CASE REPORT
Disusun oleh:
Fajar Bagus Priawan, S. Ked
J510215088
Pembimbing:
Penyusun
Menyetujui,
Pembimbing Pembimbing
Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS
Nama : An. A
Umur : 19 bulan
Berat Badan : 11 kg
Tinggi Badan : 76 cm
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pelem
Agama : Islam
Tanggal MRS : 28-04-2022
Tanggal Pemeriksaan : 29-04-2022
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Demam hari ke-4
3
4
4) TB/U : Normal
b. Riwayat Perkembangan
c. Riwayat Makan
1) Anak mendapat ASI eksklusif sejak usia 0 sampai 1 bulan, usia 1
bulan hingga sekarang pasien mengkonsumsi susu formula dan
7
c. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan normal, tidak ada pelebaran
batas jantung
Auskultasi : BJ I / BJ II normal regular
d. Abdomen
Inspeksi : Distensi (+)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Pekak beralih (+), acites (+).
Palpasi : hepatomegali (-), splenomegali (-), turgor kulit
menurun (-), nyeri tekan epigastrik (-)
e. Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik, ADP kuat angkat, tonus
otot baik, edema (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Lengkap
Nilai
Hasil Satuan
Pemeriksaan Rujukan
E. RESUME
Pasien diantar orangtuanya karena demam sejak 4 hari yang lalu,
demamnya mendadak dan terus menerus, tidak ada batuk pilek
10
Follow up 28-04-2022
Sp02 : 97%
Pemeriksaan fisik: Mukosa mulut dan bibir kering (+), ptechie (+)
edem palpebra (+),acites (+), ADP kuat angkat,akral hangat (+).
Penunjang
DL(28-04-2022)
Hb:14.0
Hct: 41.8
Trombosit: 38
Leukosit: 11
Follow up 29-11-2021
S Ibu mengatakan demam naik turun, bintik bitnik merah seluruh tubuh
pasien masih rewel, BAB (+), BAK (+)
O KU : Lemah
Kesadaran : GCS E4V5M6 compos mentis.
Vital sign:
HR : 110x/menit
RR : 29x/menit
T : 36,5˚C
Sp02 : 99 %
Pemeriksaan fisik: Mukosa mulut dan bibir kering (+), ptechie (+)
12
Follow up 30-04-2022
S Ibu mengatakan demam (-), bintik bitnik merah seluruh tubuh pasien
masih rewel, BAB (+), BAK (+)
O KU : Cukup
Kesadaran : GCS E4V5M6 Composmentis.
Vital sign:
HR : 120x/menit
RR : 28x/menit
T : 36,5˚C
13
Sp02 : 98%
Pemeriksaan fisik: Mukosa mulut dan bibir kering (+), ptechie (+)
edem palpebra (+),acites berkurang (+), ADP kuat angkat, akral
hangat (+).
Pemeriksaan penunjang :
(30-11-21)
-DL:
Hb: 11,7
Hct: 35,9
Trombosit: 30
Leukosit: 8,0
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
yang banyak ditemukan pada daerah tropis. Demam Berdarah Dengue
(DBD) merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus
Dengue yang ditandai dengan demam 2–7 hari disertai dengan manifestasi
perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya
hemokonsentrasi yang ditandai dengan kebocoran plasma (peningkatan
hematokrit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia), dapat disertai dengan
gejala- gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam
kulit atau nyeri belakang bola mata (Budi Utami, 2015).
Spektrum klinis infeksi dangue dapat dibagi menjadi gejala klinis
paling ringan tanpa gejala (silent dangue infection), demam gangue (DD),
demam berdarah dangue (DBD), demam berdarah dangue dengan disertai
syok (Dangue Syok Syndrom) (Soedarmo & Rampengan, 2009).
Dangue Shock Syndrom (DSS) adalah syndrome syok yang terjadi
pada penderita demam berdarah dangue (DBD) dimana sekitar 30-50%
pendereita DBD mengalami syok dan dapat berakhir pada kematian
apabaila tidak ditangani dengan baik, secara dini dan adekuat (Pradipta, et
al., 2016, 32 (5)).
Terdapat 3 faktor yang memegang peran pada penularan infeksi
dengue, yaitu manusia, virus, dan vector perantara. Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti setelah
melalui masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia
diperlukan waktu 4-6 hari. Penularan hanya terdapat pada saat tubuh
dalam keadaan viremia yaitu antara 3-5 hari, sedangkan nyamuk dapat
menularkan virus selama hidupnya (Setiabudi , et al., 2013).
15
B. KLASIFIKASI
C. EPIDEMIOLOGI
Menurut data WHO menunjukkan bahwa jumlah kasus demam
berdarah yang dilaporkan meningkat lebih dari 8 kali lipat selama 2
dekade terakhir, dari 505.430 kasus pada tahun 2000 menjadi 2,4 juta pada
2010, dan 4,2 juta pada 2019. Dan laporan kematian diantara tahun 2000-
2015 meningkat dari 960 menjadi 4032. Di Indonesia sendiri, DBD masih
menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama. meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk membuat jumlah penderita dan luas
penyebaran penyakit ini semakin bertambah. Pada tahun 2015, data
kemenkes mencatat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di
Indonesia, dimana 1.229 diantaranya meninggal dunia. Data tersebut lebih
banyak dibandingkan kejadian DBD tahun sebelumnya, dimana pada 2014
tercatat 100.347 penderita DBD dan sebanyak 907 diantaranya meninggal
dunia. Jumlah kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD juga meningkat
dari 1.081 kasus di tahun 2014 menjadi 8.030 kasus di tahun 2015, dimana
16
E. PATOFISIOLOGI
plasma menurun lebih dari 20%, hal ini didukung penemuan post mortem
meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi
tersedia di hospest. Pada infeksi kedua yang dipicu oleh virus dengue
dengan serotipe yang berbeda, virus dengue berperan sebagai super
antigen setelah difagosit oleh monosit atau makrofag. Makrofag ini
menampilkan antigen presenting cell (APC) yang membawa muatan
polipeptida spesifik yang berasal dari mayor histocom- patibility complex
(MHC) (Candra, 2010).
20
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
1) Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari
2) Lesu, tidak mau makan
3) Mual, muntah
4) Nyeri kepala, nyeri otot, nyeri perut
5) Diare kadang-kadang ditemukan
6) Perdarahan (paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan
mimisan) (Soedarmo, et al., 2009).
2. Gejala dan Tanda
1) Demam Dengue (DD)
Demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39º) ditambah 2 atau lebih
gejala/tanda penyerta:
Nyeri kepala
Nyeri belakang bolamata
Nyeri otot & tulang
Ruam kulit
Leukopenia (Lekosit ≤ 5000 /mm³)
Trombositopenia (Trombosit < 150.000 /mm³ )
Peningkatan hematokrit 5 – 10 %
2) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila ditemukan manifestasi berikut:
Demam
Tanda-tanda perdarahan
Syok
Kelebihan cairan
Gangguan elektrolit
Ensefalopati
Ensefalitis
Perdarahan hebat
Gagal ginjal akut
Haemolytic Uremic Syndrome
Gangguan jantung: gangguan konduksi, miokarditis,
perikarditis
Infeksi ganda
3. Pemeriksaan Penunjang
1). Hematologi
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
2). Radiologi
3). Serologis
Pemeriksaan serologis didasarkan atas timbulnya antibodi pada
penderita terinfeksi virus Dengue.
ELISA (IgM/IgG)
Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer
atau sekunder dengan menentukan rasio limit antibodi
dengue IgM terhadap IgG. Dengan cara uji antibodi
dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat dilakukan hanya
dengan menggunakan satu sampel darah (serum) saja,
yaitu darah akut sehingga hasil cepat didapat. Saat ini
tersedia Dengue Rapid Test (misalnya Dengue Rapid
Strip Test) dengan prinsip pemeriksaan ELISA.
28
G. TATALAKSANA
1. Pertolongan Pertama Penderita
Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda tidak spesifik, oleh
karena itu masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat gejala
dan tanda yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit tersebut.
Gejala dan tanda awal DBD dapat berupa panas tinggi tanpa sebab jelas
yang timbul mendadak, terus-menerus selama 2-7 hari, badan lemah/lesu,
nyeri ulu hati, tampak bintik-bintik merah pada kulit seperti bekas gigitan
nyamuk disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit. Untuk
membedakannya kulit diregangkan bila bintik merah itu hilang, bukan
tanda penyakit DBD.
Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda di atas,
maka pertolongan pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut:
Kompres hangat
Jika dalam 2-3 hari panas tidak turun atau panas turun
disertai timbulnya gejala dan tanda lanjut seperti
perdarahan di kulit (seperti bekas gigitan nyamuk),
muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera
dibawa berobat/periksakan ke dokter atau ke unit
pelayanan kesehatan untuk segera mendapat
pemeriksaan dan pertolongan.
H. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Ensefalopati Dengue
3. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah
teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml /
kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan
volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat
sering kali dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin
36
4. Edema paru
Farchanny, A., Sitohang, V., Kandun, I. N. & Kusriastuti, R., 2017. Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dangue di Indonesia.
Jakarta: Katalog Dalam Terbitan, Kementrian Kesehatan Ri .
Podung, G., Tatura N. N., S. & Mantik, M. F., 2021, 13 (2). Faktor Resiko
Terjadinya syndrom Syok Dangue pada Demam Berdarah Dangue.
Journal Biomedik, pp. 161-166.
Pradipta, Y., Laksanawati, I. S. & Dibyo, P., 2016, 32 (5). Determinan Sosial
Kejadian Dangue Syok Syndeom di Kota Semarang. Journal of
Community Medicine and Public Health, pp. 151- 156.
Setiabudi , D., Setiabudiawan, B., Parwati, I. & Garna, H., 2013. Perbedaan
Kadar Platelet Activiting Faktor Plasma antara Penderita Demam
Berdarah Dangue dan Demam Dangue. Journal MBK, pp. 251-256, 45
(4).
52
19
Soedarmo, S. S. & Rampengan, T., 2009. Infeksi virus dangue. In: Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: s.n., pp. 141-
149.