gambaran kondisi peradangan saluran cerna kronik dan idiopatik. Secara umum dibagi atas kolitis ulseratif dan penyakit Crohn. Kolitis Ulseratif sebagai proses inflamasi idiopatik yang bersifat kronis dan hilang timbul serta terbatas pada mukosa kolon dan rektum. Proses inflamasi yang terjadi pada Kolitis Ulseratif menyerang mukosa yang dimulai pada rektum dan melibatkan kolon kearah proksimal. Penyakit Crohn suatu proses inflamasi kronis transmural yang melibatkan traktus gastrointestinal dari mulut sampai rektum Epidemiologi Insidens IBD lebih tinggi dinegara maju dibanding negara berkembang. Di Amerika dan Eropa Utara insiden kolitis ulseratif diperkirakan 8-15 kasus baru setiap 100.000 populasi per tahun, mencapai puncaknya pada dekade 3 dan dekade 7. Penyakit Crohn lebih rendah yaitu 1-5 kasus baru setiap 100.000 populasi per tahun, mencapai puncak antara usia 15-30 tahun dan 55-60 tahun. Etiologi IBD • Banyak teori mengenai etiologi dari inflammatory bowel disease tetapi belum satupun yang terbukti. Perbedaan insiden secara geografik menunjukkan adanya kaitan faktor lingkungan seperti diet dan infeksi dengan terjadinya penyakit. Rokok juga terlibat sebagai etiologi dan eksaserbasi penyakit Crohn. 10-30% pasien IBD memiliki riwayat keluarga yang mengalami penyakit serupa.(2) • Sebuah teori menyatakan adanya gangguan pada sistem imun yang menyebabkan interaksi antara barrier mukosa usus dengan agen infeksi dikarenakan defek pada barrier mukosa usus meningkatkan paparan bakteri intralumen, toksin dan substansi proinflamasi. Tetapi mekanisme yang dihasilkan interaksi tersebut belum dipahami.(2) • Mycobacterium paratuberculosis,Listeria monocytogenes dan virus yaitu paramyxovirus serta virus campak diduga sebagai agen penyebab IBD Kolitis ulseratif Klinis Diare berdarah, tenesmus, nyeri perut dan demam Diagnosis kolotis ulseratif • Diagnosis kolitis ulseratif ditegakkan dengan endoskopi. Gambaran yang terlihat adalah kelainan mukosa difus dan kontinyu dengan edema, eritema, dan erosi mukosa serta pseudopolyp. Tatalaksana kolitis ulseratif Tatalaksana non bedah • Lini pertama yang digunakan pada kolitis ulseratif adalah salisilat yaitu sulasalazine atau asam salisilat 5-asetil Kandungan salisilat mengurangi inflamasi dengan menginhibisi siklooksigenase dan 5-lipoksigenase pada mukosa usus. Antibiotik digunakan untuk menurunkan bakteri intralumen. Antibiotik yang biasa digunakan adalah metronidazole dan florokuinolon. • Antimetabolit yaitu azathioprine dan 6- mercatopurine mengganggu sintesis asam nukleat sehingga menurunkan proliferasi sel- sel inflamasi. • Siklosporin adalah imuosupresif yang dapat digunakan untuk menangani kasus ulseratif kolitis akut yang sedang memuncak, dengan cara kerja mengganggu fungsi limfosit T. Intervensi bedah Indikasi bedah terbagi menjadi 2 yaitu emergensi dan elektif. • Indikasi bedah emergensi perdarahan masif yang mengancam nyawa, toksik megakolon, atau kolitis fulminan yang gagal diterapi secara medikamentosa. • Indikasi bedah elektif resiko tinggi terjadinya komplikasi berat pada terapi medikamentosa termasuk resiko timbulnya keganasan kolon-rektum.