Anda di halaman 1dari 30

Retinoblastoma pada anak

Di susun oleh kelompok 4 :


Herlinudin
Riski febriansyah
Anastasia utari putri
Fahmi saputra
Lulu dwi anggraeni
Retinoblastoma pada anak

Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam


Mata yang berasal dari jaringan embrional
Retina.
insidennya 1:14.000-1:20.000 kelahiran hidup.
Meskipun retino-blastoma dapat terjadi pada
semua usia, namun paling sering terjadi pada
anak-anak sebelum usia2 tahun. Sekitar 95%
kasus retinablastoma didiagnosissebelum usia5
tahun.
etiologi
Retinoblastoma merupakan tumor
yang dapat terjadi secara herediter
(40%), dan non herediter (60%).
Retinoblastoma herediter meliputi
pasien dengan riwayat keluarga
positif(10%) dan yang mengalami
mutasi gen yang baru pada waktu
pembuahan (30%)
Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus.
Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai
endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa
hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan
metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera
ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat
neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran
secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta
secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutati.
Manifestasi klinis
Gejala dan tanda-tanda retinoblastoma
ditentukan oleh luas dan lokasi tumor pada
waktu didiagnosis. Gejala yang paling sering
ialah leukokoria (refleksputih pada pupil) sekitar
50-62%, strabismus (20%).1-5Ciri-cirilain
meliputi heterokromia, hifema spontan,
amauritic cat’ eye(bila mata kena sinar akan
memantulkan cahaya seperti mata kucing) dan
selulitis.
Komplikasi
• Tumor yang besar sering menunjukkan tanda-
tanda pertumbuhan endofilik dan eksofilik.
Bila tumor tumbuh cepat tanpa diikuti sistem
pembuluh darah, maka sebagian sel tumor
akan mengalami nekrosis dan melepaskan
bahan-bahan toksikyang menyebabkan iritasi
pada jaringan uvea, sehingga timbul uveitis
disertai dengan pembentukan hipopion dan
hifema..
Komplikasi lain berupa terhambat-nya
pengaliran akuos humor, sehingga timbul
glaukoma sekunder
Diagnosis
Diagnosis retinoblastoma secara umum dapat
diketahui dengan pemeriksaan mata secara
lengkap. Pemeriksaan awal meliputi
pemeriksaan fungsi penglihatan, slit lamp
biomikroskop pada vitreus dan segmen anterior
bila memungkinkan dan oftalmoskop indirect
dengan depresi sklera
Anak dengan retinoblastoma seharus-nya
mendapatkan pemeriksaan fisik oleh spesialis
anak atau onkologisanak. Anestesi digunakan
pada bayidiatas usia 2 bulan untuk
mendapatkan pemeriksaan lengkap.
Pemeriksaan tekanan intraokuler dan diameter
kornea juga dilakukan selama pemeriksaan
dibawah pengaruh anestesi.
MENEGAKKAN DIAGNOSIS DIGUNAKAN BEBERAPA
PEMERIKSAAN SEBAGAI SARANA PENUNJANG
• Pemeriksaan X foto: dengan pemeriksaan ini
hampir 60-70% terdeteksi adanya kalsifikasi di
dalam tumor. Bila tumor mengadakan infiltrasi
ke saraf optik, foramen optikum akan tampak
melebar.
• Pemeriksaan USG atau CT scanatau MRI:
dapat mengetahui adanya massa tumor
intraokuler meskipun media keruh. Bila lesi
masih dini maka akan nampak gambaran solid,
sedangkan bila tumor telah mengalami
nekrosis akan nampak gambaran yang kisti
• pemeriksaan lactic acid dehydrogenase(LDH):
dengan membanding-kan kadar LDH dalam
akuos humor dan serum darah dapat
diperkirakan adanya retinoblastoma
intraokuler. Rasio normal ialah <1;bila rasio
>1,5 dicurigai kemungkinan adanya retino-
blastoma
Klasifikasi retinoblastoma
• Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi
• 1. Golongan I
• a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
• b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau
dibelakang ekuator
• 2. 2. Golongan II
• a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
• b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
• 3. Golongan III
• a. Beberapa lesi di depan ekuator
• b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10
diameter papil
• 4. Golongan IV
• a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
• b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora
serrata
• 5. Golongan V
• a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah
retina
• b. Penyebaran ke vitreous
terapi
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman
untuk retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu
dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif
dan radioterapi merupakan terapi efektif lokal untuk
khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan
dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang
meliputi seluruh retina.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co,
106 Ro, 125 I sekarang makin sering digunakan
untuk mengobati retinoblastoma.
4. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil
(kurang dari 5 mm) dan dapat diambil. Cara ini
sudah secara luas digunakan dan dapat diulang
beberapa kali sampai kontrol lokal terapi.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok
yang menggunakan kemoterapi sebagai terapi
awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan
untuk mengurabgi ukuran tumor dan membuat
tumor bisa diterapi secara lokal
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih
kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas,
prospektif dan random. Sebagian besar
penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien
dengan perbedaan resiko relaps.
ASUHAN KEPERAWATANRETINO BLASTOMA

Kasus Retino Blastoma Pada Anak


Anak T umur 3 tahun di diagnosa  retino blastoma pada
mata  kanannya setahun yang lalu. Lima  bulan yang lalu,
mata kanan anak  T di lakukan  oprasi pengangkatan tumor .
Saat ini anak T masuk rumah sakit karena di mata kirinya
terdapat bercak putih di mata tengahnya. Matanya
 menonjol terdapat  stabismus.  Anak  T mata kirinya
visusnya 1/60 dan dari hasil pemriksaan patologi anatomi d
temukan metastase ke otak dan mata kiri. Dari keterangan
keluarga, ternyata nenek pasien pernah menderita kanker
servix.
Pengkajian

Anamnesa:
1. Identitas pasien
a. Nama : T
b. Usia : 3 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya penurunan fungsi penglihatan
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Satu tahun yang lalu pasien mengalami retino blastoma di mata sebelah kanan. Kemudian
dilakukan tindakan operasi pengangkatan mata. Saat ini di mata kiri pasien terdapat retino
blastoma. Terdapat bintik putih pada mata tepatnya pada retina, terjadi penonjolan,dan terdapat
stabismus.
4. Riwayat penyakit keluarga
Dari keterangan keluarga di temukan data bahwa nenek dari pasien pernah menderita kanker
servix.
5. Riwayat penyakit masa lalu
Pemeriksaan Fisik
• B1 : Breathing (Respiratory System)
Normal
• B2 : Blood (Cardiovascular system)
Normal
• B3 : Brain (Nervous system)nyeri kepala, visus 1/60, strabismus, bola mata menonjol
• B4 : Bladder (Genitourinary system)
Normal
• B5 : Bowel (Gastrointestinal System)
Normal
• B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument)
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas.
• Biopsikososial spiritual
Gejala : Perasaan tidak percaya diri ,berbeda dengan teman sebayanya.
Tanda : murung, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung
Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Gangguan penerimaan Gangguan persepsi
sensori pada lapisan sensori penglihatan
 Pasien mengeluh buram saat fotoreseptor
melihat sesuatu. ↓
Data objektif : Ketajaman penglihatan
menurun
 Visus mata kiri 1/60

2. Data subjektif: Keterbatasan lapang pandang Resiko cedera (trauma)



 Klien mengeluh Resiko tinggi cedera
pandanganya kabur
Data objektif :

 Tajam penglihatan menurun


3. Data subjektif : Retinoblastoma Nyeri Kronis

 Mengeluh nyeri di bagian
mata kiri Metastase lewat aliran darah
 Keluhan nyeri saat ↓
menggerakan mata Ke otak
Data objektif :

 Ekspresi meringis
 Sering menangis
 Bola mata menonjuol
4. Data subjektif : Perubahan penampilan Gangguan citra diri
setelah operasi
 Klien mengeluh malu ↓
 Klien mengeluh takut Malu
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensorik penglihatan
berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori dari mata
2. Resiko tinggi cidera, berhubungan dengan
keterbatasan lapang pandang
3. Nyeri berhubungan dengan metastase ke
otak, penekanan tumor ke arah otak.
4. d. Gangguan citra diri berhubungan
dengan perubahan penampilan pasca operasi
5. Risiko keterlambatan perkembangan
berhubungan dengan pembatasan aktivitas.
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Goal Statement (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Gangguan persepsi  Mempertahankan
sensori penglihatan lapang ketajaman
penglihatan tanpa  Orientasikan pasien terhadap
kehilangan lebih lingkungan, staf, orang lain di
lanjut. areanya.
 Tentukan ketajaman  Letakkan barang yang
penglihatan, catat dibutuhkan/posisi bel pemanggil
apakah satu atau dalam jangkauan.
kedua mata terlibat.  Dorong klien untuk
mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan/kemungkinan
kehilangan penglihatan.
 Lakukan tindakan untuk
membantu pasien untuk
menangani keterbatasan
penglihatan, contoh, atur
perabot/mainan, perbaiki sinar
suram dan masalah penglihatan
malam
o Ketajaman penglihatan
dapat digunakan untuk
mengetahui gangguan
penglihatan yang terjadi
o Orientasi akan
mempercepat penyesuaian
diri pasien di lingkungan
baru
o Mempermudah
pengambilan barang jika
dibutuhkan
2. Nyeri akut  Rasa nyeri yang ri rasakan
pasien berkurang / hilang
o Tentukan riwayat  Berikan
nyeri, misalnya tindakan  Persetujuan
lokasi nyeri, kenyamanan klien dan
frekuensi, durasi, dasar keluarga akan
dan intensitas (skala (misalnya: mempermudah
0 – 10) dan tindakan reposisi) dan pelaksanaan
penghilangan yang aktifitas terapi
digunakan hiburan
(misalnya: Untuk selanjutnya
mudik, klien dapat melakukan
telefisi). tindakan pereda nyeri
 Bicarakan secara mandiri
dengan
individu dan 
keluarga
penggunaan
terapi
distraksi, serta
metode
pereda nyeri
lainnya.
 Ajarkan
tindakan
pereda nyeri
 Beri individu
pereda rasa
sakit yang
optimal
dengan
analgesik
3 Cemas berhubungan  Kecemasan
dengan penyakit yang dapat segera
diderita klien. teratasi.
 Kaji tingkat
ansietas,
derajat
pengalaman
nyeri/timbulny
a gejala tiba –
tiba dan
pengetahuan
kondisi saat
ini.
 Berikan
informasi yang
akurat dan
jujur.
Diskusikan
dengan
keluarga
bahwa
pengawasan
dan
pengobatan
dapat
mencegah
kehilangan
penglihatan
tambahan.
 Dorong pasien
untuk
mengakui
4 Resiko cidera  Resiko cedera
trauma. berkurang.
 Orientasikan
pasien klien  Dukungan
terhadap keluarga penting
lingkungan, dalam proses
staf, dan orang penyembuhan
lain yang ada di pasien
areanya.
 Anjurkan
keluarga
memberikan
mainan yang
aman (tidak  Mempermudah
pecah), dan pengambilan
pertahankan mainan
pagar tempat
tidur.
 Arahkan semua
alat mainan
yang
dibutuhkan
klien pada
tempat sentral
pandangan klien
dan mudah
untuk
dijangkau.
 Orientasi akan
mempercepat
penyesuaian diri
pasien di
5 Risiko  Proses perkembangan klien
keterlambatan berjalan dengan normal.
perkembangan  Berikan kesempatan anak
mengambil keputusan dan
melibatkan orang tua dalam
perencanaan kegiatan.
o Melibatkan orang tua  Orang tua
berperan aktif dalam berperan
perawatan anak penting
o Lakukan pendekatan dalam
melalui metode tumbuh
permainan. kembang
o Buat jadwal untuk anak
prosedur terapi dan  Cara paling
latihan. mudah dan
o Upaya meningkatkan efektif unuk
pola pikir klien anak-anak
Daftar pustaka
Rares,laya.2016. Jurnal e-Clinic (eCl)
retinoblastoma pada anak ,Volume 4.Manado,
unsrat.ac,id.

Anda mungkin juga menyukai