ABSTRAK: Situasi ketidakpastian yang terjadi akhir-akhir ini, terutama dua tahun terakhir, memaksa semua organisasi untuk
beradaptasi dan berubah dengan cepat. Kemampuan pemimpin untuk lebih gesit dalam melakukan perubahan sangat dibutuhkan.
Perubahan diperlukan tidak hanya untuk memberikan arah baru bagi organisasi, tetapi juga untuk meningkatkan kinerja karyawan
khususnya kaum milenial. Selain itu, lingkungan kerja juga menjadi faktor yang menentukan bagaimana kinerja karyawan milenial
dalam organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya kepemimpinan agile dan lingkungan kerja akan mempengaruhi
kinerja karyawan milenial di dunia VUCA yang
penuh dengan volatilitas dan ketidakpastian. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan generasi milenial di Jabodetabek dan
pemilihan sampel dilakukan dengan Hair Method. Makalah ini menggunakan PLS sebagai metode analisis data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara agile leadership dan work environment terhadap kinerja
karyawan milenial.
I. PENDAHULUAN
Awal tahun 2020, Indonesia dihebohkan dengan adanya pandemi COVID-19 yang berdampak tidak hanya pada kesehatan
masyarakat tetapi juga sektor lainnya. Hingga semester II 2021, situasi pandemi bahkan terparah. Situasi yang terjadi tidak hanya
menyebabkan kematian rakyat, tetapi juga kondisi ekonomi negara. Perusahaan menghadapi tantangan dan mencoba menemukan
cara mereka untuk bertahan hidup. Banyak keputusan yang harus diambil, seperti menutup bisnis sementara dan memotong atau
menerapkan cuti yang tidak dibayar untuk karyawan mereka. Dunia bisnis menghadapi situasi di mana volatilitas, ketidakpastian,
kompleksitas, dan ambiguitas tinggi. Situasi ini kami sebut dunia VUCA. Industri 4.0 yang dipadukan dengan dunia VUCA
menyebabkan perusahaan memikirkan strategi tidak hanya untuk bertahan, tetapi juga melakukan beberapa penyesuaian dengan
situasi. Sehingga mereka dapat bertahan dan berkembang. Jika perusahaan tidak dapat menghadapi dan menangani situasi yang
terjadi, mereka mungkin menghadapi kesulitan dan akhirnya akan
ditutup.
Agar perusahaan dapat bertahan dan mengubah model bisnis mereka untuk menghadapi situasi VUCA, mereka perlu membuat
keputusan, merencanakan dan mengelola risiko mereka. Mereka perlu memiliki sikap bahwa mereka siap untuk berubah.
Perubahan mungkin terjadi jika hanya pemimpin dalam organisasi yang memiliki kemampuan learning agility. Pemimpin yang
memiliki kelincahan belajar adalah pemimpin yang mau dan mampu belajar dari pengalaman yang dihadapinya. Mereka mampu
menerapkan pembelajaran untuk bekerja dalam kondisi baru (Eichinger et. al, 2013). Kelincahan belajar juga dapat didefinisikan
sebagai kemampuan dan kemauan untuk belajar dari situasi saat ini, kemudian menerapkan apa yang telah dipelajari dalam proses
pengambilan keputusan untuk menjadi sukses dalam situasi baru (De Meuse et.al, 2010). Ketika seorang pemimpin memiliki
keterampilan kepemimpinan yang gesit, ia dapat fleksibel dan mengangkat kemampuan tim sehingga dapat memberikan kontribusi
lebih untuk pengembangan organisasi.
Oktariani et.al (2017) menjelaskan bahwa generasi Y adalah tech savvy. Mereka memperhatikan penggunaan teknologi dalam
pekerjaan mereka. Mereka aktif mencoba hal-hal baru dan lebih individualistis, egosentris, tidak peduli dan mudah bosan. Generasi
Y juga memiliki komitmen dan loyalitas yang rendah terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Generasi Y yang juga dikenal
sebagai milenial memiliki pendidikan tinggi dan inovatif. Bagi kaum milenial, bekerja bukanlah hal terpenting dalam hidup mereka.
Mereka suka mencari peluang baru. Bagi kaum milenial, jika mereka harus bekerja di tempat yang sama dalam waktu yang lebih
lama, pekerjaan yang mereka lakukan harus memberi mereka makna dan tujuan (Lancaster, 2002). Cran (2014) menyatakan bahwa
generasi milenial akan berganti pekerjaan setidaknya dua puluh kali dalam hidup mereka dibandingkan dengan generasi
sebelumnya. Milenial akan bertahan di perusahaan jika melihat atasan atau rekan setimnya bisa bertingkah laku seperti temannya.
Ketika mereka tidak menyukai pemimpin mereka, para milenial akan berhenti dari pekerjaan mereka tanpa berpikir dua kali.
Melihat karakteristik unik milenial dan situasi VUCA tersebut, menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi dan mengingat milenial
akan segera menjadi populasi terbesar dalam organisasi atau perusahaan.
Kesenjangan yang ada antar generasi menyebabkan gaya kepemimpinan tradisional tidak efektif lagi. Ada kebutuhan untuk berubah
dari lingkungan kerja yang “boomer-centric” menjadi “millennial-centric” (Ferri-Reed, 2014). Kilber et.al (2014) menyebutkan
bahwa
Millennial Generation
Strauss & Howe dalam Paramitha & Ihalauw (2018) menyebutkan bahwa generasi millennial atau sering disebut dengan generasi Y
adalah generasi yang lahir pada tahun 1982-2000. Milenial dikenal sebagai generasi yang memiliki keterampilan, pengalaman di
bidang teknologi tinggi. Suka bekerja dalam kelompok, memiliki kreativitas yang tinggi, ramah, terbuka dan mudah menyesuaikan
diri (Cran, 2014). Milenial memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mampu mengerjakan beberapa hal pada waktu yang sama dan
selalu memiliki tingkat energi yang tinggi. Mereka membutuhkan interaksi sosial dan suka melihat hasil instan dan didorong oleh
kebutuhan untuk dapat mengembangkan jalur karir mereka dengan cepat. Milenial lebih egosentris, individualis dan mudah bosan.
Berpakaian santai dan santai adalah pakaian mereka. Milenial tumbuh selama perubahan teknologi yang cepat; Oleh karena itu,
mereka tidak takut dengan perubahan. Namun, mereka tidak sabar untuk menjalani proses perubahan. Di tempat kerja, kaum
milenial suka mendapatkan posisi tinggi ketika mereka memulai pekerjaan mereka. Mereka sangat kompetitif. Nikmati tantangan
dan ingin diakui. Mereka tidak berharap untuk bekerja pada level yang sama untuk waktu yang lama. Mereka suka bekerja di
segmen yang berbeda dalam organisasi untuk melihat 'gambaran besar' organisasi, sehingga mereka dapat membuat diri mereka
layak dalam organisasi (Anantatmula & Shrivastav, 2012). Milenial tidak bekerja untuk mendapatkan kebutuhan dasar mereka,
tetapi untuk melakukan sesuatu yang lebih berarti bagi kehidupan mereka dan orang lain. Mereka ingin membawa perubahan bagi
dunia (Espinoza et.al, 2015). Milenial memiliki kecenderungan untuk tidak memiliki komitmen kerja dan loyalitas ketika bekerja di
suatu perusahaan (Oktariani et.al, 2017).
VUCA
Dalam dunia VUCA, dunia sosial ekonomi diartikan sebagai dunia yang memiliki volatilitas, ketidakpastian, kompleks dan
ambiguitas. Setiap karakteristik akan mempengaruhi keberhasilan organisasi. Tatiana (2019) menjelaskan konsep VUCA sebagai
berikut: 1. Volatility
Berdasarkan pendahuluan dan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan di atas, hipotesis penelitian ini
adalah: H1; Agile Leadership berpengaruh terhadap kinerja karyawan
H2: Lingkungan Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan
Kerangka penelitian ditunjukkan pada Gambar 1
Agile Leadership
(X1)
H1
H2
Pegawai
(Y)
Lingkungan Kerja
(X2)
Gambar 1. Kerangka Penelitian
III. METODE
a. R Square (R2)
Menurut Ghozali & Latan (2014), nilai R-square dapat digunakan untuk mengukur variabel independen terhadap variabel dependen
untuk melihat apakah pengaruhnya substantif. Hasil untuk R2 menunjukkan 0,399 yang berarti Agile Leadership dan Work
Environment berpengaruh moderat terhadap Kinerja Karyawan.
