Anda di halaman 1dari 5

Pendekatan Teknik konseling

Salah satu prinsip utama dari spesialisasi kedokteran keluarga adalah perawatan pasien
idealnya terjadi dalam konteks keluarga. Pendekatan dengan orientasi keluarga akan sangat
berharga dalam pengelolaan penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes. Terdapat beberapa
penelitian bahwa intervensi keluarga lebih efektif daripada pendekatan secara individual. Namun
kita tahu sangat sedikit tentang cara menggabungkan intervensi keluarga dalam prakteknya
Ketika masing-masing keluarga memiliki kesibukan.
1. Konseling metode CEA (Catharsis Education Action)
Pasien akan datang berkonsultasi ke dokter apabila dia sudah merasakan kecemasan akan
penyakit yang dideritanya. pada sebagian besar pasien rawat jalan yang datang ke Rumah Sakit
atau praktek dokter, biasanya bukan hanya dengan satu masalah tetapi dengan dua penyakit fisik
(biologis) dan sudah mengalami kecemasan akibat penyakitnya (psikososial). Sir William Ossler
dengan ringkas ketika ia mengatakan bahwa “The good physician cures sometimes, palliates
often, but comforts always”, dimana Pasien mencari nasihat medis yang baik, tetapi mereka juga
mencari sesuatu yang nyaman untuk dirinya – untuk mengurangi kecemasan akan penyakitnya
itulah yang akhirnya menyebabkan mereka konsultasi ke dokter.
- Catharsis (pembersihan)
 Mengatur emosi (menenangkan pasien)
beberapa cara untuk membicarakan perasaan pasien mengenai kecemasan yang dialami.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan keterampilan mendengarkan aktif untuk
membawa emosi pasien yang biasanya tersembunyi. Pelepasan perasaan juga mengizinkan
pasien untuk berpikir lebih jernih dan membuatnya lebih mudah menerima langkah
berikutnya (memberikan edukasi). empat langkah dasar dalam menggunakan keterampilan
mendengarkan aktif untuk memperoleh informasi yang diperlukan dan untuk
mempromosikan emosi yang tersembunyi:
1) Pikirkan yang muncul ketika gejala perasaan emosi datang.
2) Perasaan yang datang dan keluar ketika gagasan masuk dalam pikiran pasien.
3) Apa konsekuensi (dampak) dari penyakit yang membuat perasaan pasien gelisah
4) Merangkum ECM (Emotionally Critical Misperception) dan hal yang berhubungan
dengan emosi tersebut.
- Education (edukasi)
Setelah pasien mengungkapkan perasaan akan penyakitnya dengan jelas dan mengatur
emosinya, maka dilakukan pemberi edukasi. ECM (Emotionally Critical Misperception)
adalah persepsi yang salah yang menyebabkan gangguan emosi. Asumsi yang dilakukan
adalah cara pasien menginginkan pengobatan, terutama ketika melibatkan tindakan operasi
atau memberikan obat yang baik dengan efek samping, juga memotivasi pasien agar
mematuhi pengobatan yang berlangsung. Ketika menjelaskan aspek biologis penyakit, hal-hal
yang perlu diperhatikan :
1) Dokter harus mampu berbicara dengan klien menggunakan bahasa yang dapat dipahami
oleh klien dengan terperinci sehingga tidak ada lagi terpaku bahasa ilmiah dan
sesederhana mungkin agar bahasa yang digunakan dalam edukasi kepada pasien tercapai
dengan baik. Secara keseluruhan, istilah bahasa ilmiah harus dihindari kecuali pada
pasien yang sudah akrab dan pasien yang benar-benar paham akan penyakit yang sedang
ia derita.
2) Penjelasan mengenai penyakit yang lengkap. Sebagai dokter, perlu tahu berbagai
patofisiologi yang mengakibatkan komplikasi, namun pasien juga harus mendapatkan
motivasi dari pengobatan yang dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan yang baik.
3) Memotivasi pasien terutama mengenai rencana pengobatannya. Pendekatan dapat
dilakukan dengan efektif dan sederhana.
4) Persepsi yang salah menyebabkan kecemasan yang tinggi, sehingga perlu menenangkan
kecemasan dengan penjelasan yang jelas dan benar. Contoh: Seorang ibu yang membawa
anaknya ke klinik dan menyatakan bahwa berat badan anaknya bertambah berlebihan
dikarenakan obat yang dikonsumsi. Namun dari hasil evaluasi berat badan diatas normal,
dan setelah mendengarkan penjelasan dari dokter, ibu menjadi tidak merasa cemas lagi
tentang keadaan anaknya.
5) Setelah mengurangi keluhan pasien, dokter sekarang dapat menetapkan tujuan dan
tindakan yang akan dilakukan untuk meringankan penyakit pasiennya.
6) Selanjutnya meluangkan waktu untuk menjelaskan mengenai pengobatan setelah ECM
ditangani.

2. Konseling modifikasi gaya hidup


- Perubahan perilaku
Prochaska dan Diclemente mengidentifikasi adanya empat tahap dalam proses perubahan
perilaku kesehatan:
1) Precontemplation, ketika orang tidak tertarik mereka tidak berpikir tentang perubahan
2) Contemplation, Ketika adanya pertimbangan serius akan membuat adanya perubahan
perilaku
3) Action atau Tindakan, 6 bulan setelah upaya keterbukaan untuk mengubah perilaku yang
sebaiknya dilakukan
4) Maitenance atau pemeliharaan, 6 bulan setelah perubahan perilaku sebaiknya dilakukan
dan masalah perilaku telah diperbaiki.

 Enam Langkah pendekatan untuk perubahan perilaku


1) Membangun kemitraan : mengembangkan empati, memperjelas peran dan tanggung
jawab dan menggunakan keterampilan relasional efektif
2) Negosiasi agenda : menggunakan pendekatan preventif atau fokus terhadap masalah
dan menegosiasikan agenda bersama
3) Menilai resistensi dan motivasi : bertanya tentang kesiapan pasien untuk mengubah,
alasan mereka untuk tetap sama (resistance) dan alasan mereka untuk melakukan
tugas (motivasi), dan seberapa tingkat resistensi dan motivasi mereka.
4) Meningkatkan saling pengertian: memahami dan menangani perbedaan pasien dalam
persepsi dan nilai-nilai tentang alasan untuk tetap sama dan untuk mengubah; dengan
kata lain, mengurangi resistensi pasien, meningkatkan motivasi mereka dan dengan
demikian membantu mereka untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka
5) Melaksanakan rencana untuk perubahan: negosiasi rencana yang sesuai dengan
pasien dengan saling pengertian; misalnya, berpikir tentang perubahan,
mempersiapkan untuk mengubah dan mengambil langkah-langkah kecil atau besar
menuju perubahan.
6) Setelah melalui negosiasi tentang kebutuhan dan waktu untuk pertemuan klinis
berikutnya, kemudian dapat secara mutlak bergerak mundur dan kemudian
melanjutkan enam langkah berikutnya, terutama ketika berhadapan dengan beberapa
masalah dalam pertemuan klinis.

3. Teknik BATHE
Konsultasi medis untuk membantu keluarga yang menggunakan infrastruktur
yang sederhana. Teknik ini merupakan teknik diagnosis dengan mengidentifikasikan
sumber - sumber ketidakharmonisan yang dapat membantu menuju tahap konsultasi.
BATHE merupakan singkatan dari Background, Affect, Trouble, Handling, Empathy.
1) Background
Menanyakan tentang kemungkinan adanya masalah psikososial untuk membantu
mendapatkan hubungan dari kunjungan pasien. Contoh:
- Apakah yang sedang terjadi dalam hidupmu?
- Adakah perbedaan sejak sebelum Anda sakit?
- Bagaimanakah keadaan di rumah?
2) Affect
Perasaan yang dimaksud adalah feeling state dan termasuk anxietas, maka sangat
bijaksana untuk pemeriksaan daerah-daerah yang memiliki potensial sensitive. Contoh:
- Bagaimana kamu merasakan tentang kejadian tidak senonoh dalam
kehidupan kamu?
- Bagaimana kamu merasakan tentang kehidupanmu di rumah?
- Bagaimana kamu merasakan tentang pekerjaanmu?
- Bagaimana kamu merasakan tentang keluargamu?
- Seperti Apakah susasana hatimu? Apakah kamu merasa sedih?
3) Trouble
Menanyakan tentang bagaimana masalah pasien menyusahkan pasien.
Contoh :
- Situasi apakah yang paling menyusahkanmu?
- Apa yang paling mengkhawatirkanmu di rumah?
- Apa yang paling menyusahkan dan mengkhawatirkanmu di dalam
kehidupanmu?
- Bagaimana tekanan dan gangguan dapat menjadi masalah bagimu?
- Bagaimana kamu memikirkan masalah tersebut sampai mempengaruhi
perasaanmu?
4) Handling
- Bagaimana kamu menangani masalah ini?
- Apakah kamu berpikir bahwa kamu telah salah menangani sesuatu?
- Apakah kamu mendapatkan dorongan di rumah untuk membantu
menangani masalah?
- Dari manakah dorongan itu datang?
- Bagaimanakah kamu merasakan ditolak oleh seseorang?
5) Empathy
Menunjukkan pengertian atas kesulitan pasien dan membawa perasaannya ke arah yang
logis. Contoh :
- Pasti sangat sulit untuk kamu.

Rujukan
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baiksecara horizontal (antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan) maupun secara vertical
(antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan). Rujukan adalah mengalihkan
penatalaksanaan pasien pada dokter lain yang dianggap lebih tinggi pengetahuannya, atau lebih
berpengalaman. Rujukan dapat berupa pengalihan semua penatalaksanaan dari diagnosis yang
ada, atau sebagian penatalaksanaan (biasanya pada saat pasien memiliki lebih dari satu jenis
diagnosis) Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan,
dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
Sebelum dirujuk, pasien diberi penjelasan maksud dan tujuan rujukan pada saat itu dan
harus menyetujui pelayanan rujukan tersebut. Rujukan dapat merupakan permintaan pasien.
Karena pelayanan rujukan merupakan bagian dari pelayanan kedokteran, maka hak-hak dan
kewajiban pasien dan dokter juga berlaku sebagaimana pelayanan kedokteran lainnya, seperti
menjaga kerahasiaan, informed consent, dan sebagainya. Sebaiknya pelayanan rujukan diatur
sedemikian rupa untuk tidak menyulitkan pasien dan keluarganya, dan dokter tujuan rujuk
memperoleh catatan seluruh hasil pemeriksaan dan penatalaksanaan yang telah dilakukan.
Dengan akses yang baik, perjanjian pertemuan dengan dokter tujuan rujuk atau perolehan ruang
rawat inap rumah sakit rujukan dapat dilakukan pada saat perencanaan rujukan di pelayanan
dokter keluarga.

Indikator
A. Dokter keluarga dapat menunjukkan bukti bahwa telah mengikuti pelatihan / pendidikan
kedokteran bersinambung / program pengembangan profesionalisme kedokteran yang di
dalamnya berisi mengenai tatacara merujuk pasien.
B. Praktik dokter keluarga terbukti memiliki sistim untuk mengirim pasien untuk dirujuk.
C. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki akses untuk merujuk pasien dengan beberapa
pusat pelayanan atau rumah sakit yang essensial menjadi tempat rujukan
D. Rekam medik dokter keluarga terbukti memiliki sistim untuk dicatatnya informed consent
pasien untuk dirujuk
E. Rekam medik dokter keluarga terbukti memiliki sistim untuk mencatat hasil rujukan dan
tanggapan pasien mengenai hasil rujukan

Pelayanan kesehatan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:


a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh
dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik perorangan, klinik
pratama, klinik umum di balai/Lembaga pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama. Bidan
dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua, pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan spesialistik. hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga, pelayanan kesehatan sub spesialistik yang dilakukan
oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan sub spesialistik. hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.

Sumber :
- Anggraini MT, Novitasari A, Setiawan MR. Buku Ajar Kedokteran Keluarga.
Univ Muhammadiyah Semarang. 2015.
- Arsita Eka Prasetyawati. Kedokteran Keluarga. Penerbit: Rineka Cipta. 2015
- Permenkes RI No.1 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai