Anda di halaman 1dari 43

Abses Parafaring

Dea Nur Puspita / 112017099


RSUD Koja
Dokter pembimbing: dr. Irma Suryati, SpTHT-KL
IDENTITAS PASIEN

• Nama lengkap : Tn. FH


• Jenis kelamin : Lk
• Umur : 49 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan: -
• Pendidikan : SMA
• Alamat : Jl. Kebantenan
• Status Menikah : menikah
anamnesis

• Autoanamnesis
• Pada tanggal : 7 juli 2018; Jam : 06.00 WIB
• Keluhan Utama: benjolan di leher sebelah kiri sejak 1 bulan SMRS
• Keluhan Tambahan: Sulit menelan, demam
RPS
1 bulan SMRS:
MRS:
benjolan sebesar kacang tanah di
demam (+), nyeri menelan
bawah rahang kiri. 1 benjolan, nyeri
(+), sulit menelan (+), sulit
(-), hangat (-), keras, demam hilang
membuka mulut karena
timbul, nyeri menelan (-), sulit
nyeri (+), suara serak (-),
menelan (-), sulit membuka mulut
sesak napas (-), nyeri
(-), suara serak (-), sesak napas (-),
tekan (+)
nyeri tekan (-)

2 minggu SMRS:
benjolan cepat membesar (telur ayam),
1 benjolan, benjolan tempat lain (-),
nyeri (+), hangat (+), keras, demam
(+), nyeri menelan (+), sulit menelan
(+), sulit membuka mulut karena nyeri
(+), suara serak (-), sesak napas (-),
nyeri tekan (+),
• Riwayat gigi bagian bawah dan atas berlubang (pasien tidak ingat sejak
kapan), berobat (-)
• Trauma leher (-)
• Penurunan BB (-)
• Batuk > 2 minggu (-), keringat malam (-)
• Tumor (-)
• Lingkungan: TBC (-)
• Riwayat keganasan pada keluarga (-)
rpd

• Dirawat di RS (-)
• Riwayat trauma (-)
• DM (+) metformin
• Hipertensi (+) captopril
• Asma (-)
• Alergi (-)
• Penyakit jantung (-)
Pemeriksaan fisik
STATUS GENERALIS

• Keadaan umum : tampak sakit sedang


• Kesadaran : compos mentis
• Tanda-tanda vital
• Tekanan darah : 122/66
• Nadi : 94 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit
• Suhu : 36,7ºC
• Telinga STATUS LOKALIS
  KANAN KIRI
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan kongenital Atresia liang telinga (-), fistula (-), Bat’s Atresia liang telinga (-), fistula (-), Bat’s Ear (-)
Ear (-)
Radang, tumor Nyeri (-), edema (-), hiperemis (-), Nyeri (-), edema (-), hiperemis (-), tumor (-)
tumor (-)
Nyeri tekan tragus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Penarikan daun telinga Nyeri tarik (-) Nyeri tarik (-)
Kelainan pre- Fistula preaurikuler (-), hematoma (-), Fistula preaurikuler (-), hematoma (-), pseudokista (-),
infra,retroaurikuler pseudokista (-), laserasi (-), massa (-) laserasi (-), massa (-)
Regio mastoid Nyeri (-), abses (-), massa (-), Nyeri (-), abses (-), massa (-), hiperemis (-), edema (-)
hiperemis (-), edema (-)
Liang telinga Tampak lapang, serumen (+), furunkel Tampak lapang, serumen (+), furunkel (-), jaringan granulasi
(-), jaringan granulasi (-), hifa (-), otorea (-), hifa (-), otorea (-)
(-)
Membran timpani Utuh, retraksi (-), hiperemis (-), Utuh, retraksi (-), hiperemis (-), perforasi (-), reflex cahaya
perforasi (-), reflex cahaya (+) arah jam (+) arah jam 7
Serumen RC (+) jam 5 serumen RC (+) jam 7
Tes Penala
  KANAN KIRI
Rinne (+) (+)
Weber Lateralisasi (-) Lateralisasi (-)
Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Penala yang dipakai 512 Hz 512 Hz

Kesan: kedua telinga normal


  KANAN
hidung KIRI
Bentuk Normal Normal
Tanda paradangan Hiperemis (-), nyeri (-), massa (-) Hiperemis (-), nyeri (-), massa (-)
Daerah sinus frontalis dan Nyeri tekan (-), nyeri ketuk (-) Nyeri tekan (-), nyeri ketuk (-)
maxillaris
Vestibulum Benjolan (-), sekret (-), hiperemis Benjolan (-), sekret (-), hiperemis
(-), laserasi (-), furunkel (-), krusta (-), laserasi (-), furunkel (-), krusta
(-), benda asing (-) (-), benda asing (-)
Cavum nasi Tampak lapang, sekret (-), massa Tampak lapang, sekret (-), massa
(-), edema (-), perdarahan aktif (-) (-), edema (-), perdarahan aktif (-)
Konka inferior Eutrofi, hiperemis (-), livide (-), Eutrofi, hiperemis (-), livide (-),
edema (-) edema (-)
Meatus nasi inferior Normal, sekret (-) Normal, sekret (-)
Konka medius Eutrofi (-), hiperemis (-), livide Eutrofi (-), hiperemis (-), livide
(-),edema (-) (-),edema (-)
Meatus masi medius Normal,sekret (-) Normal,sekret (-)
Septum deviasi Deviasi (-) Deviasi (-)
• RHINOPHARYNX
- Koana : tidak dilakukan
- Septum nasi posterior : tidak dilakukan
- Muara tuba eustachius : tidak dilakukan
- Torus tubarius : tidak dilakukan
- Post nasal drip : negatif

• PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI: TIDAK DILAKUKAN


TENGGOROK

• Pharynx
- Dinding pharynx : hiperemis (-)
- Arcus : simetris, hiperemis (-)
- Tonsil : T1-T1, warna merah muda, kripta (-), detritus (-)
- Uvula : deviasi (-), hiperemis (-)
- Gigi : gigi bagian belakang bolong, atas.
• Larynx
- Epiglottis, plica aryepiglottis, arytenoids, ventricular bands, pita suara,
rima glotidis, cincin trakea, sinus piriformis  tidak dilakukan

- Kelenjar limfe submandibular dan cervical: benjolan leher kiri dekat


angulus mandibula, 9x4 cm, difus, keras/indurasi, tidak fluktuatif, terfiksir,
tidak berdarah, nyeri tekan (+)
RESUME
ANAMNESA:

• Benjolan pada leher sebelah kiri sejak 1 bulan SMRS. Benjolan awalnya
seukuran kacang tanah, tidak nyeri, demam yang hilang timbul, dan
dalam sebulan kemudian, terutama 2 minggu terakhir, membesar dengan
cepat dan nyeri serta hangat
• Susah buka mulut karena benjolan sakit, sulit menelan, demam (+),
riwayat gigi bagian bawah atas berlubang dan belum pernah berobat
PF:
• Telinga:
- Kanan : normal
- Kiri : normal
• Hidung : normal
• Tenggorok : normal
• Leher
- benjolan leher kiri dekat dengan angulus mandibula, 9x4 cm, difus,
keras/indurasi, tidak fluktuatif, terfiksir, tidak berdarah, nyeri tekan (+)
PP:
3 juli 2018
• Hematologi
• Hb : 12.9 g/dL Ureum : 26.3 mg/dL
Kreatinin : 0.60 mg/dL
• Leukosit : 16.670 /uL
• Ht : 35,7% Serologi
• Trombosit : 342.000/uL Anti HIV : non reaktif
• Hemostasis
Hepatitis Marker
• PT : 10,6 detik HBsAg : non reaktif
• APTT : 32.4 detik Anti HCV : non reaktif
• Kimia Klinik
• SGOT : 46 U/L
• SGPT : 33 U/L
Pemeriksaan penjunjang:

KASIH FOTO CT SCAN


DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

• Abses submandibula
• Limfadenitis
Working diagnosis

• Abses parafaring
TATALAKSANA

• Terapi:
• Ceftriaxone 2x1gram  antibiotic, untuk infeksi
• Transamin 500 mg, 3x1  anti fibrinolitik, membantu pembekuan darah
• Metronidazole 500 mg, 3x1  untuk infeksi bakteri anaerob
• Amikasin 500 mg, 3 x1  antibiotic, untuk infeksi
• Meropenem  antibiotic, untuk infeksi
• Ketorolac 30mg 3x1 ampul  untuk anti nyeri
• Metformin 500 mg, 3x1  menurunkan kadar gula darah
• Ranitidin 50 mg, 2x1  proteksi terhadap NSAID
• Insisi dan drainase abses, pertama pasien dalam keadaan posisi trendelburg dan
dilakukan intubasi (pasien dalam keadaan bius umum). Dilakukan asepsis dan
antisepsis dilapangan operasi, buat marking dan dilanjutkan insisi modifikasi
apron, 2 jari dari lower border mandibular dari segitiga submental sepanjang
kurang lebih 10 cm. insisi menembus cutis dan subcutis m. platysma
dilanjutkan diseksi tumpul kearah inferior  pus keluar, dilakukan massage
untuk mengeluarkan pus  pus kurang lebih 50 cc  pus dikultur. Dilakukan
pencucian dengan h202 3% dan betadine lalu NaCl 0,9%.
• Dipasang drain 2 buah, difiksasi dengan silk 2.0 lalu hecting 2 buah dengan silk
2.0. operasi selesai.
prognosis

• Ad functionam: dubia ad bonam


• Ad vitam: dubia ad bonam
• Ad functionam: dubia ad bonam
Tinjauan pustaka
Amatomi
ABSES PARAFARING

• Muncul karena adanya penyebaran infeksi dari lokasi di sekitarnya


• Paling sering: tonsillitis akut, adanya infeksi pada gigi, benda asing
• Antibiotik poten  insidensi turun
EPIDEMIOLOGI

• 100 kasus abses leher dalam:


- laki-laki dan perempuan 3:2
- prevalensi abses parafaring: 20%
Etiologi

• Langsung: tusukan jarum, trauma


• Proses supurasi KGB leher dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, SPN, mastoid, vertebra
servikal  sumber infeksi
• Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring, submandibula
• DM, autoimun, HIV/AIDS
• Patogen: polimikrobial, tersering: anaerob (Prevotella, Porphyromonas,
Fusobacterium and Peptostreptococcus)
• DM (-): Streptococcus viridians
• DM (+): Klebsilla pneumoniae
PATOFISIOLOGI

• Infeksi gigi pulpa, periodontal  foramen apikalgigi  daerah


sekitarnya  mandibula  ruang sublingual, masticator  parafaring
• Trismus: ruang anterior (a.maxillaris interna, n.alveolar inferior,
n.lingualis, n.auriculotemporal)
• Odinofagia, disfagia: ruang posterior (a.carotis interna, v.jugularis
interna, n.IX, X, XI, XII, rantai simpatis)
• Beratnya infeksi  virulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi
anatomi
• Penyebaran abses leher dalam: limfatik, celah antara ruang leher dalam,
trauma tembus
GEJALA KLINIS

• Nyeri leher
• Odinofagia
• Disfagia
• Pembengkakan leher: lateral dari garis mandibula inferior atau di sekitar angulus
mandibula
• Demam tinggi
• Trismus: ruang anterior
• KASUS: trismus (-), disfagia (+), odinofagia (+) ruang post.
• CT-scan kontras: gambaran abses parafaring kiri posterior
FAKTOR RISIKO

• Infeksi gigi yang tidak pernah diobati


• Tonsillitis akut
• Trauma langsung
• Infeksi kelenjar liur
• Aspirasi benda asing
• Limfadenitis servikal
• Imunocompromised
DIAGNOSIS
• Anamnesis: nyeri leher, nyeri menelan, sulit menelan, pembengkakan leher, demam tinggi, trismus,
riwayat infeksi gigi yang sudah lama, trauma langsung pada bagian leher, atau ada salah satu dari
faktor risiko
• PF: gigi berlubang, trauma leher, pembengkakan leher, benjolan sekitar angulus mandibula, indurasi
benjolan, nyeri tekan
• PP:
- Darah lengkap tanda infeksi baik akut/kronis
- Foto polos jaringan  pembengkakan jaringan lunak, cairan dalam jaringan pembengkakan
- Foto polos gigi  kelainan pada gigi
- CT-scan kontras  membedakan dengan tumor, lokasi & perluasan abses (daerah hipodens berkapsul,
udara di dalam, edema jaringan sekitar)
DD/
Abses parafaring Abses submandibula Limfadenitis

Definisi Abses para ruang Abses pada ruang Inflamasi KGB


parafaring potensial di regio
submandibula
Gejala klinis Pembengkakan Nyeri leher, Riwayat ISPA, infeksi,
leher, benjolan pembengkakan di benjolan lokal > 2 cm,
sekitar angulus bawah mandibula dan nyeri, bengkak,
mandibula, indurasi, atau di bawah lidah, konsistensi: kenyal,
nyeri tekan fluktuasi fluktuatif, hangat,
eritema
Tatalaksana AB, bedah AB, bedah (insisi AB
drainase 
fluktuasi/setinggi os.
hyoid, eksplorasi
tumpul)
TATALAKSANA

• AB IV dosis tinggi: ceftriaxone IV 1x1 gram  bakteri penyebab


• Metronidazole 500 mg 3x1  bakteri anaerob
• Parasetamol IV 1g/100mL  untuk demam
• Ketorolac IV 3x1 ampul  antinyeri
• CT-Scan operasi
KOMPLIKASI

• Kerusakan dinding a.karotis interna  nekrosis  ruptur  perdarahan


hebat
• Periflebitis/ endoflebitis  tromboflebitis, septikemia
Pencegahan

• Segera obati sumber infeksi


• Higenitas oral yang baik  cegah infeksi gigi
PROGNOSIS

• Dubia ad bonam
KESIMPULAN

Diagnosis abses parafaring pada pasien kasus ini dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan, foto polos
jaringan. Penanganan yang diberikan berupa antibiotik dosis tinggi parenteral, analgetik,
dan pembedahan. Penanganan yang cepat akan menunjukkan hasil yang baik tanpa
komplikasi
Click icon to add picture

Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai