Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

OD AMBLIOPIA ANISOMETROPIA
OS MIOPIA RINGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh:
Septi Ali Sadyan Nugraha Putra
30101407321

Pembimbing:
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

OD AMBLIOPIA ANISOMETROPIA
OS MIOPIA RINGAN

Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Penyakit Mata RST Tingkat II
dr. Soedjono Magelang

Telah disetujui dan dipresentasikan


pada tanggal: 12 juli 2019

Disusun oleh:
Septi Ali Sadyan Nugraha Putra
30101407321

Dosen Pembimbing,

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M

2
BAB I
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : An. N
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Alamat : Bandungan, Magelang
Pekerjaan : Pelajar
Status Menikah : Belum Menikah
Tanggal periksa : 4 Juli 2019

2. Anamnesis
Keluhan Utama
Mata kanan terasa kabur
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Mata RST dr. Soedjono Magelang dengan keluhan
penglihatan mata kanan buram saat melihat jauh dan lebih jelas saat melihat
dekat. Keluhan tersebut dirasakan pasien sejak duduk dibangku kelas 6 SD, saat
ini pasien sudah kelas 11 SMA. Pasien merasa penglihatannya semakin lama
dirasakan semakin memburam hingga mengganggu aktivitas sehari-sehari,
sehingga pasien sering menggunakan mata kirinya agar dapat melihat lebih jelas
dalam melihat.
Pasien mengaku belum pernah mengobati keluhannya tersebut
sebelumnya, karena dahulu merasa masih jelas melihat pada kedua mata dan
menurut teman pasien jika berobat pasien akan menggunakan kacamata yang
mana minusnya akan terus bertambah terus sehingga pasien tidak mau untuk
mengobati keluhannya tersebut. Pasien merupakan anak tunggal. Pasien
menyangkal melihat benda menjadi ganda, menyangkal melihat garis lurus
menjadi bengkok, dan menyangkal melihat bintik atau benang melayang di
depan matanya. Pasien tidak mengeluh pusing dan mual. Pasien tidak mengeluh
pandangan semakin kabur saat melihat benda yang lebih dekat.

3
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat sakit serupa : diakui
Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat memakai kacamata minus:
o Ibu : diakui
o Ayah : disangkal
o Sepupu dari keluarga ayah : diakui
o Sepupu dari keluarga ibu : diakui

Riwayat Pengobatan
Pasien baru pertama kali ini memberanikan untuk memeriksakan keluhan yang
dialaminya.
Riwayat Sosial dan Ekonomi
 Pasien seorang pelajar
 Biaya kesehatan ditanggung sendiri (Umum)
 Kesan ekonomi baik

3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Aktifitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status gizi : Baik
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit

4
Status Oftalmikus :

OD OS

Gambar Ilustrasi:

OD OS

5
4. Status Lokalis
No Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister
Visus 4/60 6/7,5
1 S -4.006/7,5 NBC S-0,25 6/6
S-2.006/30 NBCenak
Bulbus okuli
• Gerak bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
2 • Enoftalmus - -
• Eksoftalmus - -
• Strabismus Tidak ditemukan -
3 Suprasilia Normal Normal
Palpebra Superior :
• Edema - -
• Brill Hematom - -
• Hiperemia - -
4 • Entropion - -
• Ektropion - -
• Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
• Ptosis - -
• Pseudoptosis - -
Palpebra Inferior :
• Edema - -
• Massa - -
• Brill Hematom - -
5 • Hiperemia - -
• Entropion - -
• Ektropion - -
• Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)

Konjungtiva :
• Injeksi Konjungtiva - -
• Injeksi siliar - -
• Sekret - -
• Perdarahan - -
konjungtiva
6
• Bangunan Patologis - -
• Simblefaron - -
• Jaringan - -
fibrovaskuler

6
Kornea :
• Kejernihan Jernih Jernih
• Infiltrat - -
• Keratik presipitat - -
• Ulkus - -
• Sikatrik - -
7 • Edema - -
• Lakrimasi - -
• Bangunan - -
patologis

COA :
• Kedalaman Cukup Cukup
8 • Hifema - -
• Hipopion - -
• Efek tyndall - -
Iris :
• Kripta Normal Normal
• Edema - -
• Sinekia - -
9
• Atrofi - -
• Irish Shadow - -
• Iris tremulans - -

Pupil :
• Bentuk Bulat Bulat
• Diameter 3mm 3mm
10
• Reflek Langsung (+) (+)
• Reflek Tidak (+) (+)
langsung
Lensa:
• Kejernihan Jernih Jernih
11
• Dislokasi - -
• Iris shadow - -
Corpus Vitreum
Floaters Tidak di temukan Tidak ditemukan

