Disusun Oleh:
Kelompok
PEMBIMBING:
dr. Christina Maria R Kolondam, Sp.A
Kelompok :
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Al-Khairaat Palu
Judul Refka : Demam Berdarah Dengue
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Mahasiswa
Pembimbing
Perwakilan Kelompok
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Seorang pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 1 bulan, masuk rumah sakit dengan
keluhan demam. Demam dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (kamis,
29/4/2022), demam tinggi secara mendadak, demam bersifat terus menerus. demam
tidak turun walaupun diberi obat penurun panas. pasien juga mengeluhkan nyeri kepala
serta nyeri perut sebelah kanan dan uluhati disertai mual yang dirasakan sejak 2 hari
yang lalu. Muntah (-). Nyeri pada sendi dan otot (-). Tidak ada riwayat perdarahan
gusi, mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit. BAK lancar. Pada pemeriksaan
antropometri didapatkan berat badan 30 kg, panjang badan 140 cm, sehingga diperoleh
BB/U = 30/29 x 100% = 103% (BB Baik), TB/U = 140/134 x 100% = 104% (TB
Normal), BB/TB = 30/33 x 100% = 91% (Gizi Baik). Tanda vital denyut nadi :
94x/menit, respirasi : 24x/menit, suhu:38,7, SpO2: 99%. Pada pemeriksaan fisik
kepala-leher tidak ditemukan kelainan, pemeriksaan thoraks vesikuler kedua lapang
paru, Bunyi jantung I/II murni reguler, pada pemeriksaan abdomen didapatkan
hepatomegali, nyeri tekan (+) regio epigastric dan hipokondirum kanan. Akral hangat
pada keempat ekstremitas, nadi kuat angkat, tes rumple leede test (+). Pada
pemeriksaan penunjang WBC 3600/uL, Hb 13,4 gr/dl, hematokrit 38,9%, trombosit
148.000. Pada hari ke 2 perawatan, demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual
(+), muntah (-), pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-). WBC 5200, HCT
37,4%, PLT 81.000. Pada perawatan hari ke 3, demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala
(+), mual (-), muntah (-), pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-). WBC 7800,
HCT 37,1%, dan PLT 69.000.
3
3. Nyeri kepala serta nyeri perut sebelah kanan dan uluhati disertai mual yang
dirasakan sejak 2 hari yang lalu.
4. Muntah (-). Nyeri pada sendi dan otot (-).
5. Tidak ada riwayat perdarahan gusi, mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit.
6. Status gizi dari pasien : BB/U = 30/29 x 100% = 103% (BB Baik), TB/U =
140/134 x 100% = 104% (TB Normal), BB/TB = 30/33 x 100% = 91% (Gizi
Baik).
7. Tanda vital denyut nadi : 94x/menit, respirasi : 24x/menit, suhu:38,7, SpO2: 99%.
8. Pada pemeriksaan fisik kepala-leher tidak ditemukan kelainan. Akral hangat pada
keempat ekstremitas, nadi kuat angkat, tes rumple leede test (+).
9. Pada pemeriksaan penunjang WBC 3600/uL, Hb 13,4 gr/dl, hematokrit 38,9%,
trombosit 148.000.
10. Perawatan hari ke 2, demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual (+),
muntah (-), pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-). WBC 5200, HCT
37,4%, PLT 81.000.
11. Perawatan hari ke 3, demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual (-), muntah
(-), pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-). WBC 7800, HCT 37,1%, dan
PLT 69.000.
1.3 Pertanyaan
1. Bagaimana klasifikasi dari demam
2. Bagaimana etiologi dari kasus tersebut
3. Jelaskan patogenesis dari kasus tersebut
4. Apa diagnosis dari kasus tersebut
5. Bagaimana alur tatalaksana dari kasus tersebut
6. Diagnosis banding dari kasus tersebut
4
5
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama Pasien : An. T
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Lahir pada tanggal/umur : 18-09-2013/ 9 Tahun 1 Bulan
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Kaili
7. Nama Ibu : Ny. L
8. Usia Ibu : 43 tahun
9. Pekerjaan Ibu : ASN
10. Pendidikan terakhir ibu : S1
11. Nama Ayah : Tn. A
12. Usia Ayah : 44 tahun
13. Pekerjaan Ayah : ASN
14. Pendidikan terakhir ayah : S2
15. Tanggal masuk ruangan/jam : 29-10-2022
16. Tanggal keluar ruangan/jam :-
17. Jumlah hari perawatan : 3 hari
18. Diagnosis : Demam Berdarah Dengue
19. Anamnesis diberikan oleh : Orang tua pasien ( ibu pasien)
20. Family Tree :
Keterangan
Ayah
Ibu
Anak 1
Pasien
6
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 1 bulan, masuk rumah sakit
dengan keluhan demam. Demam dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
(kamis, 29/4/2022), demam tinggi secara mendadak, demam bersifat terus menerus.
demam tidak turun walaupun diberi obat penurun panas. pasien juga mengeluhkan
nyeri kepala serta nyeri perut sebelah kanan dan uluhati disertai mual yang
dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Muntah (-). Nyeri pada sendi dan otot (-). Tidak
ada riwayat perdarahan gusi, mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit. BAK
lancar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat penyakit yang sama sebelumnya
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
5. Anamnesis Antenatal dan Riwayat Persalinan
Riwayat kehamilan ibu G2P1A0, ibu rutin melakukan perawatan antenatal
care (ANC), lahir secara spontan di klinik dibantu oleh bidan. Dengan berat badan
lahir 3100 gram.
6. Penyakit yang sudah pernah dialami
- Morbili : Belum Pernah
- Varicella : Belum Pernah
- Pertussis : Belum Pernah
- Diare : Pernah
- Cacingan : Belum Pernah
- Batuk/Pilek : Pernah
- Lain-lain : Tidak Ada
7. Tumbuh Kembang : Sesuai usia
8. Anamnesis Makanan Terperinci
- Usia 0 – 6 Bulan : ASI
- Usia 6 – 12 Bulan : ASI + MPASI
- Usia 12 – 14 bulan : Susu Formula (Morinaga)
- 14 bulan – sekarang : Makanan Rumahan
7
9. Riwayat Imunisasi
Dasar Ulang
Imunisasi
I II III I II III
BCG +
Polio + + +
DPT + + +
Campak +
Hepatitis + + +
Pasien lengkap melakukan imunisasi dasar
10. Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan
- Keadaan Sosial : Pasien tinggal bersama kedua orang
tuanya
- Keadaan Ekonomi : Pasien berasal dari keluarga dengan
status ekonomi menengah yang
cukup mampu
- Kebiasaan dan Lingkungan : Pasien tinggal di lingkungan rumah
yang cukup bersih dan sehat serta
pemenuhan air bersih yang
memadai.
C. Pemeriksaan Fisik
Umur : 9 Tahun 1 Bulan
Berat Badan : 30 kg
Tinggi Badan : 140 cm
Status Gizi :
- BB/U : 30/29 x 100 % : 103 % (BB Baik)
- TB/U : 140/134 x 100% : 104% (TB Normal)
- BB/TB : 30/33 x 100% : 91% (Gizi Baik)
8
Anemia : (-)
Ikterus : (-)
2. Tanda vital
Tekanan darah :-
Denyut nadi : 94 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu Axilla : 38,7 0C
SpO2 : 99 %
3. Kulit
Warna : Sawo Matang
Turgor : kembali cepat
4. Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, sulit dicabut
Wajah : Sesuai usia
5. Mata
Mata cekung : (-/-)
Air mata : (-/-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Pupil : Bulat, isokor Okuli Dexsin 2,5 cm
6. Telinga
Bentuk : Normal
Otorrhea : (-/-)
Sekret : (-/-)
7. Hidung
Bentuk : Normal
Rinorrhea : (-/-)
Pernapasan cuping hidung: (-)
8. Mulut
Mucosa/selaput mulut : Stomatitis (-)
Bibir : Kering (+)
9
9. Tenggorokan
Tonsil : T1/T1
Pharynx : Hiperemis (-)
10. Leher
Kelenjar : Pembesaran kel. Limfe (-)
11. Thorax
Bentuk : Normothorax
Retraksi : (-/-)
12. Paru
Inspeksi : Simetris Bilateral
Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
13. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : BJ I & II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-)
14. Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi : Hepatomegali (+), Nyeri tekan (+) regio epigastric dan
hypochondriac dextra
Perkusi : Timpani (+)
15. Anggota gerak : Akral hangat 4 extremitas, pulsasi kuat angkat. Tes Rumple leede
(+)
16. Tulang-tulang : Dalam batas normal
10
D. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap ( 29/10/2022)
Hasil Nilai Rujukan
E. Resume
Seorang pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 1 bulan, masuk rumah sakit dengan
keluhan dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (kamis, 29/4/2022), demam
tinggi secara mendadak, terus menerus. demam tidak turun walaupun diberi obat
penurun panas. Nyeri kepala (+) dan nyeri perut (+) sebelah kanan dan uluhati disertai
mual yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Muntah (-). Nyeri pada sendi dan otot (-).
Tidak ada riwayat perdarahan gusi, mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit. BAK
lancar.
Pada pemeriksaan didapatkan tanda vital denyut nadi : 94x/menit, respirasi :
24x/menit, suhu:38,7, SpO2: 99%. Pada pemeriksaan kepala-leher tidak ditemukan
kelainan, pemeriksaan thoraks bronchovesikuler kedua lapang paru, Bunyi jantung I/II
murni reguler, pada pemeriksaan abdomen didapatkan hepatomegali, nyeri tekan (+)
regio epigastric dan hipokondirum kanan. Akral hangat pada keempat ekstremitas, nadi
kuat angkat, tes rumple leede (+). Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap
didapatkan WBC 3600/uL, Hb 13,4 gr/dl, hematokrit 38,9%, trombosit 148.000.
F. Diagnosis
- Demam Berdarah Dengue Grade 1
G. Terapi
- IVFD Asering 23 Tpm makro
- Inj. Paracetamol 300 mg/6 Jam/IV
11
H. Anjuran Pemeriksaan
- Kontrol darah lengkap
- Observasi tanda vital setiap 4 jam
- Takar urin
I. Prognosis
1. Qua Ad Vitam : Bonam
2. Qua Ad Functionam : Bonam
3. Qua ad Sanactionam : Bonam
12
FOLLOW UP
LEHER
DADA
13
PARU-PARU
JANTUNG
ABDOMEN
ANGGOTA GERAK
A
Dengue Berdarah Dengue grade 1
P - IVFD Asering 23 tpm makro
- Injeksi Paracetamol 300 mg/6jam/iv
- Observasi tanda vital tiap 4 jam
- Cek darah lengkap
14
Darah Lengkap ( 30/10/2022)
Hasil Nilai Rujukan
19.30 CM
23.30 CM
Jam Urin
11.30 100 cc
12.30 100 cc
12.15 100 cc
13.13 100 cc
13.36 99 cc
13.59 90 cc
14.21 100 cc
14.53 100 cc
15.24 100 cc
15
16.17 100 cc
17.36 100 cc
17.50 100 cc
19.37 90 cc
20.08 95 cc
20.55 70 cc
21.57 100 cc
16
Angularis (-)
- Tonsil T1/T1, Faring hiperemis (-)
LEHER
DADA
PARU-PARU
JANTUNG
ABDOMEN
ANGGOTA GERAK
17
A
Demam berdarah dengue grade 1
P - IVFD Asering 23 tpm/jam
- Injeksi Paracetamol 300 mg/6jam/iv
- Observasi tiap 4 jam
- Cek darah lengkap
18
Darah Lengkap ( 31/10/2022)
Hasil Nilai Rujukan
06.00 CM
10.00 CM
14.00 CM
18.00 CM
Jam Urin
00.14 150 cc
04.00 120 cc
09.00 50 cc
18.00 80 cc
21.40 100 cc
13.59 90 cc
14.21 100 cc
14.53 100 cc
15.24 100 cc
16.17 100 cc
19
17.36 100 cc
17.50 100 cc
19.37 90 cc
20.08 95 cc
20.55 70 cc
21.57 100 cc
20
DISKUSI
DEFINISI
ETIOLOGI
1
selama hidupnya. Serotipe DEN3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.7,9
EPIDEMIOLOGI
Sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan endemis di Indonesia. Penyakit ini dapat
mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah endemis yang
terjadi hampir setiap tahunnya pada musim penghujan. Sejak tahun 1952 infeksi
virus dengue menimbulkan manifestasi klinis berat yaitu demam berdarah dengue
(DBD) yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian menyebar ke Thailand,
Vietnam, Malaysia bahkan Indonesia.4
Demam berdarah dengue sering terjadi pada anak usia kurang dari 15
tahun. Sekitar 50% penderita DBD berusia 10-15 tahun yang merupakan golongan
usia yang tersering menderita DBD dibandingkan dengan bayi dan orang dewasa.
Nyamuk Aedes aegypti yang aktif menggigit pada siang hari dengan dua puncak
aktivitas yaitu pada pukul 08.00 – 12.00 dan 15.00 – 17.00.9,11
Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus
dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang, Insidence rate (IR)
65,7 per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,87%. Terjadi
penurunan IR DBD jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 68,22 per
100.000 penduduk. Demikian juga dengan CFR yang mengalami sedikit
penurunan, pada tahun 2009 CFR DBD sebesar 0,89%.5
2
World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, Indonesia merupakan Negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara. Penyakit DBD masih menjadi permasalahan yang serius di Provinsi
Jawa Tengah, hal ini terbukti dengan adanya 35 kabupaten/kota yang sudah
pernah terjangkit penyakit DBD. Sedangkan insidence rate (IR) DBD di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 15,27/100.000 penduduk. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2010 yang jumlahnya 59,8/100.000 penduduk pada
tahun 2011 mengalami penurunan yang sangat derastis. Angka kematian / Case
Fatality Rate (CFR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 ialah 1,29%.
Angka kesakitan tertinggi pada tahun 2011 berada di Kota Semarang dan terendah
di Kabupaten Wonogiri sebesar 4,29/100.000 penduduk.4
PATOGENESIS
3
Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi
biologis yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-
mediated cytotoxity (ADCC) dan ADE.15
4
alpha (TNF-A) dan platelet activating factor (PAF); akibatnya akan terjadi
peningkatan (enhancement) infeksi virus dengue.13 TNF alpha akan menyebabkan
kebocoran dinding pembuluh darah, merembesnya cairan plasma ke jaringan
tubuh yang disebabkan kerusakan endothel pembuluh darah yang mekanismenya
sampai saat ini belum diketahui dengan jelas.16
Pada infeksi virus dengue, viremia terjadi sangat cepat, hanya dalam
beberapa hari dapat terjadi infeksi di beberapa tempat tapi derajat kerusakan
jaringan (tissue destruction) yang ditimbulkan tidak cukup untuk menyebabkan
kematian karena infeksi virus; kematian yang terjadi lebih disebabkan oleh
gangguan metabolik.13
FAKTOR RISIKO
5
pendidikan dan pekerjaan masyarakat, jarak antar rumah, keberadaan tempat
penampungan air, keberadaan tanaman hias dan pekarangan serta mobilisai
penduduk; sedangkan tata letak rumah dan keberadaan jentik tidak menjadi faktor
risiko.23
6
MANIFESTASI KLINIS
7
● Sakit kepala
● Nyeri retroorbital
● Mialgia
● Atralgia/nyeri tulang
● Ruam kulit
● Leukopenia (≤ 5000 sel/mm3 )
● Trombositopenia (≤150.000)
● Peningkatan hematocrit (5–
10%)
● Tidak ada bukti kebocoran
plasma
● Manifestasi perdarahan
● Tidak ada bukti kebocoran
plasma
8
Manifestasi klinik untuk demam berdarah dengue (DBD) yaitu:
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Tes respon imunologi berdasarkan tes antibodi IgM dan IgG. Viremia akibat dengue
biasanya berlangsung singkat, biasanya terjadi 2-3 hari sebelum timbulnya demam
kemudian masa penyakit berlangsung selama empat sampai tujuh hari. Selama
periode ini virus dengue, asam nukleat dan beredar antigen virus dapat dideteksi
(Gambar 2). Respon antibodi terhadap infeksi terdiri dari kemunculan berbagai jenis
imunoglobulin; dan IgM dan IgG merupakan imunoglobulin memiliki nilai
diagnostik pada dengue. Antibodi IgM dapat terdeteksi pada hari 3-5 setelah mulai
sakit, naik cepat sekitar dua minggu dan selanjutnya menurun hingga tingkat yang
tidak terdeteksi setelah 2-3 bulan. Antibodi IgG dapat dijumpai pada kadar yang
rendah hingga akhir minggu pertama, kemudian meningkat secara tetap bertahap dan
dapat bertahan untuk jangka yang panjang (selama bertahun-tahun). Karena
munculnya antibodi IgM ini cukup lambat, yaitu setelah lima hari sejak timbulnya
demam, uji serologis ini biasanya memberikan hasil negatif selama lima hari pertama
sejak pasien mulai sakit. Pada infeksi dengue sekunder (ketika host sebelumnya telah
terinfeksi virus DBD), titer antibodi meningkat pesat. Antibodi IgG dapat terdeteksi
9
dengan kadar yang tinggi, bahkan di fase awal, dan bertahan beberapa bulan sampai
seumur hidup. Tingkat antibodi IgM secara signifikan lebih rendah dalam kasus-
kasus infeksi sekunder. Oleh karena itu, rasio IgM / IgG biasanya digunakan untuk
membedakan antara infeksi dengue primer dan sekunder. Trombositopenia biasanya
diamati antara ketiga dan hari kedelapan penyakit diikuti oleh perubahan hematokrit.
Gambar 1. Serologi Ig M dan Ig G pada infeksi dengue
2. Polymerase Chain Reaction (PCR) PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DENV
pada lima hari pertama setelah onset penyakit. Beberapa uji PCR dapat mendeteksi
genom virus serta mengisolasi virus untuk mengenali karakteristik virus yang
menginfeksi. Real Time RT-PCR assay saat ini telah berkembang, namun masih
belum tersedia secara umum. RT-PCR sangat bermanfaat mendeteksi virus pada
awal terjadinya infeksi dengan sensitivitas 80-90% dan spesifisitas mencapai 95%.
Hasil PCR yang positif membuktikan adanya infeksi yang baru, serta dapat
memberikan konfirmasi terhadap serotype virus yang menginfeksi. Hasil PCR
negatif diinterpretasika sebagai “indeterminate”. Oleh karena itu, pada pasien dengan
hasil PCR negatif perlu dilakukan konfirmasi serologis setelah hari kelima onset
penyakit
3. Pemeriksaan protein NS1 Protein nonstructural 1 (NS1) merupakan salah satu dari
tujuh protein nonstruktural yang diproduksi oleh DENV. Protein NS1 intrasel
berperan sebagai kofaktor dalam proses replikasi virus, sementara NS1 yang terdapat
di permukaan sel maupun dalam bentuk sekresi bersifat imunogenik. Protein NS1
jenis ini berperan untuk memunculkan respon imun dari penjamu serta terlibat dalam
patogenesis infeksi. terdapat antigen NS1 dengan jumlah yang banyak di dalam
sirkulasi. Oleh karena itu, pemeriksaan antigen NS1 sangat bermanfaat untuk
mendiagnosa infeksi dengue, terutama pada fase awal infeksi sebelum IgM dan IgG
dapat terdeteksi (World Health Organization, 2015). Pemeriksaan untuk mendeteksi
NS1 telah tersedia secara luas. salah satu yang banyak digunakan adalah ELISA.
Pemeriksaan ELISA memiliki spesifisitas yang tinggi. Sebagai contoh, PanbioNS1
capture ELISA memiliki sensitivitas 60,4-66% dan spesifisitas 97,9-99%
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan demam dengue/demam berdarah dengue
bersifat simtomatis dan suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan. Pasien demam dengue
10
(DD) dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa.
Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.
Diagnosis dini dan memberikan edukasi untuk segera dirawat bila terdapat tanda
syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain,
perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan
umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong.
Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para dokter
untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase penurunan suhu (fase kritis, fase
syok) dengan baik. Spektrum klinis infeksi dengue mencakup infeksi asimtomatik,
DD dan DBD, yang ditandai dengan kebocoran plasma dan manifestasi perdarahan.
Pada akhir masa inkubasi, penyakit dimulai secara tiba-tiba dan diikuti oleh tiga
tahap, demam, kritis dan fase pemulihan.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Schaefer TJ, Panda PK, Wolford RW. Dengue Fever. [Updated 2021 Nov 18]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430732/
3. Franciscus Ginting, Josia Ginting, Tambar Kembaren, dkk, Pedoman Diagnostik Dan
Tatalaksana Infeksi Dengue Dan Demam Berdarah Dengue Menurut Pedoman Who
5. Ira Aini Dania, 2016. Gambaran Penyakit Dan Vektor Demam Berdarah Dengue
NS1. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
10. Sanyaolu, et al. 2017. Global epidemiology of Dengue Hemorrhagic Fever: An Update.
12
11. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/memahami-demam-berdarah-
dengue-bagian-2
12. World Health Organization (WHO). 2015. Penyakit Demam Berdarah Dengue dab
10.3376/10811710(2006)31[71:Aomtva]2.0.Co;2.
14. Satari HI. Pitfalls pada diagnosis dan tata laksana infeksi dengue. In: Hadinegoro SR,
15. World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of
Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever Revised and expanded. Regional Office for
16. Anggraeni M, 2015. Klasifikasi Baru Infeksi Virus Dengue, Rubrik Konsultasi Anak
17. Trayhurn P, Wood LS. Signalling role of adiposetissue: adipokines and inflammation
13