Anda di halaman 1dari 27

ABSES SEREBRI

Ratu Tria Nandya

Pembimbing Klinik:
dr. Dompak S. Hutapea, Sp. Rad
LATAR BELAKANG
Abses serebri merupakan salah satu infeksi sistem saraf pusat
(SSP) yang masih menjadi kegawatan medis karena berkaitan
dengan morbiditas dan mortalitas yang akan mempengaruhi kualitas
hidup pasien (Kremery, 2007). Abses serebri adalah suatu reaksi
piogenik yang terlokalisir pada jaringan otak yang berkembang dari
suatu serebritis (Haslam, 2004)

Hematogen
Bakteri
Kelainan
kardiopulmoner
Parasit
Perkontinuitatum

Jamur Secara langsung


(trauma kepala,
kraniotomi)
LATAR BELAKANG
Tanda-tanda Demam
infeksi abses
serebri Anoreksia

Malaise

Peningkatan tekanan intrakranial

Pemeriksaan terbaik MRI


yang dilakukan pada
abses serebri
CT
SCAN
BAB II
ISI

Definisi:
Abses serebri merupakan suatu proses
infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir
diantara jaringan otak yang disebabkan oleh
berbagai macam variasi bakteri, fungus dan
protozoa (Haslam, 2004). Infeksi dimulai dengan
cerebritis  kumpulan pus didalam sebuah kapsul
yang tervaskularisasi dengan baik (Miranda,
Castellar-Leones, Elzain, & Moscote-Salazar, 2013).
• Etiologi

Sumber Infeksi Mikroorganisme

Infeksi Sinus Streptococcus spp


Paranasalis Staphylococcus spp
Enterobacteriaceae (terutama Hemophilus spp,
Pseudomonas aeruginosa
Infeksi Otogenik Proteus mirabilis
Streptococcus milleri
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Infeksi Gigi Streptococcus spp
Bacteroides fragilis
Traumatic Brain Injury Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermis
Enterobacteriaceae (P.
aeruginosa, Enterobacter spp)

Neurosurgical Procedure Staphylococcus aureus


Staphylococcus epidermis
Pseudomonas aeruginosa
Propionibacterium acnes
Streptococcus spp
Penyebaran Hematogen Staphylococcus aureus
Streptococcus viridans
Klebsiella pneumoniae
 Epidemiologi

Laki-laki > perempuan (2:1–3:1)


Usia 30-40 tahun
Sejak adanya CT Scan, tingkat mortalitas 50%  20%
• Patogenesis

Invasi mikroorganisme

Reaksi radang  infiltrasi leukosit

Edema, perlunakan, kongesti jaringan otak, dan bintik perdarahan

Nekrosis dan pencairan pada pusat lesi  rongga abses

Astroglia, fibroblas, dan makrofag mengelilingi jaringan nekrotik

Abses tidak berbatas tegas

Fibrosis yang progresif  kapsul yang konsentris

Abses serebri
Pembagian patogenesis dalam 4 stadium :
Stadium Stadium
Stadium Stadium pembentukan pembentukan
cerebritis dini cerebritis kapsul dini kapsul lanjut
(early lanjut (late (early capsule (late capsule
cerebritis) cerebritis) formation) formation)

• Hari ke 10-14
• hari ke 1 – 3 • hari ke 15
• Pusat nekrosis
• reaksi radang • Pusat nekrosis
• Hari ke 4-9 mengecil
local dan berisi debris dan
• Pusat nekrosis • Lapisan
infiltrasi sel radang
membesar  fibroblast
leukosit, • Daerah tepi sel
pembentukan membentuk
limfosit, dan radang, makrofag
nanah anyaman 
plasma sel dan fibroblast
• Fibroblast dinding kapsul
• Sel-sel radang • Kapsul kolagen
membentuk kolagen
mengelilingi tebal
kapsul kolagen • pembentukan
daerah nekrosis • Lapisan
• Edema otak dinding di
• Peradangan neurovascular
menyebar substansia alba
perivaskular • Reaksi astrosit,
maks  lesi lebih lambat
• Edema otak dan gliosis, dan
sangat besar dibanding
peningatan efek edema otak
substansia
massa diluar kapsul
grisea
• Manifestasi Klinik

Trias Abses Serebri


1. Gejala infeksi: demam, malise, anoreksia
2. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK): muntah, sakit
kepala, kejang
3. Gejala neurologik fokal
 Lobus frontalis: sakit kepala, penurunan kesadaran, hemiparese
unilateral, gangguan bicara. Bila ada gejala neurologik
(hemionvulsi, hemiparese, hemianopsia, penurunan kesadaran) 
herniasi  prognosis buruk.
 Lobus temporalis: gangguan pendengaran dan mengecap, disfasia,
defek penglihatan dan hemianopsia komplit. Gangguan motorik dan
sensorik pada wajah dan anggota gerak atas.
 Abses serebelum: satu hemisfer, gangguan koordinasi seperti
ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus.
 Abses batang otak: jarang
• Diagnosis
• Anamnesis: riwayat perjalanan penyakit, onset, faktor resiko yang mungkin
ada, riwayat kelahiran, imunisasi, penyakit yang pernah diderita.

• Pemeriksaan neurologis: Evaluasi status mental, derajat kesadaran, fungsi


saraf kranialis, refleks fisiologis, refleks patologis, dan juga tanda
rangsangan meningeal.

• Pemeriksaan motorik: penilaian sistem muskuloskeletal dan kemungkinan


terdapatnya gerakan abnormal dari anggota gerak, ataupun kelumpuhan
yang sifatnya bilateral atau tunggal.

• Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah perifer yaitu pemeriksaan


lekosit dan laju endap darah; didapatkan peninggian lekosit dan laju
endap darah.

• Pemeriksaan EEG: penting untuk mengetahui lokalisasi abses dalam hemisfer.


• Pemeriksaan foto polos kepala: dapat menunjukan tanda peninggian tekanan
intrakranial, dan adanya fokus infeksi ekstraserebral. Foto thoraks dapat dilakukan jika
dicurigai adanya sumber infeksi dari paru atau jantung.

• CT Scan kepala dengan kontras: gambaran sesuai stadium pembentukan abses

Stadium Early Cerebritis Stadium Late Cerebritis


Stadium Early Capsule Formation Stadium Late Capsule Formation
• Magnetic Resonance Imaging (MRI) saat ini banyak digunakan.
Peningkatan kontras membantu membedakan abses, enhancement ring,
dan edema serebral. Gambaran T1-weighted meningkatkan kapsul abses,
dan gambaran T2-weighted dapat menunjukkan zona edema di sekitar
abses.

T1-weighted gadolinium- T1-weighted gadolinium-


enhanced axial MRI of young enhanced coronal MRI of mature
abscess abscess
T2-weighted MRI of brain abscess
T2-weighted Early Cerebritis T1-weighted Early Cerebritis
T2-weighted Late Cerebritis T1-weighted Late Cerebritis
DWI ADC
Pada MRI terdapat pula sekuens diffusion-weighted imaging (DWI) untuk
membantu diagnosis banding lesi ring enhancing lainnya seperti glioblastoma,
limfoma, atau metastasis dan abses.
Tabel perbedaan gambaran abses dengan neoplasma pada MRI
Postkontras T1 Imaging T2 Imaging Diffusion Imaging
Abses Ring enhancement Hiperintens center Hiperintens pada DWI
Penipisan pada batas dalam Batas hipointens Hipointens pada ADC
kapsul

Low-grade Solid enhancement bervariasi Hiperintens Hipointens pada DWI


glioma Hiperintens pada ADC

High-grade Lesi non-nekrotik Hiperintens Lesi non-nekrotik


glioma
Solid enhancement Lesi non-nekrotik dapat Isointens sampai hiperintens
terlihat isointens pada DWI
Hipointens sampai isointens
pada ADC
Lesi nekrotik2
Lesi nekrotik Hipointens pada DWI
Hiperintens pada ADC

Ring enhancement Lesi nekrotik hiperintens


pada DWI (sangat jarang)
Hipointens pada ADC
Limfoma Solid enhancement Isointens sampai Hiperintens pada DWI
hiperintens Hipointens pada ADC

Metastasis Ring atau solid Bervariasi Hipointens pada DWI


enhancement Hiperintens pada ADC

ADC: apparent diffusion coefficient; DWI: diffusion weighted imaging


• Diagnosa Banding

• Meningitis bakterial
• Tumor otak (primer atau metastasis)
• Cryptococcosis
• Cysticerosis
• Abses Epidural
• Ensefalitis fokal
• Aneurisma Miotik
• Septic cerebral emboli causing infarction
• Septic dural sinus trombosis
• Komplikasi

Abses serebri menyebabkan kecacatan bahkan kematian.


Adapun komplikasinya adalah:
• Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang
subaraknoid
• Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan
hidrosefalus
• Edema otak
• Herniasi oleh massa abses serebri
• Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan terhadap efek massa (abses
dan edema) yang dapat mengancam jiwa
• Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur
material abses
Drug Dose Frekuensi dan rute
Cefotaxime (Claforan) 50-100 2-3 kali per hari,
mg/KgBB/Hari IV
Ceftriaxone (Rocephin) 2-3 kali per hari,
50-100 mg/KgBBt/Hari IV
Metronidazole (Flagyl) 3 kali per hari,
35-50 mg/KgBB/Hari IV
Nafcillin (Unipen, Nafcil) setiap 4 jam,
2 grams IV
Vancomycin setiap 12 jam,
15 mg/KgBB/Hari IV
• Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi)
Pada center tertentu lebih dipilih penggunaan
stereotaktik aspirasi atau MR-guided aspiration and biopsy.
Indikasi pembedahan: diameter abses >2,5 cm, adanya gas
di dalam abses, lesi yang multiokuler, dan lesi di fosa
posterior, mastoiditis, sinusitis, dan abses periorbita.

• Pengobatan terhadap infeksi primer

• Pencegahan kejang

• Neurorehabilitasi
• Prognosis

Saat ini, 70% dari pasien dengan abses serebri


memiliki prognosis yang baik, dengan tidak ada
atau minimal gejala sisa neurologis.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai