Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAYED EC. SUSP.


AUTISME

Oleh :
Muhammad Fakhri Altyan

04084821618221

Dwi Lestari

04084821618222
Pembimbing
dr. Rismarini, Sp.A (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2016

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
Global Developmental Delayed ec. Susp. Autisme

Oleh:

Muhammad Fakhri Altyan

04084821618221

Dwi Lestari

04084821618222

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah
Sakit Umum Mohammad Hoesin Palembang.

Palembang, 6 Agustus 2016


Pembimbing

dr. Rismarini, Sp.A (K)

DAFTAR ISI
2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

........................................................................................

......................................................................................

BAB II STATUS PEDIATRIK

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................

13

BAB IV ANALISIS KASUS ............................................................................................

30

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

32

BAB I
3

PENDAHULUAN
Autisme adalah gangguan perkembangan yang luas dan berat (pervasif) dengan
karakteristik gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan prilaku yang gejalanya mulai tampak
pada anak sebelum usia 3 tahun. Secara pasti penyebab autisme tidak diketahui namun
autisme dapat terjadi dari kombinasi berbagai faktor, termasuk faktor genetik dan faktor
lingkungan. Penelitian yang dilakukan di Jepang terhadap 21.610 anak yang diikuti sejak
lahir sampai umur 3 tahun, didapatkan 1,3 kasus autisme per 1000 anak. Hasil yang sama
didapatkan di Swedia, yaitu sekitar 1-2 per 1000 anak menderita autisme. Autisme lebih
sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan, dengan perbandingan 4:1.
Autisme dapat terjadi pada setiap anak tidak tergantung pada ras, etnik, atau keadaan sosial
ekonomi keluarganya.2
Global developmental delay (GDD) atau Keterlambatan Perkembangan Global (KPG)
adalah keterlambatan yang signifikan pada dua atau lebih domain perkembangan anak,
diantaranya: motorik kasar, halus, bahasa, bicara, kognitif, personal atau sosial aktivitas
hidup sehari-hari. Prevalensi KPG sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia, sedangkan di
Amerika Serikat angka kejadian KPG diperkirakan 1%-3% dari anak-anak berumur<5 tahun. 3
Penelitian oleh Suwarba dkk.4 di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan prevalensi
KPG adalah 2,3 %. Etiologi KPG sangat bervariasi, sekitar 80% akibat sindrom genetik atau
abnormalitas kromosom, asfiksia perinatal, disgenesis serebral dan deprivasi psikososial
sedangkan 20% nya belum diketahui. Sekitar 42% dari etiologi keterlambatan perkembangan
global dapat dicegah seperti paparan toksin, deprivasi psikososial dan infeksi intra uterin,
serta asfiksia perinatal.3
Banyaknya

faktor

yang

mempengaruhi

terjadinya

autisme

dan

keterlambatan

perkembangan global inilah yang membuat penulis mengangkat topik ini sebagai laporan
kasus di R.S. Moh. Hoesin Palembang.

BAB II
STATUS PEDIATRIK
I. IDENTIFIKASI
Nama

: An. TM

Umur

: 3 tahun 3 bulan/ 12 April 2013

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Berat badan

: 15 kg

Panjang badan

: 92 cm

Lingkar Kepala

: 50 cm

Nama ayah

: Tn. BC

Nama Ibu

: Ny. SA

Agama

: Islam

Bangsa

: Sumatera

Alamat

: Mariyana (Ujung Plaju), Banyuasin I

No. Rekam Medis

: 964399

MRS

: 02 Agustus 2016

II. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dilakukan tanggal 02 Agustus 2016 diberikan oleh ibu pasien)
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama
: Belum bisa bicara
2. Keluhan Tambahan
:3. Riwayat Perjalanan Penyakit
:
Anak dibawa oleh orang tuanya datang ke Poliklinik Tumbuh Kembang RSMH
dikarenakan belum bisa bicara sejak usia 3 tahun. Anak baru bisa bicara awawawa.
Anak belum bisa bicara mama, papa, anak sering mengeluarkan suara/bersenandung
saja, bukan untuk berkomunikasi. Jika menginginkan sesuatu, anak menarik tangan
ibunya. Anak tidak menoleh bila dipanggil, terkejut jika mendengar suara keras, menoleh
ke arah suara/bunyi, dan saat diajak berkomunikasi, anak ada kontak mata namun sangat
sebentar. Saat diberi perintah sederhana, anak tidak mengerti. Anak tidak mau bermain
dengan teman sebayanya dan asyik bermain sendiri. Anak senang membuat lingkaran
5

berulang-ulang dan menyusun pakaian berulang-ulang. Anak suka menjerit-jerit atau


berteriak tanpa sebab. Anak belum bisa memakai baju sendiri, BAB dan BAK sendiri.
Pada saat dirumah, anak diasuh langsung oleh ibunya, namun terkadang diasuh oleh
neneknya jika ditinggal pergi pengajian, durasi menonton TV <1 jam/hari.
B. RIWAYAT SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT
1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan

: Aterm

Partus

: SC a.i. kala II lama + myoma uteri

Ditolong Oleh

: Dokter

Tanggal

: 12 April 2013

Berat badan

: 3100 gr

Panjang Badan

: 50 cm

Lingkar kepala

: ibu lupa

Riwayat risiko infeksi : ibu demam (-), kpsw (-), ketuban kental (-), hijau (-), bau (-)
2. Riwayat Makanan
ASI
: Lahir s.d 2 tahun
Susu Formula
: Usia 6 bulan sekarang
Bubur Susu
: 6 bulan 9 bulan
Nasi TIM
: 9 bulan 1 tahun
Nasi Biasa
: 1 tahun sekarang (frekuensi 3x sehari, nasi @1 centong,
ikan 1-2 potong kecil frekuensi 4-5 kali seminggu, telur frekuensi 34 kali seminggu, ayam 1-2 potong kecil frekuensi 1 kali seminggu,
Kesan

daging dan buah-buahan tidak pernah)


: Cukup

3. Riwayat Imunisasi

BCG
DPT 1
HEPATITIS B 1

Umur
1 bulan
2 bulan
Lahir

Hib 1
POLIO 1
CAMPAK

2 bulan
2 bulan
9 bulan

IMUNISASI DASAR
Umur

Umur

DPT 2
HEPATITIS

4 bulan DPT 3
6 bulan
1 bulan HEPATITIS B 6 bulan

B2
Hib 2
POLIO 2

3
4 bulan Hib 3
4 bulan POLIO 3

6 bulan
6 bulan

Kesan

: Imunisasi dasar lengkap, sesuai usia

4. Riwayat Keluarga
Perkawinan

: Tn. BC dan Ny. SA

Umur

: Ayah : 39 tahun
Ibu

Pendidikan

: 32 tahun

: Ayah : SMP
Ibu

: SMP

Penyakit yang pernah diderita

: Disangkal

Keharmonisan dalam Keluarga

: Pasien tinggal di rumah warisan keluarga


dengan 3 orang penghuni, dan anak diasuh
langsung oleh ibunya.

5. Riwayat Perkembangan
Motorik Kasar

Bicara dan Bahasa

Mencoret-coret

sendiri (11

pensil pada kertas

bulan)

suara bernada

(30 bulan)
Menumpuk 4

tinggi atau

kubus (30 bulan)

Mengoceh (3

bulan)
Tengkurap (4 bulan)
Miring kanan kiri (4

bulan)
Mengeluarkan

pegangan (11 bulan)


Berdiri tanpa pegangan

Motorik Halus

Sosial
Makan kue

Mengangkat kepala (2

bulan)
Duduk sendiri (6 bulan)
Merangkak (9 bulan)
Berdiri dengan

Personal

memekik (6 bulan)
Bersuara tanpa arti
awawawa (9
bulan)

(14 bulan)
Berjalan (16 bulan)
6. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
- Tidak ada riwayat kejang
- Tidak ada riwayat trauma
- Tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga
7. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (+) adik perempuan, dengan Down
Syndrome
8. Data Perumahan

Dalam satu rumah tinggal 4 orang yang terdiri dari 2 orang dewasa dan 2 orang
anak. Penderita diasuh langsung oleh ibunya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

BB

: 15 kg

PB atau TB

: 92 cm

BB/U

: 0 (+2) SD (Normal)

PB/U

: 0 (-2) SD (Stunted)

BB/PB

: 1 (+2) SD (Normal)

Status Gizi

: Baik

Lingkar Kepala

: 50 cm, normocepali

Kontak mata

: (+) << (kurang adekuat)

Bahasa isyarat

: (-)

Gerakan repetitif

: (+)

Gerakan stereotipik : (+)


Tounge tie

: (-)

Hiperaktif

: (-)

Temper Tantrum

: (+)

Bahasa planet

: (+)

Echolalia

: (-)

Telinga

: Serumen (+/+) minimal

Gnato labiapalato schizis : (-)


1. Hasil Pemeriksaan DDST
Personal sosial : 0C 2D
Bahasa
: 0C 29D
Motorik kasar : 2C 0D
Motorik halus : 0C 0D
2. Pemeriksaan KPSP
No
Kegiatan
1
Bila diberi sebuah pinsil, dapatkah anak anda mencoret-

Gerak halus

Ya
Ya

Tidak
Tidak
8

3
4

5
6

coret kertas tanpa bantuan dan petunjuk?


Dapatkah anak anda meletakkan 4 buah kubus satu persatu
diatas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?
Kubus yang digunakan berukuran sekitar 2,5 cm, bukan
kubus yang berukuran lebih dari 5 cm.
Dapatkah anak anda menggunakan 2 kata pada saat
berbicara seperti minta minum, mau tidur?
(Terima kasih dan dadag tidak ikut dinilai).
Apakah anak anda dapat menyebutkan 2 diantara gambargambar ini tanpa bantuan? Penyebutan dengan
menggunakan suara binatang tidak dinilai.

Dapatkah anak anda melempar bola lurus ke arah perut atau


dada anda dari jarak 1,5 meter?
Ikutilah perintah ini dengan seksama. Jangan memberi
isyarat (menunjuk atau melirik) pada saat memberikan
petunjuk-petunjuk berikut ini :
Letakkan kertas ini di lantai
Letakkan kertas ini di kursi
Berikan kertas ini kepada ibu
Dapatkah ia melaksanakan ketiga perintah tadi?
Buaklah garis lurus ke bawah sepanjang serkurangkurangnya 2,5 cm.
Suruh anak anda menggambar garis lain disamping garis
tersebut. Jawablah Ya bila ia menggambar garis seperti ini :

Gerak halus

Ya

Tidak

Bicara &
bahasa

Ya

Tidak

Bicara &
bahasa

Ya

Tidak

Gerak kasar

Ya

Tidak

Bicara &
bahasa

Ya

Tidak

Gerak halus

Ya

Tidak

Gerak kasar

Ya

Tidak

Sosialisasi &
kemandirian
Gerak kasar

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Jawablah TIDAK , bila ia menggambar garis seperti ini :

9
10

Dapatkah anak anda menggambar garis lurus disamping


garis yang anda buat?
Letakkan selembar kertas (kira-kira saelebar buku ini) di
lantai. Dapatkah anak anda mengangkat kedua kakinya
secara bersamaan, melompati kertas tersebut tanpa didahului
dengan lari?
Dapatkah anak anda mengenakan sepatunya sendiri?
Dapatkah anak anda mengayuh sepeda roda tiga sejauh
sedikitnya 3 meter?

Hasil Ya ada 3 dan Tidak ada 7.

Berdasarkan hasil tersebut maka daapatkan interpretasi kemungkinan ada


penyimpangan pada no. 3,4,5,6,8,9,10, yaitu pada perkembangan bicara dan
bahasa, gerak kasar, dan sosialisasi & kemandirian.
2. Pemeriksaan CHAT
CHAT (Checklist For Autism In Toodlers)
Bagian A. Alo anamnesis Apakah anak anda :
1. Senang diayun-ayun atau diguncangguncang naik- turun (bounced) di lutut ?
Tidak
2. Tertarik (memperhatilan) anak lain ? Tidak
3. Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat tangga ? Ya
4. Bisa bermain cilukba, petak umpet ? Tidak
5. Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan mainan
berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain ? Tidak
6. Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukkan jari ? Tidak
7. Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar anda melihat ke sana ?
Tidak
8. Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-balok) ? Ya
9. Pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu ? Ya
Bagian B. Pengamatan
1. Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan) pemeriksa ? Ya
2. Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di
ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : Lihat, itu. Ada bola (atau mainan
lain) Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk. Bukan
melihat tangan pemeriksa Tidak
3. Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko.
Katakan pada anak anda : Apakah kamu bisa membuatkan secangkir susu untuk
mama ? Diharapkan anak seolah-olah membuat minuman, mengaduk, menuang,
meminum. Atau anak mampu bermain seolah-olah menghidangkan makanan,
minuman, bercocok tanam, menyapu, mengepel dll.Tidak
4. Tanyakan pada anak : Coba tunjukkan mana anu (nama benda yang dikenal
anak dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan jarinya ? Atau
sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu benda ? Tidak
10

5. Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok menjadi suatu menara ? Ya

Hasil : penderita tidak bisa melakukan pada no. A1, A2, A4 A5, A6, A7, B2, B3,
B4.

Berdasarkan hasil pemeriksaan CHAT didapatkan hasil bahwa anak ini memiliki
resiko tinggi menderita autis.

IV. Diagnosis Banding


Global developmental delyed ec. susp. autisme
Global developmental delayed ec. susp. gangguan pendengaran
V. Diagnosis Kerja
Global developmental delayed ec. susp. autisme
VI. Rencana terapi
Konsul THT untuk mengevaluasi fungsi pendengaran.
Konsul rehabilitasi medik untuk terapi wicara dan terapi sosial.
Risperidone 2x0,1 mg.
VII. Prognosis

Quo ad vitam
Quo ad fungsionam
Quo ad sanationam

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia

11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Global Developmental Delay
3.1.1 Definisi
Global developmental delay (GDD) atau Keterlambatan Perkembangan Global (KPG)
adalah keterlambatan yang signifikan pada dua atau lebih domain perkembangan anak,
diantaranya: motorik kasar, halus, bahasa, bicara, kognitif, personal atau sosial aktivitas
hidup sehari-hari. Istilah KPG dipakai pada anak berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan
pada anak berumur lebih dari 5 tahun saat tes IQ sudah dapat dilakukan dengan hasil yang
akurat maka istilah yang dipergunakan adalah retardasi mental. 1,2 Anak dengan KPG tidak
selalu menderita retardasi mental sebab berbagai kondisi dapat menyebabkan seorang anak
mengalami KPG seperti penyakit neuromuskular, palsi serebral, deprivasi psikososial
meskipun aspek kognitif berfungsi baik.2,3
3.1.2 Epidemiologi
Prevalensi KPG sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia, sedangkan di Amerika
Serikat angka kejadian KPG diperkirakan 1%-3% dari anak-anak berumur<5 tahun. 3
Penelitian oleh Suwarba dkk.4 di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan prevalensi
KPG adalah 2,3 %. Etiologi KPG sangat bervariasi, sekitar 80% akibat sindrom genetik atau
abnormalitas kromosom, asfiksia perinatal, disgenesis serebral dan deprivasi psikososial
sedangkan 20% nya belum diketahui. Sekitar 42% dari etiologi keterlambatan perkembangan
global dapat dicegah seperti paparan toksin, deprivasi psikososial dan infeksi intra uterin,
serta asfiksia perinatal.3
Menurut penelitian Deborah M dkk.5 prevalensi KPG di Poliklinik Anak RSUP
Sanglah adalah 1,8% dan sering ditemukan pada anak berumur lebih dari 12 bulan (67%).
12

Rasio laki-laki dan perempuan hampir sama 1:1,12. Keluhan terbanyak adalah belum bisa
berbicara pada 16 (24%), belum bisa berbicara dan berjalan pada 14 (21%), serta belum bisa
berjalan pada 12 (18%) pasien. Didapatkan 20% BBLR dan BBLSR, ibu berpendidikan
menengah ditemukan pada 68% kasus. Karakteristik klinis didapatkan 30% gizi kurang, 29%
mikrosefali, 20% dicurigai suatu sindrom. Evaluasi perkembangan menunjukkan 40 (60%)
terlambat pada seluruh sektor perkembangan. Etiologi ditemukan pada 61% dengan penyebab
terbanyak adalah kelainan majemuk, hipotiroid, serebral disgenesis, palsi serebral.

