Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUTORIAL

BLOK TUMBUH KEMBANG ANAK

MODUL “GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN”

Nama : Namira Zabilla Putri

Stambuk : 18777033

Tutor: dr. Christina Kolondam, Sp. A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAT
PALU
2020/2021
SKENARIO
Adinda anak perempuan lahir pada tanggal 17 Desember 2010, dibawa oleh ibunya ke
Puskesmas pada tanggal 5 November 2011, karena Adinda tak seperti anak tetangga
yang seusia dengannya.

Dari anamnesis ibu, si anak lahir ditolong oleh bidan, dengan BB lahir 3200 gram, PB
50 cm, LK 32 cm, ia segera menangis. tetapi puncak kepalanya bengkak, yang baru
menghilang 3 hari kemudian. Pada usia 4 hari si bayi mulai malas menetek dan kulit di
seluruh tubuh bayi tampak kuning, dan ia pernah kejang 1x.

Anak ini hanya mendapat ASI sampai usia 3 bulan, karena si ibu sudah harus masuk
kerja, mendapat bubur susu mulai usia 4 bulan. Adinda belum bisa duduk walaupun
kepalanya sudah tegak pada usia 6 bulan. Anak bisa senyum spontan tetapi belum bisa
mengoceh. Kerincingan dan mainan yang dipegangnya selalu jatuh. Sepulang kerja ibu
sering mengajak bicara. Adinda mendapat imunisasi dasar lengkap.

Pada pemeriksaan ditemukan seorang anak yang belum bisa duduk, dengan kedua kaku
dan bersilangan. Tidak ditemukan anomali lain.

BB saat ini, 7000 gram, 2 bulan lalu berturut-turut 6700 gram, 6900 gram, PB, saat ini
65 cm, 2 bulan lalu 63 cm (TB ayah 160 cm, Ibu 152 cm). LK 40 cm.

Kata sulit

1. IMUNISASI : Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang


secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit.
2. KAKU : Keras tidak dapat dilenturkan (KBBI)

Kalimat kunci

1. Adinda perempuan lahir 17-12-2010 dan ke puskesmas tgl 5-11-2011, maka umur
Adinda 11 bulan
2. BB lahir 3.200 g, PB 50 cm, LK 32 cm, tidak segera menangis, puncak kepala
bengkak dan menghilang 3 hari kemudian
3. Usia 4 hari malas menetek, kulit seluruh tubuh kuning dan pernah kejang 1x
4. Diberikan ASI selama 3 bulan, usia 4 bulan mendapat bubur susu
5. Usia 6 bulan belum bisa duduk walaupun kepala tegak
6. Anak bisa senyum spontan tapi belum bisa mengoceh
7. Kerincingan dan mainan yang dipegangnya selalu jatuh
8. Mendapatkan imunisasi dasar lengkap
9. Anak belum bisa duduk dengan kedua kaki bersilangan
10. Bulan terakhir 6700 gram, 6900 gram, PB saat ini 65 cm, 2 bulan lalu 63 cm (TB
ayah 160 cm, Ibu 152 cm). LK 40 cm

Pertanyaan

1. Bagaimana tahap-tahap normal tumbuh kembang anak <1tahun?


2. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan?
3. Apa tanda-tanda gangguan tumbuh kembang pada kasus?
4. Apakah ada hubungan pemberian ASI 3 bulan dengan tumbuh kembang pada anak?
5. Apa DD dari scenario?
Pembahasan

