Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hidronefrosis. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Sistem Perkemihan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna baik dari segi
penyusunan, pembahasan, atau pun penulisannya.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun khususnya dari pengampu mata kuliah ini, guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 05 November 2016


Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
2. Anatomi Fisiologi
3. Epidemiologi
4. Etiologi
5. Manifestas Klinik
6. Patofisiologi
7. Klasifikasi
8. Komplikasi
9. Pemeriksaan Diagnostik
10. Penatalaksanaan
11. Pencegahan
12. Prognosis
13. Legal Etik
B. Konsep Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan
2. Satuan Acara Penyuluhan
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal
karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal,air kemih mengalir dari
ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih
akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis)
dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih ( pelvis renalis). Hal ini akan
menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada

akhirnya, teknan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal
sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis hidronefrosis.
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan hidronefrosis.
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan hidronefrosis.
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan hidronefrosis.
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan hidronefrosis.
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan hidronefrosis.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan klasifikasi hidronefrosis?
2. Bagaimana epidemiologi hidronefrosis?
3. Apa saja etiologi hidronefrosis?
4. Bagaimana tanda dan gejala hidronefrosis?
5. Bagaimana patofisiologi hidronefrosis?
6. Bagaimana komplikasi dan prognosis hidronefrosis?
7. Bagaimana pengobatan dan pencegahan hidronefrosis?
8. Bagaiamana asuhan keperawatan pada anak dengan hidronefrosis?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
a. Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat (Smeltzer dan Bare,
2002)
b. Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi
aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter
sehigga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal
(Gibson, 2003)
2. Anatomi Fisiologi

Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Untuk
menjaga fungsi ekskresi, sistem perkemihan memiliki dua ginjal. Organ ini
memproduksi urine yang berisikan air, ion-ion, dan senyawa-senyawa solute yang
kecil. Urine meninggalkan kedua ginjal dan melewati sepasang ureter menuju dan
ditampung sementara pada kandung kemih. Proses ekskresi urine dinamakan
miksi, terjadi ketika adanya kontraksi dari otot-otot kandung kemih menekan
urine untuk keluar melewati uretra dan keluar dari tubuh.
a. Ginjal
Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna tulang
belakang antara T12 dan L3. Ginjal kiri terletak agak lebih superior dibanding
ginjal

kanan.
Permukaan
anterior ginjal

kiri

diselimuti

oleh

lambung,
pancreas,
jejunum, dan

sisi

fleksi

kolon

kiri.

Permukaan

superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal. Posisi dari kedua ginjal di
dalam rongga abdomen dipelihara oleh :
- dinding peritoneum
- kontak dengan organ-organ visceral, dan

dukungan jaringan penghubung.

Ukuran setiap ginjal orang dewasa adalah panjang 10 cm; 5,5 cm pada sisi
lebar; dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 gr.
Lapisan kapsul ginjal terdiri atas jaringan fibrous bagian dalam dan bagian
luar. Bagian dalam memperlihatkan anatomis dari ginjal. Pembuluh-pembuluh
darah ginjal dan drainase ureter melewati hilus dan cabang sinus renal. Bagian
luar berupa lapisan tipis yang menutup kapsul ginjal dan menstabilisasi
struktur ginjal. Korteks ginjal merupakan lapisan bagian dalam sebelah luar
yang bersentuhan dengan kapsul ginjal. Medula ginjal terdiri atas 6-18 piramid
ginjal. Bagian dasar piramid bersambungan dengan korteks dan di antara
pyramid dipisahkan oleh jaringan kortikal yang disebut kolum ginjal.

