Anda di halaman 1dari 6

Pemeriksaan koreksi kelainan refraksi dapat dilakukan dengan pemeriksaan subjektif

dan objektif. Pemeriksaan refraksi subjektif adalah pemeriksaan mata (refraksi) dimana ada

kerja sama antara penderita dan pemeriksa. Pemeriksaan objektif adalah pemeriksaan refraksi

dimana hasil refraksi dapat ditentukan tanpa mengandalkan masukan atau respon dari

pasien.Kelebihan pemeriksaan ini adalah pemeriksaan dapat dilakukan tanpa informasi

subjektif dari pasien mengenai kualitas visus yang diperoleh selama prosedur berlangsung.

Kerja sama dari pasien yang diperlukan hanya pada saat, misalnyameletakkan kepala, atau

memfiksasi pandangan pada target tertentu. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan

menggunakan streak retinoskopi, autorefraktometer, atau fotorefraksi. Streak retinoskopi

merupakan pemeriksaan yang memungkinkan pemeriksa secara objektif untuk menentukan

koreksi kelainan refraksi sfenosilindris dan juga menentukan astigmatisma regular atau tidak.

Retinoskopi atau yang dikenal juga dengan skiaskopi, merupakan suatu cara untuk

menemukan kesalahan refraksi dengan metode netralisasi. Prinsip retinoskopi adalah

berdasarkan fakta bahwa pada saat cahaya dipantulkan dari cermin ke mata, maka arah dari

bayangan tersebut akan berjalan melintasi pupil bergantung pada keadaan refraktif mata (

Puspitasari,2017).

Retinoskopi memungkinkan kita mengukur status refraksi tidak harus bergantung

pada responden secara aktif atau tanpa adanya interaksi secara verbal, teknik pemeriksaan

dengan menggunakan retinoskopi memungkinkan mendapatkan hasil yang akurat, dapat

dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, dimana pada saat pemeriksaan subjektif tidak

dapat dilakukan terutama pada beberapa responden yang kurang kooperatif ataupun yang

memiliki kelainan organik yang berat sehingga hasil pengukuran meragukan, tapi metode

pemeriksaan dengan retinoskopi akan sangat memuaskan dan akurasi yang tinggi untuk

determinasi objek sangat bermanfaat bila dilakukan dengan diameter pupil yang sesuai

dengan media yang jernih. Namun demikian untuk mendapatkan hasil dengan akurasi tinggi,
diperlukan keterampilan yang tinggi, diasah setiap saat, analisa yang bagus dari seorang

pemeriksa, Instrumen yang baik (retinsokopi, trial frame, trial lensa) (Anggit dan

Aang,2019).

Sikloplegik adalah obat-obat yang dapat menyebabkan paralisis Musculus ciliaris dan

menyebabkan dilatasi pupil. Obat ini digunakan untuk retinoskopi jika pemeriksa menduga

bahwa akomodasi adalah aktif secara abnormal dan akan menghasilkan hasil retinoskopi

yang tersembunyi. Situasi ini termasuk pada anakanak kecil dan hipermetropia. Jika

retinoskopi dilakukan setelah pemberian sikloplegik disebut dengan wet retinoskopi yang

akan dikonversi menjadi dry retinoskopi (tanpa sikloplegik). Sikloplegik yang biasa

digunakan sebagai berikut:

1. Atropine

Diindikasikan untuk anak-anak dibawah 5 tahun. Atropine yang digunakan adalah

sediaan tetes 1% selama 3 hari sebelum melakukan retinoskopi. Efek obat ini akan

berakhir 10 hari sampai 20 hari.

2. Homatropine

Yang digunakan adalah tetes 2%, 1 tetes dimasukkan tiap 10 menit, selama 6 kali dan

retinoskopi dapat dilakukan setelah 1 sampai 2 jam. Efeknya akan berlangsung selama

48 sampai 72 jam. Obat ini biasanya digunakan untuk individu yang hipermetropia

antara 5 dan 25 tahun.

3. Siklopentolat

Merupakan sikloplegik kerja pendek. Efeknya selama 6 sampai 18 jam. Tersedia

dalam sediaan tetes 1%, yang biasanya diberikan pada pasien yang berumur antara 8

dan 20 tahun. 1 tetes siklopentolat diteteskan tiap 10-15 menit selama 3 kali (Dosis

rekomendasi Havener’s) dan retinoskopi dapat dilakukan 60 sampai 90 menit


kemudian. setelah itu diukur residual akomodasinya yang mana tidak pernah lebih

dari 1 Dioptri.

4. phenylephrine 10%

Digunakan untuk pasien yang lebih tua dengan pupil yang sempit dan media yang

keruh

Indikasi

Pemeriksaan ini banyak digunakan pada beberapa anak dan dewasa muda tetapi tidak pada dewasa

yang presbiopi. Pemeriksaan siklopegik dapat digunakan pada beberapa kasus yaitu :

