Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan penyakit idiopatik, yang diperkirakan melibatkan reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran pencernaan. Insidensi IBD relatif tinggi di negara maju seperti Eropa atau Amerika, sedangkan di negara berkembang angka kejadian penyakit tersebut relatif lebih rendah. Penyebab penyakit IBD masih belum jelas, tetapi berhubungan dengan beberapa hal seperti faktor genetik dan faktor lingkungan. IBD terdiri dari dua penyakit utama yang berbeda tetapi mempunyai hubungan satu sama lain yaitu Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn Disease (CD). Gejala yang khas dari penyakit ini adalah pembekakan dan kerusakan jaringan sepanjang saluran cerna intestinal , bervariasi tergantung pasien yang terkena dan lama waktu penyakit. Inflamasi pada Ulcerative Colitis (UC) terbatas pada lapisan mukosa kolon saja. Sepertiga kasus Ulcerative Colitis (UC) hanya melibatkan rectum dan sigmoid (proktosigmoiditis), sebagian besar kasus melibatkan rektum sampai dengan fleksura lienalis (left side colitis). Sebagian kecil terjadi pada seluruh bagian kolon (pancolitis). Derajat klinik Ulcerative Colitis (UC) dapat dibagi atas berat,sedang dan ringan, berdasarkan frekwensi diare, ada/tidaknya demam, derajat beratnya anemia yang terjadi dan laju endap darah (klasifikasi Truelove). Pada Crohn Disease (CD), proses inflamasi bersifat transmural, jadi melibatkan semua lapisan dinding usus, sehingga meningkatkan resiko perforasi maupun dalam proses kelanjutannya menimbulkan proses fibrosis, fistulasi, abses dan striktur. Lebih kurang 35% terjadi di ileo-caecal, 28% di usus halus, 32% hanya melibatkan kolon, 1-4% berada di gastroduodenal dan lebih kurang 18% berlokasi di perianal. Pada Crohn Disease (CD) selain gejala umum adanya fistula merupakan hal yang karakteristik (termasuk perianal), nyeri perut relative lebih mencolok. Hal ini disebabkan oleh sifat lesi yang transmural sehingga menimbulkan fistula dan obstruksi serta berdampak pada timbulnya bacterial overgrowth. Prevalensi malnutrisi energi protein pada IBD bervariasi dari 20%-85%. Malnutrisi pada pasien IBD dapat timbul dari berbagai faktor seperti asupan nutrisi yang tidak adekuat, malabsorbsi dan akibat dari penyakit itu sendiri juga karena penggunaan obat-obatan tertentu. Gangguan saluran cerna oleh peradangan dan gejala terkait seperti nyeri, mual, dan diare juga mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi dan gizi sehingga akhirnya terjadi status gizi terganggu. Peradangan usus terutama pada penyakit Crohn dapat mengganggu penyerapan nutrisi, terutama asam amino, asam lemak, glukosa, vitamin dan mineral yang sebagian besar diserap dari bagian akhir usus jejunum dan ileum. Tingkat malabsorbsi tergantung pada berapa banyak bagian usus yang terkena penyakit Crohn. Penyakit yang mempengaruhi usus halus cenderung lebih menyebabkan malnutrisi energi protein dan defisiensi nutrient spesifik dibandingkan dengan usus besar. Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino dengan susunan tertentu dan bersifat turunan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen.selain untuk kebutuhan energi, protein-asam amino, berfungsi meningkatkan fungsi penghalang usus dan menghalang ekspresi sitokin pro-inflamasi, berhubungan erat dengan apoptosis dan proliferasi sel epitel usus (IEC) (homeostasis usus), ekspresi tight junction proteins (TJPs), pengentasan peradangan usus dan stres oksidatif, dan mengaktifkan jalur pensinyalan yang terkait dengan peradangan dan oksidasi seperti Nrf2 menekan produksi sitokin proinflamasi dan meningkatkan ekspresi gen antioksidan. Stres oksidatif dan mediator inflamasi adalah salah satu faktor etiologi utama pada IBD; karenanya, asam amino dibutuhkan sebagai antioksidan dan agen antiinflamasi. Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5846438/ http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63226/013.pdf? sequence=1&isAllowed=y