Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

“ABSES PARAFARING”

Disusun oleh:
Indira Damar Pangestu 119810025
Rike Rizqilah 119810045

Pembimbing :

dr. Ismi Cahyadi, Sp.THT-KL

Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati


SMF ILMU KESEHATAN THT-KL
RSUD Waled Kabupaten Cirebon
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

ABSES PARAFARING

Disusun oleh:
Indira Damar Pangestu 119810025
Rike Rizqilah 119810045

Telah disetujui

Cirebon, November 2020


Pembimbing

dr. Ismi Cahyadi, Sp.THT-KL

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
laporan kasus ini dengan judul “Abses Parafaring “. Tugas laporan kasus ini
diajukan untuk memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu THT-KL di
Rumah Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak menemukan kesulitan.
Namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya laporan kasus
ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Ismi Cahyadi, Sp.THT-KL, selaku Ketua SMF Ilmu THT-KL RSUD
Waled Kab. Cirebon, konsulen dan dokter pembimbing kami, terimakasih atas
kesempatan kami menimba ilmu, bimbingan dan juga arahannya.
2. dr. H. Edy Riyanto Bakri, Sp.THT-KL, selaku dokter pembimbing SMF Ilmu
THT-KL RSUD Waled Kab. Cirebon, terima kasih atas kesempatan kami
menimba ilmu, bimbingan dan juga arahannya.
3. dr. Febriyanti Purnamasari, Sp.THT-KL, selaku dokter pembimbing SMF
Ilmu THT-KL RSUD Waled Kab. Cirebon, terima kasih atas kesempatan
kami menimba ilmu,bimbingan dan juga arahannya.
4. Semua staff dan perawat bagian SMF Ilmu THT-KL RSUD Waled Kab.
Cirebon, terima kasih atas bimbingan dan arahannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini, oleh
karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam laporan kasus ini. Akhir
kata semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-
pihak yang membutuhkan umumnya.
Cirebon, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. iii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. iv
ABSTRAK……………………………………………………………………….. v
1. LATAR BELAKANG.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Laporan Kasus...............................................................................................1
2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4
2.1 Anatomi..................................................................................................4
2.1.1 .....................................................................................................4
2.1.2 .....................................................................................................6
2.2 Abses Parafaring....................................................................................7
2.2.1 Definisi........................................................................................7
2.2.2 Etiologi........................................................................................7
2.2.3 Patofisiologi.................................................................................8
2.2.4 Gejala...........................................................................................8
2.2.5 Diagnosis.....................................................................................9
2.2.6 Tatalaksana..................................................................................9
2.2.7 Pencegahan..................................................................................10

3. KESIMPULAN……………………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA…… ……………………………………………………… 11

iii
ABSTRAK

LAPORAN KASUS NOISE INDUCED HEARING LOSS

Indira Damar Pangestu*Rike Rizqilah*, Ismi Cahyadi**

*Dokter Muda FK Universitas Swadaya Gunung Jati, **Pembimbing Konsulen SMF THT-KL
RSUD Waled

Abses leher dalam adalah tebentuknya pus pada salah satu atau lebih ruang potensial diantara
fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal serta telinga tengah dan leher. Abses parafaring merupakan salah
satu infeksi ruang leher dalam yang terjadi akibat komplikasi dari berbagai infeksi rongga
mulut dan orofaring. Komplikasi dapat ditimbulkan oleh abses parafaring jika tidak ditangani
dengan tepat seperti mediastinitis, meningitis, sindrom Lemierre, syok sepsis, obstruksi jalan
napas, empyema, sindrom Horner dan kematian.

Kata kunci: Abses leher dalam, Abses Parafaring.

4
Penatalaksanaan dapat berupa
BAB I
tindakan dan pemberian antibiotik guna
LAPORAN KASUS
mengeradikasi mikroorganisme
1.1 Latar Belakang
penyebab abses. Antibiotik empiris
Abses leher dalam adalah
merupakan langkah awal untuk meng-
tebentuknya pus pada salah satu atau
cover infeksi bakteri yang memproduksi
lebih ruang potensial diantara fasia leher
beta lactamase. Terapi spesifik
dalam sebagai akibat penjalaran infeksi
dilakukan bila hasil kultur telah muncul.
dari berbagai sumber seperti gigi, mulut,
Drainase bedah diindikasikan untuk
tenggorok, sinus paranasal serta telinga
penderita dengan abses atau ancaman
tengah dan leher. Pembentukan abses
terjadinya komplikasi. Ruang primer
merupakan hasil perkembangan dari
yang terkena dan perluasan ke ruang
flora normal dalam tubuh. Flora normal
lainnya harus dibuka dan didrainase.
dapat tumbuh dan mencapai daerah steril
Drainase dapat berupa aspirasi abses
dari tubuh baik secara perluasan
atau insisi dan eksplorasi, tergantung
langsung, maupun melalui laserasi atau
pada luasnya abses dan komplikasi yang
perforasi.1
ditimbulkannya. 4
Abses parafaring merupakan salah
satu infeksi ruang leher dalam yang 1.2 Laporan Kasus
terjadi akibat komplikasi dari berbagai 1.2.1 Identitas Pasien
infeksi rongga mulut dan orofaring. 1. Nama : Ny. K
Angka kejadian abses parafaring tidak 2. Jenis Kelamin: Perempuan
diketahui secara pasti, namun dari 3. Umur : 50 tahun
beberapa literatur dilaporkan sekitar 18- 4. Agama : Islam
23,3%. 2,3
Komplikasi dapat ditimbulkan 5. Status : Menikah
oleh abses parafaring jika tidak ditangani 6. Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
dengan tepat seperti mediastinitis, 7. Alamat : Cikulak Kidul
meningitis, sindrom Lemierre, syok 1.2.2 Anamnesis
sepsis, obstruksi jalan napas, empyema, a. Keluhan Utama : bengkak pada
sindrom Horner dan kematian. 2 bagian leher depan

5
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Perempuan datang ke 1.2.3 Pemeriksaan Fisik
IGD RSUD Waled diantar oleh Keadaan umum : Tampak sakit sedang
keluarganya dengan keluhan Kesadaran : composmentis
bengkak pada bagian leher depan  Tekanan darah : 110/70 mmHg,
tepat dibawah dagu sejak 10 hari  Nadi : 90x/menit,
SMRS. Bengkak membesar dalam  Respirasi : 21x/menit,
waktu 1 minggu, bengkak terasa  Suhu : 36,4°C
sangat nyeri yang dirasakan terus
 SpO2 : 98%.
menerus. Keluhan didahului dengan
1.2.3.1 Status Generalis
nyeri gigi yang dirasakan semenjak 4
a. Kepala : Normosefali, deformitas
hari yang lalu yang dirasakan secara
(-).
terus menerus, keluhan disertai
b. Mata : Sklera ikterik -/-,
demam. Nyeri menelan (+), suara
konjungtiva pucat -/-
serak (+), penurunan nafsu makan
c. Leher : Terdapat pembengkakan
dan susah untuk membuka mulut
di leher depan pada bagian
serta berbicara, bicara pasien
bawah dagu.
menjadi tidak jelas. Sebelumnya
d. Thorax
pasien berobat ke klinik tetapi
 Paru : Suara napas
bengkak semakin membesar.
vesikuler +/+, rhonki -/-,
c. Riwayat penyakit dahulu :
wheezing -/-
Riwayat dengan keluhan sama
 Jantung : Bunyi
disangkal
Jantung I/II normal, murmur
Riwayat Hipertensi disangkal
(-), gallop (-)
Riwayat DM disangkal
e. Abdomen : Datar, supel, bising
Riwayat benjolan pada bagian tubuh
usus (+) normal, nyeri tekan (-)
lain disangkal
f. Ekstremitas : Akral hangat, CRT
d. Riwayat penyakit keluarga :
< 2 detik.
Riwayat penyakit serupa disangkal.
1.2.3.2 Status lokalis
Riwayat tumor dan kanker dikeluarga
a. Telinga
disangkal.

6
Dextra Sinistra Pasase (+) (+)
udara
Auricula Bentuk (N), Bentuk (N)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan c. Orofaring
(-)
Bagian Kelainan Keterangan
Retroaurikuler Hiperemis (-), Hiperemis
Abses (-), (-), Abses Mulut Mukosa Sulit dinilai
Nyeri tekan (-), Nyeri Mulut
(-), Fistel (-) tekan (-), Lidah
Fistel (-) Palatum
Uvula
CAE Mukosa Mukosa
hiperemis (-), hiperemis Tonsil Permukaan Sulit dinilai
sekret (-), (-), sekret Ukuran
serumen (-), (-), serumen Warna
udema (-), (-), udema
Faring Hiperemis (-), Sulit dinilai
granulasi (-) (-), granulasi
granulasi (-)
(-)

Membran Intak Refleks Intak


Timpani cahaya (+) di Refleks Status lokalis a/r colli anterior:
arah jam 5 cahaya (+) Inspeksi : Edema (+) di submandibula,
di arah jam
hiperemis (+), luka terbuka (-) perdarahan
7
(-), pus (-)
b. Hidung
Palpasi : Edema (+), teraba hangat,
Rhinoskopi Cavum nasi Cavum nasi permukaan licin, batas tegas, immobile,
anterior dextra sinistra
konsistensi kenyal, nyeri tekan (+)
Mukosa Hiperemis (-), Hiperemis (-),
1.2.4 Diagnosa Banding
hidung sekret (-), sekret (-),
massa (-) massa (-) 1. Abses Parafaring
Septum nasi Deviasi (-), Deviasi (-), 2. Tumor Prafaring
Dislokasi (-) Dislokasi (-)
1.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Konka Edema (-), Edema (-),
inferior dan hiperemis (-). hiperemis (-). Pemeriksaan darah rutin
media Hemoglobin: 11.7 gr%
Meatus Polip (-), Polip (-), Hematokrit: 35%
inferior dan sekret (-) sekret (-)
Trombosit: 495 mm^3
media
Leukosit: 19.2 /mm3
MCV: 91.2 mikro m3

7
MCH: 30.7 pg Ad vitam : ad bonam
MCHC: 33.7 g/dl Ad sanationam : dubia ad bonam
Eritrosit: 3.82 mm^3 Ad functionam : dubia ad malam
Basofil: 1%
BAB II
Eosinofil: 2% TINJAUAN PUSTAKA
Neutrofil batang: 0%
Neutrofil segmen: 82%
Limfosit%: 10% 2.1 Anatomi Leher

Monosit%: 5%
Pada daerah leher terdapat beberapa
ruang potensial yang dibatasi oleh fasia
servikal. Fasia servikal dibagi menjadi dua
yaitu fasia superfisial dan fasia profunda.
Kedua fasia ini dipisahkan oleh otot
platisma yang tipis dan meluas ke anterior
leher. Otot platisma sebelah inferior berasal
dari fasia servikal profunda dan klavikula
serta meluas ke superior untuk berinsersi di
bagian inferior mandibula.5,6

1.2.6 Diagnosa Kerja


Abses Parafaring Gambar 1. Potongan aksial leher setinggi
1.2.7 Penatalaksanaan orofaring
- Insisi Drainase
- Anbacim 3x1
- Santagesic 3x1
1.2.8 PROGNOSIS

8
a) Ruang retrofaring
b) Ruang bahaya (danger space)
c) Ruang prevertebra
2. Ruang suprahioid terdiri dari:
a) Ruang submandibula
b) Ruang parafaring
c) Ruang parotis
d) Ruang mastikor
e) Ruang peritonsil
f) Ruang temporalis

3. Ruang infrahioid :
Gambar 2. Potongan oblik leher a) Ruang pretrakeal
Fasia superfisial terletak dibawah
dermis. Ini termasuk sistem
muskuloapenouretik, yang meluas mulai
dari epikranium sampai ke aksila dan dada,
dan tidak termasuk bagian dari daerah leher
dalam. Fasia profunda mengelilingi daerah
leher dalam dan terdiri dari 3 lapisan,
yaitu:5,6
- lapisan superfisial
- lapisan tengah
- lapisan dalam.

Gambar 3. Potongan Sagital Leher


Ruang potensial leher dalam
Ruang potensial leher dalam dibagi 2.2 Etiologi dan patologi
menjadi ruang yang melibatkan daerah Abses parafaring dapat terjadi
sepanjang leher, ruang suprahioid dan ruang setelah infeksi faring, tonsil, adenoid, gigi,
infrahioid.6,7 parotis, atau kelenjar limfatik. Pada banyak
1. Ruang yang melibatkan sepanjang leher kasus abses parafaring merupakan perluasan
terdiri dari: dari abses leher dalam yang berdekatan

9
seperti; abses peritonsil, abses tertelan benda asing; tusukkan jarum
submandibula, abses retrofaring maupun yang tidak steril pada pecandu ,
mastikator.5,8 morfin.
Abses parafaring dimulai dari 3. Lymphadenitis, peradangan pada
infeksi jaringan lunak pada daerah kepala kelenjar limfe itu sendiri.
dan leher. Infeksi ini dapat meluas dari salah
2.3 Gejala dan tanda
satu ruang potensial leher dalam, yang
Gejala utama abses parafaring
kemudian mengenai parafaring. Suatu
berupa demam, trismus, nyeri tenggorok,
infeksi bakteri diruang parafaring dapat
odinofagi dan disfagia. Pada pemeriksaan
terjadi melalui beberapa cara:9
fisik didapatkan pembengkakan di daerah
1. Bakteri menyebar dari suatu infeksi
parafaring, pendorongan dinding lateral
di bagian tubuh yang lain, misalnya
faring ke medial, dan angulus mandibula
melalui saluran vaskuler
tidak teraba. Pada abses parafaring yang
menyebabkan terjadinya
mengenai daerah prestiloid akan
endophlebitis atau thrombosis atau
memberikan gejala trismus yang lebih
melalui saluran limfatik hingga
jelas.5,7,8
menyebabkan terjadinya supurasi
2.4 Tatalaksana
kelenjar lmfe servikal profunda.
Selain pemberian antibiotika dosis
Infeksi di bagian tubuh yang lain
tinggi, evakuasi abses harus segera
seperti pada tonsillitis, adenoiditis,
dilakukan bila tidak ada perbaikan dengan
faringitis akut, perluasan peritonsiler
antibiotika dalam 24-48 jam dengan cara
abses, infeksi gigi molar pada
eksplorasi dalam narkosis. Drainase
pencabutan gigi molar bawah,
sebaiknya dilakukan melalui insisi servikal
tindakan endoskopi peroral yang
pada 2 ½ jari di bawah dan sejajar
kasar, perluasan infeksi glandula,
mandibula. Secara tumpul eksplorasi
parotis atau pada timpano-
dilanjutkan dari batas anterior M.
mastoiditis kronis melalui abses
Sternocleidomastoideus ke arah atas
Bezold.
belakang menyusuri bagian medial
2. Bakteri masuk kebawah kulit akibat
mandibula dan M. Pterigoideus interna
adanya luka atau trauma tindakan
mencapai mencapai ruang parafaring dengan
seperti esofagoskopi atau bronkospi;
terabanya prosesus stiloid. Bila nanah

10
terdapat di dalam selubung karotis, insisi Head and Neck Surgery
dilanjutkan vertikal dari pertengahan insisi Otolaryngology. Edisi ke 5.
horizontal ke bawah di depan M. Philadelphia: Lippincott William &
Sternocleidomastoideus (cara Mosher).7 Wilkins. 2014. H.794-816
2.5 Komplikasi 3. Rahardjo SP. Infeksi Leher Dalam.
Proses peradangan dapat menjalar Yogyakarta: Graha Ilmu;2013.
secara hematogen, limfogen atau langsung
4. Fachruddin D. Abses leher dalam.
(per kontinuitatum) ke daerah sekitarnya.
Dalam: Iskandar M, Soepardi AE
Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan
editor. Buku ajar ilmu penyakit
peradangan intrakranial, ke bawah
telinga hidung tenggorok. Edisi ke 6.
menyusuri selubung karotis mencapai
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
mediastinum. Abses juga dapat
2007:p. 185-8
menyebabkan kerusakan dinding pembuluh
5. Rosen EJ, Bailey BJ. Deep Neck
darah. Bila pembuluh karotis mengalami
Spaces and Infections. Available at:
nekrosis, dapat terjadi ruptur, sehingga
http://www.utmb.edu/otoref/Grnds/D
terjadi perdarahan hebat. Bila terjadi
eep-neck-spaces-2002-04.slides.pdf
periflebitis atau endoflebitis, dapat timbul
diakses 5 November 2020
tromboflebitis dan septikemia.7
6. Wahyono, Samodra E, Setiajit B.
Abses Parafaring studi retrospektif
pada 7 penderita. Dalam: Zainudin
DAFTAR PUSTAKA
Z, Syam A, Aminoedin I, Fadill M,
Hutapea E, ed. Kumpulan Naskah
1. Bailey BJ. Tonsilitis, Tonsilectomy,
Imiah Tahunan PERHATI.
and Adenoidectomy in head and
Bukittinggi: 1993.
neck surgery otolaryngology. Edisi
7. Adam GL. Penyakit-penyakit
ke-4. Philadelphia: Lippincolt
Nasofaring dan Orofaring. Dalam:
Williams & Wilkins. 2006. Hlm
Adam GL, Boies LR Jr, Higgler P,
1182-97.
ed. Boies Buku Ajar Penyakit THT.
2. Aynechi BB, Har El G. Deep Neck
Jakarta: EGC.
Infections. Dalam: Johnson JT,
8. Pedlar J. Spreading Infection.
Rosen CA, penyunting. Bailey’s
Available at

11
http://www.fleshandbones.com/readi Penyakit Telinga Hidung Tenggorok,
ngroom/pdf/111.pdf diakses 5 Kepala dan Leher. Jilid 1. Edisi 13.
November 2020. Alih Bahasa: Staf Ahli Bag THT
9. Ballenger JJ. Leher, Orofaring dan RSCM-FKUI.
Nasofaring. dalam Ballenger JJ, ed.

12

Anda mungkin juga menyukai