EKLAMPSIA
Oleh :
KELOMPOK IX
Tri Dewi Septi Rahayu 18777042
Nurhaliza Anggraini Neu 18777043
Andi Jilan Balqis Ramadhini 18777044
Hafizh Padlullah 18777046
Della Safitri 18777050
Ahmad Ramadhan 17777022
Fakultas Kedokteran
Universitas Alkhairaat
2021
BAB I
Pembahasan
A. Definisi
Eklampsia didefinisikan sebagai peristiwa terjadinya kejang pada kehamilan ≥
20 minggu disertai atau tanpa penurunan tingkat kesadaran bukan karena
epilepsi maupun gangguan neurologi lainnya. Kejang eklampsia hampir selalu
didahuluioleh preeklampsia. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester
ketiga dan menjadi sering saat kehamilan mendekati aterm. Eklampsia dapat
terjadi pada antepartum, intrapartum, dan postpartum. Eklampsia postpartum
umumnya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. Pada
penderita preeklampsia dapat memberikan gejala atau tanda khas sebelum
terjadinya kejang disebut tanda prodromal. Preeklampsia yang disertai tanda
prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia.
Eklampsia adalah komplikasi preeklamsia yang diketahui selama kehamilan
dan dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin jika tidak
didiagnosis dengan benar. Preeklamsia dan eklampsia adalah salah satu dari
empat kategori yang terkait dengan gangguan hipertensi kehamilan. Tiga
kategori lainnya termasuk hipertensi kronis, hipertensi gestasional, dan
preeklamsia yang ditumpangkan pada hipertensi kronis. Preeklamsia, prekursor
eklampsia, telah memiliki definisi yang berkembang selama beberapa tahun
terakhir.
B. Etiologi
Etiologi pasti dari eklampsia masih belum jelas meskipun pemahaman tentang
preeklamsia sudah maju. Diusulkan bahwa ada peningkatan permeabilitas
sawar darah-otak selama preeklamsia, yang menyebabkan perubahan aliran
darah otak karena gangguan autoregulasi.
C. Patofisiologi
Eklampsia adalah kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda-tanda
preeklampsia. Preeklampsia sendiri merupakan kumpulan gejala yang terdiri
dari hipertensi (Tekanan darah ≥140/90 mmHg) bersamaan dengan
proteinuriamasif yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Eklampsia dibagi menjadi tiga yaitu, eklampsia antepartum, eklampsia
intrapartum, dan eklampsia postpartum. Eklampsia banyak terjadi pada
trimester terakhir dan semakin meningkat saat mendekati persalinan.(1). Sekitar
60-75% eklampsia dapat terjadi sebelum persalinan, dansekitar 40-50% terjadi
saat persalinan dan 48 jam pertama setelah melahirkan. Ancaman kejang dapat
tetap terjadi hingga 6 minggu pasca persalinan yang sering disebut dengan
eclampsia late onset.
Suatu kehamilan disebut normotensi apabila mempunyai tekanan darah sistolik
<140 mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg yang diukur dengan
tensimeter air raksa yang telah ditera dan diukur dua kali selang 4 jam setelah
penderita istirahat dalam posisi duduk. Adapun beberapa teori tentang
patofisiologi eklampsia adalah sebagai berikut :
1. Inhibisi perkembangan uterovaskular
Terdapat banyak perubahan uterovaskular yang terjadi ketika seorang wanita
hamil. Dipercayai bahwa perubahan tersebut disebabkan karena interaksi
antara allograft fetus dan ibu sehingga terjadi perubahan vascular lokal dan
sistemik. Pada pasien dengan eklampsia, perkembangan arteri uteroplasenta
terhambat.
2. Hambatan regulasi aliran darah serebral
Dipercaya bahwa pada eclampsia terdapat aliran darah serebral abnormal yang
diakibatkan oleh hipertensi yang ekstrem. Regulasi perfusi serebral dihambat,
pembuluh darah mengalami dilatasi dengan peningkatan permeabilitas, dan
terjadilah edema serebral, sehingga terjadi iskemia dan enselopati. Pada
hipertensi yang ekstrem, vasokontriksi kompensasi normal dapat terganggu.
