Anda di halaman 1dari 52

Laporan Kasus

Space Occupying Lession

chrysriany
11 2015 224
Dokter Pembimbing : dr. Sekarsunan Sp.S
SPACE OCCUPYING LESSION

SOL ialah suatu lesi yang meluas


atau memenuhi ruang dalam
otak, menimbulkan kompresi dan
infiltrasi pada jaringan serta
menyebabkan gejala seperti
peningkatan TIK, kejang dan
defisit neurologis
SOL (massa desak ruang)
• Peningkatan TIK  gangguan neurologis
ringan hingga berat
• Peningkatan TIK parah  tidak responsif, pupil
tidak berdilatasi, tidak ada refleks batang otak
 batang otak berhenti  tek darah merosot,
nadi melambat, respirasi lambat  berhenti
SPACE OCCUPYING LESSION
Tumor otak

Abses

Vaskular

Edema

herniasi
NEUROANATOMI TERKAIT
Klasifikasi Tumor Otak

Berdasarkan Jenisnya
• Tumor Primer
• Tumor Sekunder

Berdasarkan Lokasi
• Tumor Supratentorial
• Tumor Infratentorial

Berdasarkan derajatnya
• Tumor Jinak
• Tumor Ganas
Klasifikasi Tumor
• Primer : tumor berasal dari jaringan otak
• Sekunder : hasil metastasis
• Menurut lokasi : Supratentorial dan
inferiortentorial
Klasifikasi Tumor
• Tumor Supratentorial
A. Tumor hemisfer cerebral ( Frontal, parietal,
temporal, oksipital)
– Intrinsik astrositoma, glioblastoma,
oligodendroglioma, ganglioglioma, limfoma,
metastasis
– Ekstrinsik Meningioma, kista
Klasifikasi Tumor
B. Tumor hemisfer bagian dalam
– Tumor ventrikel lateral
– Tumor sentrum ovale
– Tumor basal ganglia
Klasifikasi Tumor
• Tumor supratentorial
C. Tumor garis tengah hemisfer
– Tumor korpus kalosum
– Tumor Sella tursika (adenoma pituitari, kraniofaringioma,
meningioma, glioma saraf optik, kista episermoid/dermoid)
– Tumor Ventrikel III
– Tumor Pineal (sangat jarang, diferensiasi buruk)
Klasifikasi Tumor
• Tumor Infratentorial
– Tumor garis tengah (Ventrikel IV dan vermis)
– Tumor serebellum
– Tumor batang otak
– Tumor ekstraparenkim
Lokasi dari Berbagai Jenis Tumor Otak
Klasifikasi Tumor Otak
WHO grade I Tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi cukup baik.

WHO grade II Tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun sering timbul rekurensi.
Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif ke arah derajat keganasan yang lebih
tinggi.

WHO grade III Gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi, dan terdapat anaplasia.

WHO grade IV Mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan dengan progresivitas
penyakit yang cepat pada pre/post operasi.
Epidemiologi
Astrocytoma
Meningioma
Etiologi
• Genetik
• Degenerasi Perubahan Sitoplasmatik
• Radiasi
• Virus
• Zat karsinogenik
Pemeriksaan Fisik
• Defisit Neurologis
• Papiledema
• Kaku kuduk
• Trias Cushing
– Peningkatan tekanan darah
– Bradikardia
– Cheyne stokes
Pemeriksaan Penunjang
• Foto Roentgen tulang dan basis
kranii
• CT Scan
• MRI-MRS
• EEG
• Angiography (MRA)

*Arq. Neuro-Psiquiatr. vol.64 no.2b São Paulo June 2006


http://dx.doi.org/10.1590/S0004-282X2006000300009
Manifestasi Klinis
• Gejala Klinis Umum
– Peningkatan TIK
– Kejang
– Defisit Neurologis
• Gejala Klinis Fokal
– True Location Sign
– False Location Sign
– Neighbouring Sign
LOKASI TUMOR MANIFESTASI KLINIS
Lobus frontalis  Kelemahan lengan dan tungkai kontralateral
 Apraksia, afasia
 Refleks primitif
 Perubahan kepribadian: disinhibisi, abulia, kehilangan
inisiatif, penurunan tingkat intelektual (misalnya,
demensia, terutama jika korpus kalosum terlibat)

Lobus temporalis  Afasia sensorik (bila yang terkena lobus temporalis


dominan)
 Kejang (umum atau parsial)
 Gangguan memori atau ingatan
 Gangguan lapangan pandang (upper homonymous
quadrantanopia)
Lobus parietalis  Gangguan sensorik (lokalisasi sentuh,
diskriminasi dua titik, gerakan pasif,
astereognosis) kontralateral
 Gangguan lapangan pandang (lower
homonymous quadrantanopia)
 Jika tumor pada lobus parietalis hemisfer
dominan, dapat terjadi kebingungan cara
membedakan kanan dan kiri, agnosia jari,
akalkulia, dan agrafia
 Jika tumor pada lobus parietalis hemisfer yang
nondominan, dapat terjadi apraksia
Lobus oksipitalis  Gangguan lapangan pandang (hemianopsia
homonim)

Korpus kalosum  Sindrom diskoneksi

Hipotalamus/Hipofisis  Gangguan endokrin


Batang otak  Penurunan kesadaran
 Tremor
 Hemiplegia, paresis
 Kelainan gerakan bola mata
 Abnormalitas pupil
 Vertigo
 Muntah, cegukan [medula]
Serebelum  Ataksia berjalan
 Tremor intensional
 Dismetria
 Disartria
 Nistagmus
Penatalaksanaan
• Steroid Therapy
• Radiasi
• Chemotherapy
• Operasi
– Craniotomy
– Craniectomy
Komplikasi
• Edema serebri
• Herniasi
Abses Cerebri
Gejala klinis
Trias abses otak klasik adalah:
• peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
• defisit neurologis fokal
• demam.
Stadium Abses Serebri
Stadium Gejala
Early Cerebritis Reaksi radang lokal dengan infiltrasi PMN,
radang di sekitar otak
Late Cerebritis Daerah pusat nekrosis membesar,
membentuk nanah, fibroblas menjadi
retikulum yang akan membentuk kapsul
kolagen
Early Capsule Formation Pusat nekrosis mengecil, lapisan
fibroblas membentuk anyaman retikulum
mengelilingi pusat nekrosis
Late Capsule Formation Perkembangan lengkap abses kapsul
kolagen tebal
Organisme Terlibat
Faktor Predisposisi Organisme
Telinga Tengah Strep. Milleri, Bacteroides fragilis, E. Coli,
Proteus, Strep. pneumoniae
Sinus Strep. Pneumoniae, Strep. Milleri
Darah Strep. Pneumoniae, Strep. Milleri, Staph.
aureus
Accident/surgical trauma Staph. aureus
Immunocompromised Toxoplasma, Aspergillus, Candida,
Nocardia, Listeria
Pathogenesis
Infeksi lokal/hematogen

Invasi parenkim

PMN membentuk infiltrat

Zona Cerebritis Terbentuk kapsul


Gejala Klinis Pemeriksaan Penunjang
• Pireksia, Malaise • DL - ↑LED, leucocytosis
• ↑ TIK • Kultur darah
• Defisit fokal – • Ro kepala
hemiparesis, • CT scan
nistagmus, ataxia, • MRI
kejang.
Penatalaksanaan
• Drainase atau insisi

• Pemberian antibiotik
– Ampisilin 2 gr/6 jam iv (200-400mg/kgBB/hari selama 2 minggu)
– Kloramfenikol 1 gr/ 6 jam iv selama 2 minggu
– Metronidazole 500 mg/8jam iv selma 2 minggu

• Penatalaksanaan simptomatik
Pendarahan
 Hematoma epidural
 Hematoma subdural
 Hematoma Subarachnoid
Hematom Epidural
• Perdarahan epidural (antara tulang tengkorak dengan
duramater)
– Arteri meningea media
– Lucid Interval
– Dapat disertai defisit neurologis
– CT-scan : Lesi tampak bikonveks
– Indikasi pembedahan : volume >20cm atau
midline shift >0,5cm
Penunjang diagnostik

• CT scan otak: gambaran hiperdens


(perdarahan) di tulang tengkorak dan dura,
umumnya di daerah temporal, dan tampak
bikonveks.
Hematom Subdural

• Perdarahan subdural membutuhkan tenaga > dari


epidural
• Berkumpul antara ruang duramater dan arachnoid
• Robekan vena dari permukaan otak ke sinus dural
• Biasanya temporal
• CT scan : hiperdens bulan sabit
• Lucid interval dan defisit neurologis
• Bisa akut bisa kronik
• Indikasi operasi : SDH luas (>40cc/>5mm), SDH
Dengan edema cerebri disertai midline shift
Hematome Subarachnoid

• Perdarahan subarachnoid bisa diditeksi dengan


pemeriksaan cairan LCS
• Gejala klinis : kaku kuduk, cephalgia, gangguan kesadaran
• CT scan : terdapat batas tegas dari Hiperdens dan
Jaringan normal
Edema Serebri
Berdasarkan patofisiologi

Edema serebri vasogenik


– Gangguan utama pada blood brain barrier (sawar
darah-otak).
– Permeabilitas sel endotel kapiler meningkat sehingga
air dan komponen yang terlarut keluar dari kapiler
masuk ruangan ekstraseluler, sehingga cairan
ekstraseluler bertambah.
– Jenis edema ini dijumpai pada trauma kepala, iskemia
otak,tumor tak,hipertensi maligna, perdarahan otak
dan ber-bagai penyakit yangmerusak pembuluh darah
otak
Edema serebri sitotoksik
– Kelainan dasar terletak pada semua unsur seluler
otak (neuron,glia dan endotel kapiler).
– Terjadi karena adanya hipoksia jaringan saraf.
Pompa Na tidak berfungsi dengan baik,sehingga
ion Na tertimbun dalam sel,mengakibatkan
kenaikan tekananosmotik intraseluler yangakan
menarik cairan masuk ke dalam sel.
Edema serebri hidrostatik/interstisial.
– Dijumpai pada hidrosefalus obstruktif.
– Karena sirkulasi terhambat, cairan srebrospinal
merembes melalui dinding ventrikel,meningkatkan
volume ruang ekstraseluler.
Herniasi
Herniasi Subfalcine (Cingulate)
• Definisi: gyrus cingulai mengalami herniasi kemedial
menyebrangi garis tengah dan terjepit di bawah falx
serebri.
• Gambaran klinis:
– Biasanya asymptomatic, lakukan observasi baik secara
patologis atau radiologis
– Waspadai terjadinya herniasi transtentorial, yang akan
beresiko menekan arteri serebri anterio

Herniasi Tentorial Central


• Definisi: pergeseran hemisfer otak dan ganglia basalais
kebawah akan menekan dan mendorong
diencephalon(thalamus dan hipotalamus) dan
mesencephalon ke kaudal melalui insisura tentorial
Herniasi Tentorial Lateral (Uncal)
• Definisi: uncus bagian medial lobus temporalis
tergeser ke medial kea rah tentorium knotch,
anatara tepi tentorium dan batang otak.
• Gambaran klinis:
– Dilatasi pupil ipsilateral, refleks negatif (tanda paling
awal, dan paling terpercaya), kelumpuhan gerak bola
mata (penekanan pada N III)
– Penurunan tingkat kesadaran (penekanan
mesencephalon)
Herniasi ke atas (Upward)
• Definisi: lesi fosa posterior sebabkan serebelum
dan batang otak terdorong ke atas.
Herniasi Transforaminal atau Tonsil (“Coning”)
• Definisi: penekanan pada medulla oblongata
dan terjadi gangguan respirasi yang progresif
atatu fatal.
• Gambaran klinis:
– Kompresi pusat kardiovaskuler dan respirasi di
medulla oblongata (fatal)

Anda mungkin juga menyukai