Anda di halaman 1dari 40

SOL INTRAKRANIAL

(TUMOR OTAK)

OLEH :
Faridah Aini,Neurologi
M.Kep.,- Farida
Sp. K.M.B. 1
Definisi
• Tumor intrakranial/otak adalah neoplasma atau lesi
desak ruang (Space occupyin lesion) yang timbul di
dalam rongga tengkorak.
• Tumor otak juga disebut SOL (Space Occupying
Lesions), karena tumor akan mendesak jaringan normal
atau menempati ruang jaringan normal
• Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang jinak
maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen, dan
tengkkorak
• Insiden SOL intrakranial 20/100000 populasi/tahun
• Perbandingan pria (15,2) dan wanita (20,3)

Neurologi - Farida 2
Definisi
• Tumor intrakranial bisa primer (50%),
dan sekunder (50%).
• Tumor primer: 50% glioma, 20%
meningioma, 15% adenoma dan 7%
neuroma
• Pada dewasa paling sering 60%
terletak supratentorial, pada anak
70% terletak infratentorial

Neurologi - Farida 3
Etiologi

• Etiologi secara pasti pada tumor intrakranial


primer belum diketahui secara pasti
• Letak tumor berdasarkan jenis sel dapat
diidentifikasi mekanisme penyebab terjadinya
abnormalitas sel
• Tumor otak sering tidak mengalami
metastase keluar dari otak
• Berdasarkan penelitian, faktor keturunan,
immunosupresi, dan faktor lingkungan perlu
dipertimbangkan terjadinya tumor otak
Neurologi - Farida 4
Klasifikasi
Klasifikasikan tumor otak yang sering digunakan ,
menurut Kernohan dan Sayre, dimana tumor diberi
nama berdasarkan nama sel yang terserang
Diklasifikasikan sebagai berikut:
Tumor dari pembungkus otak/lapisan meningen, contoh
meningioma dura
Tumor yang berkembang di dalam atau di atas saraf
kranial, contoh neuroma akustik
Tumor di dalam jaringan otak, contoh glioma 
astrositoma, glioblastoma, ependimoma,
medulloblastoma, oligodendroglioma
Lesi metastatik dari tubuh bagian lain (paru dan
payudara)
Neurologi - Farida 5
Meningioma

Neurologi - Farida 6
Meningioma

Neurologi - Farida 7
Meningioma

Neurologi - Farida 8
Glioma Brain Stem

Neurologi - Farida 9
Glioma Cerebrum

Neurologi - Farida 10
Keganasan Tumor
• Benigna (Jinak)
– Morfologi tumor menunjukkan batas yang jelas,
tidak infiltratif dan hanya mendesak organ-organ
sekitarnya.
– Dijumpai pembentukan kapsul dan tidak ada
metastase serta rekurensi setelah pengangkatan
– Tampilan histologi mrnunjukkan struktur sel yang
reguler, pertumbuhan lambat tanpa mitosis,
densitas sel yang rendah

Neurologi - Farida 11
Keganasan Tumor
• Maligna (ganas)
– Ditandai tampilan makroskopis yang infitratif atau
ekspansi destruktif tanpa batas yang jelas,
– Tumbuh cepat
– Membentuk metastase
– Rekurensi paska pengangkatan total

Neurologi - Farida 12
Keganasan Tumor
• Selain keganasan berdasarkan histologi, kriteria
keganasan klinis tumor adalah tampilan tingkah
laku yang diinduksi serta diperankan oleh :
– Volume efektif tumor (termasuk edema sekelilingnya)
– Efek masa yang ada (termasuk herniasi)
– Keterlibatan dengan aliran likuor Hidrosepalus)
– Keterlibatan arteri (infark)
– Keterlibatan pusat-pusat vital (hipotalamus dan
batang otak)

Neurologi - Farida 13
Patofisiologi
 Patofisiologi tumor otak mengikuti hipotesis Monro-
Kellie  otak memiliki keterbatasan dalam mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan TIK normal,
seiring dengan pertumbuhan tumor
 Terjadi gangguan neurologik akibat dua faktor yaitu;
gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan TIK
 Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan oleh pertumbuhan tumor menyebabkan
iskemik yang berkembang menjadi nekrosis jaringan
otak
 Peningkatan TIK disebabkan karena: bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar
tumor, dan perubahan sirkulasi CSS
14
Neurologi - Farida
Manifestasi Klinis
 Nyeri kepala (bersifat dalam, terus-menerus, tumpul,
dan kadang hebat, sering terjadi di pagi hari)
 Papil edema akibat statis vena yang
 Nausea dan vomitus, bisa terjadi secara proyektil
 Kejang, merupakan gejala awal pada pasien tumor
supratentorial dpt berupa kejang umum, psikomotor
atu fokal
 menimbulkan pembengkakan pada papila saraf
optikus ganguan penglihatan, pembesaran bintik
buta, dan amaurosis fugaks
 Parese nervus kranial, tergantung area tumor

Neurologi - Farida 15
Manifestasi Berdasarkan Lokasi

Lobus frontal
 Perubahan mental dan perilaku
 Gangguan konsentrasi
 Emosi labil
 Gangguan memori
 Gangguan bicara dan menulis (apasia ekspresif)
 Hemiparesis
 Ataksia
 Nyeri kepala bilateral
 Inkontinensia akibat gangguan kontrol sosial
Neurologi
Kejang fokal
- Farida 16
Manifestasi Berdasarkan Lokasi

Lobus Oksipital

 Konvulsi/kejang didahului aura


 Homonimus Hemianopsia kontralateral
 Agnosia visual
 Halusinasi penglihatan
 Kesulitan memperkirakan jarak
 Kejang fokal atay umum

Neurologi - Farida 17
Manifestasi Berdasarkan Lokasi

Lobus Temporal
 kejang psikomotor didahului aura
 Tinitus
 Halusinasi pendengaran (iritasi kortek pendengaran)
 Halusinasi penciuman
 Afasia sensorik
 Parese saraf kranial fasialis
 Amnesia kejadian serangan
 Lesi pada kutup temporalis anterior Anopsia kuadran
superior, dapat berkembang
Neurologi - Farida
menjadi hemianopsia18
sempurna
Manifestasi Berdasarkan Lokasi
Lobus Parietal
 Hyperesthesia (kerusakan sensai dengan penurunan respon takil)
 Paresthesia (abnormalitas sensasi meliputi tingling, perasaan panas
pada kulit)
 Kehilangan membedakan two-point
 Astereohnosis (ketidakmampuan mengenal benda dengan
perabaan, bentuk maupun ketajaman)
 Autotopagnosia (ketidakmampuan mengenal bentuk tubuh)
 Disorientasi lingkungan eksternal
 Finger agnosia (ketidakmampuan mengenal jari secara spesifik)
 Kehilangan kemampuan membedakan kanan dan kiri
 Agraphia
 Acalculia

Neurologi - Farida 19
Manifestasi Berdasarkan Lokasi
Tumor Serebelum

 Papildema dini
 Nyeri kepala nuchal
 Gangguan pergerakan (ataksia)
 Nistakmus
 Hipotoni
 Obstruksi CSS

Neurologi - Farida 20
Manifestasi Berdasarkan Lokasi

Hipotalamus dan ventrikel

 Somnolensia
 Diabetes insipidus
 Obesitas
 Gangguan pengaturan suhu
 Obstruksi CSS
 Nyeri kepala terus-menerus

Neurologi - Farida 21
Diagnosis
 Radiogram tengkorak  mengetahui struktur,
penebalan,kalsifikasi
 Ct Scan & MRI  ukuran, dan lokasi tumor
 Elektroensepalogram  perubahan kepekaan
neuron
 Ekoensepalogram  pergeseran kandungan
intraserebral
 Serebral angiografi  vaskularisasi serebral
 Funduskopi  papiledema
 Audiometri  gangguan pendengaran
Neurologi - Farida 22
Brain Tumor

Posterior fossa neoplasm – Medulloblastoma


Neurologi - Farida 23
Brain Tumors

Intrinsic
pontine glioma Neurologi - Farida 24
Brain Tumors

Supratentorial tumors – Astrocytoma & ependymoma

Neurologi - Farida 25
Pinealoblastoma & craniopharyngioma
Glioma:

Neurologi - Farida 26
Spinal
Ependymoma

Neurologi - Farida 27
Penatalaksanaan
 Pengobatan  kortikosteroid, disertai H2
blocker

 Pembedahan
 Radiasi
 Kemoterapi

 Bisa tunggal atau gabungan

Neurologi - Farida 28
Perioperative Management

Problem Associated tumors Peri / intraoperative Postop


Management management
Odema Large tumors small Corticosteroids Corticosteroids
tumors in critical Dexona tapered
areas 0.1mg/kg Q6h
Obstructive Intra and External ventricular Closure or
hydrocephalus periventricular drain placement or permanent
tumors VP shunt
Seizures Tumors of cerebral Anticonvulsant Stopped in
hemispheres phenytoin follow-up
Hypothalamic Tumors close to Endocrine Hormone
Pituitary hypothalamus Evaluation, replacement
hormonal Steroids fluid and
insufficiency Neurologi -electrolyte
Farida balance 29
Schwannoma

Neurologi - Farida 30
Neurilemmoma

Neurologi - Farida 31
Pengkajian
• Data identitas klien
• Riwayat kesehatan
• Kemampuan klien berfungsi dalam bergerak,
berjalan, beradaptasi terhadap
kelemahan/parese, kemampuan berbicara
• Kaji adanya kejang  jenis, waktu, dan lamanya
• Status nutrisi; dysfagia, antropometri, albumin,
transferin, limfosit total, nilai kreatin, dan tes urin
• Anosmia
• Tanda-tanda vital
Neurologi - Farida 32
Pengkajian
• Pemeriksaan fisik :
 Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
 Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan
kabur
 Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
 Jantung : bradikardi, hipertensi
 Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea,
potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
 Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes
melitus
 Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
Neurologi - Farida 33
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko gangguan perfusi serebral b.d edema serebral
atau perdarahan paska kraniotomi
Kriteria Hasil : TIK kurang dari 15 mmHg, MAP > 70
mmHg, perfusi serebral > 50 mmHg, pengkajian
neurologi dan TTV dbn, tidak ada tanda-tanda klinis 
TIK dan herniasi, suhu tubuh < 38.5 derajad Celsius
Intervensi :
 Elevasi kepala tempat tidur 30 derajad
 Kaji status neurologi dan TTV secara periodik,
tergantung kondisi klien
 Pertahankan kepala dan leher pada posisi
netral/anatomis
 Lakukan perubahan posisi secara pelan
Neurologi - Farida 34
Diagnosa Keperawatan
Intervensi lanjutan:
 Hindari valsavah manuver
 Monitor intake dan output sering
 Monitor pulse oksimetri dan AGD
 Suction jalan napas, jika diperlukan
 Kolaborasi pemberian kortikosteroid
 Kolaborasi pemberian obat antiepileptik

Neurologi - Farida 35
Diagnosa Keperawatan
2. Koping tidak efektif b.d takut terjadi perubahan body
image, peran, harapan hidup
Kriteria Hasil : koping individu meningkat, merasa diri
berharga, berperilaku menghargai diri, penurunan
ketergantungan
Intervensi :
 Anjurkan keluarga atau orang terdekat memberikan
support
 Atasi kecemasan
 Berikan pujian atas kemampuan klien
 Cegah stress lingkungan, dengan meminimalkan
stimulus
 Berikan kesempatan mengekspresikan perasaanya
Neurologi - Farida 36
 Tidak berganti-ganti perawat
Diagnosa Keperawatan
3. Cemas b.d pengobatan/perawatan yang akan dijalani,
prognosis
Kriteria Hasil : cemas berkurang, dan mengekspresikan
ketakutannya, serta terbuka
Intervensi :
 kaji status mental dan tingkat cemas
 Anjurkan menggunakan komunikais yterbuka pada klien
 Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan
gejala
 Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian
 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaan takut
 Libatkan keluarga dalam perawatan 37
Neurologi - Farida
Diagnosa Keperawatan
4. Resiko tinggi cedera b.d disfungsi otot sekunder
terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang,
disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Kriteria Hasil : tidak terjadi cedera
Intervensi :
– Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
– Pantau tingkat kesadaran
– Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu,
kejadian
– Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,
– Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas
Neurologi - Farida 38
Diagnosa Keperawatan
5. Nyeri kepala b.d peningkatan TIK
Kriteria Hasil : nyeri kepala berkurang
Intervensi :
– pantau skala nyeri
– Berikan kompres dimana pada area yang sakit
– Monitor tanda vital
– Beri posisi yang nyaman
– Lakukan Massage daerah kepala
– Observasi tanda nyeri non verbal
– Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang
– Catat adanya pengaruh nyeri
– Kompres dingin pada daerah kepala
– Gunakan teknik sentuham yang terapeutik
– Observasi mual, muntah
– Kolaborasi pemberian obatNeurologi
: analgetik,
- Faridarelaksan, prednison, antiemetik
39
Intervensi

Intervensi dan kriteria hasil lebih lengkap


silahkan baca pada Nursing Intervention
Clasification (NIC) dan Nursing Outcome
Clasification (NOC)

Neurologi - Farida 40

Anda mungkin juga menyukai