Beberapa temua otopsi mendukung model ini dan secara konsisten
menunjukkan pembengkakan dan nekrosis fibrinoid dinding pembuluh darah.
3. Disfungsi endotel
Faktor yang berhubungan dengan disfungsi endotel telah menunjukkan
meningkat
pada sirkulasi sistemik wanita yang mengalami eklampsia. Factor tersebut
meliputi :
Fibronektin Seluler
Faktor Von Willebrand
Molekul adhesi sel (seperti P-selectin, vascular endothelial adhesion
molecule-1 [VCAM-1]
Intercellular adhesion molecule-1[ICAM-1])
Sitokin (seperti interleukin-6 [IL-6])
Tumor necrosis factor-α [TNF-α]
Selain itu, dipercaya bahwa factor antiangiogenik, seperti protein
plasenta fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt-1) dan activin A, antagonis
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). Peningkatan kadar
protein tersebut menyebabkan reduksi VEGF dan menginduksi
disfungsi endotel lokal dan sistemik. Kebocoran protein dari sirkulasi
dan edema generalisata
merupakan sekuele disfungsi endotel dan menjadi faktor penentu yang
berhubungan dengan preeklampsia dan eklampsia.
4. Stres oksidatif
Terdapat bukti yang mengindikasikan bahwa molekul leptin meningkat pada
sirkulasi wanita dengan eklampsia, menginduksi stres oksidatif, faktor lain
pada eklampsia, pada sel. Peningkatan leptin juga menyebabkan agregasi
trombosit, yang berkontribusi terhadap koagulasi yang berhubungan dengan
eklampsia. Stres oksidatif diketahui menstimulasi produksi dan sekresi faktor
antiangiogenik activin A dari sel endotel dan plasenta.
Adapun diagnosis dari preeklampsia berat adalah preeklampsia yang disertai satu atau
lebih dari gejala berikut :
a) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
pada dua keadaan dengan jangka waktu paling sedikit 6 jam dengan patian dalam
posisi bedrest
b) Proteinuria lebih dari 5 gr/dl pada sampel urin tampung 24 jam atau ≥ 3+ dengan
carik celup pada dua sampel urin acak yang diambil dengan jarak waktu 4 jam atau
lebih
c) Oliguria, produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
d) Gangguan visus dan serebral berupa penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma,
pandangan kabur
e) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen akibat regangan
pada kapsula Glisson
f) Edema paru atau sianosis
g) Hemolisis mikroangiopatik
h) Gangguan fungsi hepar ditandai adanya peningkatan serum transaminase
i) Kenaikan kadar kreatinin plasma
j) Trombositopenia (< 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat)
k) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
l) Adanya sindroma HELLP (Hemolysis; Elevated liver enzymes; Low
platelet)
Salah satuteori etiologi preeklampsia yang saat ini cukup banyak dianut yaitu teori
iskemiaplasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel. Penatalaksanaan preeklampsia
lebih ditekankan pada pencegahan kejang dan pengontrolan hipertensi. Pemberian
anti kejang Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan pilihan pertama dalam
tatalaksana preeklamsia berat, pemberian jalur intravena dapat diberikan dengan
loading dose 4 gram diencerkan dalam 10 ml cairan aquades diberikan selama 15
hingga 20 menit bolus lambat. Selanjutnya dapat memulai dosis rumatan MgSO4 6
gram dalam 500 mL cairan Ringer laktat dengan kecepatan dosis 1 gram/jam atau
sekitar 28 tetes makro permenit.(6,7,9) Penatalaksanaan hipertensi dan pencegahan
kejang dapat menurunkan risiko komplikasi. Pemberian obat anti hipertensi yang
direkomendasikan ialah nifedipin sebanyak 10 mg diberikan setiap 20 menit
sampaitekanan darah turun mencapai 25% dari mean arterial pressure (MAP).
d) Faktor eksogen
- Merokok (menurunkan risiko)
- Stress, tekanan psikososial terkait pekerjaan
- Paparan dietilstilbesrol