Anda di halaman 1dari 18

ORGANISASI PEMBELAJAR

(FILSAFAT ILMU MANAJEMEN)


DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. PRIHATIN LUMBANRAJA, SE, MSi

OLEH

JOGIE SUADUON
102519002

PROGRAM S3 MSDM FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS BATAM
2020

1
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................1
BAB II IDENTIFIKASI MASALAH......................................................................3
A. Organisasi Pembelajar.....................................................................................3
B. Manajemen SDM.............................................................................................4
C. TPMPS sebagai Organisasi Pembelajar...........................................................5
BAB III KAJIAN FILSAFAT ORGANISASI PEMBELAJAR.............................7
A. Tinjauan Ontologi Organisasi Pembelajar.......................................................7
B. Tinjauan Epistemologi Organisasi Pembelajar................................................7
C. Tinjauan Aksiologi Organisasi Pembelajar......................................................9
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................13
A. Simpulan....................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur TPMPS pada Satuan Pendidikan...............................................4


Gambar 2 Peran TPMPS dalam Implementasi SPMI..............................................5

3
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH

Hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018


yang diterbitkan pada Selasa (3/12) memotret sekelumit masalah pendidikan
Indonesia. Dalam kategori kemampuan membaca, sains, dan matematika, skor
Indonesia tergolong rendah karena berada di urutan ke-74 dari 79 negara. Upaya
peningkatan mutu pendidikan ini tidak akan dapat diwujudkan tanpa ada upaya
perbaikan dalam penyelenggaraan Pendidikan menuju pendidikan bermutu. Untuk
mewujudkan pendidikan bermutu ini, upaya membangun budaya mutu di satuan
pendidikan menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar. Satuan pendidikan
harus mengimplemetasikan penjaminan mutu pendidikan tersebut secara mandiri
dan berkelanjutan.
Jika tidak diantisipasi dengan menyiapkan diri dan meningkatkan
kompetensi, revolusi industri 4.0 yang menghasilkan kemajuan teknologi bakal
mengancam lapangan kerja global dan di dalam negeri. Hal itu diingatkan dalam
dokumen revitalisasi pendidikan vokasi yang merupakan salah satu tema bahasan
utama Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK 2019)
Kemendikbud yang digelar di Pusdiklat Kemendikbud, Sawangan, Depok, Jawa
Barat, 11 sampai 14 Februari.
Agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik di segala lapisan
pengelolaan Pendidikan dasar dan menengah, telah dikembangkan sistem
penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah yang dibuat dalam bentuk
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor Permendikbud No. 28
tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pemetaan mutu pendidikan di satuan pendidikan atau yang bisa disebut dengan
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dilaksanakan oleh Tim Penjaminan Mutu Pendidikan
Sekolah (TPMPS). Pemetaan mutu pendidikan ini dilakukan untuk memotret
tingkat pemenuhan standar nasional pendidikan oleh satuan pendidikan.

1
2

TPMPS merupakan sebuah Organisasi di sekolah yang diharapkan terus


belajar agar mampu meningkatkan Mutu Pendidikan sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh seluruh Stakeholder. Belajar dalam sebuah organisasi merupakan
suatu hal yang diperlukan. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, terdiri atas dua orang atau ebih dan yang relatif
terus-menerus guna mencapai satu atau serangkaian tujuan Bersama (Robbins dan
Judge, 2007). Sebuah organisasi dituntut untuk selalu dapat beradaptasi dengan
tuntutan global. Untuk mengatasi semua kebutuhan tersebut sebuah organisasi
memerlukan proses pembelajaran untuk mendapatkan inovasi-inovasi yang
dinamis. Selain itu tidak lepas pentingnya peran kepemimpinan yang
memberdayakan, dalam memberi pendelegasian dan dukungan positif kepada
setiap anggota organisasi dalam aktivitas pembelajaran dan memperbaiki kinerja.
Semua organisasi membutuhkan pembelajaran untuk mengatur dan
mengembangkan organisasinya, termasuk juga pendidikan kejuruan. Evans dalam
Triyono (2012) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari
sistem Pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada
suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan dari bidang-bidang
pekerjaan lainnya. Pendidikan kejuruan mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja, mengembangkan kemampuan untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu
serta mempersiapkan perserta didiknya untuk memasuki lapangan kerja.
Pada kajian ini bermaksud mengangkat satu fenomena persoalan
pendidikan yang berkaitan dengan Organisasi Pembelajar, ditinjau dari ilmu
filsafat. Tinjauan filsafat yang dimaksud meliputi ontologi, epistemologi dan
aksiologi difokuskan pada persoalan Manajemen Sumber Daya Manusia Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) khususnya Tim Penjamin Mutu Pendidikan Sekolah
(TPMPS) sebagai Organisasi Pembelajar dalam melaksanakan Sistem Penjaminan
Mutu Internal (SPMI) di Kota Batam.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

Pada bagian ini, akan diuraikan secara ringkas apa peran dan fungsi
TPMPS sebagai organisasi pembelajar dalam melaksanakan tugasnya
menjalankan program mutu di satuan Pendidikan khususnya SMK di Kota Batam.
Namun sebelum melakukan kajiannya kita perlu mengetahui :

1. Apa yang dimaksud Organisasi Pembelajar?


2. Bagaimana organisasi TPMPS berperan dalam Manajemen SDM?
3. Bagaimana TPMPS sebagai Organisasi Pembelajar bisa meningkatkan Mutu
Pendidikan Sekolah Kejuruan khususnya di SMK Kota Batam?

A. Organisasi Pembelajar

Organisasi pembelajaran (learning organization) adalah satu organisasi


yang terdiri dari sekumpulan manusia yang selalu mengembangkan kapasitas
untuk mendapatkan keputusan yang diinginkan, perkembangan corak
pemikiran yang baru, aspirasi kolektif yang bebas dan anggota-anggotanya
selalu belajar untuk belajar bersama-sama (Senge, 1990). Menurut Karash
(1994), organisasi pembelajaran adalah satu organisasi di mana orang-orang di
semua peringkat, secara individu dan kolektif, selalu meningkatkan kapasitas
untuk menghasilkan keputusan yang ingin dicapai. Organisasi pembelajaran
menekankan tentang kumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama
dalam hal pembelajaran.
Selain itu organisasi pembelajaran menurut Pedler, etc (2005)
merupakan sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh
anggotanya dan terus menerus mentransformasikan dirinya. Hal ini berarti
peran serta dari setiap anggota sangat diperlukan untuk dapat terus
memperbaiki organisasi.
Organisasi pembelajaran dilakukan secara kontinyu untuk mencapai
kesuksesan, dan berkemungkinkan menemui kegagalan. Setiap step kegagalan
yang terjadi, dapat menjadi evaluasi/koreksi untuk kesuksesan. Kegagalan

3
4

merupakan salah satu bagian dari kesuksesan itu sendiri. Kesuksesan tidak
datang secara langsung tetapi datang dengan pembelajaran secara terus
menerus, Organisasi yang terus-menerus memperluas kapasitas untuk
menciptakan masa depan memerlukan perubahan pemikiran secara mendasar di
kalangan anggotanya.
Ada 5 komponen yang secara berkala merubah sebuah organisasi
menjadi organisasi belajar. Senge (1990) mengemukakan organisasi belajar
sebagai lima disiplin yang saling terkait yaitu (1) visi bersama (shared vision),
(2) berpikir sistem (system thinking), (3) belajar beregu (team learning), (4)
penguasaan pribadi (personal mastery), dan (5) model mental (mental models).

B. Manajemen SDM

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah pemafaatan para


individu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi (Mondy 2008). Tujuan
manajemen sumber daya manusia adalah meningkatkan kontribusi produktif
para karyawan bagi organisasi secara stratejik, etis, dan bertanggung jawab
sosial (Werther & Davis 1996), SDM adalah aset yang harus dikelola secara
cermat dan sejalan dengan kebutuhan organisasi (Schuler & Jackson 2006).

Gambar 1 Struktur TPMPS pada Satuan Pendidikan


5

Peran Organisasional TPMPS dalam MSDM adalah memastikan bahwa


MSDM berkontribusi pada efektivitas organisasional. Dalam hal ini para
kepala sekolah tetap bertanggung jawab penuh atas para bawahannya, TPMPS
hanya memberikan dukungan dalam hal-hal yang terkait dengan pengelolaan
Mutu Pendidikan.
TPMPS memiliki peran dalam melaksankan Implementasi Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang tentu saja ruang lingkup pekerjaannya
tidak terlepas dari Manajemen SDM yang terlibat dalam kegiatan – kegiatan di
sekolah. Siklus penerapan SPMI yang dilaksanakan oleh TPMPS bisa dilahat
pada Gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2 Peran TPMPS dalam Implementasi SPMI

C. TPMPS sebagai Organisasi Pembelajar

Marquardt (1996) mengemukakan komponen-komponen penting yang


harus ada dalam organisasi pembelajaran antara lain (1) Belajar (learning),
organisasi harus belajar secara terus menerus, apabila sebuah organisasi tidak
mau belajar secara terus menerus maka akan mundur dan tersisih. (2)
Organisasi (organization), harus fungsional, solid, dan efektif. (3) Orang
6

(people), manusia harus senantiasa mengembangkan diri secara individu


maupun dalam tim untuk memajukan organisasi. (4) Pengetahuan (knowlegde),
organisasi belajar harus senantiasa mencari, memperbarui, mengolah, dan
mendistribusikan pengetahuan baru agar dapat menyesuaikan perubahan
jaman. (5) Teknologi (technologi), untuk memudahkan proses belajar dan
proses produksi, organisasi belajar membutuhkan dukungan teknologi.
Komponen penting dalam learning organization yang dikemukakan
oleh Marquardt juga tidak kalah penting. Belajar merupakan hal penting yang
perlu dilakukan dalam sebuah lembaga pendidikan kejuruan, dengan terus
belajar, maka organisasi pendidikan kejuruan tersebut akan dapat memperbaiki
kekurangan yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik. Sebuah lembaga
harus fungsional dan solid, karena apabila lembaga pendidikan kejuruan tidak
berjalan sesuai dengan tujuan, maka organisasi tersebut dapat dikatakan bahwa
lembaga tersebut gagal menjalankan tujuannya.
Orang – orang yang terlibat dalam organisasi TPMPS harus selalu
mengembangkan dirinya agar lebih baik dan dapat memajukan organisasi
tersebut. Pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu pada sebuah lembaga
harus selalu ditambah. Hal ini misalkan dengan melakukan pelatihan, sehingga
dengan bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh anggota organisasi,
maka organisasi tersebut berkemungkinan besar dapat berjalan dengan baik.
Selain itu teknologi merupakan faktor penting yang perlu ada, karena teknologi
dapat mempermudah dan membantu lembaga pendidikan kejuruan agar dapat
memperbaiki kualitasnya dan mempermudah proses belajar.
BAB III
KAJIAN FILSAFAT ORGANISASI PEMBELAJAR

A. Tinjauan Ontologi Organisasi Pembelajar

Sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya, Organisasi Pembelajar


yang dimaksud pada kajian ini adalah Manajemen Sumber Daya Manusia,
yang dilaksanakan oleh TPMPS dalam mengelola Mutu Pendidikan Satuan
Pendidikan. Fungsi Organisasi Pembelajar di sekolah meliputi tahap pemetaan
mutu, perencanaan pemenuhan mutu, implementasi pemenuhan mutu dan
monitoring & evaluasi.
Hakekat Organisasi Pembelajar adalah dimana organisasi dianggap mampu
untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self learning)
sehingga organisasi tersebut memiliki kecepatan berpikir dan bertindak dalam
merespon beragam perubahan yang muncul. Secara konseptual dari Organisasi
Pembelajar adalah asumsi bahwa belajar itu penting, berkelanjutan, dan lebih
efektif jika setiap pengalaman merupakan suatu kesempatan untuk belajar.

B. Tinjauan Epistemologi Organisasi Pembelajar

Peter Senge menekankan pentingnya dialog dalam organisasi, khususnya


dengan memperhatikan pada disiplin belajar tim (team learning). Maka dialog
merupakan salah satu ciri dari setiap pembicaraan sesungguhnya dimana setiap
orang membuka dirinya terhadap yang lain, benar- benar menerima sudut
pandangnya sebagai pertimbangan berharga dan memasuki yang lain dalam
batasan bahwa dia mengerti tidak sebagai individu secara khusus, namun isi
pembicaraannya. Tujuannya bukan memenangkan argumen melainkan untuk
pengertian lebih lanjut. Belajar tim (team learning) memerlukan kapasitas
anggota kelompok untuk mencabut asumsi dan masuk ke dalam pola “berfikir
bersama” yang sesungguhnya. Dimensi Learning Organization ,Senge (1999)
mengemukakan bahwa di dalam learning organization yang efektif diperlukan

7
8

5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar, berkembang, dan


berinovasi yakni :

1. Berpikir sistem (System Thinking) Organisasi yang terdiri atas unit yang
harus bekerja sama untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu
antara lain ada yang disebut divisi direktorat, bagian, atau cabang.
Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi
untuk melakukan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan untuk membangun
hubungan yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau semua anggota unit
saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari
kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.
2. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery). Kemampuan untuk secara terus
menerus dan sabar memperbaiki wawasan agar objektif dalam melihat
realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal yang strategis. Organisasi
pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang
tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya
perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang
berbasis kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan.
3. Pola Mental (Mental Models). Setiap orang perlu berpikir secara reflektif
dan senantiasa memperbaiki gambaran internalnya mengenai dunia
sekitarnya, dan atas dasar itu bertindak dan mengambil keputusan yang
sesuai. Proses mefleksikan diri dan meningkatkan gambaran diri tentang
dunia luar dan melihat bagaimana kemampuan dalam mengambil keputusan
dan tindakan.
4. Visi Bersama (Shared Vision). Organisasi yang berhasil berusaha
mempersatukan orang-orang berdasarkan identitas yang sama dan perasaan
senasib. Hal ini perlu dijabarkan dalam suatu visi yang dimiliki bersama.
Visi bersama bukan sekedar rumusan keinginan suatu organisasi melainkan
sesuatu yang merupakan keinginan bersama. Untuk menggerakkan
organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada
pencapaian tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua
orang dan semua unit yang ada dalam organisasi.
9

5. Belajar Beregu (Team Learning). Dalam suatu regu atau tim telah terbukti
bahwa regu dapat belajar dengan menampilkan hasil jauh lebih berarti
daripada jumlah kinerja perorangan masingmasing anggotanya.
Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi
wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam
tim menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam
menambah modal intelektualnya

Kelima dimensi dari Peter Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh,
dikembangkan dan dihayati oleh setiap anggota organisasi TPMPS, dan
diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi organisasi
pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk
meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses
pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi
pada perubahan dan mengantisipasi perubahan pada masa depan.
Selain itu organisasi pembelajaran menurut Pedler, etc (2005) merupakan
sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya
dan terus menerusmentransformasikan dirinya. Hal ini berarti peran serta dari
setiap anggota sangatdiperlukan untuk dapat terus memperbaiki organisasi.

C. Tinjauan Aksiologi Organisasi Pembelajar

Kajian tentang hakekat Organisasi Pembelajar yang diuraikan pada bagian


ontologi dan epistemologi di atas, berimplikasi pada aplikasi pengelolaan
SPMI yang dikelola TPMPS agar dapat mencapai tujuan pencapaian mutu
secara efektif.
Kinerja TPMPS
Perencanaan stratejik yang disusun atas dasar komitmen bersama seluruh
anggota organisasi TPMPS akan menghasilkan komunikasi di dalamnya.
Dengan adanya perencanaan stratejik maka organisasi dapat menyiapkan
perubahan dan menuntun organisasi untuk menyusun strategi yang berorientasi
pada hasil. Penetapan sebuah indikator kinerja merupakan bagian integral dari
10

perencanaan stratejik. Indikator yang jelas akan memperjelas juga tolok ukur
mengenai apa yang akan dicapai dan menilai keberhasilan pencapaian sasaran.
Indikator adalah keterangan, gejala yang dapat digunakan untuk mengetahui
kemajuan tercapainya suatu sasaran. Indikator-indikator kinerja dikelompokkan
ke dalam enam kelompok, yaitu :
– Inputs (masukan);
– Process (proses);
– Output (keluaran);
– Outcomes (hasil);
– Benefits (manfaat);
– Impacts (dampak).
Berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan pada
suatu unit organisasi (Inpres No. 7 tahun 1999), maka penetapan tersebut
sebagai cara jauh ke depan kemana instansi / organisasi dalam hal ini TPMPS
dapat eksis, antisipatif, dan inovatif.
Strategi Mencapai Sasaran Mutu
Setelah sekolah mengetahui rapor mutu, langkah awal yang dilakukan
adalah melakukan validasi capaian pada standar maupun pada indikator yang
ada pada rapor mutu dengan kondisi real sekolah. Selanjutnya sekolah
melakukan pengolahan dan analisis data bukti yang telah terkumpul.
Data bukti yang terkumpul menggambarkan kondisi mutu satuan pendidikan
saat ini terhadap SNP.
Agar implementasi SPMI dapat berjalan sukses, ada 8 (delapan) kunci
yang perlu dilakukan oleh TPMPS :
1. Sosialisasi SPMI kepada Warga Sekolah
Hal ini bisa dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP),
Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD), fasilitator daerah
(pengawas), kepala sekolah, atau Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah
(TPMPS).
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang kuat
Dengan kewenangan yang dimilikinya, kepala sekolah dapat mengomandoi
pembentukan TPMPS, menyusun tupoksi dari TPMPS, menyusun
11

komitmen semua warga sekolah dalam melaksanakan SPMI, memberikan


pembinaan, arahan, dan pengawasan agar SPMI dapat berjalan dengan baik.
Walau demikian, kepala sekolah tentunya tidak one man show, tetapi
memberdayakan semua sumber daya manusia yang ada di sekolah.
3. Perubahan paradigma warga sekolah
Warga sekolah yang belum paham dan sadar terhadap pentingnya
penjaminan mutu perlu terus dibina dan diberikan pemahaman. SPMI bukan
beban tetapi sebuah proses untuk membantu sekolah meningkatkan mutunya
secara bertahap dan berkelanjutan. SPMI bukan hanya sekedar menjalankan
kebijakan pemerintah atau perintah atasan, tetapi menjadi sebuah kebutuhan
bagi sekolah untuk mencapai SNP.
4. Komitmen dari TPMPS dan warga sekolah
Kepala Sekolah harus melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan
di satuan pendidikan yang dipimpinnya. Komitmen juga dibangun dari
keteladanan kepala sekolah, karena jika kepala sekolahnya kurang
berkomitmen dalam mengimplementasikan SPMI, bagaimana dengan para
guru stafnya? Hampir dipastikan komitmen mereka pun akan rendah.
5. Berjiwa Pemelajar
Agar SPMI bisa dipahami dengan baik, maka semua warga sekolah harus
mau menjadi pemelajar atau harus literat. Mereka harus mau membaca
berbagai perangkat perundang-undangan yang berkaitan dengan 8 (delapan)
Standar Nasional Pendidikan (SNP), petunjuk implementasi SPMI, siklus
dan tahapan SPMI, format-format yang diperlukan dalam implementasi
SPMI, dan sebagainya.
6. Memahami setiap tahapan SPMI
Siklus SPMI terdiri dari lima tahap, yaitu: (1) pemetaan mutu, (2)
penyusunan rencana pemenuhan mutu, (3) pelaksanaan pemenuhan mutu,
(4) monitoring dan evaluasi, dan (5) penyusunan strategi pemenuhan mutu
baru. Setiap tahapan tersebut perlu dipahami dengan baik oleh TPMPS.
7. Konsistensi dalam pelaksanaan SPMI
Peran kepala sekolah sangat diperlukan sebagai pemimpin dan motor
perubahan di sekolah. Mental pejuang, pengabdi, dan pekerja keras perlu
terus dipupuk dan ditumbuhkan oleh kepala sekolah terhadap TPMPS dan
semua warga sekolah. Bbudaya apresiasi baik secara materil maupun
12

immateril dapat menjadi “pupuk” untuk tetap menyuburkan dan


mempertahankan konsistensi tersebut.
8. Pembinaan yang optimal dari TPMPD
Peran TPMPD dalam penjaminan mutu pendidikan sangat strategis. Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, TPMPD melakukan koordinasi dan
kerja sama dengan LPMP sebagai perwakilan Direktorat Jenderal di daerah.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Tinjauan Ontologi atau Hakekat Organisasi Pembelajar TPMPS adalah


dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses
pembelajaran mandiri (self learning) sehingga organisasi tersebut memiliki
kecepatan berpikir dan bertindak dalam merespon beragam perubahan yang
muncul. Secara konseptual dari Organisasi Pembelajar adalah asumsi bahwa
belajar itu penting, berkelanjutan, dan lebih efektif jika setiap pengalaman
merupakan suatu kesempatan untuk belajar.
Tinjauan Epistemologi Organisasi Pembelajar TPMPS adalah sebuah
organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan terus
menerusmentransformasikan dirinya. Ada 5 komponen yang secara berkala
merubah sebuah organisasi menjadi organisasi belajar. Senge (1990)
mengemukakan organisasi belajar sebagai lima disiplin yang saling terkait
yaitu (1) visi bersama (shared vision), (2) berpikir sistem (system thinking),
(3) belajar beregu (team learning), (4) penguasaan pribadi (personal mastery),
dan (5) model mental (mental models).
Tinjauan Aksiologi Organisasi Pembelajar TPMPS berkenaan dengan
bagaimana cara melaksanakan SPMI dengan benar dan memanfaatkan SDM
dengan baik serta melaksanakan delapan hal penting yakni : (1) Sosialisasi
SPMI kepada Warga Sekolah, (2) Kepemimpinan Kepala Sekolah yang kuat,
(3) Perubahan paradigma warga sekolah, (4) Komitmen dari TPMPS dan
warga sekolah, (5) Berjiwa Pemelajar, (6) Memahami setiap tahapan SPMI,
(7) Konsistensi dalam pelaksanaan SPMI, (8) Pembinaan yang optimal dari
TPMPD

13
14

B. Saran

Agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, TPMPS sebagai
Organisasi Pembelajar perlu memahami Ilmu Manajemen secara luas.
Diharapkan dengan adanya Organisasi Pembelajar, Mutu Pendidikan Sekolah
khususnya Sekolah Kejuruan di Kota Batam dapat terus berkembang dan
menyesuaikan perubahan zaman.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, N. (2018). Persaingan Industri 4.0 di ASEAN dimana Posisi Indonesia?

Diana, W., Hadi, S., & Nurmalasari, R. (2015). Lembaga Pendidikan Kejuruan
Sebagai Learning Organization. Lembaga Pendidikan Kejuruan Sebagai
Learning Organization, 797–807.
J. Suaduon, C. W. (2020). THE EFFECT OF SPIRITUAL, EFFECTIVE AND
LEARNING LEADERSHIP ON THE BATAM MADANI SOCIETY
THROUGH THE PERFORMANCE OF THE HEAD OF VOCATIONAL
SCHOOL IN THE CITY OF BATAM. 5(1), 110–116.
www.readersinsight.net/APSS.
Nurbiyati, T. (2012). Learning Organization Sebagai Strategi Meningkatkan
Keunggulan Kompetitif. Wahana, 15(1), 51–60.
O’neil, J. (1995). On Schools as Learning Organizations: A Conversation with
Peter Senge. Educational Leadership, 52(7), 20–23. Retrieved from
http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/recordDetail?accno=EJ502905
Ontologi, T. F., & Dan, E. (2016). Tinjauan Filsafati (Ontologi, Epistemologi Dan
Aksiologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik. Edukasi,
1(2).

15

Anda mungkin juga menyukai