 Pada anak yang mengalami esotropia yang menetap ataupun berulang

 Anak dan dewasa muda dengan asthenopia dan esophoria

 Hasil pemeriksaan retinoscopi yang menujukkan akomodasi yang berfluktuasi

 H a s i l p e m e r i k s a a n r e t i n o s k o p i ya n g b e r b e d a s e c a r a s i g n i f i k a n d e n

g a n h a s i l refraksi subjektif

 Visual akuiti yang menurun tanpa sebab pada anak anak

 Anak anak dengan riwayat keluarga strabismus! ambliopia! atau hiperopia

 Pada kasus kasus dimana retinoskopi sulit dilakukan sebab tidak adanya

kooperasi pasien atau pasien yang cacat mental

 Kandidat untuk operasi refraksi

Kontraindikasi

Pemeriksaan sikloplegik biasanya dilakukan pada anak anak dan dewasa muda dan

tidak ada kontaindikasi terhadap umur. Kontraindikasi pada pemeriksaan ini adalah pada

pasien dengan chamber anterior yang dangkal dan dislokasi atau sublu%ation dari lensa.Serta

kontraindikasi yang berhubungan dengan penggunaan obat mydriasis yaitu :


 pasien yang menggunakan pilocarpine untuk pengobatan glaucoma

 sudut tertutup glaucoma

 chamber anterior yang dangkal

 dislokasi dari lensa

Keuntungan

Dengan penggunaan obat siklopegik full refraction dapat dinilai tanpa pengaruh

dari kontraksi yang berfluktuasi tonic atau klonic dari otot siliaris. Hal ini sangat

penting pada pasien muda dimana daya akomodasi yang masih sangat besar yang

dapat menyamarkan kelainan refraksi. Dengan menggunakan obat siklopegik,

pemeriksaan fundus mendapatkan gambaran yang lebih bagus. Secara umum

keuntungan dari penggunaan siklopegik yaitu :

 hasil retinoskopi yang akurat didapati dengan mudah

 mengetahui hyperopia yang latent

 kelainan refraksi dapat dipastikan

 tampilan fundus yang lebih baik pada saat opthalmoscopy

 fiksasi atau posisi pasien yang tepat menjadi tidak terlalu penting

Kerugian

Pada pemeriksaan dengan menggunakan sikloplegikbentuk dari le

n s a b e r u b a h d a r i bentuk normalnya oleh sebab efek dari obat. Hasil yang didapat pada p

emeriksaan akandi bandingkan dengan sebelum atau sesudah pemberian obat sikloplegik. Hal

ini membuat ketidaknyamanan patient untuk datang lagi. Kerugian lainnya berupa

efek samping dariobat sikloplegik. $erugian lain yang mungkin dialami yaitu :

 photofobia yang disebabkan oleh dilatasi pupil

 berkurangnya kemampuan dalam tugas jarak dekat

 resiko efek samping pada mata atau sistemik obat sikloplegik


 kerusakan hubungan anak dengan dokter pada kunjungan berikutnya

 distress pasien pada penetesan obat

Efek samping obat sikloplegik pada mata dapat berupa iritasi,lakriminasi

konjuntiva hiperemis, bleparokonjunctifitis alergi, peningkatan tekanan intraocular.

Bila tidak ada efek samping dari obat yang terjadi maka keuntungan dari

sikloplegik refraksi lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya

Beberapa hal yang membuat hasil retinoskopi tidak akurat, yaitu :

1. Kesalahan Jarak Kerja

Kesalahan dalam jarak kerja akan menyebabkan kesalahan yang signifikan terhadap

hasil pengukuran, jika pemeriksa bekerja dengan jarak yang sangat dekat akan

didapatkan suatu kesalahan dimana didapatkan power plus yang terlalu besar atau

power minus yang terlalu kecil, sedangkan bila jarak kerja yang terlalu jauh akan

didapatkan hasil yang sebaliknya.

2. Keluar dari jangkauan aksis visual responden

Selama pemeriksa masih bekerja dalam 2 atau 3 derajat dari aksis visual pasien, tidak

akan didapatkan kesalahan yang sangat signifikan.

3. Kegagalan dari pasien untuk memfiksasi target (hal ini tergantung dari komunikasi

pemeriksa dengan responden).

4. Kadang-kadang responden (biasanya anak-anak), akan memfiksasi dan berakomodasi

pada sumber yang lebih dekat dari target jauh, menyebabkan kelainan refraksi yang

ditemukan sebesar 1.00DS sampai dengan 2.00DS lebih besar dari kelainan miopia

dan lebih kecil dari kelainan hypermetropia.

5. Kegagalan untuk menemukan principal meridian.

6. Kegagalan untuk mengenali scissors movement


Jadi pada saat pemeriksaan retinoskopi dengan kondisi pupil kecil, akan terjadi

aberasi spherical dan dapat muncul scissors movement (paling umum kasus yang

terjadi ini dikendalikan dengan penggunaan sikloplegik) (Anggit dan Aang,2019).

Sumber :

Anggit nugroho, aang anwarudin. KETEPATAN POWER REFRAKTIF MATA ANTARA

HASIL RETINOSKOP DENGAN TENTATIF KOREKSI SEBAGAI ACUAN REFRAKSI

SUBJEKTIF. JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIII NOMOR 1 Januari 2019

PUSPITASARI SERLY INDAH, 2017, Thesis, PERBANDINGAN HASIL KOREKSI

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF (TRIAL AND ERROR) DENGAN PEMERIKSAAN

OBJEKTIF (STREAK RETINOSKOPI) TANPA SIKLOPLEGIK PADA PENDERITA

MIOPIA, PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU

KESEHATAN MATA FAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA

UTARA/ RSUP H. ADAM MALIKMEDAN 2017

Anda mungkin juga menyukai