A.
B.
PENGANTAR
Kita sering menyangka bahwa apa yang membuat pasien datang untuk berkonsultasi
kepada dokter adalah penyakit yang mereka alami. Sudut pandang ini adalah salah kaprah,
walaupun sebenarnya ada pasien yang sebenarnya sakit, tetapi yang tidak berkonsultasi. Salah
satu keluh kesah yang paling sering dari para dokter adalah bahwa pasien tidak berkonsultasi
lebih awal sehingga cukup baginya untuk mencegah situasi/ keadaan yang semakin buruk.
Jelas, keadaan tersebut tidak cukup bagi pasien yang merasa sakit untuk berkonsultasi.
Dia juga harus merasakan tingkat kecemasan yang cukup tentang penyakit nya untuk pergi ke
dokter. Hal ini memiliki implikasi penting dalam cara di mana kita berurusan dengan pasien
seperti ini. Kita bisa berasumsi bahwa untuk sebagian besar pasien rawat jalan, mereka datang,
bukan hanya dengan satu masalah tetapi dengan dua masalah yaitu penyakit fisik (biologis),
dan kecemasan yang dihasilkan dari penyakit fisik (psikososial). Dan di antara keduanya, maka
seringkali kecemasan daripada penyakit itu sendiri yang telah mendorong berkonsultasi.
Bahkan dalam arti sempit, semua illness merupakan biopsikososial secara alami.
Mengingat semua ini, jika kita ingin benar-benar edukasi pasien dengan pendekatan
holistik dan biopsikososial, maka menjadi penting bagi kita untuk mengatasi penyakit pasien
bukan hanya penyakit fisik, tetapi juga dampak emosional dari penyakit itu. Sir William Ossler
CATHARSIS
Semua yang tersebut di atas adalah alasan mengapa dalam model "CEA", huruf "C"
singkatan dari catharsis / katarsis. Pada tahap awalnya pada metode ini kita memberikan suatu
kesempatan kepada pasien untuk menuangkan segala macam perasaannya baik yang terlihat
maupun yang tersembunyi baik berupa pemahaman pasien, rasa takut serta kecemasan
pasien. Yang terbaik pada langkah ini adalah dengan menggunakan keterampilan
mendengarkan aktif untuk membawa keluar emosi pasien yang biasanya masih tersembunyi.
Setelah semua perasaan telah diungkapkan, maka keterampilan mendengarkan aktif dapat
digunakan untuk mengidentifikasi ECMs di balik perasaan tersebut. Pelepasan perasaan ini
memungkinkan membuat pasien untuk berpikir lebih jernih dan membuatnya lebih mudah
menerima langkah berikutnya dalam model CEA, yaitu E atau Education/Edukasi.
Catatan, bagaimanapun juga, bahwa mengedukasi pasien dalam model ini tidak berarti
seperti memberinya kuliah standar tentang penyakitnya. Kadang-kadang sangat menarik untuk
memberikan pasien penjelasan ilmiah panjang tentang penyakit dan pengobatannya, yang akan
lebih baik jika ada waktu, tetapi biasanya waktunya terbatas. Oleh karena itu edukasi harus
terlebih dahulu diarahkan menuju kesalahan persepsi yang menyebabkan dampak emosional
terbesar. Waktu terbatas, terutama jika ada lebih banyak pasien menunggu di luar, dan
berfokus pada ECMs yang memberikan "luapan terbesar untuk uang Anda". Penjelasan lebih
lengkap dapat diberikan nanti jika waktu memungkinkan, atau dapat diberikan dalam kunjungan
berikutnya. Hal ini tidak perlu dan pada kenyataannya kontra-produktif-untuk membombardir
pasien dengan informasi yang bahkan mungkin ia tidak meminta. Minimal, apa yang diperlukan
adalah untuk memberikan data yang cukup sehingga kecemasan dapat dihilangkan sehingga
pasien bersedia untuk mematuhi pengobatan..
Agar dapat menjalankan katarsis, dokter dapat fokus pada empat langkah dasar,
dengan menggunakan keterampilan mendengarkan aktif untuk memperoleh informasi yang
diperlukan dan untuk menuju pada pembicaraan tentang emosi/ perasaan:
1.
2.
3.
4.
Apa yang ada di pikiran Anda ketika Anda mulai merasakan gejala Anda?
Perasaan apa yang keluar saat pikiran-pikiran itu muncul di benak Anda?
Konsekuensi apa dari penyakit Anda yang membuat Anda merasa seperti ini?
Dalam kebanyakan kasus, jawaban atas pertanyaan ini adalah ECM yang akan
menjadi fokus untuk mengedukasi pasien nantinya.
Ringkaslah ECM dan emosi yang terkait dengan itu.
EDUKASI
Mudah-mudahan, pada titik ini, dua hal akan terjadi pada pasien. Pertama, ia akan
menyampaikan dan mengutarakan emosinya. Kedua, karena ia tidak lagi disibukkan dalam
usaha untuk menutup perasaannya, pasien sekarang memiliki cukup ruang dalam pikirannya
untuk dapat mendengarkan dokter yang akan menyampiakan informasi mengenai penyakitnya.
Ini adalah saat yang tepat untuk mengedukasi emosional-bukan sebelumnya.
Setelah mengidentifikasi ECM, tugas dokter menggunakan metode CEA untuk
mengedukasi ECM terlebih dahulu sebelum menangani masalah lainnya. ECM adalah persepsi
yang menyebabkan gangguan emosi terbesar. ini adalah persepsi yang telah menciptakan
kekuatan emosional yang telah membawa pasien ke dokter. Karena itu patut menjadi perhatian
prioritas. Jika, misalnya, ketakutan pasien adalah bahwa ia akan mati karena penyakitnya,
tetapi kenyataannya adalah bahwa kematian adalah kemungkinan yang jauh, maka pernyataan/
penjelasan langsung terhadap hal itu, diikuti oleh penjelasan sederhana mengapa kematian
tidak mungkin, akan memberikan bantuan emosional terbesar dalam waktu singkat. Mengatasi
ECM dengan segera berkomunikasi kepada pasien bahwa dokter telah mendengarkan dia dan
memahami keprihatinan itu, dan "hubungan" emosional ini yang membawa ke dalam hubungan
dokter-pasien bisa sangat penuh makna.
Dalam menjelaskan aspek biologi penyakit, beberapa petunjuk yang berguna:
Pertama, dokter harus berbicara dalam bahasa klien - yang jelas tidak ditandai dengan
jargon/istilah ilmiah. Penjelasan harus sesederhana mungkin untuk pencapaian pemahaman
pasien. Sebagai aturan umum, istilah ilmiah harus dihindari, kecuali bagi yang pasien sudah
akrab dengan hal itu yang mutlak diperlukan untuk memahami penyakit.
Kedua, kekuatan analogi dalam menjelaskan konsep yang rumit tidak boleh dianggap
remeh. Misalnya, semua orang tahu bagaimana balon meledak saat diisi dengan udara terlalu
banyak. Menjelaskan hubungan antara hipertensi dan perdarahan intrakranial menjadi lebih
mudah dipahami bila menggunakan analogi balon. Sebagai dokter, kita semua tahu bahwa
patofisiologi ini jauh lebih rumit daripada hal itu, tapi untuk pasien, jika penjelasan sederhana
memotivasi dia untuk mematuhi pengobatannya, maka analogi akan lebih baik dalam
memfasilitasi tujuan.
Ketiga, saat ini adalah masa kedokteran berbasis bukti, dan juga semua intervensi kita
harus berbasis bukti, pasien kita umumnya tidak berbicara bahasa EBM. Bahkan pasien yang
terdidik kadang terpengaruh oleh cerita dan kesaksian pribadi dan banyak yang sebenarnya
tidak paham dalam usaha memahami prinsip pada peneltian RCT. Bahkan, para pendukung
obat herbal dan pengobatan alternatif mahal yang tidak rasional, dan belum terbukti
kebenarannya merupakan segmen "edukasi" dari kalangan masyarakat ini. Ini adalah apa yang
orang-orang di industri periklanan yang sejak waktu dahulu - bahwa kecerdasan dan
rasionalitas jarang berargumen- mengapa orang mau membeli produk atau pengobatan itu.
Dalam memotivasi pasien untuk mematuhi rencana pengobatan, penting untuk memberikan
bukti ilmiah, tetapi pada saat yang sama, dokter tidak perlu malu untuk menggunakan cerita dan
kesaksian. Misalnya, dia bisa memberitahu pasien kanker payudara yang takut operasi tentang
pasien yang lain yang juga menderita kanker payudara yang selamat postmastektomi/kemoterapi, dan kemudian mendorongnya untuk bertemu dan berbicara dengan
pasien ini untuk mendengar kesaksiannya. Pendekatan gabungan seperti ini jauh lebih efektif.
Keempat, kita harus ingat bahwa persepsi yang menyebabkan kecemasan terbesar
mungkin hanya sedikit yang berkaitan dengan patofisiologi atau farmakologi. Saya ingat
seorang ibu yang membawa putranya yang berusia 3 tahun ke klinik dengan keluhan bahwa
anaknya memiliki berberat badan terlalu rendah dan memerlukan perangsang nafsu makan.
Pada saat dievaluasi, berat badan anak berada dalam ukuran normal, tetapi tidak ada edukasi
kesehatan yang bisa meredakan kecemasan ibu yang terus meminta perangsang nafsu makan.
Tapi ketika saya akhirnya mencoba untuk mendengarkan emosinya, saya menemukan bahwa
sebenarnya dia tidak merasa takut sesuatu yang akan terjadi pada anaknya, melainkan takut
bahwa mertuanya akan berpikir bahwa dia adalah ibu yang buruk karena anaknya
"underweight". Penyelidikan selanjutnya mengungkapkan bahwa anak-anak di sisi keluarga
suaminya itu, pada kenyataannya semua berbadan besar dan kuat, kelebihan berat badan
(overweight). Saya meyakinkannya bahwa pada kenyataannya dia adalah seorang ibu yang
baik, dan bahwa mertuanya adalah orang-orang yang lalai tentang kesehatan anak-anak
mereka. Hanya dengan jaminan ini adalah ia akhirnya bisa mendengarkan semua penjelasan
saya tentang berapa sebenarnya berat badan yang "normal" untuk usia itu. Dalam situasi ini,
faktor-faktor psikososial terkait dengan patofisiologi jelas melebihi faktor biologis, dan perhatian
yang cukup untuk faktor psikososial muncul hanya sebagai akibat dari mendengarkan lebih
sensitif terhadap perasaan (ECM) dari ibu.
Akhirnya, sebuah katalah yang mampu menenangkan kecemasan: Sementara pasien
sangat cemas membutuhkan kenyamanan, tidak adanya kecemasan sama sekali juga bukan
suatu hal yang baik. Harus ada sedikit kecemasan bagi pasien untuk mematuhi anjuranl
pengobatan. Oleh karena itu tanggung jawab ada pada dokter untuk mengeliminasi jumlah
kecemasan ke tingkat di mana pasien tidak terlumpuhkan oleh ketakutan tapi sementara pada
saat yang sama memastikan bahwa ada kecemasan yang cukup untuk memberikan energi
pasien untuk mengambil langkah-langkah yang tepat terhadap kesehatan. Kadang-kadang,
mungkin perlu untuk meningkatkan kecemasan pasien, terutama jika pasien cenderung untuk
meminimalkan gejala dan tidak cukup termotivasi untuk mematuhi pengobatan. Dalam kasus
tersebut, penggunaan sistem keluarga mungkin manuver yang bisa dilakukan, tapi itu adalah
topik untuk panduan selanjutnya.
TINDAKAN / AKSI
Setelah mengedukasi pasien tentang penyakitnya, dokter sekarang harus mengusulkan
tindakan / aksi untuk meringankan pasien dari sakitnya. Sekali lagi, waktu emosional yang tepat
untuk menjelaskan pengobatan yang diusulkan adalah setelah ECM telah ditangani - bukan
sebelumnya. Jika tidak, pasien hanya akan terus kembali ke ECM dan tidak ada gerakan maju
yang dapat dicapai dalam menjelaskan pengobatan.
Dengan asumsi ini telah dilakukan, namun harus diingat bahwa pasien juga mungkin
memiliki ECMs tentang pengobatan, terutama ketika intervensi melibatkan operasi atau ketika
obat yang diberikan memiliki "reputasi" menimbulkan banyak efek samping. Sekali lagi,
keterampilan mendengarkan aktif dapat digunakan untuk mengidentifikasi ECMs tersebut,
sehingga ECMs dapat segera diatasi. Mendengarkan, mengungkapkan, dan kemudian
berurusan dengan ECMs segera mengirim pesan kepada pasien bahwa dokter mendengarkan
dan memahami keprihatinannya. Sekali lagi koneksi emosional dapat terbukti sangat berharga
dalam memotivasi pasien untuk mematuhi pengobatan.
Tak perlu dikatakan bahwa prinsip berbasis bukti harus digunakan dalam
merekomendasikan pengobatan. Namun, seperti yang dibahas sebelumnya, dokter juga harus
tahu kapan menggunakan analogi, cerita, dan kesaksian untuk memotivasi pasien untuk
meningkatkan kepatuhannya.
KESIMPULAN
Ringkasan: Semua pasien yang berkonsultasi memiliki dua masalah yang perlu
ditangani yaitu penyakit fisik dan kecemasan yang dirasakan pasien sebagai akibat dari
penyakitnya. Antara dua, itu adalah kecemasan yang biasanya mendorong secara kuat pasien
untuk berkonsultasi. Pendekatan holistic yaitu pendekatan biopsikososial untuk edukasi
mensyaratkan bahwa pasien harus mendapatkan informasi yang baik dan mendapatkan
kenyamananr. Mendengarkan secara aktif memungkinkan dokter untuk sensitif mengidentifikasi
persepsi emosional kritis/ECM pasien tentang penyakitnya. Dengan memfokuskan upaya kita
pada edukasi ECMs, kita dapat memberikan kenyamanan terbesar dan pencerahan untuk
pasien kita dengan waktu paling sedikit.
Pada pandangan pertama, menggunakan keterampilan mendengarkan aktif mungkin
tampak lebih memakan waktu, tapi pada akhirnya, terampil mendengarkan aktif benar-benar
menghemat waktu dan sangat berguna dalam upaya edukasi serta meningkatkan kedekatan
dokter-pasien. Ini hanya menggambarkan pepatah bahwa kadang-kadang, "Jalan berangkat
yang panjang adalah perjalanan pulang yang lebih pendek."
KONSELING INDIVIDU:
METODE CEA (KATARSIS-EDUKASI-TINDAKAN / AKSI)
Role Play:
Lakukan role-play dalam melakukan konseling metode CEA dengan teman anda. Buatlah pasangan 2 orang dan
secara bergantian berperan sebagai:
Dokter yang akan meng-konseling pasien dengan penyakit kronik.
Pasien yang datang dengan penyakit kronik
Mahasiswa yang berperan sebagai pasien juga bertindak sebagai observer yang mengevaluasi dokter konselor
dengan menggunakan Check List Konseling Metode CEA
Selamat bekerja!
Panduan untuk Peran Pasien:
Pilihlah satu dari masalah kesehatan kronik di bawah ini. Anda datang ke dokter dengan membawa kecemasan/
kekhawatiran/ ketakutan yang berkaitan dengan kesalahapahaman tentang penyakit kronik yang Anda derita.
Pilihlah satu atau lebih kesalapahaman yang sesuai dengan penyakit kronik yang Anda pilih. Anda bisa
mengembangkan kesalahpahaman yang terjadi berdasarkan hasil observasi atau pengalaman pribadi Anda.
Penyakit
Kesalahpahaman
Hipertensi
Diabetes
Mellitus
TBC
PKTB
Asma Bronkiale
Menyangkal diagnosis asma karena merasa orang tua sama sekali tidak ada yang menderita asma,
walaupun ada anggota keluarga alergi makanan atau rhinitis alergika)
Pasien lupa / tidak mau menghindari zat allergen
Persepsi bahwa asma muncul hanya saat anak-anak, tidak bisa muncul saat dewasa
Parameter
Nilai
0
I.
Komunikasi verbal
A.
B.
Catharsis
C.
Edukasi
6.
7.
8.
b. Etiologi
9.
10.
d. Terapi
D.
Tindakan / aksi
11.
12.
Perception checking :
13.
14.
Feeling checking :
II.
15.
III.
16.
Refleksi isi
Aspek-aspek dari empati dan ketrampilan
Refleksi perasaan
mendengar aktif
0 = Tidak dilakukan 1 = Dilakukan tapi tidak tepat 2 = Dilakukan secara tepat