1) Nefron
Ada sekitar 1 juta nefron pada setiap ginjal dimana apabila dirangkai akan
mencapai panjang 145 km. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru,
oleh karena itu pada keadaan trauma ginjal atau proses penuaan akan
terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap dimana jumlah nefron
yang berfungsi akan menurun sekitar 10% setiap 10 tahun, jadi pada usia
80 tahun jumlah nefron yang berfungsi 40% lebih sedikit daripada usia 40
tahun. Penurunan fungsi ini tidak mengancam jiwa karena perubahan
adaptif sisa nefron dalam mengeluarkan produk sisa yang tepat (Guyton,
1997 dalam buku Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012). Nefron terdiri atas
glomerulus yang akan dilalui sejumlah cairan untuk difiltrasi dari darah
dan tubulus yang panjang dimana cairan yang difiltrasi diubah menjadi
urine dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal. Nefron yang memiliki

glomerulus dan terletak di luar korteks disebut nefron kortikal; nefron


tersebut mempunyai ansa Henle pendek yang hanya menembus ke dalam
medulla dengan jarak dekat. Setiap segmen-segmen distal nefron
bertanggung jawab terhadap (1) reabsorpsi seluruh substrat organik yang
masuk tubulus, (2) reabsorpsi 90% lebih dari air yang difiltrasi, dan (3)
sekresi air dan produk sisa ke tubulus yang hilang pada saat proses filtrasi.
2) Aliran Darah Ginjal
Ginjal menerima sekitar 1200 ml darah per menit atau 21% dari curah
jantung. Aliran darah yang sangat besar ini tidak ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat
secara

terus

menerus

menyesuaikan

komposisi

darah.

Dengan

menyesuaikan komposisi darah, ginjal mampu mempertahankan volume


darah, memastikan keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium,
fosfat, dan ph, serta membuang produk-produk metabolisme sebagai urea.
Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum bersama dengan ureter dan
vena renalis, kemudian bercabang-cabang secara progresif membentuk
arteri interlobaris, arteri skuata, asteri interlobularis (juga disebut arteri
radialis), dan arteriol aferen, yang menuju ke kapiler glomerulus dalam
gromerulus dimana sejumlah besar cairan dan zat terlarut (kecuali protein
plasma) difiltrasi untuk memulai pembentukan urine. Ujung distal kapiler
dari setiap gromerulus bergabung untuk membentuk arteriol aferen, yang
menuju jaringan kapiler kedua, yaitu kapiler peritubular yang mengelilingi
tubulus ginjal.
3) Pembentukan Urine
Kecepatan ekskresi berbagai zat dalam urine menunjukkan jumlah ketiga
proses ginjal, yaitu (1) filtrasi gromerulus, (2) reabsorpsi zat dari tubulus

renal ke dalam darah, dan (3) sekresi zat dari darah ke tubulus renal.
Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang
bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan
zat dalam plasma, kecuali untuk protein, difiltrasi secara bebas sehingga
konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula Bowman hampir
sama dengan dalam plasma. Ketika cairan yang telah difiltrasi ini
meninggalkan kapsula Bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan
diubah oleh reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik yang kembali ke dalam
darah atau oleh sekresi zat-zat lain dari kapiler peritubulus ked lam
tubulus. Produksi urine akan memelihara homeostasis tubuh dengan
meregulasi volume dan komposisi dari darah. Proses ini berupa ekskresi
dan eliminasi dari berbagai larutan, terutama hasil sisa metabolisme yang
meliputi Urea, Kreatinin, Asam Urat. Kedua ginjal mampu memproduksi
konsentrasi urine dengan konsentrasi osmotik 1200 sampai 1400 mOsm/L,
melebihi empat kali konsentrasi plasma. Apabila kedua ginjal tidak mampu
untuk mengonsentrasikan produk filtrasi dan filtrasi gromerulus,
kehilangan cairan yang banyak akan berakibat fatal dimana terjadi
dehidrasi pada beberapa jam kemudian. Untuk memenuhi hal tersebut,
-

ginjal memerlukan tiga proses berbeda, yaitu sebagai berikut:


Filtrasi. Pada saat filtrasi, tekanan darah akan menekan air untuk
menembus membrane filtrasi. Pada ginjal, membran filtrasi terdiri atas

glomerulus, endothelium, lamina densa, dan celah filtrasi.


Reabsorpsi. Reabsorpsi adalah perpindahan air dan larutan dari filtrate,
melintasi epitel tubulus dan ke dalam cairan peritubular. Kebanyakan
material yang diserap kembali adalah nutrient gizi yang diperlukan tubuh.
Dengan kata lain, elektrolit, seperti ion natrium, klorida, dan bikarbonat,

direabsorpsi dengan sangat baik sehingga hanya sejumlah kecil saja yang
tampak dalam urine. Zat nutrisi tertentu, seperti asam amino dan glukosa,
direabsorpsi secara lengkap dari tubulus dan tidak muncul dalam urine
-

meskipun sejumlah besar zat tersebut difiltrasi oleh kapiler glomerulus.


Sekresi. Sekresi adalah transportasi larutan dari peritubulus ke epitel
tubulus dan menuju cairan tubulus. Sekresi merupakan proses penting
sebab filtrasi tidak mengeluarkan seluruh material yang dibuang dari
plasma. Sekresi menjadi metode penting untuk membuang beberapa

material, seperti berbagai jenis obat yang dikeluarkan ke dalam urine.


b. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan
urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada orang dewasa,
panjangnya kurang lebih 20 cm. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi
oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat
melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urine ke
kandung kemih. Jika terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi otot
polos yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong/mengeluarkan
sumbatan tersebut dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri
kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter.
c. Kandung Kemih
Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal, dimana
pada orang dewasa besarnya adalah 300-450 ml. Pada saat kosong, kandung
kemih terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas
simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Kandung kemih adalah organ
berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Pada
dinding kandung kemih terdapat 2 bagian yang besar. Ruangan yang
berdinding otot polos adalah sebagai berikut:
1) Badan (korpus) merupakan bagian utama kandung kemih dimana urine
berkumpul.
2) Leher (kolum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong,
berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital
dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher

kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan


uretra.
d. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari kandung kemih
melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu
uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam
menyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna
yang terletak pada perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter
uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh system simpatik
sehingga pada saat kandung kemih penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra
eksterna terdiri atas otot bergaris dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat
diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat BAK, sfingter ini
terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan urine. Panjang uretra wanita
kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria dewasa kurang lebih 23-25 cm.
Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran
urine lebih sering terjadi pada pria. Uretra posterior pada pria terdiri atas
uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat
dan uretra pars membranasea. Pada bagian posterior lumen uretra prostatika,
terdapat suatu tonjolan veromontanum, dan di sebelah proksimal dan distal
dari verumontanum ini terdapat Krista uretralis. Bagian akhir dari vas deferens
yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat di pinggir kiri dan kanan
verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam duktus
prostatikus yang terbesar di uretra
prostatika.
3. Epidemiologi
Epidemiologi dari penyakit hidronefrosis yaitu disemarang terdapat 51,9 dari
10.000 penduduk yang menderita atau mengidap hidronefrosis. Sedangkan di
rumah sakit dr. Soetomo Surabaya angka kejadiannya yaitu pria : wanita adalah
5:1 usia yang terkena hidronefrosis rata-rata pada usia 41,5 tahun.
4. Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi karena adanya sumbatan pada sambungan antara
ureter dan pelvis renalis. Hidronefrosis juga biasa terjadi akibat adanya

penyumbatan dibawah sambungan uretropelvik atau karena arus balik air kemih
dari kandungan kemih.
a. Batu dalam ureter
b. Tumor didalam atu di dekat ureter
c. Penyeympitan ureter
d. Kelainan pada saraf atau otot di kandung kemih atau ureter
e. Kanker kandung kemih
f. Arus balik air kemih dari kandung kemih
g. Infeksi saluran kemih yang hebat atau berat
5. Manifestas Klinik
Menurut David Ovedoff (2002) tanda dan gejala hidernefrosis adalah:
a. Nyeri dan pembengkakan di daerah pinggang
b. Kolik menunjukan adanya batu
c. Demam dan menggigil bila terjadi infeksi
d. Mungkin terdapat hipertensi
e. Beberapa penderita tidak menunjukan gejala
Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi
infeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi.
Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan
gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
b. Gagal jantung kongestif.
c. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
d. Pruritis (gatal kulit).
e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
h. Amenore, atrofi testikuler.

6. Patofisiologi
Anoreksia
Bau amonia
Mulut: ureum
bertemu enzim
ptialin
Sistem
pencernaan

MK:
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh

Kegagalan
metabolisme
ginjal

MK: Nyeri
Akut

Kolik
renalis/nyeri
pinggang

Jaringan
Suplai O2
ke jaringan
turun
HB turun

MK:
Intoleransi
Aktivitas
Penurunan
aktivitas

Mual, muntah
Anemia
Lambung:
ureum bertemu
HCL

Bersifat toksik
dalam tubuh
Peningkatan
ureum dalam
darah

MK:
Ketidakefektifan
Perfusi

Gangguan
fungsi ginjal

Produksi
eritrosit
menurun

Ginjal tidak
bisa
menghasilkan
eritropoeitin

Peningkatan
tekanan
ginjal
Urine
mengalir
balik

MK:
Gangguan
Eliminasi
Urin

Lelah, letih,
lesu, pucat

Obstruksi
akut

Obstruksi
sebagian
atau total
aliran urine

Oliguri

Pasang
Kateter

MK: Resiko
Tinggi
Infeksi

perubahan
status
kesehatan
Gelisah
MK:
Ansietas

7. Klasifikasi
a. Hidronefrosis derajat 1 : dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks
berbentuk blunting alias tumpul.
b. Hidronefrosis derajat 2 : dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks
berbentuk flattening alias mendatar.
c. Hidronefrosis derajat 3 : dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor.
Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing alias menonjol.
d. Hidronefrosis derajat 4 : dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor.
Serta adanya penipisan korteks Calices berbentuk ballooning alias
menggembung
8. Komplikasi
Menurut Kimberl (2011), penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut :
a. Batu ginjal
Adanya obtruksi dalam hidronefrosis menyebabkan pengeluaran urin
terganggu atau bahkan menjadi statis. Dengan adanya kondisi tersebut, maka
fungsi ginjal untuk mengekskresikan zat yang dapat membentuk kristal secara

berlebihan terganggu, hal itu menyebabkan zat tersebut mengendap dan


mengkristal dan lama-kelamaan dapat mengakibatkan batu ginjal.
b. Sepsis
Dengan adanya hidronefrosis maka potensi untuk terjadinya infeksi sangat
dapat terjadi akibat kuman dapat masuk ke saluran urinari, kemudian kuman
tersebut dapat masuk ke pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
septikemia.
c. Hipertermi renovaskular
Pada keadaan yang parah yang mengakibatkan perfusi renal yang buruk maka
akan terjadi sekresi sejumlah besar renin yang berfungsi dalam pelepasan
angiostensin. Angiostensin akan merangsang pengeluaran hormon adolsteron
yang membuat tubula menyerap banyak natrium dan air sehingga
meningkatkan volume dan tekanan darah. Akibat hidronefrosis maka akan
terjadi perubahan respon terhadap resistensi vaskular dan fungsi renal yang
mengakibatkan ginjal mengalami hipertensi renovaskular.
d. Nefropati obstruksi
Adanya hidronefrosis menyebabkan perubahan struktur anatomi disertai
penurunan fungsi ginjal.
e. Piellonefritis
Bisa menyebabkan perubahan struktur anatomi disertai penurunan fungsi
ginjal.
f. Ileus paralitik
Hidronefrosis yang parah dapat mengakbatkan ketidakseimbangan elektroli
sehingga dapat menimbulkan punurunan fungsi kerja peristaltik usus sehingga
usus dapat mengalami ilius paralitik.
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
b. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran kemih melalui ginjal
c. Sistokopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
d. Laboratorium, pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea karena
ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik
10. Penatalaksanaan
a. Hidronefrosis akut

1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,
maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan
(biasanya melalui jarum yang dimasukkan melalui kulit)
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu maka
biasanya dipasang kateter pada pelvis renalis untuk smentara waktu
b. Hidronefrosis kronis
1) Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air
kemih
2) Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan
dan ujung-ujungnya disatukan kembali
3) Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa
4) Jika uretra tersumbat maka pengobatannya meliputi:
Terapi hormonal untuk kanker prostat
Pembedahan
Pelebaran uretra dengan dilator
11. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada hidronefrosis dengan cara mengurangi
faktor penyebab penyakit tersebut, misalnya minum air minimal 8 gelas sehari
untuk mencegah terbentuknya batu di saluran kemih, menjaga kebersihan diri
untuk mencegah resiko terjadinya infeksi dari saluran kemih, menghindari
paparan zat karsinogenik yang dapat memicu kanker serta menghindari kebiasaan
menahan miksi yang dapat menimbulkan batu ginjal.
12. Prognosis
Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal bisa
menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan produk
sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh. Hidronefrosis
bisa menyebabkan infeksi ginjal (pyelonephrosis) gagal ginjal, sepsis, dan dalam
beberapa kasus, ginjal kehilangan fungsi atau kematian. Fungsi ginjal akan mulai
menurun segera dengan timbulnya hidronefrosis tetapi reversibel jika tidak
menyelesaikan pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh dengan baik bahkan jika
ada halangan berlangsung hingga 6 minggu.
13. Legal Etik

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Otonomi
Non maleficience
Beneficience
Justice
Fidelity
Veracity

B. Konsep Keperawatan
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Analisa Data
No

DATA

Problem

Etiologi

Do:
Klien tampak meringis
1

Pernafasan klien cepat


Tampak gelisah
Skala nyeri klien 8
Ds:
Klien mengatakan nyeri di bagian pinggang
Do:
Urin klien kurang dari 400 ml/ hari
Warna urin klien kotor
Ds:
Klien mengatakan urinnya yang keluar sedikit

Nyeri
Agen cedera
Akut

Gangguan
Eliminasi
Urin

biologis

Obstruksi
anatomic

Intoler
Do:
Klien tampak lemah dan lesu
Klien tampak pucat
3
Ds:
Klien mengatakan badannya letih
Klien mengatakan mudah lelah

ansiAktivita
Tirah baring

Ketidaksei
mbangan

Do:
Nafas klien berbau ammonia
Ds:
Klien mengatakan tidak mau makan
Klien merasa mual dan muntah

nutrisi
kurang dari

Factor

kebutuhan

biologis

tubuh

3. Diagnosa
a. Nyeri akut b/d Agencederabiologis
b. Gangguan eliminasi urin b/d Obstruksi anatomic
c. Intoleransi aktifitas b/d Tirah baring
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Factor biologis

4. Intervensi
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Nyeri akut NOC :

Intervensi
NIC

b/d

- Lakukan pengkajian nyeri

agen Pain level

cedera

Pain control

secara komprehensif termasuk

biologis

Kriteria hasil :

lokasi, karakteristik, durasi, frk,

- Mampu mengontrol nyeri


kulitas, dan factor presipitasi
- Skala nyeri 1-3
- Observasi reaksi non verbal
- Mampu mengenali nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah dan verbal
- Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri berkurang
masa lampau
- Beri lingkungan yang nyaman
- Kaji tipe dan sumber nyeri
- Kolaborasikan pemberian

Gangguan

NOC

eliminasi

urinary elimination

urin

analgetik
- Lakukan terapi nafas dalam
NIC:
- Memenatau asupan dan
keluaran
- Memantau tingkat distensi

b/d urinary continuece

Obstruksi
anatomic

Intoleransi

Kriteriahasil :
-

kandung kemih dengan palpasi

intake cairan dalam rentang

dan perkusi meransang reflex


normal
kandung kemih
- tidak ada residu urine >
- Masukan kateter kemih
100-200cc
- balance cairan seimbang
NOC
NIC

aktifitas b/d alergiy conservation

Energy management

Tirah baring

self care:ADL

- Obserpasi

Kriteria hasil :

klien dalam beraktivitas


- Kaji adnya faktor

- Berpartisipasi dalam aktivitas


fisik tanpa disertai peningkatan

adanya batasan
yang

menyebabkan kelelahan
- Monitor nutrisi dan sumber

tekanan darah nadi dan pernafasan


-

Mampu

sehari-hari

melakukan

energi yang adekuat


aktivitas Monitor
akan

adanya

kelelahan

emosi

fisik

secara berlebih
Activity terapy

dan

Bantu

klien

untuk

mengidentifikasi aktivitas yang


mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas
konsisiten yang sesuai dengan
kemamuan fisik dan psikologis
- Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas
- Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi

medic

dalam

merencanakan program terapi


Ketidakseim

NOC

yang tepat
NIC

bangannutris

Nutritional status: food and fluid

Nutrition management

ikurangdarik

intake

- kaji adanya alergi makanan


- kaji kemampuan pasien untuk

ebutuhantub
uhb/d factor Kriteria hasil :
biologis

- adanya peningkatan berat badan

mendapatkan

nutrisi

yang

dibutuhkan
- yakinkan diet yang dimakan

sesuai dengan tujuan


mengandung tinggi serat
mampu
mengidentifikasi
- monitor jumlah nutrisi dan
kebutuhan nutrisi
kandungan kalori
- adanya keinginan untuk makan
Nutrition monitring
- berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- kolaborosi dengan ahli gizi
untuk

menentukan

kalori

dan

nutrisi

jumlah
yang

dibutuhkan pasien
- monitor adanya penurunan
berat badan

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

Tema

: Hidronefrosis

Subtema

: Pencegahan penyakit hidronefrosis

Sasaran

: Warga desa AB

Hari/tanggal

: Senin, 30 januari 2014

Tempat

: Balai desa AB

Waktu

I.

II.

III.

IV.
V.

: 30 menit

Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan warga desa AB dapat
mengetahui pencegahan penyakit hifronefrosis
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan warga desa AB dapat :
- Mengetahui tentang pengertian penyakit hidronefrosis
- Mengetahui tentang penyebab penyakit hidronefrosis
- Mengetahui tentang pencegahan penyakit hidronefrosis
Materi
- Pengertian penyakit hidronefrosis
- Penyebab penyakit hidronefrosis
- Pencegahan penyakit hidronefrosis
Media
- Brosur
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Pembuka
Isi

Penyuluh
- Salam pembuka
- Menyampaikan tujuan
- Menjelaskan tentang
pengertian penyakit

Peserta
- Menjawab salam
- Mendengarkan
- Mendengarkan

Waktu
5 menit
20 menit

hidronefrosis
Menjelaskan
penyebab penyakit
hidronefrosis
Menjelaskan tentang
pencegahan penyakit
hidronefrosis
Memberi kesempatan
untuk bertanya
Menjawab pertanyaan
Evaluasi

Kesimpulan
Salam penutup

Penutup
VI.
VII.

Mendengarkan

Mendengarkan

Menanyakan hal
yang belum jelas
Mendengarkan
Mendengarkan
Mendengarkan
Menjawab salam

5 menit

Sumber
Evaluasi
Formatif
- Warga desa AB mampu menjelaskan tentang pengertian penyakit hidronefrosis
- Warga desa AB mampu menjelaskan tentang penyebab penyakit hidronefrosis
- Warga desa AB mampu menjelaskan tentang pencegahan penyakit
hidronefrosis
Sumatif
- Warga desa AB mampu mengetahu pencegahan hidronefrosis

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Moyet & Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8. Jakarta:
EGC.
Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai