Anda di halaman 1dari 33

Bagian Ilmu Kesehatan Anak TUTORIAL KASUS

Fakultas Kedokteran November 2022


Universitas Alkhairaat
Palu

DEMAM BERDARAH DENGUE

Disusun Oleh:

Kelompok

Taufik Akbar (18 21 777 14 4)


Dwicky Welmensyah Taslim (18 21 777 14 4)
Moh. Rizaldi Mustapa (18 21 777 14 4)
Nurhaliza Anggraini Neu (18 21 777 14 463)
Fitri Pratiwi Hunta (18 21 777 14 4)
Musfirah Indar Pratiwi (18 21 777 14 4)

PEMBIMBING:
dr. Christina Maria R Kolondam, Sp.A

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan


Klinik Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Kelompok :
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Al-Khairaat Palu
Judul Refka : Demam Berdarah Dengue
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Bagian Kesehatan Anak


RSU Autapura Palu
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, 11 Agustus 2022

Mahasiswa
Pembimbing
Perwakilan Kelompok

dr. Christina MR Kolondam, Sp.A Taufik Akbar, S.Ked

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skenario

Seorang pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 1 bulan, masuk rumah sakit dengan
keluhan demam. Demam dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (kamis,
29/4/2022), demam tinggi secara mendadak, demam bersifat terus menerus. demam
tidak turun walaupun diberi obat penurun panas. pasien juga mengeluhkan nyeri kepala
serta nyeri perut sebelah kanan dan uluhati disertai mual yang dirasakan sejak 2 hari
yang lalu. Muntah (-). Nyeri pada sendi dan otot (-). Tidak ada riwayat perdarahan
gusi, mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit. BAK lancar. Pada pemeriksaan
antropometri didapatkan berat badan 30 kg, panjang badan 140 cm, sehingga diperoleh
BB/U = 30/29 x 100% = 103% (BB Baik), TB/U = 140/134 x 100% = 104% (TB
Normal), BB/TB = 30/33 x 100% = 91% (Gizi Baik). Tanda vital denyut nadi :
94x/menit, respirasi : 24x/menit, suhu:38,7, SpO2: 99%. Pada pemeriksaan fisik
kepala-leher tidak ditemukan kelainan, pemeriksaan thoraks vesikuler kedua lapang
paru, Bunyi jantung I/II murni reguler, pada pemeriksaan abdomen didapatkan
hepatomegali, nyeri tekan (+) regio epigastric dan hipokondirum kanan. Akral hangat
pada keempat ekstremitas, nadi kuat angkat, tes rumple leede test (+). Pada
pemeriksaan penunjang WBC 3600/uL, Hb 13,4 gr/dl, hematokrit 38,9%, trombosit
148.000. Pada hari ke 2 perawatan, demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual
(+), muntah (-), pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-). WBC 5200, HCT
37,4%, PLT 81.000. Pada perawatan hari ke 3, demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala
(+), mual (-), muntah (-), pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-). WBC 7800,
HCT 37,1%, dan PLT 69.000.

1.2 Kata Kunci


1. Seorang pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 1 bulan, masuk rumah sakit dengan
keluhan demam.
2. Demam dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (kamis, 29/4/2022),
demam tinggi secara mendadak, demam bersifat terus menerus. demam tidak turun
walaupun diberi obat penurun panas.

3
3. Nyeri kepala serta nyeri perut sebelah kanan dan uluhati disertai mual yang
dirasakan sejak 2 hari yang lalu.
4. Muntah (-). Nyeri pada sendi dan otot (-).
5. Tidak ada riwayat perdarahan gusi, mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit.
6. Status gizi dari pasien : BB/U = 30/29 x 100% = 103% (BB Baik), TB/U =
140/134 x 100% = 104% (TB Normal), BB/TB = 30/33 x 100% = 91% (Gizi
Baik).
7. Tanda vital denyut nadi : 94x/menit, respirasi : 24x/menit, suhu:38,7, SpO2: 99%.
8. Pada pemeriksaan fisik kepala-leher tidak ditemukan kelainan. Akral hangat pada
keempat ekstremitas, nadi kuat angkat, tes rumple leede test (+).
9. Pada pemeriksaan penunjang WBC 3600/uL, Hb 13,4 gr/dl, hematokrit 38,9%,
trombosit 148.000.
10. Perawatan hari ke 2, demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual (+),
muntah (-), pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-). WBC 5200, HCT
37,4%, PLT 81.000.
11. Perawatan hari ke 3, demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual (-), muntah
(-), pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-). WBC 7800, HCT 37,1%, dan
PLT 69.000.

1.3 Pertanyaan
1. Bagaimana klasifikasi dari demam
2. Bagaimana etiologi dari kasus tersebut
3. Jelaskan patogenesis dari kasus tersebut
4. Apa diagnosis dari kasus tersebut
5. Bagaimana alur tatalaksana dari kasus tersebut
6. Diagnosis banding dari kasus tersebut

4
5
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
1. Nama Pasien : An. T
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Lahir pada tanggal/umur : 18-09-2013/ 9 Tahun 1 Bulan
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Kaili
7. Nama Ibu : Ny. L
8. Usia Ibu : 43 tahun
9. Pekerjaan Ibu : ASN
10. Pendidikan terakhir ibu : S1
11. Nama Ayah : Tn. A
12. Usia Ayah : 44 tahun
13. Pekerjaan Ayah : ASN
14. Pendidikan terakhir ayah : S2
15. Tanggal masuk ruangan/jam : 29-10-2022
16. Tanggal keluar ruangan/jam :-
17. Jumlah hari perawatan : 3 hari
18. Diagnosis : Demam Berdarah Dengue
19. Anamnesis diberikan oleh : Orang tua pasien ( ibu pasien)
20. Family Tree :

Keterangan
Ayah
Ibu
Anak 1
Pasien

6
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 1 bulan, masuk rumah sakit
dengan keluhan demam. Demam dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
(kamis, 29/4/2022), demam tinggi secara mendadak, demam bersifat terus menerus.
demam tidak turun walaupun diberi obat penurun panas. pasien juga mengeluhkan
nyeri kepala serta nyeri perut sebelah kanan dan uluhati disertai mual yang
dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Muntah (-). Nyeri pada sendi dan otot (-). Tidak
ada riwayat perdarahan gusi, mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit. BAK
lancar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat penyakit yang sama sebelumnya
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
5. Anamnesis Antenatal dan Riwayat Persalinan
Riwayat kehamilan ibu G2P1A0, ibu rutin melakukan perawatan antenatal
care (ANC), lahir secara spontan di klinik dibantu oleh bidan. Dengan berat badan
lahir 3100 gram.
6. Penyakit yang sudah pernah dialami
- Morbili : Belum Pernah
- Varicella : Belum Pernah
- Pertussis : Belum Pernah
- Diare : Pernah
- Cacingan : Belum Pernah
- Batuk/Pilek : Pernah
- Lain-lain : Tidak Ada
7. Tumbuh Kembang : Sesuai usia
8. Anamnesis Makanan Terperinci
- Usia 0 – 6 Bulan : ASI
- Usia 6 – 12 Bulan : ASI + MPASI
- Usia 12 – 14 bulan : Susu Formula (Morinaga)
- 14 bulan – sekarang : Makanan Rumahan

7
9. Riwayat Imunisasi

Dasar Ulang
Imunisasi
I II III I II III

BCG +

Polio + + +

DPT + + +

Campak +

Hepatitis + + +
Pasien lengkap melakukan imunisasi dasar
10. Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan
- Keadaan Sosial : Pasien tinggal bersama kedua orang
tuanya
- Keadaan Ekonomi : Pasien berasal dari keluarga dengan
status ekonomi menengah yang
cukup mampu
- Kebiasaan dan Lingkungan : Pasien tinggal di lingkungan rumah
yang cukup bersih dan sehat serta
pemenuhan air bersih yang
memadai.

C. Pemeriksaan Fisik
Umur : 9 Tahun 1 Bulan
Berat Badan : 30 kg
Tinggi Badan : 140 cm
Status Gizi :
- BB/U : 30/29 x 100 % : 103 % (BB Baik)
- TB/U : 140/134 x 100% : 104% (TB Normal)
- BB/TB : 30/33 x 100% : 91% (Gizi Baik)

1. Keadaan umum : Sakit Sedang


Kesadaran : Compos Mentis GCS (E4M6V5)
Sianosis : (-)

8
Anemia : (-)
Ikterus : (-)

2. Tanda vital
Tekanan darah :-
Denyut nadi : 94 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu Axilla : 38,7 0C
SpO2 : 99 %

3. Kulit
Warna : Sawo Matang
Turgor : kembali cepat
4. Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, sulit dicabut
Wajah : Sesuai usia
5. Mata
Mata cekung : (-/-)
Air mata : (-/-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Pupil : Bulat, isokor Okuli Dexsin 2,5 cm
6. Telinga
Bentuk : Normal
Otorrhea : (-/-)
Sekret : (-/-)
7. Hidung
Bentuk : Normal
Rinorrhea : (-/-)
Pernapasan cuping hidung: (-)
8. Mulut
Mucosa/selaput mulut : Stomatitis (-)
Bibir : Kering (+)

9
9. Tenggorokan
Tonsil : T1/T1
Pharynx : Hiperemis (-)
10. Leher
Kelenjar : Pembesaran kel. Limfe (-)

11. Thorax
Bentuk : Normothorax
Retraksi : (-/-)
12. Paru
Inspeksi : Simetris Bilateral
Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
13. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : BJ I & II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-)
14. Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi : Hepatomegali (+), Nyeri tekan (+) regio epigastric dan
hypochondriac dextra
Perkusi : Timpani (+)
15. Anggota gerak : Akral hangat 4 extremitas, pulsasi kuat angkat. Tes Rumple leede
(+)
16. Tulang-tulang : Dalam batas normal

10
D. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap ( 29/10/2022)
Hasil Nilai Rujukan

WBC 3,6 x 103/uL 4,5 – 13,5 x 103


RBC 5,39 x 106/uL 4,0 – 5,2 x 106
HGB 13,4 g/dL 11,5 – 14,5 g/dL
HCT 38,9 % 32,0 – 42,0 %
MCV 72,2 fL 80,0 – 94,0 fL
MCH 24,9 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 34,4 g/dL 33,0 – 37,0 g/dL
PLT 148 x 103/Ul 150 – 450 x 103/uL

E. Resume
Seorang pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 1 bulan, masuk rumah sakit dengan
keluhan dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (kamis, 29/4/2022), demam
tinggi secara mendadak, terus menerus. demam tidak turun walaupun diberi obat
penurun panas. Nyeri kepala (+) dan nyeri perut (+) sebelah kanan dan uluhati disertai
mual yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Muntah (-). Nyeri pada sendi dan otot (-).
Tidak ada riwayat perdarahan gusi, mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit. BAK
lancar.
Pada pemeriksaan didapatkan tanda vital denyut nadi : 94x/menit, respirasi :
24x/menit, suhu:38,7, SpO2: 99%. Pada pemeriksaan kepala-leher tidak ditemukan
kelainan, pemeriksaan thoraks bronchovesikuler kedua lapang paru, Bunyi jantung I/II
murni reguler, pada pemeriksaan abdomen didapatkan hepatomegali, nyeri tekan (+)
regio epigastric dan hipokondirum kanan. Akral hangat pada keempat ekstremitas, nadi
kuat angkat, tes rumple leede (+). Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap
didapatkan WBC 3600/uL, Hb 13,4 gr/dl, hematokrit 38,9%, trombosit 148.000.
F. Diagnosis
- Demam Berdarah Dengue Grade 1
G. Terapi
- IVFD Asering 23 Tpm makro
- Inj. Paracetamol 300 mg/6 Jam/IV

11
H. Anjuran Pemeriksaan
- Kontrol darah lengkap
- Observasi tanda vital setiap 4 jam
- Takar urin
I. Prognosis
1. Qua Ad Vitam : Bonam
2. Qua Ad Functionam : Bonam
3. Qua ad Sanactionam : Bonam

12
FOLLOW UP

Hari/Tanggal : Minggu, 30 oktober 2022


Perawatan Hari (PH) : 1
S Demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual (+), muntah (-),
pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-)
O TANDA TANDA VITAL
Denyut Jantung : 100 x/menit Suhu : 36,6ºC
Pernapasan : 20 x/menit SPO2 : 98 %
Tekanan darah : 100/70 mmhg
STATUS GIZI
- BB/U : 30/29 x 100 % : 103 % (BB Baik)
- TB/U : 140/134 x 100% : 104% (TB Normal)
- BB/TB : 30/33 x 100% : 91% (Gizi Baik)
KULIT :
Sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), eritema (-), turgor kembali cepat
KEPALA
- Wajah : edema periorbital (-)
- Deformitas : Tidak ada
- Bentuk : Normocephal
- Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
- Mata : Konjungtiva: anemis -/-, Sklera: ikterik -/-,
pupil isokor
- Hidung : Rhinore (-)
- Mulut : Bibir kering (-), Lidah Kotor (-) Stomatitis
Angularis (-)
- Tonsil T1/T1, Faring hiperemis (-)

LEHER

- Kelenjar getah bening : Limfadenopati (-)


- tiroid : Struma (-)
- Kaku kuduk : (-)

DADA

13
PARU-PARU

- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-)


- Palpasi : Vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : Sonor (+/+) kedua lapangan paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Rhonkhi (-/-), Wheezing (-/-)

JANTUNG

- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Dalam batas normal
- Auskultasi : BJ I/II Murni reguler, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN

- Inspeksi : tampak soepell


- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan region abdomen (+), hepatomegali (+),
splenomegaly (-)

ANGGOTA GERAK

Akral hangat ke empat ekstremitas (+), nadi kuat angkat

Edema ke empat ekstremitas (-)

A
Dengue Berdarah Dengue grade 1
P - IVFD Asering 23 tpm makro
- Injeksi Paracetamol 300 mg/6jam/iv
- Observasi tanda vital tiap 4 jam
- Cek darah lengkap

14
Darah Lengkap ( 30/10/2022)
Hasil Nilai Rujukan

WBC 5,2 x 103/uL 4,5 – 13,5 x 103


RBC 5 x 106/uL 4,0 – 5,2 x 106
HGB 12,5 g/dL 11,5 – 14,5 g/dL
HCT 37,4 % 32,0 – 42,0 %
MCV 74,4 fL 80,0 – 94,0 fL
MCH 24,9 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 34,4 g/dL 33,0 – 37,0 g/dL
PLT 81 x 103/Ul 150 – 450 x 103/uL

Observasi tanggal 30/10/2022

Jam Kesadaran TD HR RR SB SpO2

11.30 CM 100 24 36,5 98%

15.30 CM 120 36,6 99%

19.30 CM

23.30 CM

Takar Urin tanggal 30/10/2022

Jam Urin

11.30 100 cc

12.30 100 cc

12.15 100 cc

13.13 100 cc

13.36 99 cc

13.59 90 cc

14.21 100 cc

14.53 100 cc

15.24 100 cc

15
16.17 100 cc

17.36 100 cc

17.50 100 cc

19.37 90 cc

20.08 95 cc

20.55 70 cc

21.57 100 cc

Hari/Tanggal : Senin, 31 September 2022


Perawatan Hari (PH) : 2
S Demam (-), nyeri perut (+), nyeri kepala (+), mual (-), muntah (-),
pendarahan gusi (-), epitaksis(-), petekiae (-)
O TANDA TANDA VITAL
Denyut Jantung : 80 x/menit Suhu : 36,5ºC
Pernapasan : 22 x/menit SPO2 : 99 %
Tekanan darah : 106/60 mmhg
STATUS GIZI
- BB/U : 30/29 x 100 % : 103 % (BB Baik)
- TB/U : 140/134 x 100% : 104% (TB Normal)
- BB/TB : 30/33 x 100% : 91% (Gizi Baik)
KULIT :
Sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), eritema (-), turgor kembali cepat
KEPALA
- Wajah : edema periorbital (-)
- Deformitas : Tidak ada
- Bentuk : Normocephal
- Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
- Mata : Konjungtiva: anemis -/-, Sklera: ikterik -/-,
pupil isokor
- Hidung : Rhinore (-)
- Mulut : Bibir kering (-), Lidah Kotor (-) Stomatitis

16
Angularis (-)
- Tonsil T1/T1, Faring hiperemis (-)

LEHER

- Kelenjar getah bening : Limfadenopati (-)


- tiroid : Struma (-)
- Kaku kuduk : (-)

DADA

PARU-PARU

- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-)


- Palpasi : Vokal fremitus (+/+)
- Perkusi : Sonor (+/+) kedua lapangan paru
- Auskultasi : Vesikular (+/+), Rhonkhi (-/-), Wheezing (-/-)

JANTUNG

- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Dalam batas normal
- Auskultasi : BJ I/II Murni reguler, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN

- Inspeksi : Tampak datar


- Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
- Palpasi : Hepatomegali (+), Nyeri tekan (+) regio
epigastric dan hypochondriac dextra
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)

ANGGOTA GERAK

Akral hangat ke empat ekstremitas (+), nadi kuat angkat

Edema ke empat ekstremitas (-)

17
A
Demam berdarah dengue grade 1
P - IVFD Asering 23 tpm/jam
- Injeksi Paracetamol 300 mg/6jam/iv
- Observasi tiap 4 jam
- Cek darah lengkap

18
Darah Lengkap ( 31/10/2022)
Hasil Nilai Rujukan

WBC 7,8 x 103/uL 4,5 – 13,5 x 103


RBC 5 x 106/uL 4,0 – 5,2 x 106
HGB 12,4 g/dL 11,5 – 14,5 g/dL
HCT 37,1 % 32,0 – 42,0 %
MCV 74,2 fL 80,0 – 94,0 fL
MCH 24,8 pg 27,0 – 31,0 pg
MCHC 33,4 g/dL 33,0 – 37,0 g/dL
PLT 69 x 103/Ul 150 – 450 x 103/uL

Observasi tanggal 31/10/2022

Jam Kesadaran TD HR RR SB SpO2

06.00 CM

10.00 CM

14.00 CM

18.00 CM

Takar Urin tanggal 31/10/2022

Jam Urin

00.14 150 cc

04.00 120 cc

09.00 50 cc

18.00 80 cc

21.40 100 cc

13.59 90 cc

14.21 100 cc

14.53 100 cc

15.24 100 cc

16.17 100 cc

19
17.36 100 cc

17.50 100 cc

19.37 90 cc

20.08 95 cc

20.55 70 cc

21.57 100 cc

20
DISKUSI

DEFINISI

Pada kasus ini ditegakkan diagnosis Dengue Fever berdasarkan


anamnesis dan temuan dari pemeriksaan fisik

Penyakit Demam berdarah (DD) adalah penyakit akut yang disebabkan


oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk, sedangkan Demam berdarah
dengue (DBD) disertai dengan tanda kebocoran plasma. Penyakit ini terutama
menyerang anak-anak yang bertendensi menimbulkan syok dan kematian.
Menurut World Health Organization (WHO), demam berdarah dengue (DBD)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi
salah satu dari empat tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada demam berdarah dengue terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik serta pemeriksaan penunjang.

ETIOLOGI

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh


nyamuk. Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus)
yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan
mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi
dari salah satu serotipe menimbulkan antibodi terhadap virus yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal
di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe yang berbeda

1
selama hidupnya. Serotipe DEN3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.7,9

Beberapa pasien demam dengue terus berkembang menjadi demam


berdarah dengue (DBD) yang berat. Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari
setelah onset gejala. Pada pasien juga bisa didapatkan tanda peringatan (warning
sign) yaitu sakit perut, muntah terus-menerus, perubahan suhu (demam
hipotermia), perdarahan, atau perubahan status mental (mudah marah,bingung).
Menurut WHO kriteria demam berdarah dengue ialah demam yang berlangsung
2-7 hari, terdapat manifestasi perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit <
100.000/mm3), dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.9

EPIDEMIOLOGI

Sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan endemis di Indonesia. Penyakit ini dapat
mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah endemis yang
terjadi hampir setiap tahunnya pada musim penghujan. Sejak tahun 1952 infeksi
virus dengue menimbulkan manifestasi klinis berat yaitu demam berdarah dengue
(DBD) yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian menyebar ke Thailand,
Vietnam, Malaysia bahkan Indonesia.4

Demam berdarah dengue sering terjadi pada anak usia kurang dari 15
tahun. Sekitar 50% penderita DBD berusia 10-15 tahun yang merupakan golongan
usia yang tersering menderita DBD dibandingkan dengan bayi dan orang dewasa.
Nyamuk Aedes aegypti yang aktif menggigit pada siang hari dengan dua puncak
aktivitas yaitu pada pukul 08.00 – 12.00 dan 15.00 – 17.00.9,11

Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus
dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang, Insidence rate (IR)
65,7 per 100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,87%. Terjadi
penurunan IR DBD jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 68,22 per
100.000 penduduk. Demikian juga dengan CFR yang mengalami sedikit
penurunan, pada tahun 2009 CFR DBD sebesar 0,89%.5

2
World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, Indonesia merupakan Negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara. Penyakit DBD masih menjadi permasalahan yang serius di Provinsi
Jawa Tengah, hal ini terbukti dengan adanya 35 kabupaten/kota yang sudah
pernah terjangkit penyakit DBD. Sedangkan insidence rate (IR) DBD di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 15,27/100.000 penduduk. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2010 yang jumlahnya 59,8/100.000 penduduk pada
tahun 2011 mengalami penurunan yang sangat derastis. Angka kematian / Case
Fatality Rate (CFR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 ialah 1,29%.
Angka kesakitan tertinggi pada tahun 2011 berada di Kota Semarang dan terendah
di Kabupaten Wonogiri sebesar 4,29/100.000 penduduk.4

Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor


antara lain imunitas penjamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue,
keganasan (virulensi) virus dengue dan kondisi geografis setempat.9

PATOGENESIS

Demam dengue atau demam berdarah dengue tidak ditularkan dari


manusia ke manusia. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk setelah
menggigit manusia yang mengalami viremia. Nyamuk Aedes spp yang sudah
terinfesi virus dengue, akan tetap infektif sepanjang hidupnya dan terus
menularkan kepada individu yang rentan pada saat menggigit dan menghisap
darah.12 Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus de-ngue akan menuju organ
sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum
tulang dan paru-paru. Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan
makrofag mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel dan
masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan membentuk
komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur
dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel.13 Infeksi ini menimbulkan reaksi
immunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross
protective terhadap serotipe virus lainnya.14

3
Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue mempunyai 4 fungsi
biologis yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody dependent cell-
mediated cytotoxity (ADCC) dan ADE.15

Berdasarkan perannya, terdiri dari antobodi netralisasi atau neutralizing


antibody yang memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan
antibody non netralizing serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat
meningkatkan infeksi yang berperan dalam patogenesis DBD dan DSS. Terdapat
dua teori atau hipotesis immunopatogenesis DBD dan DSS yang masih
kontroversial yaitu infeksi sekunder (secondary heterologus infection) dan
antibody dependent enhancement (ADE).13 Dalam teori atau hipotesis infeksi
sekunder disebutkan, bila seseorang mendapatkan infeksi sekunder oleh satu
serotipe virus dengue, akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi serotipe
virus dengue tersebut untuk jangka waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut
mendapatkan infeksi sekunder oleh serotipe virus dengue lainnya, maka akan
terjadi infeksi yang berat. Ini terjadi karena antibodi heterologus yang terbentuk
pada infeksi primer, akan membentuk kompleks dengan infeksi virus dengue
serotipe baru yang berbeda yang tidak dapat dinetralisasi bahkan cenderung
membentuk kompleks yang infeksius dan bersifat oponisasi internalisasi,
selanjutnya akan teraktifasi dan memproduksi IL-1, IL6, tumor necrosis factor-

4
alpha (TNF-A) dan platelet activating factor (PAF); akibatnya akan terjadi
peningkatan (enhancement) infeksi virus dengue.13 TNF alpha akan menyebabkan
kebocoran dinding pembuluh darah, merembesnya cairan plasma ke jaringan
tubuh yang disebabkan kerusakan endothel pembuluh darah yang mekanismenya
sampai saat ini belum diketahui dengan jelas.16

Pendapat lain menjelaskan, kompleks imun yang terbentuk akan


merangsang komplemen yang farmakologisnya cepat dan pendek dan bersifat
vasoaktif dan prokoagulan sehingga menimbulkan kebocoran plasma (syock
hipolemik) dan perdarahan.17 Anak di bawah usia 2 tahun yang lahir dari ibu yang
terinfeksi virus dengue dan terjadi infeksi dari ibu ke anak, dalam tubuh anak
tersebut terjadi non neutralizing antibodies akibat adanya infeksi yang persisten.
Akibatnya, bila terjadi infeksi virus dengue pada anak tersebut, maka akan
langsung terjadi proses enhancing yang akan memacu makrofag mudah terinfeksi
dan teraktifasi dan mengeluarkan IL-1, IL-6 dan TNF alpha juga PAF.18-19

Pada infeksi virus dengue, viremia terjadi sangat cepat, hanya dalam
beberapa hari dapat terjadi infeksi di beberapa tempat tapi derajat kerusakan
jaringan (tissue destruction) yang ditimbulkan tidak cukup untuk menyebabkan
kematian karena infeksi virus; kematian yang terjadi lebih disebabkan oleh
gangguan metabolik.13

FAKTOR RISIKO

Salah satu faktor risiko penularan DBD adalah pertumbuhan penduduk


perkotaan yang cepat, mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan
prasarana transportasi dan terganggu atau melemahnya pengendalian populasi
sehingga memungkin terjadinya KLB.6 Faktor risiko lainnya adalah kemiskinan
yang mengakibatkan orang tidak mempunyai kemampuan untuk menyediakan
rumah yang layak dan sehat, pasokan air minum dan pembuangan sampah yang
benar.22 Tetapi di lain pihak, DBD juga bisa menyerang penduduk yang lebih
makmur terutama yang biasa bepergian.22 Dari penelitian di Pekanbaru Provinsi
Riau, daiketahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah

5
pendidikan dan pekerjaan masyarakat, jarak antar rumah, keberadaan tempat
penampungan air, keberadaan tanaman hias dan pekarangan serta mobilisai
penduduk; sedangkan tata letak rumah dan keberadaan jentik tidak menjadi faktor
risiko.23

6
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Demam Dengue (DD) Demam yang disertai salah satu :

7
● Sakit kepala
● Nyeri retroorbital
● Mialgia
● Atralgia/nyeri tulang
● Ruam kulit
● Leukopenia (≤ 5000 sel/mm3 )
● Trombositopenia (≤150.000)
● Peningkatan hematocrit (5–
10%)
● Tidak ada bukti kebocoran
plasma
● Manifestasi perdarahan
● Tidak ada bukti kebocoran
plasma

8
Manifestasi klinik untuk demam berdarah dengue (DBD) yaitu:

● Demam tinggi, timbul mendadak, kontinua, kadang bifasik.


● Berlangsung antara 2-7 hari.
● Muka kemerahan (facial flushing) , anoreksi, mialgia dan artralgia.
● Nyeri epigastrik, muntah, nyeri abdomen menyebar
● Kadang disertai sakit tenggorok.
● Faring dan konjungtiva yang kemerahan.
● Dapat disertai kejang demam.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Menegakkan diagnosis infeksi dengue dengan menggunakan pemeriksaan


laboratorium sangat berperan penting pada perawatan pasien, surveilans epidemiologi,
pemahaman patogenesis infeksi dengue dan riset formulasi vaksin. Diagnosis definitif
infeksi virus dengue hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan cara isolasi virus,
deteksi antigen virus atau RNA dalam serum atau jaringan tubuh (PCR), dan deteksi
spesifik dalam serum pasien. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah
pemeriksaan darah rutin untuk menapis dan membantu menegakkan diagnosis pasien
demam berdarah dengue.27

1. Tes respon imunologi berdasarkan tes antibodi IgM dan IgG. Viremia akibat dengue
biasanya berlangsung singkat, biasanya terjadi 2-3 hari sebelum timbulnya demam
kemudian masa penyakit berlangsung selama empat sampai tujuh hari. Selama
periode ini virus dengue, asam nukleat dan beredar antigen virus dapat dideteksi
(Gambar 2). Respon antibodi terhadap infeksi terdiri dari kemunculan berbagai jenis
imunoglobulin; dan IgM dan IgG merupakan imunoglobulin memiliki nilai
diagnostik pada dengue. Antibodi IgM dapat terdeteksi pada hari 3-5 setelah mulai
sakit, naik cepat sekitar dua minggu dan selanjutnya menurun hingga tingkat yang
tidak terdeteksi setelah 2-3 bulan. Antibodi IgG dapat dijumpai pada kadar yang
rendah hingga akhir minggu pertama, kemudian meningkat secara tetap bertahap dan
dapat bertahan untuk jangka yang panjang (selama bertahun-tahun). Karena
munculnya antibodi IgM ini cukup lambat, yaitu setelah lima hari sejak timbulnya
demam, uji serologis ini biasanya memberikan hasil negatif selama lima hari pertama
sejak pasien mulai sakit. Pada infeksi dengue sekunder (ketika host sebelumnya telah
terinfeksi virus DBD), titer antibodi meningkat pesat. Antibodi IgG dapat terdeteksi
9
dengan kadar yang tinggi, bahkan di fase awal, dan bertahan beberapa bulan sampai
seumur hidup. Tingkat antibodi IgM secara signifikan lebih rendah dalam kasus-
kasus infeksi sekunder. Oleh karena itu, rasio IgM / IgG biasanya digunakan untuk
membedakan antara infeksi dengue primer dan sekunder. Trombositopenia biasanya
diamati antara ketiga dan hari kedelapan penyakit diikuti oleh perubahan hematokrit.
Gambar 1. Serologi Ig M dan Ig G pada infeksi dengue
2. Polymerase Chain Reaction (PCR) PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DENV
pada lima hari pertama setelah onset penyakit. Beberapa uji PCR dapat mendeteksi
genom virus serta mengisolasi virus untuk mengenali karakteristik virus yang
menginfeksi. Real Time RT-PCR assay saat ini telah berkembang, namun masih
belum tersedia secara umum. RT-PCR sangat bermanfaat mendeteksi virus pada
awal terjadinya infeksi dengan sensitivitas 80-90% dan spesifisitas mencapai 95%.
Hasil PCR yang positif membuktikan adanya infeksi yang baru, serta dapat
memberikan konfirmasi terhadap serotype virus yang menginfeksi. Hasil PCR
negatif diinterpretasika sebagai “indeterminate”. Oleh karena itu, pada pasien dengan
hasil PCR negatif perlu dilakukan konfirmasi serologis setelah hari kelima onset
penyakit
3. Pemeriksaan protein NS1 Protein nonstructural 1 (NS1) merupakan salah satu dari
tujuh protein nonstruktural yang diproduksi oleh DENV. Protein NS1 intrasel
berperan sebagai kofaktor dalam proses replikasi virus, sementara NS1 yang terdapat
di permukaan sel maupun dalam bentuk sekresi bersifat imunogenik. Protein NS1
jenis ini berperan untuk memunculkan respon imun dari penjamu serta terlibat dalam
patogenesis infeksi. terdapat antigen NS1 dengan jumlah yang banyak di dalam
sirkulasi. Oleh karena itu, pemeriksaan antigen NS1 sangat bermanfaat untuk
mendiagnosa infeksi dengue, terutama pada fase awal infeksi sebelum IgM dan IgG
dapat terdeteksi (World Health Organization, 2015). Pemeriksaan untuk mendeteksi
NS1 telah tersedia secara luas. salah satu yang banyak digunakan adalah ELISA.
Pemeriksaan ELISA memiliki spesifisitas yang tinggi. Sebagai contoh, PanbioNS1
capture ELISA memiliki sensitivitas 60,4-66% dan spesifisitas 97,9-99%

PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan demam dengue/demam berdarah dengue
bersifat simtomatis dan suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan. Pasien demam dengue
10
(DD) dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa.
Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.
Diagnosis dini dan memberikan edukasi untuk segera dirawat bila terdapat tanda
syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain,
perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan
umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong.
Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para dokter
untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase penurunan suhu (fase kritis, fase
syok) dengan baik. Spektrum klinis infeksi dengue mencakup infeksi asimtomatik,
DD dan DBD, yang ditandai dengan kebocoran plasma dan manifestasi perdarahan.
Pada akhir masa inkubasi, penyakit dimulai secara tiba-tiba dan diikuti oleh tiga
tahap, demam, kritis dan fase pemulihan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Schaefer TJ, Panda PK, Wolford RW. Dengue Fever. [Updated 2021 Nov 18]. In:

StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available

from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430732/

2. Karen J.Marcdante, Robert M.Kliegman.Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Edisi Indonesia

Kedelapan-8. Demam dengue. Halaman 394-395.

3. Franciscus Ginting, Josia Ginting, Tambar Kembaren, dkk, Pedoman Diagnostik Dan

Tatalaksana Infeksi Dengue Dan Demam Berdarah Dengue Menurut Pedoman Who

2011. Universitas Sumatra utara

4. Mulya Rahma Karyanti, 2012. Update Management of Infectious Diseases and

Gastrointestinal Disorders; Pemilihan Terapi Cairan untuk Demam Berdarah Dengue.,

Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

5. Ira Aini Dania, 2016. Gambaran Penyakit Dan Vektor Demam Berdarah Dengue

(DBD). Universitas Dharmawangsa

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Buku saku pelayanan kesehatan

anak di rumah sakit, 2009. World Health Organization

7. ARYU CANDRA, 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis,

danFaktor Risiko Penularan, fakultas kedokteran, universitas diponegoro.

8. Santosa B. Protein 1 Nonstructural Antigen (Ns1) As The Marker To Dengue Infected

Suspect. Jurnal Media Analis Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2020

9. Wowor M F. Deteksi Dini Demam Berdarah Dengue dengan Pemeriksaan Antigen

NS1. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

10. Sanyaolu, et al. 2017. Global epidemiology of Dengue Hemorrhagic Fever: An Update.

Journal of Human Virology & Retrovirology. 5(6);00179

12
11. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/memahami-demam-berdarah-

dengue-bagian-2

12. World Health Organization (WHO). 2015. Penyakit Demam Berdarah Dengue dab

Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

13. Kementerian Kesehatan Ri (2018) ‘Infodatin Situas Demam Berdarah Dengue’,

Journal Of Vector Ecology, Pp. 71–78. Doi:

10.3376/10811710(2006)31[71:Aomtva]2.0.Co;2.

14. Satari HI. Pitfalls pada diagnosis dan tata laksana infeksi dengue. In: Hadinegoro SR,

Kadim M,Devaera Y, Idris NS, Ambarsari CG, editors. update management of

infectious diseases and gastrointestinal disorders. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan

Anak FKUI-RSCM; 2012.

15. World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of

Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever Revised and expanded. Regional Office for

South-East Asia; 2011.

16. Anggraeni M, 2015. Klasifikasi Baru Infeksi Virus Dengue, Rubrik Konsultasi Anak

Majalah Elektronik detik, Siloam Hospital Lippo Cikarang.

17. Trayhurn P, Wood LS. Signalling role of adiposetissue: adipokines and inflammation

in obesity. Biochemical Society Transactions 2005; 33:078-81.

13

Anda mungkin juga menyukai