.com
Glover, Donald and Daniel W. 2005. Essentials of Team Building: Principles and
Practice. United States of America: Human Kinetics
Hayati, Nur dan Imelda C. S. 2014. Pengaruh Karakteristik Individu Dan
Karakteristik Tim Terhadap Kinerja Tim. Jurnal sains manajemen dan akuntansi
Vol.VI No.1.
Heerman, Barry. 1997. Building Team Spirit: Activities For Inspiring And
Energizing Teams. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc
John Snow. 2012. Team Building Module. United States Government
Katzenbach, J.R. & Smith, D.K. 1993. The Wisdom of Teams: Creating the Highperformance Organization. Boston: Harvard Business School
Maddux, Robert B. And Barb Wingfield. 2003. Team Building: An Exercise in
Leadership. A Crisp Fifty-Minute Series Book.
Manurung, Hendro Nataniel. 2013. Pengaruh Kerjasama Tim Terhadap
Efektivitas Kerja Karyawan Pada PT Bank Perkreditan Rakyat Solider Pancur
Batu. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara.

Marciano, Paul L. 2010. Carrots and Sticks Dont Work Build a Culture of
Employee Engagement with the Principles of RESPECT. Mexico : McGraw Hill
Mickan, Sharon. 2000. Characteristic of Effective Teams: a Literature Review.
Australian Health Review Vol 23. No 31
Nazzaro, Ann-Marie. 2009. Group Dynamics and Team Building. World of
Hemophilia: Canada
Nurina, Anding. 2012. Team Building Sebagai Program Intervensi Dalam
Mengatasi Masalah Hubungan Atasan Dan Bawahan Untuk Menurunkan Tingkat
Turnover Staf Lokal Di Organisasi XYZ. Tesis. Universitas Indonesia.
Robbins, Stephen P. 2003. Essentials of Organization Behavior, 7th Edition.
Prentice Hall: Upper Saddle River, New Jersey
Sedarmayanti. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia; Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, cetakan kedua, Penerbit : Aditama,
Bandung.
Sigetich, Andrea. 2012. Team Development Checklist, Leadership at Work,
Management Consulting Executive Coaching, accessed March 16th 2012,
http://www.yourleadershipatwork.com/PDFs/Team%20Development%20Checkli
st.pdf
Stashevsky, Shmuel and Levy, Shalom, 2006, Effects Of Teamwork Quality On
Personal Success And Team Performance. Work values: Stability and change in
the global context, pp. 395-402
Stephen P. Robbins. 2003. Essentials of Organization Behavior, 7th Edition.
Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall.
Thorman, Suzy. 2013. Team Building Toolkit. University of California: Berkeley
Tin, SE., 2007. Membentuk Softskill Mahasiswa Akuntansi Melalui Effective
Team Building Dalam Ruang Kelas: Sebuah Aplikasi Mcgraths Model.
Simposium Nasional Akuntansi X
Tonkin, Lea A.P. 1994. Peer Evaluation: When Team Members Determine
Performance Criteria. Western Region.
University of California. Chapter 14: Team Building. Retrieved from
http://ucsfhr.ucsf.edu/index.php/pubs/hrguidearticle/chapter-14-team-building/
West, Michael, 2002. Kerja Sama yang Efektif, Cetakan Kelima, Penerjemah:
Srikandi Waluyo, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
WHO. 2003. Materi Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK.

PERTANYAAN DAN JAWABAN MENGENAI TEAM BUILDING

NO
1

PERTANYAAN
Luh Wayan Ema Natarini (101511123108)

Sofa Nutrima Rismawati (101511123078)

JAWABAN
Uraian mengenai team in name only dan real team
merujuk pada fenomena yang salah mengartikan tim
Perbedaan team in name only dengan sebagai suatu kelompok belaka, mengingat adanya
real team? tolong dijelaskan kembali dan perbedaan tim dan kelompok.
berikan contoh.
Beberapa organisasi menggunakan istilah tim sebagai
sebuah kata benda yang merujuk kepada suatu
kelompok pekerja yang melakukan tugas sejenis,
contoh Accounts Receivable Team, dimana orangorang di departement tersebut sama-sama memiliki
tugas untuk mengurusi keterlambatan pembayaran
rekening namun tidak saling berinteraksi karena setiap
orang memiliki customer yang berbeda. Namun,
sebenarnya terdapat a real team yaitu sekelompok
orang yang bekerja bersama secara sinergis untuk
mencapai sesuatu dan tidak harus memiliki
keterampilan atau tugas yang sama (Klein 2007),
seperti team yang membentuk start up eFishery, yang
beranggotakan satu orang dengan keahlian
management, satu orang dengan keahlian di teknologi,
dan satu orang dengan keahlian di biologi.
Ada, konflik (conflict) adalah interaksi antagonis
dimana satu pihak berusaha untuk membendung
Adakah kelemahan atau masalah yang kehendak atau tujuan yang lainnya, (Daft, 2003:192).
mungkin timbul dalam pebentukan tim? Konflik dalam tim mengarah pada pembuatan
Bagaimana mengatasinya?
keputusan yang lebih baik karena berbagai cara
pandang turut dipertimbangkan.
Merujuk pada proses pembentukan tim atau team
development, masalah biasa timbul pada tahap
storming dimana para anggota tim mulai menemukan
perbedaan-perbedaan karakter masing masing anggota.
Untuk mengatasi hal tersebut, team meeting dan
brainstorming perlu dilakukan sehingga mengingatkan
anggota kembali akan alasan dan komitmen atas
pembentukan tim.
Zahidatul Rizkah (101511123083)
Tim PPI yang dikemukakan oleh kelompok merupakan
salah satu dari jenis tim problem-solving, yaitu tim
Tim PPI yang disajikan oleh kelompok pada yang dibentuk untuk mengatasi masalah penyakit
kasus itu termasuk ke dalam jenis tim apa infeksi di rumah sakit tersebut.
dan apa alasannya?
Tim PPI memiliki anggota yang berasa dari level yang
sama dalam suatu organisasi, yaitu merupakan
perwakilan dari setiap unit yang berada di Rumah Sakit

dan mendiskusikan cara-cara perbaikan kualitas,


efisiensi kerja dan lingkungan kerja pegawai RS dalam
pencegahan dan penanganan infeksi.
Dian P. Hapsari (101511123107)
Secara umum, kelompok adalah kumpulan dari dua
atau lebih individu yang berinteraksi dan saling
Apakah suatu kelompok mengalami proses bergantung dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan
perkembangan yang sama seperti sebuah tim merupakan kelompok kerja yang terdiri dari
tim? Seperti mengalami forming, storming, beberapa orang dengan kompetensi setara dan juga
norming, performing dan adjourning?
saling ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan hal tersebut, pembentukan sebuah
kelompok sama dengan pembentukan sebuah tim.
Sehingga sebuah kelompok juga dapat melewati tahaptahap perkembangan tim.

Namun, merujuk bahwa kelompok juga dapat mewakili


sekumpulan orang yang memiliki satu karakteristik
yang sama, seperti kelompok usia, kelompok lansia,
kelompok remaja, kelompok pasangan usia subur dan
sebagainya, kelompok tersebut tidak mengalami tahap
pembentukan atau perkembangan tim.
Thiara Angisna (101511123127)
Jenis usaha yang membutuhkan teamwork salah
satunya adalah start up seperti, eFishery, yang
Jenis usaha apa yang mengharuskan adanya membutuhkan kolaborasi dan koordinasi dari berbagai
teamwork?
macam keterampilan anggota, juga beberapa usaha
Apakah setiap organisasi memerlukan broadcasting seperti dalam mengupayakan sebuah
teamwork?
program televisi atau radio yang membutuhkan
Berikan contoh
kerjasama tim dari tim lighting, logistik, multimedia,
dan lain lain

Ria Efridha (101511123130)


Mengenai karakteristik tim yang efektif, jika
salah satu karakteristiknya tidak ada, apakah
tim tersebut dapat dikatakan efektif?

Milla Rosa (101511123086)


Mengenai proses tim yang dijelaskan pada
karakteristik tim, didalamnya terdapat
koordinasi
dan
komunikasi?
Apa

Tidak setiap organisasi membutuhkan teamwork


karena tidak semua organisasi memiliki atau
mengadaptasi sistem kerja menggunakan tim dalam
menjalankan organisasinya. Sejauh ini, kebanyakan
organisasi hanya memiliki beberapa departemen atau
unit, bukan tim.
Efektifitas sebuah tim dapat diukur dari kriteria atau
karakteristik general yang telah dijabarkan, terdapat
alat ukur mengenai hal tersebut, jadi untuk mengetahui
apakah tim dapat dikatakan efektif atau tidak, terutama
dalam mencapai tujuan tim, perlu dilakukan
pengukuran kinerja tim terlebih dahulu.
Koordinasi adalah kombinasi dari beberapa bagian atau
kelompok yang berbeda untuk membentuk suatu unit
atau merupakan cara yang membuat bagian-bagian ini
bekerja bersama.

perbedaannya mengingat kedua hal tersebut Komunikasi adalah upaya dalam berbagi dan bertukar
berkaitan satu sama lain?
informasi melalui media tulis, lisan, perilaku dan
gesture.

Kedua hal tersebut merupakan hal yang berbeda,


namun benar jika keduanya saling berkaitan dan
mendukung, untuk melakukan koordinasi diperlukan
komunikasi yang baik, untuk melakukan komunikasi
juga diperlukan koordinasi yang baik.
Anggun Wahyu W. (101511123076)
Team building yang merupakan aktivitas dalam
membentuk dan mengembangkan tim menjadi tim
Bilamana team building perlu dilakukan? yang lebih efektif sehingga memiliki performa baik
Dan siapa yang berhak melakukan team dalam mencapai suatu tujuan, diperlukan ketika dalam
building?
suatu organisasi atau instansi ditemukan masalah atau
konflik tim yang menghambat tujuan dari tim tersebut.
Salah satu asalah yang mungkin dialami adalah,
kesenjangan antar anggota.

Risa Amanda P. (101511123105)


Masalah apa saja yang mungkin dialami tim
pada
tahap
storming?
Bagaimana
mengatasinya dan apa yang akan mungkin
terjadi setelahnya?

10

Clairine (101511123068)

11

Bagaimana meminimalisir masalah yang


mungkin dihadapi oleh sebuah tim?
Arina Candra P. (101511123112)
Adakah sumber lain yang menyebutkan
ukuran ideal sebuah tim? Apakah ukuran
sebuah tim yang semakin besar akan selalu
menurunkan efektifitas kerja tim?

Pihak yang berhak melakukan team building adalah


siapapun yang memiliki pengalaman dalam mencentak
tim-tim efektif, contoh: teambuildingindonesia
Di tahap storming, tim sudah mulai saling
berkoordinasi untuk mencapai tujuan, tim sudah harus
memiliki teamwork yang baik, dan untuk mencapai itu
proses tim yang meliputi komunikasi, koordinasi,
kohesi, membuat keputusan, juga harus dijalani dengan
baik. Sehingga dalam tahap ini, masalah yang biasanya
muncul adalah variasi atau perbedaan ide atau
pemikiran anggota kelompok. Peran ketua tim sangat
menentukan dalam tahap ini dalam mengatasi masalah
tersebut.
Teamwork, melalui teamwork, akan terdapat
peningkatan kepercayaan anggota, sikap dan motivasi,
pemahaman yang baik, efisiensi penggunaan sumber
daya dan rasa optimisme terhadap tim yang lebih besar.
Speck (2002), menerangkan bahwa ukuran tim yang
ideal ditentukan oleh jenis dan tujuan tim.
Namun, Maximilian Ringelmann (2013), dalam
penelitiannya menemukan bahwa ukuran tim ideal
adalah 6 orang.
Ukuran tim yang besar, tidak selalu menurunkan
efektifitas kerja tim, misal pada perusahaan asuransi
yang memiliki Steering Team, membutuhkan 17 orang
dalam timnya untuk memangku tanggung jawab di
informasi teknologi, pemasaran, keuangan, dan lain
sebagainya.

12

Dwi Rizza K. (101511123113)

Newstorm dan Scannell (1998) menjabarkan 7


karakteristik team building yang jika dipenuhi akan
Team building seperti apa yang dapat membuat tujuan dari team building dapat tercapai lebih
membentuk atau membangun tim yang mudah
efektif sehingga memiliki performa kerja
1. Quick to use, yang maksudnya adalah
yang baik?
untuk satu games rata-rata hanya membutuhkan
waktu 5 10 menit yang kemudian dilanjutkan
dengan diskusi untuk merefleksikan apa yang
telah dipelajari oleh para partisipan
2. Inexpensive, dalam artian tidak membutuhkan
biaya atau pun alat bantu yang banyak,
fasilitator atau jasa konsultan luar bila
organisasi mampu menanganinya sendiri.
3. Participative, dimana agar kegiatan dapat
berjalan efektif, games yang dimainkan harus
dapat melibatkan semua partisipan. Dengan
demikian, semua anggota dapat lebih fokus,
dapat membuat mereka berpikir, memunculkan
reaksi, berbicara serta belajar bagaimana untuk
menjadi anggota organisasi yang lebih baik
dalam suasana yang menyenangkan.
4. Menggunakan alat bantu untuk menambah
variasi aktivitas. Alat bantu yang digunakan
biasanya alat bantu sederhana seperti
gambar, handout, tali, papan, dan lain-lain.
5. Beresiko rendah karena dirancang agar mudah
digunakan oleh siapa pun dan dimana pun.
6. Adaptable,
yang
maksudnya
mudah
dimodifikasi sesuai dengan kondisi grup,
organisasi, maupun tujuan dari program itu
sendiri.
7. Single-focus dimana masing-masing games
yang dimainkan memiliki tujuan yang berbedabeda dan memang didesain untuk hanya fokus
pada satu tujuan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai