PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolitis Ulseratif merupakan salah satu jenis Inflammatory Bowel
Disease(IBD), suatu istilah umum untuk penyakit yang menyebabkan
inflamasi padausus halus dan kolon. Inflammatory Bowel Disease
terdiri atas KolitisUlseratif (KU), Crohn’s Disease (CD), Microscopic
ulcerative, danIndeterminate Colitis (DalamMuttaqin Arif Dan Kumala
Sari, 2011 ),Menurut Noel,Mark,2004.
Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamsi kambuhan
pada mukosa dan submukosa kolon dan rektum.Kolitis Ulseratif juga
merupakan penyakit yang serius,disertai dengan kompksis sitemik dan
angka mortalitas yang tinggi ; sekitar 5% pasien kolitis ulseratif
mengalami kanker kolon ,kolitis ulseratif dicirikan dengan banyak
ulserasi inflamasi yang menyebar ,dan deskuamasi atau peluruhan
epitelium kolonik ,dengan mukosa menjadi edema dan membengkak
,disertai dengan lesi dan abses terus –menerus muncul .kolitis ulseratif
paling banyak menyerang penduduk keturunan kaukasia dan yahudi .
Penyebab dari colitis ulseratif sangat beragam ,meliputi fenomena
autoimun ,faktor genetic ,perokok pasif, pascaapendektomi,dan infeksi.
1
B. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kolitis ulseratif adalah gangguan peradangan kronis ideopatik yang
terjadi pada usus besar khususnya bagian kolon desenden.
Kolitis Ulseratif merupakan salah satu jenis Inflammatory Bowel
Disease(IBD), suatu istilah umum untuk penyakit yang menyebabkan
inflamasi padausus halus dan kolon. Inflammatory Bowel Disease
terdiri atas KolitisUlseratif (KU), Crohn’s Disease (CD), Microscopic
ulcerative, danIndeterminate Colitis (Dalam Muttaqin Arif Dan Kumala
Sari, 2011 ),Menurut Noel,Mark,2004
3
tinggi untuk terjadinya penyakit (Dalam Muttaqin Arif,Dan Kumala
Sari, 2011 ),Menurut selby,1998.
C. Patofisiologi
4
.selanjutnya terdapat beberapa perubahan imunologis vakan terlibat
,yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut.
5
6
E. Pengkajian
7
seperti DM, hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan sebagai
sarana pengkajian preoperatif.
8
Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), menunjukkan
penyakit parah dan kemungkinan perforasi. Nyeri
lepas dapat terjadi pada kuadran kanan bawah
Sebuah massa dapat teraba menunjukkan obstruksi
atau megakolon. Pembesaran limfa mungkin
menunjukkan hipertensi portal dari hepatitis
autoimun terkait atau kolangitis sklerosis.
9
c. Peningkatan tingkat sedimentasi (variabel referensi rentang,
biasanya 0-22 mm/jam) dan peningkatan C-rereactive protein
(yaitu > 100 mg/L). Kedua temuan ini berkorelasi dengan
aktivitas penyakit.
d. Hipoalbuminemia (yaitu albumin < 3,5 g/dl ).
e. Hipokalemia ( yaitu kalium <3,5 mEq/L).
f. Hipomagnesemia (yaitu magnesium <1,5 mg/dl )
g. Peningkatan alkalim fosfatase : lebih dari 125 U/L menunjukkan
kolagitis sclerosing primer ( biasanya > 3 kali batas atas dari
kisaran referensi).
h. Pada diagnosis kolitis ulseratif kronis,, pemeriksaan feses yang
cermat dilakukan untuk membedakannya dengan disentri yang
disebabkan oleh organisme usus umum, khususnya entamoeba
histolytica. Feses positif terhadap darah.
2. Pemeriksaan radiografik
a. Foto polos abdomen
Sinar rontgen mungkin menunjukkan dilatasi kolon, dalam kasus
yang parah bisa didapatkan megakolon toksik. Selain itu, bukti
perforasi, obstruksi, atau ileus juga dapat diamatik (khan, 2009).
b. Studi kontras barium.
Barium enema dapat dilakukan dengan aman dalam kasus ringan.
Dengan barium enema dapat dilihat adanya megakolon toksik,
kondisi ulkus, dan penyempitan kolon. Selain itu, enema barium
akan menunjukkan iregularitas mukosal, pemendekan kolon, dan
dilatasi lengkung usus (Dalam Buku 2011 ,Menurut Carucci, 2002).
c. CT Scan.
Secara umum CT scan memainkan peran yang yang kecil dalam
diagnosis kolitis ulseratif. CT scan dapat menunjukkan penebalan
dinding kolon dan dilatasi bilier primer kolangitis sklerosis (Dalam
Muttaqin Arif Dan Kumala Sari, 2011), Menurut Carucci, 2002.
10
3. Prosedur endoskopi.
Endoskopi dapat menunjukkan mukosa yang rapuh, mukosa
terinflamasi dengan eksudat dan ulserasi. Temuan di sigmoidoskopi
fleksibel dapat memberikan diagnosis kolitis. Tujuan lain dari
pemeriksaan ini adalah untuk mendokumentasikan sejauh mana
progreresivitas penyakit , untuk memantau aktivitas penyakit, dan
sebagai survailens untuk displasia atau kanker . namun, berhati-hati
dalam upaya kolonoskopi dengan biopsi pada pasien dengan penyakit
parah karena resiko yang mungkin perforasi atau lainnya komplikasi
(DalamMuttaqin Arif Dan Kumala Sari, 2011), Menurut rajwal, 2004
11
F. Diagnosis Keperawatan
G. Rencana keperawatan
12
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan meliputi:
Pendekatan PQRST dapat secara
Kaji nyeri dengan pendekatan komprehensif menggali kondisi
PQRST nyeri pasien.
13
1) Beri oksigen nasal bila Pemberian oksigen dilakukan
skala nyeri diatas 3 untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada saat pasien
mengalami nyeri pacabedah yang
dapat menganggu kondisi
hernodinamik
2) Istirahatkan pasien pada
saat nyeri muncul biasakan
pasien untuk BAB di
Istirahat diperlukan untuk
tempat tidur
mnurunkan peristaltic
usus.istirahat secara fisiologis dan
melakukan BAB di tempat tidur
akan menurunkan kebutuhan
oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan
3) Atur posisi fisiologis
metabolisme basal pada aktivitas
dan menurunkan kelatihan pasca
nyeri.
Memberikan respons
5) Ajarkan teknik relaksasi
vasodilatasi.kompres ini hanya
pernapasan dalam pada saat
dilakukan pada pasien tanpa
nyeri muncul
pembedahan
14
6) Ajarkan teknik distraksi
pada saat nyeri
Meningkatkan intake oksigen
sehingga akan menurunkan nyeri
sekunder dari iskemia spina
7) Lakukan manajemen
sentuhan Distraksi(pengalihan perhatian)
dapat menurunkan stimulus
internal
15
Tingkatkan pengetahuan tentang sebab- Pengetahuan yang akan dirasakan
sebab nyeri dan menghubungkan berapa menbantu mengurangi nyerinya dan dapat
lama nyeri akan berlangsung membantu mengembangkan kepatuhan
pasien terhadap rencana terapeutik
b. Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang
adekuat
16
Tujuan : setelah 3x24 jam kepada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam pascabedah
intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan
Kriteria evaluasi:
Intervensi Rasional
Kaji dan berikan nutrisi sesuai tingkat Pemberian nutrisi pada pasien dengan enteritis
toleransi individu regional bervariasi sesuai dengan kondisi klinik
dan tingkat toleransi individu
Sajikan makanan dengan cara yang Membantu merangsang nafsu makanan.hal ini
menarik dapat diberikan bila toleransi oral tidak menjadi
masalah pada pasien
Fasilitasi pasien memperoleh diet dengan Diet diberikan dengan paien dengan gejala
rendah lemak malabsorbsi akibat hilangnya fungsi
peneyerapan permukaan mukosa khususnya
penyerapan lemak.keterlibatan ileum terminal
dapat mengakibatkan steatorrhea(buang air
besar dengan feses bercampur lemak)
Fasilitas pasien memperoleh diet dengan Suplemen serat dikatakan bermanfaat bagi
kandungan serat timggi pasien dengan penyakit kolon karena fakta
bahwa serat makanan dapat diubah menjadi
rantai pendek asam lemak,yang menyediakan
bahan bakar untuk penyembuhan mukosa kolon
17
Fasilitasi pasien memperoleh diet rendah Diet rendah serat biasanya diindikasikan untuk
serat pada gejala obstruksi pasien dengan gejala obstruksi
Fasilitasi untuk pemberian nutrisi Nutrisi parenteral total digunakan bila gejala
parenteral total penyakit usus inflamasi bertambah
berat.dengan TPN perawat dapat
mempertahankan catatan akurat tentang intake
dan output cairan,serta berat badan pasien
setiap hari.berat badan pasien harus meningkat
0,5 kg setiap hari selama terapi urine diuji
setiap hari terhadap adanya glukosa,aseton dan
berat jenis bila TPN digunakan.pemberian
makan yang tinggi protein,rendah lemak dan
residu dilakukan setelah terapi TPN karena
makanan ini dicerna terutama pada
jejunum,tidak merangsang sekresi usus dan
memungkinkan usus beristirahat.intoleransi
dicatat bila pasien menunjukkanmuntah,diare
atau distensi abdomen
Pantau intake dan output,anjurkan untuk Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi
timbang berat badan secara dan dukungan cairan
periodic(sekali seminggu)
18
Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan
jenis nutrisi yang akan di gunakan pasien komposisi dan jenis makanan yang akan
diberikan sesuai dengan kebutuhan individu
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit Kriteria
1. Pasien tidak mengeluh pusing TTV dalam batas normal,kesadaran
optimal
2. Membrane mukosa lembab, turgor kulit normal,CRT >3 detik
3. Laboratorium:Nilai elektrolit normal,analisis gas darah normal
Intervensi Rasional
19
Intervensi pemenuhan cairan :
20
4). Bantu pasien apabila muntah Aspirasi muntah dapat
terjadi pada usia lanjut
dengan perubahan
kesadaran. perawat
mendekatkan tempat
muntah dan memberikan
massase ringan pada
pundak untuk membantu
menurunkan respon
nyeri dari muntah
21
dengan cepat mengalami
dehidrasi dan menderita
kadar kalium rendah
sebagai akibat diare.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolitis ulseratif adalah gangguan peradangan kronis ideopatik yang
terjadi pada usus besar khususnya bagian kolon desenden.
Penyebab dari colitis ulseratif sangat meliputi: fenomena autoimun,
faktor genetic ,perokok pasif,pasca apendektomi,dan infeksi.
B. Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat atau
pembaca, agar dapat menjaga kesehatan terutama mengkonsumsi
makanan, pola gaya hidup, sehingga proses percernaan di dalam tubuh
manusia dapat berjalan dengan baik dan seimbang.
23