R24.
R Square R Square Penyesuaian
Q-Square = 1 – [1-R2)]
= 1 – [1-0,399]
= 1 – 0,601
Q-Square = 0,399
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilainya adalah 0,399 . Artinya 39,9% model dijelaskan oleh keragaman data dan 60,1%
dijelaskan oleh faktor lain
d. Uji Hipotesis Pengujian
hipotesis menggunakan koefisien t-statistik dengan menggunakan bootstrap. Indikator yang memiliki t-statistik > 1,96 akan
signifikan (Ghozali & Latan, 2014). Indikator juga berpengaruh jika p-value < 0,05 (Haryono, 2017).
V. PEMBAHASAN
Agile Leadership berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Artinya perubahan Agile Leadership akan
mengubah Kinerja Karyawan searah. Dengan kata lain ketika pemimpin memiliki kemampuan Agile Leadership yang lebih, maka
akan meningkatkan kinerja karyawan. Dalam dunia VUCA yang penuh dengan ketidakpastian, kompleksitas dan memiliki
volatilitas yang tinggi, akan menuntut para pemimpin untuk gesit dan mampu melihat perubahan. Karyawan milenial berpikir
bahwa memiliki pemimpin yang memiliki visi yang jelas dan mau berubah sesuai dengan perubahan dunia sangatlah penting.
Ketika para milenial dipimpin oleh para pemimpin yang memahami dengan baik visi mereka dan mampu beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi di era VUCA, akan membuat para milenial dapat menjalankan perannya di tempat kerja seperti yang
diinginkan oleh atasan mereka. Milenial akan memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi tempat mereka bekerja. Hal itu
terjadi karena kaum milenial dapat melihat bahwa organisasi itu ada karena memiliki tujuan dan dikomunikasikan dengan jelas
kepada
karyawan.
Lingkungan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Artinya, perubahan lingkungan kerja akan
mengubah kinerja karyawan ke arah yang sama. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurisman (2018) dan Siagian &
Khair (2010) yang menunjukkan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Era VUCA
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi para milenial untuk mencari organisasi yang dapat memberikan mereka lingkungan
kerja
di mana mereka dapat lebih banyak berinteraksi dengan orang lain. Teknologi membantu kaum milenial bekerja lebih cepat dan
memberi mereka lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal bermakna lainnya. Mereka berharap untuk bekerja dalam organisasi,
di mana lingkungan kerja akan membantu mereka untuk mencapai upaya terbaik di tempat kerja dan menerima
pemimpin dari mereka
pengakuanLingkungan terhadap Kinerja Karyawan di Dunia VUCA (Studi Pada Karyawan Generasi Milenial di
Jabodetabek)
VI. KESIMPULAN
1. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Agile Leadership berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. Nilai koefisien jalur sebesar
0,334 menunjukkan bahwa kepemimpinan agile berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini
menunjukkan bahwa karyawan milenial yang bekerja di era VUCA diharapkan dipimpin oleh pemimpin yang gesit dan
mampu beradaptasi dengan perubahan. Ketika karyawan melihat bahwa para pemimpin memiliki kemampuan seperti yang
mereka harapkan, itu akan mempengaruhi bagaimana mereka melakukan pekerjaan mereka dan melakukan apa yang
diinginkan organisasi mereka.
2. Lingkungan Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. Nilai koefisien jalur sebesar 0,349 menunjukkan bahwa lingkungan
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Semakin baik lingkungan kerja maka kinerja karyawan
akan meningkat. Milenial di dunia VUCA mencari organisasi yang dapat memberi mereka lingkungan kerja untuk dapat lebih
banyak berinteraksi dengan teman dan rekan kerja mereka. Mereka berharap teknologi akan membantu mereka untuk bekerja
lebih cepat sehingga mereka
REFERENSI
1) Anantatmula, VS, dan Shrivastav, B. (2012). “Evolusi tim proyek untuk tenaga kerja Generasi Y”. Internasional Jurnal
Mengelola Proyek dalam Bisnis. 5(1), 9-26
2) Cran, C. (2014). “101 Tips Mengelola Generasi X, Y, & Zoomer di Tempat Kerja”. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
3) Dame, Y., Napitupulu, R., (2018). “Gaya Kepemimpinan Generasi Y Di Dunia Kerja”. Jurnal Bisnis & Terapan
Manajemen.11 (1), 81 – 115
4) Denning, S. (2018). “Sepuluh Tahap Perjalanan Transformasi Agile”. Strategi & Kepemimpinan 5) De Meuse, KP, Dai G.,
dan Hallenbeck, GS (2010). "Kelincahan belajar: Sebuah konstruksi yang waktunya telah tiba". Konsultasi Jurnal Psikologi,
2(2), 119-130
6) Espinoza, C., Miller, P., Bateman, C., dan Garbett, C. (2015). “Millenials@Work: 7 Ketrampilan yang Wajib Dimiliki Setiap
Generasi Usia 20-an dan para manajer mereka untuk Mengatasi Hambatan dan Meraih Guru”. Jakarta: PT Dunamis
Intra Sarana.
7) Fei Lie, T., dan Siagian, H., (2018). “Pengaruh Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Kerja Pada CV.
Perencana Acara Serikat”. AGOR. 6(1), 1-6
8) Ferri-Reed, J. (2014). “Milenialisasi tempat kerja”. Jurnal Qual Particip. 37(1), 13–14
9) Ghozali, I., dan Latan, H. (2010). “Partial Least Squares Konsep, Teknik, dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS
3.0”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
10) Rambut, JF, Hitam, WC, Babin, BJ dan Anderson, RE (2010). “Analisis Data Multivariat”. Edisi ke-7, Pearson, Baru
York.
11) Hariandja, MTE (2002). “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Gramedia.
12) Haryono, S. (2017). “Metode SEM Untuk Penelitian Manajemen Dengan AMOS LISREL PLS. Luxima Metro Media 13)
Horney N., Pasmore B., O'Shea T. (2010). “Kelincahan kepemimpinan: keharusan bisnis untuk dunia VUCA”. Manusia
Rencana Sumber Daya. 33(4), 32–38
14) Jain, R., dan Kaur, S. (2014). “Dampak Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja”. Jurnal Ilmiah Internasional dan
Publikasi Penelitian, 4(1), 547
15) Tukang Kayu, B. (2019). “Kelincahan Kepemimpinan untuk Kelincahan Organisasi”. Jurnal Menciptakan Nilai, 1–11 16)
Kilber J., Barclay A., Ohmer D. (2014). “Tujuh Tips Mengelola Generasi Y”. Kebijakan Manajemen Jurnal Latihan.15(4),
80–91
17) Lancaster, LC dan Stillman D. (2004). “Ketika Generasi Bertabrakan: Siapa yang Mereka Bentrok. Bagaimana
Memecahkan Generasi Teka-teki di Tempat Kerja. New York: Penerbit Harper Collins.
18) Mangkunegara, AA (2011). “Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan”. Bandung: Remaja Rosda Karya. 19)
Neubauer, R., Wade, M. dan Tarling, A. (2017). “Mendefinisikan Kembali Kepemimpinan untuk Era Digital”. Pusat Global
untuk Digital Transformasi Bisnis.
20) Nurisman, H., (2018). “Pengaruh Lingkungan Kerja. Budaya Organisasi, Pengembangan Karyawan dan Tujuan Terhadap
Retensi Karyawan Generasi Y Di PT Pama Persada Nusantara”. Jurnal STEI Ekonomi. 27(02), 26-37 21) Oktariani, D., Aida
VH dan Sukandar, D. (2017). “Kepuasan Kerja Generasi X dan Generasi Y terhadap Komitmen Kerja di Bank Mandiri
Palembang”. Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen. 3(1), 12-22
22) Pavee, S. (2004). “Hubungan Antara Preferensi Gaya Kreatif, Kepuasan Kerja, dan Lingkungan Kerja”, Proquest
Perusahaan Informasi dan Pembelajaran
23) Rivai, V., Ramly, M., Mutis, T., dan Arafah, W. (2005). “Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Dari Teori
Ke Praktek”. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.