1. Tahap-tahap tumbuh kembang anak

Gerak Kasar Presentil 90

Denver II

Tengkurap bolak balik 5,4 bulan

Duduk tanpa pegangan 6,8 bulan

Berdiri berpegangan 8,5 bulan

Berdiri tanpa berpegangan 11,6 bulan

Berdiri sendiri 13,7 bulan

Berjalan lancar 14,9 bulan

Lari 19,9 bulan

Bahasa / Bicara / Komunikasi Presentil 90

Denver II

Tertawa 3,1 bulan

Berteriak, mengoceh 4,3 bulan

Memanggil mama, papa 13,3 bulan

Bicara 2 kata 16,5 bulan


Bicara 6 kata 21,4 bulan

Menunjuk gambar 23,6 bulan

Personal-sosial Presentil 90

Denver II

Tersenyum spontan 2,1 bulan

Memasukkan mainan/kue ke mulut 6,5 bulan

Bertepuk tangan 11,4 bulan

Melambaikan tangan (da-da) 14 bulan

Gerak Halus Presentil 90

Denver II

Memegang mainan 3,9 bulan

Memasukkan mainan ke cangkir 10,9 bulan

Mencoret-coret 16,3 bulan

Menumpuk mainan 20,6 bulan


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi

a. Faktor internal
 Ras/etnik atau bangsa : anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia
tidak memilliki faktor herediter ras/bangsa Indoneisa atau sebaliknya.
 Keluarga : ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek gemuk atau kurus.
 Umur : kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
 Jenis kelamin : fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki
akan lebih cepat.
 Genetic : adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya.
Ada beberapa kelainan genetic yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti
kerdil.
 Kelainan kromosom : kelainan kromosom umumnya disetai dengan kegagalan
perumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s
b. Faktor eksternal
 Faktor prenatal
Gizi : nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya
kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi
dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau lahir mati.
o Mekanis : posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital seperti club
foot
o Toksi/zat kimia : Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-
zat teratogen. Misalnya obat-obatan anti kanker dsb dapat menyebabkan kelainan
bawaan.
o Radiasi paparan radium dan sinar rontgen dapat kelainan pada janin seperti
deformitass anggota gerak
o Infeksi : infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH dapat
menyebabkan kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, retardasi mental dan kelainan
jantung.
o Kelainan imunologi : adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu
sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui
plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolysis yang
selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan otak.
o Psikologi ibu : kehamilan yang tidak diinginkan, perlakukan salah/kekerasan
menal pada ibu hamil dan lain-lain.
 Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
 Faktor pascapersalinan
o Gizi :untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat
o Penyakit kronis/kelainan kongenital : tuberkolosis, anemia, kelainan jantung
bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
o Lingkungan fisis dan kimia : lingkungan sebagai tempat dasar anak. Sanitasi
lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat
kimia tertentu mempunyai dampak yang negative terhadap perumbuhan anak
o Psikologis : hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami
hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
o Endokrin : gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan.
o Sosio-ekonomi : kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan keridaktahuan, akan menghambat pertumbuhan
anak.
o Lingkungan pengasuhan : pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
o Stimulasi : pertumbuhan memerlukan rangsan/stimulasi khususnya dalam
kekluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan
anggota keluarha lain terhadap kegiatan anak.
o Obat-obatan : pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormone pertumbuhan.

3. Tanda-tanda gangguan tumbuh kembang pada kasus

• BB Adinda usia 11 bulan = 7 kg (seharusnya 7,6 - 9,9 kg), BB usia 10 bulan = 6,7 kg
(seharusnya 7,3 - 9,5 kg) dan 9 bulan 6,9 kg (seharusnya 7-9,2 kg)

• PB Adinda usia 11 bulan= 65 cm (seharusnya 68,5 – 74,9 cm), PB usia 10 bulan = 63 cm


(seharusnya 67,2 – 73,6), dan PB usia 9 bulan 63 cm (seharusnya 66 - 72,3 cm)

• LK Adinda usia 11 bulan = 40 cm (seharusnya 43-49 cm)

• Adinda yang berusia 11 bulan belum bisa duduk walaupun kepalanya sudah tegak pada
usia 6 bulan (seharusnya pada usia 10 bulan anak sudah dapat duduk sendiri tanpa
bantuan. Merangkak dengan baik, naik di kursi atau tangga rumah, berjalan dengan
bantuan, mengangkat kakinya jika Anda sedang memakaikan celana).

• Adinda belum bisa mengoceh (seharusnya sudah dapat bersuara ma,ma,ma, dan
memanggil mama-papa).

• Kerincingan dan mainan yang dipegangnya selalu jatuh (seharusnya Adinda yang berusia
11 bulan sudah dapat menjepit, memukulkan mainan di kedua tangan).

4. Hubungan pemberian asi


a) Untuk pertumbuhan
ASI mengandung nutrisi yang lengkap terutama 6 bln pertama dan mengandung
zat
b) Untuk perkembangan
Dengan memberikan ASI ibu dapat memberikan stimulasi dan rangsangan kepada
anak.
5. Defferential Diagnosis

global developmental delay

Perkembangan manusia mengacu pada perubahan fisik, kognitif, dan psikososial yang terjadi
sepanjang umur. Banyak garis perkembangan berkembang secara berurutan dan independen
dari waktu ke waktu sambil juga berinteraksi satu sama lain. Contoh dari banyak garis
perkembangan meliputi:
 Perkembangan fisiologis dan homeostasis
 Perkembangan struktural dan anatomi
 Perkembangan motorik - motorik halus dan kasar
 Pengembangan bahasa (spektrum penuh keterampilan komunikasi, termasuk gerak
tubuh dan ucapan)
 Perkembangan kognitif
 Pengembangan kepribadian
 Perkembangan sosial
 Perkembangan psikologis
 Perkembangan seksual
 Pengembangan keterampilan adaptif (Kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL)
Perkembangan otak janin dimulai selama trimester pertama, lebih khusus lagi pada minggu
keempat kehamilan, dan berlanjut selama kehamilan dengan pertumbuhan yang sangat cepat
pada masa kanak-kanak tetapi berlanjut secara aktif hingga masa remaja dan hingga
pertengahan dekade ketiga kehidupan dengan perkembangan yang berkelanjutan. sepanjang
umur. 
Keterlambatan perkembangan umumnya ditentukan dengan seorang anak tidak mencapai
tonggak perkembangan dibandingkan dengan teman sebaya dari populasi yang sama. Istilah
statistik sering digunakan untuk mengklasifikasikan derajat keterlambatan menjadi ringan
(usia fungsional (FA) <33% di bawah usia kronologis (CA), sedang (FA 34% hingga 66%
CA), dan berat (FA <66% CA). ). "Keterlambatan perkembangan" adalah deskripsi umum
dari fenotipe luas yang kemudian harus ditentukan dengan hati-hati menentukan satu atau
lebih elemen yang terkait dengan area perkembangan yang terganggu. Keterlambatan
perkembangan bukanlah diagnosis dengan sendirinya melainkan sebuah diagnosis kategoris,
istilah ilustratif yang digunakan di klinik. Selanjutnya, istilah yang sering digunakan untuk
menentukan penundaan perkembangan dapat berbeda menurut negara atau wilayah
praktik. Misalnya, istilah "keterbelakangan mental tidak lagi digunakan
dengan" ketidakmampuan belajar " yang digunakan di Inggris dan Kecacatan Intelektual
digunakan di AS untuk mendefinisikan sekelompok individu dengan penundaan yang
signifikan yang ditentukan oleh" kinerja yang sama atau lebih besar dari dua deviasi standar
di bawah rata-rata pada pengujian referensi norma standar yang sesuai dengan usia
"(pengujian IQ atau kecerdasan cerdas). Ada tiga jenis keterlambatan perkembangan
berdasarkan jumlah domain yang terlibat: 1) keterlambatan perkembangan yang terisolasi
(melibatkan domain tunggal); 2 . Multiple Developmental Delays - 2 atau lebih domain atau
jalur perkembangan terpengaruh; dan, 3) Global developmental delay ( GDD) —Penundaan
yang signifikan di sebagian besar domain perkembangan. Entitas lain dengan model
perkembangan abnormal adalah:
Kecacatan intelektual (ID) -   adalah kecacatan perkembangan yang terutama mempengaruhi
fungsi kognitif. Sesuai pedoman American Association on Intellectual and Developmental
Disabilities (ID), ini ditandai dengan defisit perkembangan seumur hidup yang signifikan di
bidang-bidang yang bertanggung jawab untuk pembelajaran, pemecahan masalah,
pengembangan keterampilan adaptif, dan kemandirian, umumnya dimulai sebelum usia 18
tahun. usia.
Gangguan perkembangan -  adalah kelompok sindrom yang sangat besar di mana urutan
atau pola perkembangan yang khas terganggu dengan penundaan dalam langkah-langkah
perkembangan dan / atau penyimpangan dalam proses perkembangan. Terlepas dari
kebijakan American Academy of Pediatrics tentang skrining awal, sejumlah besar gangguan
perkembangan tetap tidak terdiagnosis dan tidak diobati . 

Etiologi
Penyebab keterlambatan perkembangan adalah multifaktorial. Penyebab sebagian besar
keterlambatan perkembangan adalah idiopatik. Jika diketahui, etiologi dapat mencakup
faktor genetik, lingkungan, dan / atau psikososial.
Genetik: Tidak ada substrat genetik yang diketahui untuk keterlambatan
perkembangan. Namun, pola perkembangannya seringkali bersifat kekeluargaan, termasuk
terlambat berjalan dan berbicara. Meskipun demikian, keterlambatan perkembangan ini juga
dapat mewakili risiko sindrom atau gangguan perkembangan. Ada variasi yang cukup besar
dalam genetika gangguan perkembangan, mulai dari varian nomor salinan (CNV),
penyisipan, penghapusan, dan duplikasi. Meskipun sebagian besar merupakan varian langka,
beberapa mewakili varian umum. Faktor genetik yang paling umum dan diketahui untuk ID
adalah sindrom Fragile X, gangguan berulang trinukleotida (CGG) yang menargetkan gen
Fragile Mental Retardation 1 (FMR1) yang terletak pada kromosom X. Fragile X tampaknya
juga memberikan risiko ASD. Pencetakan juga dapat dilihat seperti kasus sindrom Prader-
Willi dan Angelman, yang bervariasi dengan hilangnya fungsi paternal (Prader-Willi) dan
maternal (Angelman) pada kromosom 15q. Baik keterlambatan perkembangan maupun
fenotipe fisik dapat dikaitkan dengan kelainan lain di mana terdapat kromosom ekstra atau
potongan kromosom, misalnya, sindrom Down (trisomi 21), sindrom Edward (trisomi 18) &
sindrom Patau (trisomi 13). Gangguan terkait-X lainnya termasuk sindrom Coffin-Lowry
terutama pada pria dan sindrom Rett pada wanita. 
Lingkungan : Sejumlah besar faktor lingkungan dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan dan gangguan perkembangan selanjutnya. Faktor-faktor ini dapat
mempengaruhi perkembangan di satu dari banyak titik dalam proses perkembangan. 
Antenatal:
 Gangguan yang diwariskan - misalnya (misalnya) sindrom Fragile X, sindrom Down,
atau mikrodelesi kromosom dan duplikasi.
 Infeksi ibu dini, (misalnya rubella, cytomegalovirus (CMV), toksoplasmosis
 Infeksi ibu lanjut, (mis., Varicella, HIV, malaria, dll.)
 Primigravida
 Interval antar kehamilan pendek
 Kehamilan remaja
 Vaskular - terdiri dari perdarahan dan oklusi
 Obat yang diresepkan - termasuk obat antiepilepsi (AED), sitotoksik
 Teratogen / racun - termasuk merokok, alkohol, opioid, dll.
 Kemiskinan
Perinatal:
 Batasan pertumbuhan intrauterine (IUGR) , prematuritas, leukomalasia periventrikular
 Ensefalopati hipoksik-iskemik (HIE), asfiksia perinatal
 Metabolik - Hipoglikemia, neurotoksisitas terkait bilirubin, dll.
 Kemiskinan
Setelah kelahiran:
 Gangguan metabolisme seperti hipoglikemia, hiponatremia, atau hipovolemia
 Kesalahan metabolisme bawaan - PKU
 Teratogen / racun - seperti timbal, arsenik, merkuri, dll.
 Trauma - trauma kepala
 Infeksi (misalnya meningitis neonatal, ensefalitis)
 Stres ibu - seperti depresi, kecemasan, dll.
 Penganiayaan, pasangan intim, dan / atau kekerasan dalam rumah tangga
 Kemiskinan
 Malnutrisi - terutama kekurangan multivitamin dan mineral, seperti zat besi, folat,
Vitamin D, kalsium, dll. 
Epidemiologi
Secara global, pada 2016, sekitar 52,9 juta anak dilaporkan mengalami keterlambatan
perkembangan yang teridentifikasi. Karena 95% dari populasi tinggal di negara berpenghasilan
rendah dan menengah (LMIC), ada peningkatan risiko keterlambatan dan gangguan
perkembangan. Meskipun prevalensi pasti dari keterlambatan perkembangan tidak diketahui,
menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 10% dari populasi di setiap negara memiliki salah
satu jenis disabilitas.  Di Amerika Serikat, sekitar 15% anak-anak dilaporkan memiliki
setidaknya satu masalah perkembangan.  Di Inggris, prevalensi ID pada anak balita dan orang
dewasa masing-masing adalah 2,7% dan 2,17%. Tingkat kejadian GDD adalah 1% sampai 3%
pada anak usia sekolah atau lebih muda.  Prevalensi autisme sekitar 2,5%. 
Prevalensi keterlambatan perkembangan yang melibatkan domain masing-masing di antara anak-
anak (yang didasarkan pada data yang dilaporkan pada anak-anak yang mendapatkan layanan
pada tahun 2007 oleh USPSTF di situs web masing-masing) diberikan di bawah ini: [15]
 Kognitif (1% hingga 1,5%)
 Ketidakmampuan belajar (8%)
 Pidato dan bahasa (2% hingga 19%)
 Setiap penundaan (15%)
Menurut Studi Kesehatan Anak Drakenstein (DCHS) yang dilakukan di Western Cape, Afrika
Selatan, risiko kinerja perkembangan yang rendah di lingkungan berisiko tinggi tinggi di antara
anak laki-laki. Demikian pula, beberapa penelitian lain juga melaporkan sedikit peningkatan
kejadian pada pria, kemungkinan karena variabilitas genetik pada kromosom X. 
Patofisiologi
Kecuali untuk sindrom spesifik yang mencakup keterlambatan perkembangan, sebagian besar
keterlambatan perkembangan adalah idiopatik. Meskipun patofisiologi yang mendasari pasti
tidak diketahui, beberapa mekanisme telah diusulkan oleh studi epidemiologi yang menyebabkan
semacam keterlambatan perkembangan dan / atau kecacatan. Karena beberapa bentuk
keterlambatan perkembangan dapat terjadi dalam keluarga, gen dianggap memainkan peran
penting dalam keterlambatan perkembangan. 
Banyak gen dan mekanisme transmisi genetik telah diajukan. Sementara untuk beberapa
penyebab keterlambatan perkembangan seperti Fragile X atau sindrom Down telah diketahui
etiologi genetiknya, untuk sebagian besar penyebab lainnya, tidak jelas. Bahkan untuk gangguan
yang ditandai dengan baik seperti gangguan spektrum autisme, ada lebih dari 100 alel
risiko. Komplikasi perinatal, deprivasi yang mendalam, dan kemiskinan, di antara penyebab stres
lingkungan lainnya, dapat berperan dalam menyebabkan keterlambatan perkembangan, tetapi
hubungan sebab akibat khusus tetap sulit dipahami.
Sumbu hipotalamus-hipofisis ( HPA ) bertanggung jawab atas regulasi normal respons stres pada
keturunan. Stres psikososial selama kehamilan, aktivasi kekebalan ibu ( MIA ), dan modifikasi
HPA dapat secara signifikan mempengaruhi perkembangan otak janin, tetapi tidak ada hubungan
sebab dan akibat yang spesifik untuk sebagian besar gangguan. Boyce dan koleganya
menawarkan konsep kerentanan diferensial. Hal ini menunjukkan bahwa risiko anomali
perkembangan meningkat oleh berbagai faktor yang menciptakan kerentanan biologis terhadap
penyebab stres lingkungan, tetapi hanya terekspresikan ketika tekanan lingkungan terjadi. Lebih
jauh lagi, bahkan anak-anak yang rentan pun dapat melakukannya dengan baik jika keadaan
lingkungan sangat mendukung dan mendorong ketahanan. 
Manajemen
Penanganan keterlambatan perkembangan merupakan upaya tim yang mencakup penyedia
layanan kesehatan primer serta subspesialisasi pediatrik seperti ahli saraf, psikiater anak dan
remaja, dokter anak perkembangan dan perilaku, serta subspesialis anak lainnya sesuai
indikasi. Selain itu, keterampilan dari disiplin ilmu lain mungkin diperlukan, misalnya, psikologi,
genetika, patologi bicara dan bahasa, terapi okupasi, terapi fisik, ahli gizi, dll. Singkatnya,
strategi pengobatan biasanya multi-modal.
Strategi pengobatan mengharuskan anggota utama tim, seringkali penyedia perawatan primer,
membangun kemitraan terapeutik dengan tim perawatan anak, mendidik dan memberi orang tua /
keluarga informasi yang diperlukan tentang keterlambatan perkembangan dan bukti sindrom
yang berkembang, termasuk perjalanan gangguan, diagnosis, prognosis, dan komplikasi. Selain
itu, dukungan psikososial dan konseling / bimbingan orang tua merupakan elemen penting dari
perawatan. Informasi harus diberikan pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan orang tua
untuk memahami karena hal ini akan meningkatkan penerimaan dan kepatuhan terhadap rencana
pengasuhan. [6] 
Untuk beberapa keluarga, layanan dukungan pekerjaan sosial mungkin diperlukan untuk layanan
koordinasi dan transportasi, kunjungan rumah rutin, dan layanan lain yang penting untuk
menyelesaikan evaluasi. [15]  Jika ada kekhawatiran klinis yang signifikan bahwa keterlambatan
perkembangan merupakan sindrom klinis yang berkembang dan orang tua tampaknya tidak
memahami atau menyangkal, maka janji tindak lanjut dengan penyedia perawatan primer selama
evaluasi perkembangan akan membantu. [3]  Rekomendasi lain untuk intervensi dan rujukan
awal diberikan di bawah ini:
1. Pendidikan usia dini
2. Program intervensi dini
3. Skrining, diagnostik, dan pengobatan dini dan berkala (EPSDT)
4. Masalah pengasuhan - pertimbangkan rujukan untuk pelatihan orang tua. Ini mungkin
termasuk terapi interaksi orang tua-anak (PCIT) yang terdiri dari dua fase, seperti
interaksi diarahkan orang tua (PDI) dan interaksi diarahkan anak (CDI). Selain itu, orang
tua mungkin membutuhkan bantuan dalam menyediakan lingkungan yang merangsang
dengan tepat di rumah, sekolah, dan tempat penitipan anak. Banyak anak dengan
keterlambatan perkembangan memenuhi syarat untuk layanan berbasis
komunitas. Penyedia perawatan primer harus terbiasa dengan layanan ini, kelayakan, dan
bagaimana membuat rujukan. Di antara banyak, ini termasuk:
5. Masalah Perilaku - pertimbangkan rujukan ke psikiater anak dan remaja dan / atau terapis
perilaku (analis perilaku bersertifikat dewan BCBA)
6. Masalah keterampilan sosial - pertimbangkan rujukan untuk pelatihan keterampilan sosial
(individu dan kelompok_
7. Gangguan pendengaran - pertimbangkan untuk merujuk ke audiologi (15)
8. Gangguan penglihatan - pertimbangkan untuk merujuk ke oftalmologi.
9. Keterlambatan motorik kasar atau halus — pertimbangkan rujukan ke terapi fisik dan /
atau terapi okupasi (PT / OT)
10. Penundaan bicara & bahasa - pertimbangkan rujukan ke ahli patologi wicara dan bahasa.
11. HeadStart
12. Pendidikan Khusus (melalui Program Pendidikan Individual (IEP) atau Paket 504)
13. Lembaga dan program layanan masyarakat lainnya 
Prognosis
Karena kebanyakan keterlambatan perkembangan sembuh secara spontan, prognosisnya secara
umum baik. Namun, keterlambatan perkembangan adalah risiko yang signifikan dan kuat untuk
berkembang menjadi sindrom atau gangguan perkembangan saraf. Akibatnya, sangat penting
bahwa setiap keterlambatan perkembangan diikuti dengan hati-hati sampai sembuh atau
berkembang menjadi gangguan perkembangan. Ada banyak faktor yang terkait dengan hasil
perkembangan yang buruk dan lebih baik. Beberapa faktor prognostik yang terkait dengan hasil
perilaku yang buruk atau keterlambatan perkembangan yang serius pada anak-anak usia 18-30
bulan adalah kurangnya pendidikan orang tua, anemia selama kehamilan, gizi buruk, bayi
prematur, jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah (BBLR), prenatal. dan depresi
pascanatal, kekerasan pasangan intim (IPV), penggunaan obat-obatan terlarang, tembakau atau
alkohol selama kehamilan, dan kemiskinan
Komplikasi
Kebanyakan keterlambatan perkembangan sembuh tanpa komplikasi. Sindroma yang
berkembang menjadi sindrom perkembangan memerlukan penilaian yang cermat oleh para ahli
yang terampil di bidang yang terpengaruh oleh gangguan perkembangan.
Cerebral palsy
Cerebral palsy adalah sekelompok kelainan permanen yang mempengaruhi perkembangan
gerakan dan menyebabkan keterbatasan aktivitas. Gangguan non-progresif yang bermanifestasi
dalam perkembangan otak janin atau bayi menyebabkan kelumpuhan serebral. Ini adalah
penyebab paling umum dari kecacatan pada masa kanak-kanak. Derajat dan jenis gangguan
motorik dan kemampuan fungsional bervariasi tergantung pada etiologinya. 
Etiologi
Perkembangan atau kerusakan yang tidak normal pada otak janin atau bayi menyebabkan
cerebral palsy. Penghinaan / cedera otak yang menyebabkan CP bersifat non-progresif ("statis")
dan dapat terjadi pada periode prenatal, perinatal, atau postnatal. Etiologi pada pasien individu
seringkali multifaktorial.
Penyebab Prenatal 
 Malformasi otak bawaan
 Infeksi intrauterine
 Stroke intrauterine
 Kelainan kromosom
Penyebab Perinatal 
 Penghinaan hipoksia-iskemik
 Infeksi sistem saraf pusat (SSP)
 Stroke
 Kernicterus
Penyebab Pascakelahiran 
 Trauma yang tidak disengaja dan tidak disengaja
 Infeksi SSP
 Stroke
 Penghinaan anoxic
Prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan untuk cerebral palsy. Komplikasi
prematuritas yang dapat menyebabkan cerebral palsy antara lain 
 Leukomalasia periventrikular
 Perdarahan intraventrikular
 Infark periventrikular.
Faktor risiko lain yang terkait dengan cerebral palsy adalah kehamilan multipel, hambatan
pertumbuhan intrauterin, penyalahgunaan zat ibu, preeklamsia, korioamnionitis, kelainan
kelainan plasenta, aspirasi mekonium, hipoglikemia perinatal, dan kerentanan genetik.
Epidemiologi
Cerebral palsy adalah penyebab paling umum dari kecacatan pada masa kanak-kanak. Itu terjadi
pada 1,5 hingga 2,5 per 1000 kelahiran hidup. Prevalensi secara signifikan lebih tinggi pada bayi
yang lahir prematur dibandingkan bayi yang lahir aterm. Risiko mengembangkan cerebral palsy
meningkat dengan menurunnya usia kehamilan, dengan bayi yang lahir pada usia kehamilan
kurang dari 28 minggu berada pada risiko paling besar. Prevalensi juga lebih tinggi pada bayi
berat lahir rendah. Bayi dengan berat lahir sangat rendah (kurang dari 1500 gram) memiliki
risiko terbesar; 5% hingga 15% bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1500 gram
mengembangkan cerebral palsy. Kejadian prenatal menyebabkan sekitar 80% kasus cerebral
palsy, dan kejadian postnatal menyebabkan sekitar 10% kasus.
Anamnesis harus mencakup riwayat prenatal, kelahiran, dan perkembangan yang
terperinci. Riwayat perkembangan harus memberi perhatian khusus pada perkembangan
motorik. Pada cerebral palsy, terjadi keterlambatan perkembangan motorik. Sejarah regresi
perkembangan tidak konsisten dengan cerebral palsy. Sejarah keluarga juga penting. Banyak
anggota keluarga dengan perkembangan yang tertunda atau gangguan neurologis yang serupa
karena pasien harus segera mempertimbangkan etiologi genetik cerebral palsy atau kelainan
yang menyerupai CP. Riwayat klinis juga harus difokuskan pada skrining untuk penyakit
penyerta, termasuk epilepsi, kelainan muskuloskeletal, nyeri, kesulitan penglihatan dan
pendengaran, masalah makan, gangguan komunikasi, dan gangguan perilaku.
Pemeriksaan fisik harus fokus pada identifikasi tanda klinis cerebral palsy. Lingkar kepala, status
mental, tonus dan kekuatan otot, postur, refleks (refleks tendon primitif, postural, dan dalam),
dan gaya berjalan harus menjalani evaluasi. Tanda dan gejala klinis cerebral palsy dapat
mencakup mikro atau makrosefali, iritabilitas berlebihan atau berkurangnya interaksi, hiper- atau
hipotonia, spastisitas, distonia, kelemahan otot, refleks primitif yang terus-menerus, refleks
postural abnormal atau tidak ada, inkoordinasi, dan hiperrefleksia.
Pemeriksaan fisik juga dapat mengidentifikasi tipe cerebral palsy. Cerebral palsy secara khas
menunjukkan jenis kelainan nada dan distribusi kelainan motorik. Subtipe cerebral palsy adalah
 Diplegia spastik: Pasien mengalami spastisitas dan kesulitan motorik yang lebih
mempengaruhi tungkai daripada lengan
 Hemiplegik spastik:  Pasien mengalami spastisitas dan kesulitan motorik yang
mempengaruhi satu sisi tubuh; lengan sering kali lebih terlibat daripada kaki
 Tunadaksa spastik:  Pasien mengalami spastisitas dan kesulitan motorik yang mengenai
keempat ekstremitas; seringkali, keterlibatan ekstremitas atas sering kali lebih besar
daripada tungkai
 Dyskinetic / hyperkinetic (choreoathetoid): Pasien memiliki gerakan yang berlebihan dan
tidak disengaja yang ditandai sebagai kombinasi dari kontraksi otot yang cepat seperti
tarian dan gerakan menggeliat yang lambat
 Dystonic: Pasien mengalami kontraksi otot yang tidak disengaja dan berkelanjutan yang
menyebabkan gerakan memutar dan berulang  
 Ataksik: Pasien mengalami ketidakstabilan dan inkoordinasi, seringkali hipotonik
 Riwayat klinis dan pemeriksaan fisik yang dikombinasikan dengan neuroimaging dan
penilaian perkembangan standar berguna dalam membuat diagnosis cerebral palsy. MRI
otak adalah modalitas pencitraan pilihan untuk mengevaluasi penyebab cerebral
palsy. MRI memiliki hasil diagnostik yang lebih tinggi daripada CT dan memberikan
detail anatomi otak yang lebih baik. MRI memiliki sensitivitas 86% hingga 89% untuk
mendeteksi neuroanatomi abnormal di area motorik otak. Ultrasonografi kranial yang
dilakukan pada masa neonatal / awal masa bayi dapat berguna untuk mengidentifikasi
perdarahan intraventrikular, ventrikulomegali, dan leukomalasia periventrikel.
 Untuk deteksi dini penilaian perkembangan standar cerebral palsy bersama dengan
neuroimaging harus digunakan. General Movements Assessment (GM) adalah penilaian
motorik standar yang digunakan pada anak di bawah usia lima bulan dengan koreksi usia.
GM mengamati kualitas gerakan spontan pada bayi saat berbaring terlentang. Gerakan
umum tersinkronisasi yang sempit dan tidak adanya gerakan gelisah antara 9 hingga 20
bulan dapat memprediksi palsi serebral dengan andal. Ini memiliki sensitivitas 98% dan
keandalan antar penilai 89% hingga 93%. Ujian Neurologis Bayi Hammersmith (HINE)
adalah penilaian neurologis standar yang tersedia untuk anak-anak antara usia 2 dan 24
bulan. Ini terdiri dari 37 item dan dibagi menjadi tiga bagian: pemeriksaan fisik,
dokumentasi perkembangan motorik, dan evaluasi keadaan perilaku. HINE memiliki
sensitivitas 90% untuk mendeteksi cerebral palsy. 
 EEG harus diperlukan untuk pasien yang diduga mengalami kejang. Pasien dengan stroke
sebagai penyebab cerebral palsy harus menjalani skrining trombofilia. Kelainan koagulasi
pro-trombotik ditemukan pada 50% sampai 60% pasien dengan riwayat stroke. 
Prognosis
Kebanyakan anak dengan cerebral palsy akan bertahan hidup hingga dewasa. Pasien yang
terkena dampak parah memiliki penurunan harapan hidup. Penyebab kematian dini yang paling
umum adalah penyakit pernapasan, biasanya pneumonia aspirasi.
Prognosis kemampuan motorik bergantung pada subtipe cerebral palsy, kecepatan perkembangan
motorik, kepastian refleks perkembangan, dan kemampuan kognitif. Anak-anak yang berjalan
mandiri biasanya mencapai pencapaian ini pada usia tiga tahun. Mereka yang berjalan dengan
dukungan mungkin membutuhkan waktu hingga usia sembilan tahun untuk mencapai pencapaian
ini.  Seorang anak yang tidak bisa berjalan pada usia sembilan tahun kemungkinan tidak bisa
berjalan bahkan dengan dukungan. Anak-anak dengan hemiplegic, choreoathetoid, dan ataksik
cerebral palsy cenderung bisa berjalan. Indikator prognostik yang baik untuk berjalan mandiri
adalah duduk pada usia 24 bulan dan merangkak pada 30 bulan.  Indikator prognostik yang
buruk untuk berjalan termasuk tidak mencapai keseimbangan kepala pada 20 bulan, refleks
primitif dipertahankan, atau tidak pula refleks postural pada usia 24 bulan, dan tidak merangkak
pada usia lima tahun. 
Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat menyertai cerebral palsy, termasuk :
 Nyeri- terjadi pada 50% hingga 75%
 Disabilitas intelektual terjadi pada 50%
 Epilepsi terjadi pada 25% hingga 45%
 Gangguan ortopedi (subluksasi / dislokasi pinggul (30%), kelainan bentuk kaki, dan
skoliosis)
 Gangguan bicara terjadi pada 40% hingga 50%
 Gangguan pendengaran terjadi pada 10% hingga 20%
 Kebutaan terjadi pada 10%
 Strabismus terjadi pada 50%
 Gangguan neurobehavioral terjadi pada 25%
 Kegagalan pertumbuhan
 Penyakit paru-paru
 Osteopenia terjadi pada 77% dari mereka yang terkena dampak sedang-berat
 Kondisi urologi (inkontinensia, kandung kemih neurogenik): terjadi pada 30 hingga 60%
 Gangguan tidur terjadi pada 23%
 Kelainan gigi
Daftar pustaka

1. Jamika L. allman-Cooper ; Franklyn Rocha Cabrero, cerebral palsy, 20 November 2020 .


Availabe form URL : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538147/
2. Slide bahan ajar dr. Andi Handriyati, M.Kes. Sp.A. Fakultas Kedokteran Universitas
alkhairaat. 2017
3. Makrufiani D. Faktor-faktor yang mempengaruhi status perkembangan balita usia 1-3
tahun di wilayah puskesmas gamping II sleman tahun 2018. Poltekes kesehatan
kementrian kesehatam Yogyakarta. Jun 2018. Available from: URL:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1422/1/SKRIPSI.DINI%20MAKRUFIYANI.pdf
4. Israr Khan ; Bennett L. Leventhal. Keterlambatan Perkembangan. 19 September 2020 .
Availabe form URL : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562231/

Anda mungkin juga menyukai