3.1.3 Tahap Perkembangan Normal pada Anak


3.1.3.1 Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak
menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga
dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.6
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian.6
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi secara simultan.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem
neuromuskular, kemampuan bicara, emosi, dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan
penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
Seiring dengan berjalannya waktu, anak akan terus mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Proses tumbuh kembang anak memiliki ciri-ciri yang satu sama lainnya
saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut antara lain perkembangan menimbulkan perubahan,
pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya,
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda, perkembangan
berkorelasi dengan pertumbuhan, perkembangan mempunyai pola yang tetap, serta
perkembangan memiliki tahap yang berurutan. 6,7
Selain memiliki ciri-ciri yang khusus, proses tumbuh kembang anak juga memiliki
prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip dapat digunakan sebagai kaidah atau
13

pegangan dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Terdapat dua prinsip
proses tumbuh kembang, yaitu perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan
belajar, serta pola perkembangan dapat diramalkan.6,7
3.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
antara lain faktor Internal, diantaranya ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin,
genetik, dan kelainan kromosom; faktor eksternal, diantaranya faktor prenatal (gizi, mekanis,
toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan
psikologi ibu), faktor persalinan, faktor pasca persalinan (gizi, penyakit kronis/kelainan
kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan
pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan).6,8
3.1.3.3 Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau
Aspek-aspek perkembangan yang dipantau meliputi6:
1. Motorik kasar, adalah aspek yang berhubungan dnegna kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan
sebagainya.
2. Motorik halus, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,
menjimpit, menulis, dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah,
dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
3.1.3.4 Periode Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh

kembang

anak

berlangsung

secara

teratur,

saling

berkaitan

dan

berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa. Tumbuh kembang anak
terbagi dalam beberapa periode. Periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut6,8:
14

1. Masa prenatal atau masa intra uterin


Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:

Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.

Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Ovum yang telah
dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi diferensiasi yang
berlangsung cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.

Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa ini
terdiri dari 2 periode, yaitu masa fetus dini, sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai
berfungsi.

Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan
berlangsung

pesat

disertai

perkembangan

fungsi-fungsi.

Terjadi

transfer

immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak
esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanoic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada
otak dan retina.
2. Masa bayi (umur 0 11 bulan)
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
a. Masa neonatal (umur 0 28 hari)
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
b. Masa post (pasca) neonatal (umur 29 hari 11 bulan)
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung
secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif
selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya,
diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah
masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini pengaruh
ibu dalam mendidik anak sangat besar.
3. Masa anak dibawah lima tahun (umur 12 59 bulan)
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (motorik kasar dan motorik halus) serta fungsi ekskresi. Periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Setelah lahir, terutama
pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih
15

berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya. Jumlah


dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi segala
kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga
bersosialisasi.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini,
sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan
ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
4. Masa anak prasekolah (umur 60 72 bulan)
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan
aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai
diperkenalkan. Pada masa ini juga anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra
dan sistem reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga
anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini
adalah dengan cara bermain.
3.1.4 Deteksi Dini
Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan pencapaian
perkembangan tiap anak berbeda. Kisaran waktu pencapaian tiap tahap perkembangan
umumnya cukup besar, misalnya seorang anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan mulai
usia 10 hingga 18 bulan, sehingga seringkali terjadi perbedaan perkembangan di antara anak
yang seusia. Untuk itu, orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) perkembangan
anak.9 Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan
umum, perlu data / laporan atau keluhan orang tua dan pemeriksaan deteksi dini atau skrining
perkembangan pada anak.
Deteksi dini merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara komprehensif untuk
menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko
pada anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang
anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat
diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa proses tumbuh kembang. Penilaian
pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik
dan penilaian perkembangan.6,

16

Secara umum, keterlambatan perkembangan umum pada anak dapat dilihat dari
beberapa tanda bahaya (red flags) perkembangan anak sederhana seperti yang tercantum di
bawah.
Tanda bahaya perkembangan motor kasar
1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan
kanan.
2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia 6 bulan
3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol
Tanda bahaya gangguan motor halus
1.

Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan

2.

Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun


3. Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat dominan
setelah usia 14 bulan
4. Perhatian penglihatan yang inkonsisten
Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)
1. Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu
benda pada usia 20 bulan
2. Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
3. Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan
Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
1. Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat
dipanggil tidak selalu member respons
2. Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan
orang lain pada usia 20 bulan
3. Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan
Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
1. 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain
2. 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah
3. 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
4. 15 bulan: belum ada kata
5. 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
6. 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti
17

7. Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi / interaksi
Tanda bahaya gangguan kognitif
1. 2 bulan: kurangnya fixation
2. 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda
3. 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara
4. 9 bulan: belum babbling seperti mama, baba
5. 24 bulan: belum ada kata berarti
6. 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata
Berbagai metode skrining yang lebih mutakhir dan global untuk deteksi dini gangguan
bicara juga dikembangkan dengan menggunakan alat bantu atau panduan skala khusus,
misalnya: menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test II), Child
Development Inventory untuk menilai kemampuan motorik kasar dan motorik halus, Ages
and Stages Questionnaire, Parents Evaluations of Developmental Status.Serta dapat
menggunakan alat-alat skrining yang lebih Spesifik dan khusus yaitu ELMS (Early
Language Milestone Scale) dan CLAMS (Clinical Linguistic and Milestone Scale) yang
dipakai untuk menilai kemampuan bahasa ekspresif, reseptif, dan visual untuk anak di bawah
3 tahun.
3.1.5 Gejala Klinis
Mengetahui adanya KPG memerlukan usaha karena memerlukan perhatian dalam
beberapa hal. Padahal beberapa pasien seringkali merasa tidak nyaman bila di perhatikan.
Akhirnya membuat orang tua sekaligus dokter untuk agar lebih jeli dalam melihat gejala dan
hal yang dilakukan oleh pasien tersebut. Skrining prosedur yang dilakukan dokter, dapat
membantu menggali gejala dan akan berbeda jika skrining dilakukan dalam sekali kunjungan
dengan skrining dengan beberapa kali kunjungan karena data mengenai panjang badan,
lingkar kepala, lingkar lengan atas dan berat badan. Mengacu pada pengertian KPG yang
berpatokan pada kegagalan perkembangan dua atau lebih domain motorik kasar, motorik
halus, bicara, bahasa, kognitif, sosial, personal dan kebiasaan sehari-hari dimana belum
diketahui penyebab dari kegagalan perkembangan ini. Terdapat hal spesifik yang dapat
mengarahkan kepada diagnosa klinik KPG terkait ketidakmampuan anak dalam
perkembangan milestones yang seharusnya, yaitu:
1. Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan
2. Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan
3. Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk
18

4. Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan


5. Anak memiliki masalah komunikasi
6. Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus
3.1.6 Diagnosis
3.1.6.1 Anamnesis
Dokter memulai anamnesis dengan mendengarkan penjelasan orangtua secara seksama
tentang perkembangan anaknya. Orang tua dapat mencatat setiap keterlambatan
perkembangan, perubahan tubuh dan kurang responsifnya anak tersebut, sehingga perlu
perhatian khusus. Tiap orangtua tentunya memiliki daerah perhatian yang berbeda.
Penggalian anamnesis secara sistematis meliputi, resiko biologi akibat dari gangguan prenatal
atau perinatal, perubahan lingkungan akibat salah asuh, dan akibat dari penyakit primer yang
sudah secara jelas terdiagnosis saat infant.
Tabel 1. Anamnesis Keterlambatan Perkembangan Global menurut First Lewis dan Judith,
1994

3.1.6.2 Pemeriksaan Fisik


Faktor risiko untuk keterlambatan dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik. Pengukuran
lingkar kepala (yang mengindikasikan mikrosefali atau makrosefali) adalah bagian penting
dalam pemeriksaan fisik. Perubahan bentuk tubuh sering dihubungkan dengan kelainan
19

kromosom, atau faktor penyakit genetik lain sulit dilihat dalam pemeriksaan yang cepat. 10
Sebagai tambahan, pemeriksaan secara terstruktur dari mata, yaitu fungsi penglihatan dapat
dilakukan saat infant, dengan menggunakan pemeriksaan sederhana seperti meminta
mengikuti arah cahaya lampu. Saat anak sudah memasuki usia pre-school, pemeriksaan yang
lebih mendalam diperlukan seperti visus, selain itu pemeriksaan saat mata istirahat ditemukan
adanya strabismus. Pada pendengaran, dapat pula dilakukan test dengan menggunakan brainstem evoked potentials pada infant. Saat umur memasuki 6 bulan, kemampuan pendengaran
dapat dites dengan menggunakan peralatan audiometri. Pada usia 3-4 tahun, pendengaran
dapat diperiksa menggunakan audiometer portable. Pemeriksaan telinga untuk mencari tanda
dari infeksi otitis media menjadi hal yang penting untuk dilakukan karena bila terjadi secara
kontinyu akan menyebabkan gangguan pendengaran ringan. Pemeriksaan kulit secara
menyeluruh dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit ektodermal seperti tuberous
sklerosis atau neurofibromatosis yang dihubungkan dengan delay. Pemeriksaan fisik juga
harus meliputi pemeriksaan neurologi yang berhubungan dengan perkembangan seperti
adanya primitive reflek, yaitu moro reflex, hipertonia atau hipotonia, atau adanya gangguan
tonus.
3.1.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan kemungkinan gangguan
perkembangan tidak dibedakan dengan tes skrining yang dilakukan pada anak yang sehat.
Hal ini penting dan dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa pemeriksaan penunjangnya
antara lain
a. Skrining metabolik
b. Tes sitogenetik
c. Skrining tiroid
d. EEG
e. Imaging CT Scan
f. Tes IQ
3.1.7 Diagnosis Banding
Etiologi dan penyebab dari KPG saat ini belum bisa memprediksi secara spesifik,
gangguan mana saja yang akan terlibat dalam penegakan KPG ini, terdapat beberapa penyakit
atau gangguan dengan gambaran serupa GDD, namun memiliki beberapa perbedaan yaitu

20

retardasi mental, palsi serebral, Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan Autism
Spectrum Disorder.
3.1.7.1 Retardasi Mental
Suatu keadaan yang dimulai saat masa anak-anak yang ditandai dengan keterbatasan
dalam intelegensi dan kemampuan adaptasi. Menurut kriteria DSM-IV, retardasi mental
adalah fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, terdapat gangguan fungsi adaptasi, onset
sebelum umur 18 tahun. Untuk mengetahui adanya gangguan fungsi intelegensi, digunakan
tes IQ (akurat diatas umur 5 tahun), dengan klasifikasi hasil:
a. Ringan , yaitu IQ 50-70
b. Sedang, yaitu IQ 40-50
c. Berat, yaitu IQ 20-40
d. Sangat berat, yaitu IQ <20
3.1.7.2 Palsi Serebral atau Cerebral palsy (CP)
Membedakan antara CP dengan KPG, pada CP, ada tiga faktor resiko awal yaitu bayi
lahir prematur (semakin kecil usia, semakin tinggi faktor risiko), bayi lahir dengan
ensefalopati sedang hingga berat (semakin berat keluhan semakin berat risiko), dan bayi yang
lahir dengan faktor risiko paling ringan. Dua faktor risiko awal tersebut harus ditunjang
dengan MRI untuk melihat gambaran otak. Bila terdapat gangguan bahasa, penglihatan,
pendengaran dan epilepsi, dapat dicurigai hal tersebut adalah suatu gambaran CP. Selain itu,
diagnosis palsi serebral dapat dilakukan berdasarkan kriteria Levine (dikutip dari
Soetjiningsih, 19957), yaitu pola gerak dan postur; pola gerak oral; strabismus; tonus otot;
evolusi reaksi postural dan kelainannya yang mudah dikenal; refleks tendon, primitif dan
plantar.
3.1.7.3 Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD merupakan suatu gangguan yang terjadi sangat awal dari kelahiran bayi, yang
dinamis, serta tergantung dengan perkembangan korteks. Tanda ADHD yaitu development
delay, nilai akademik yang rendah, serta permasalahan sosial. Penggunaan milestones pada
tahun ke-3 mudah mengarahkan diagnosis ADHD.
3.1.7.4 Autism Spectrum Disorder (ASD)

21

Tanda awal untuk membedakan antara ASD dengan KPG. Beberapa kata kunci adalah
gangguan bersosial. Pada tahun pertama akan sulit membedakan antara ASD dengan KPG,
yaitu ciri tidak berespon ketika nama dipanggil, afek kurang, berkurangnya interaksi sosial,
dan sulit untuk tersenyum. Pada tahun kedua dan ketiga, bahasa tubuh yamg tidak lazim dan
sangat ekspresif. Perilaku lain yakni motorik, sensorik dan beberapa domain lain.
3.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih belum ditemukan. Hal itu
disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana anak-anak belajar dan berkembang
dengan cara mereka sendiri berdasarkan kemampuan dan kelemahan masing-masing.
Sehingga penanganan KPG dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai penanganan pada
faktor-faktor yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang dilakukan, antara lain6,
1. Speech and Language Therapy
Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi CP, autism,
kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara, berbahasa dan oral motoric abilities. Metode yang dilakukan bervariasi
tergantung dengan kondisi dari anak tersebut. Salah satunya, metode menggunakan jari,
siulan, sedotan atau barang yang dapat membantu anak-anak untuk belajar
mengendalikan otot pada mulut, lidah dan tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada
anak-anak dengan gangguan pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat
yang membuat anak-anak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi tersebut.
2. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri dalam
menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka antara bermain,
belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, memakai pakaian, makan, dan
lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami kemunduran pada kemampuan kognitif,
terapi ini dapat membantu mereka meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi
permasalahannya.
3. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus,
keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan motorik
kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti berguling,
merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik halus yakni
menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan mengambil barang. Dalam terapi,
22

terapis akan memantau perkembangan dari anak dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan
otot dan sendi, dan kemampuan motorik oralnya. Pada pelaksanaannya, terapi ini
dilakukan oleh terapi dan orang-orang yang berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga
terapi ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya dan memiliki
efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau buruk seperti melempar
barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lain-lain. Behavioral therapy merupakan
psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi masalah sikap dan meningkatkan
kemampuan untuk beradaptasi. Terapi ini dapat dikombinasikan dengan terapi yang lain
dalam pelaksanaanya. Namun, terapi ini bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu
terlihat pada terapi kognitif yang lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang
mempengaruhi sikap tertentu, sedangkan behavioural therapy dilakukan dengan
mengubah dan mengurangi sikap-sikap yang tidak diinginkan. Beberapa terapis
mengkombinasikan kedua terapi tersebut, yang disebut cognitive-behavioural therapy.
3.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan KPG, yakni kemunduran
perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika tidak tertangani dengan baik,
dapat mempengaruhi kemampuan yang lain, khususnya aspek psikologi dari anak itu sendiri.
Salah satunya, anak akan mengalami depresi akibat ketidakmampuan dirinya dalam
menghadapi permasalahannya. Sehingga anak itu dapat bersikap negatif atau agresif.
3.1.10 Prognosis
Prognosis Global development delay pada anak-anak dipengaruhi oleh pemberian terapi
dan penegakkan diagnosis lebih dini (early identification and treatment). Dengan pemberian
terapi yang tepat, sebagian besar anak-anak memberikan respon yang baik terhadap
perkembangannya. Walau beberapa anak tetap menjalani terapi hingga dewasa. Hal tersebut
karena kemampuan anak itu sendiri dalam menanggapi terapinya. Beberapa anak yang
mengalami kondisi yang progresif (faktor-faktor yang dapat merusak sistem saraf seiring
berjalannya waktu), akan menunjukkan perkembangan yang tidak berubah dari sebelumnya
atau mengalami kemunduran. Sehingga terapi yang dilakukan yakni meningkatkan
kemampuan dari anak tersebut untuk menjalani kesehariannya.6

23

3.2 Autisme
3.2.1 Definisi
Autisme adalah gangguan pekembangan yang luas dan berat (perpasive) dengan
karakteristik gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku yang gejalanya mulai
tampak pada anak sebelum usia 3 tahun.
3.2.2 Kriteria Diagnosis
Menurut ICD 10 dan DSM IV 1994, kriteria diagnostik autisme adalh sebagai berikut;
Harus ada setidaknya 6 gejala dari 1,2, dan 3 dengan minimal 2 gejala dari 1 masing-masing
masing-masing satu gejala dari 2 dan 3.
1. Gangguan kulitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus
ada 2 gejala di bawah ini:
a. Tidak mampu menjalani interaksi sosial yang cukup memadai: kontak
mata sangat kurang, ekpresi muka kurang hidup, gerak-gerik kurang
tertuju.
b. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
c. Tidak ada empati ( tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
lain)
d. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang
timbal balik
2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada satu gejala
di bawah ini:
a. Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang
anak tidak berusaha berkomunikasi secara non verbal
b. Bila anak bisa berbicara, maka bicaranya tidak dapat dipakai untuk
komunikasi
c. Sering menggunakan bahasa aneh dan berulang-ulang
d. Cara bemain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat
meniru
3. Adanya suatu pola yang mempertahankan, diulang-ulang dalam perilaku minat
dan kegiatan. Minimal harus ada satu gejala dibawah ini:
a. Mempertahankan suatu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas
dan berlebihan

24

b. Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tak ada
gunanya
c. Adanya gerakan yang khas dan diulang-ulang
d. Sering sekali terpaku pada bagian-bagian benda
3.2.3 Penegakan Diagnosis
3.2.3.1 Anamnesis
Gejala autisme biasanya timbul sebelum anak berusia 3 tahun. Pada sebagian anak
gejala sudah ada sejak lahir yang akan tampak makin jelas setelah anak mencapai 3 tahun.
1. Ganggguan dalam bidang komunikasi verball maupun non verbal
-

Terlambat bicara

Meracau dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain

Bicara tidak dipakai untuk komunikasi

Meniru atau membeo (echolalia)

Pandai meniru nyanyian, nada maupun kata-kata tanpa mengerti artinya

Sebagian (20%) anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai dewasa

Bila menginginkan

sesuatu

ia menarik

tangan yang

terdekat dan

mengharapkan tangan tersebut melakukan untuknya


2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial
-

Menolak / menghindari untuk bertatap mata

Tak mau menengok bila dipanggil

Sering menolak untuk dipeluk

Tidak ada usaha interaksi dengan orang lain, asyik main sendiri

Bila didekati untu diajak main menjauh

3. Gangguan dalam bidang perilaku


Pada anak autis terdapat perilaku yang berlebihan dan kekurangan
Contoh perilaku yang berlabihan:
-

Hiperaktivitas motorik seperti tidak bisa diam, lari ke sana ke mari tak terarah,
melompat-lompat berputar-putar, memukul-mukul atau meja, mengulangulang gerakan tertentu. Perilaku ini dapat membahayakan diri sendiri dan
dapat berupa agresifitas melawan orang lain.

Perilaku kekurangan, contohnya:


-

Duduk dia bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara monoton
dan kurang variatif secara berulang-ulang
25

Duduk diam terpaku oleh sesuatu hal, misalnya bayangan atau benda yang
berputar. Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti sepotong
tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet, atau apa saja yang terus dipegangnya
dan dibawa kemana-mana

4. Gangguan dalam bidang perasaan/ emosi


-

Tidak ada atau kurangnya empati, misalnya melihat anak menangis tidak
merasa kasihan melainkan merasa terganggu sehingga anak yang menangis
tersebut mungkin didatangi dan dipukulnya

Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata

Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum). Terutama bila tida


mendapat apa yang diingikannya, ia bisa menjadi agresif dan destruktif

5. Gangguan dalam persepsi sensoris (taktil, auditory hipersensity)


-

Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja

Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga

Tidak menyukai rabaan atau pelukan

Merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang kasar

6. Gangguan tidur dan makan


7. Gangguan efek dan mood (suasana hati)
8. Gangguan kejang
9. Aktifitas dan minat yang terbatas
10. Gangguan kognitif : 75-80% anak autis mengalami retardasi mental.
Gejala di atas tidak harus ada semuanya pada setiap anak, tergantung pada berat atau
ringannya keadaan autisnya.
3.2.3.2 Pemeriksaan Fisik
-

Berat badan, tingi badan, lingkar kepala dapat normal atau abnormal.

Anak tidak menjalin interaksi sosial yang memadai seperti kontak mata kurang
atau tidak ada, tidak mau bermain dengan teman.

Skrining dengan checklist for autism in toddler.

3.2.3.3 Pemeriksaan Penunjang


-

Tes pendengaran

Tes IQ

26

3.2.4

Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksaan yaitu :


-

Mengurangi masalah perilaku yang abnormal

Meningkatkan

kemampuan

belajar

dan

perkembangannya,

terutama

dalam

penguasaan bahasa
Ditangani oleh satu tim kerja yang terpadu yang terdiri dari: tenaga pendidik, tenaga
medis (psikiater, dokter anak), psikolog. Ahli terapi wicara, fisioterafis dan perawat.
Berbagai jenis terapi yang harus di jalankan secara terpadu tersebut, sesuai dengan keadaan
dan keperluan anak, mencakup:
1. Terapi medikamentosa
Pada penderita autisme dengan gejala-gejala seperti tempertantrum, agresifitas,
melukai diri sendiri dan perilaku streotifik, pemberian obat akan membantu
memperbaiki perilaku dan respon anak terhadap lingkungan sehingga ia lebih mudah
menerima terapi yang lain. Obat-obat yang diberikan obat-obat yang mempengaruhi
kerja sel otak dan memperbaiki abnormalitas kadar neurotransmitter, seperti:
-

Risperidon dimulai dengan dosis 2 x 0,1 mg dapat dinaikan 0,05 mg setiap 1-2
minggu, dosis bisa mencapai 1-2 mg/ hari. Dapat memperbaiki hubungan
sosial, atensi, agresifitas, hiperaktifitas dan perilaku yang menyakiti diri
sendiri.

Aripiprazole, dimulai dengan dosis 2 mg sekali sehari, dapat dinaikkan


bartahap hingga maksimal 10 mg/ hari. Dapat mengurangi gangguan
iritabilitas yang berhubungan dengan autis (tantrum, agresivitas, perubahan
mood tiba-tiba, perilaku yang merugikan diri sendiri). Digunakan pada anak
usia 6-17 tahun.

Haloperidol, dosis 0,25 3 mg / har, dibagi menjadi 2-3 dosis. Dapat


memperbaiki agresivita hiperaktifitas, iritabilitas, dan streifilik.

Thioridazine dosis 0,5-3 mg / kg/ hari dibagi menjdi 2-3 dosis. Dapat
menurunkan agresifitas dan agitasi.

2. Terapi nonmedikamentosa
-

Terapi perilaku
Keadaan hiperaktifitas, impulsifitas, gerakan streofilik cara bermaintidak sama
dengan anak lain, juga ada agresifitas, temper tantrum, dan cenderung melukai
diri sendiri memerlukan intervensi perilaku.

27

Metode yang banyak dipakai adalah ABA (applied behavioral analysis). Usia
terbaik adalah sekitar 2-3 tahun dan intensitas terapi sekitar 40 perminggu.
-

Terapi bicara
Terapi bicara perlu dilakukan sejak dini dengan intentif bersama dengan terapi
lain

Terapi okupasi
Terapi okupasi diperlukan untuk melatih motorik halus dan keterampilan agar
anak dapat melakukan gerakan memegang, menggunting, menulis dengan
terkontrol dan teratur.

Sensori integrasi
Sensori pengorgnisasian informasi melalui semua sensori yang ada (gerakan,
sentuhan,

penciuman,

pengecapan,

pengelihatan,

pendengaran,

body

awareness dan gravitasi) untuk mengasilkan respon yang bermakna.


-

AIT ( Auditory Integration Training)


Diberikan kepada individu yang hipersensitif terhadap suara dan menganggu
pendengaran

mereka.

Mulanya

ditentukan

suara

yang

menganggu

pendengaran dengan perangkat audiometer, lalu diikuti seri terapi yang


menperdegarkan suara-suara yang direkam, terapi tidak disertai dengan suara
yang menyakitkan. Selanjutnya desensitisasi terhadap suara yang menyakitkan
tersebut.
-

Terapi edukasi
Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan seharihari agar anak dapat mandiri. Salah satu metode yang banyak dipakai adalah
metode TEACCH (treatment and education of autistic and related
communication handicapped children). Metode ini sangat terstruktir
mengintegrasikan metode klasik yang individual, metode pengajaran yang
sistematik, terjadwal dan dalam ruang kelas yang ditata khusus.

Terapi diet
Terapi

diet

bebas

glutein

dan

casein

bersifat

individual.

Dapat

dipertimbangkan bila dengan diet tersebut ada penurunan hiperaktifitas.


3.2.5

Prognosis
Ad vitam

: bonam

Ad sanatinam : dubia ad bonam


28

Ad fungsionam : dubia ad bonam


Dengan penatalaksanaan yang tepat dan terpadu gejala-gejala autistiknys bisa
dikurangi semaksimal mungkin. Bila anak tersebut mempunyai kecerdasan yang
normal atau tinggi, tidak tertutup kemungkinn ia bisa mencapai jenjang pendidikan
yang tinggi.
Prognosis penyandang autisme sangat tergantung dari diagnosis dini, berat
ringannya gejala, kecerdasan anak umur pada saat terapi, kemampuan bicara dan
terutama intensita terapi. Keterlibatan orang tua sangat mempengaruhi dan penting
dalam membantu kemajuan anak. Penyandang autisme dikatakan sembuh bila telah
bisa membaur dan mandiri dalam masyarakat.

29

BAB IV
ANALISIS KASUS
Dilaporkan, kasus An. TM/ laki-laki/3 tahun 3 bulan dengan global developmental
delayed et. causa autisme. Saat anak datang dilakukan anamnesis pada ibu pasien dengan
keluhan belum bisa bicara lancar berbicara dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti usia 3
tahun 3 bulan. Setelah anamnesis, dilakukan KPSP dan pemeriksaan fisik untuk memeriksa
keterlambatan perkembangan pada anak.
Skrining KPSP
Berdasarkan pemeriksaan KPSP (kuisioner pra skrining perkembangan) pada anak
usia 36 bulan didapatkan hasil 3 ya dan 7 tidak.
Kesan : Kemungkinan ada penyimpangan pada An. TM
Penyimpangan perkembangan di 3 gerak kasar, 3 bicara & bahasa, 1 sosial dan kemandirian.
Rujuk ke spesialis anak.
Skrining CHAT
Pada pemeriksaan CHAT jawaban tidak pada pertanyaan A1, A2, A4, A5, A6, A7, B2,
B3, B4
-

Resiko tinggi menderita autis : tidak pada A5, A7, B2, B3 dan B4

Kemungkinan gangguan perkembangan lain : jumlah jawaban tidak 3 atau lebih untuk
pertanyaan A1-A4, B6, A8-A9, B1, B5

Kesan : resiko tinggi menderita autis, rujuk ke spesialis anak konsultan tumbuh kembang.
Skrining Denver II
Berdasarkan pemeriksaan Denver II didapatkan :
Personal sosial : 0C 2D
Bahasa
: 0C 29D
Motorik kasar : 2C 0D
Motorik halus : 0C 0D
Berdasarkan hasil Denver II maka anak ini mengalami keterlambatan di 3 aspek yaitu
personal sosial, bahasa, dan motorik kasar.
Selain itu, diagnosis diperkuat dengan kriteria gangguan autistic menurut ICD-10 dan
DSM IV, dimana hasilnya didapatkan anak ini memiliki 2 gejala interaksi social timbal balik,
4 gejala gangguan komunikasi dan 2 gejala gangguan prilaku. Sehingga dapat disimpulkan
30

bahwa an. TM/ laki-laki/ 3 tahun 3 bulan mengalami global developmental delayed et causa
autisme dengan diagnosis banding global developmental delayed et causa gangguan
pendengaran. Untuk menyingkirkan diagnosis banding, pada pasien ini akan direncanakan
untuk konsul ke bagian THT untuk pemeriksaan pendengaran.

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Shevell MI. The evaluation of the child with a global developmental delay. Seminar
Pediatric Neurology. 1998;5:2126.
2. Fenichel GM. Psychomotor retardation and regression. Dalam: Clinical Pediatric
Neurology: A signs and symptoms approach. Edisi ke-4.Philadelphia: WB Saunders;
2001.h.11747.
3. Shevell M, Ashwal S, Donley D, Flint J, Gingold M, Hirzt D, dkk. Practice parameter:
Evaluation of the quality standards subcommittee of the American Academy of Neurology
and the practice committee of the child neurology society. Neurology 2003;60:67-80.
4. Suwarba IGN, Widodo DP, Handryastuti RAS. Profil klinis dan etiologi pasien
keterlambatan perkembangan global di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari
Pediatri 2008;10:255-61.
5. Melati D, Windiani IGAT, Soetjiningsih.

Karakteristik

Klinis

Keterlambatan

Perkembangan Global Pada Pasien di Poliklinik Anak RSUP Sanglah Denpasar. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali
6. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan RI. 2005.
7. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Dalam: RanuhIGN, penyunting. Tumbuh kembang
anak. Jakarta: EGC; 1995. h. 1-32.
8. Walters AV. Development Delay: Causes and Identification. ACNR 2010; 10(2);32-4.

32

Anda mungkin juga menyukai