12  Hemoftalmia - -

13 Fundus Refleks (+) Cemerlang (+) Cemerlang

7
Funduskopi
Fokus Fokus -4 Fokus 0
1.Papil N II Papil bulat, batas Papil bulat, batas
tegas,warna orange, tegas,warna orange,
CDR : 0,3 CDR : 0,3
Miopic crescent + Tidak ditemukan

2.Vasa
AV Rasio 2:3 2:3
Mikroaneurisma - -
Neovaskularisasi - -

14. 3.Macula
Reflek fovea + +
edema - -
eksudat - -

4.Retina
Cotton wool spot - -
Edema - -
Bleeding - -
Fundus Tigroid Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Ablasio retina Tidak ditemukan Tidak ditemukan
15 TIO (Digital) Normal Normal

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan penunjang Ambliopia Anisometropia:
USG, Uji Density Filter Netral, dan Uji Worth’s Four Dot.

8
6. DIAGNOSIS BANDING
 OD Ambliopia Anisometropia
Dipertahankan, karena terdapat penurunan visus kedua mata yang tidak
dapat dikoreksi secara maskimal tetapi tidak didapatkan adanya kelainan
organik yang tampak pada pemeriksaan oftalmologi dan terdapat miopia
tinggi dengan perbedaan lebih dari -2.00 D antara mata kanan dan kiri
pasien. Penurunan visus tidak didapatkan perbedaan kedudukan bola mata.
 OD Ambliopia Isometropia
Disingkirkan, karena pada ambliopia isometropia terdapat penurunan
visus kedua mata yang tidak dapat dikoreksi secara maskimal tetapi tidak
didapatkan adanya miopia tinggi dengan selisih mata kanan dan kiri hamper
sama, sedangkan pada pasien ini terdapat penurunan visus kedua mata yang
tidak dapat dikoreksi secara maskimal tetapi tidak didapatkan adanya
kelainan organik yang tampak pada pemeriksaan oftalmologi dan terdapat
miopia tinggi dengan perbedaan lebih dari -2.00 D antara mata kanan dan
kiri pasien.
 OD Ambliopia Strabismik
Disingkirkan, karena pada ambliopia strabismik didapatkan adanya
kelainan kedudukan bola mata yang tidak sejajar. Sedangkan pada pasien ini
kedudukan kedua bola mata sejajar dalam batas normal.

 OS Miopia Ringan
Dipertahankan, kerena pada miopia ringan dimana miopia 1-3 D, pada
pasien diberi koreksi dengan lensa sferis -0,25 OS sudah membaik dan lensa
sferis -0,25 termasuk miopia ringan.
 OS Pseudomiopia
Disingkirkan karena pada miopia palsu terjadi oleh rangsangan berlebih
terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kejang pada otot siliaris dan
hilang jika di relaksasikan sedangkan pada pasien tetap menetap miopianya
walaupun sudah direlaksasikan.

9
 OS Miopia Sedang
Disingkirkan, karena pada miopia sedang dimana miopinya 3-6 D,
sedangkan pasien membaik penglihatannya Jika diberi koreksi dengan lensa
sferis -0,25 OS. Lensa sferis -0,25 termasuk miopia ringan.
 OS Miopia Berat
Disingkirkan, kerena pada miopia berat dimana miopia > 6 D, sedangkan
pada pasien diberi koreksi dengan lensa sferis -0,25 OS sudah membaik dan
lensa sferis -0,25 termasuk miopia ringan.
 OS Hipermetropia
Disingkirkan karena pada hipermetropia mengeluh jika melihat jauh kabur
dan melihat dekat lebih kabur dan jika di beri lensa sferis (+) membaik,
sedangkan pada pasien ini mengeluh melihat jauh kabur dan melihat dekat lebih
jelas dan di beri lensa (+) tidak membaik.
 OS Astigmatisma
Disingkirkan karena pada pasien astigmatisma jika di tambahkan lensa
cylinder obyek akan terlihat le lebih jelas, sedangkan pada pasien ini tidak perlu
ditambahkan lensa cylinder sudah membaik.

7. DIAGNOSIS KERJA
OD Ambliopia Anisometropia
OS Miopia Ringan

8. PENATALAKSANAAN
 OD Ambliopia Anisometropia
Medikamentosa
a. Oral :-
b. Topikal :-
c. Parenteral :-
d. Operatif : LASIK

Non Medikamentosa
Kacamata dengan lensa OD S -2.00  6/30 NBC

10
 OS Miopia Ringan

Medikamentosa
a.Oral :-
b.Topikal :-
c.Parenteral :-

d.Operatif :-

Non Medikamentosa
Kacamata dengan lensa OS S -0,25  6/6
9. KOMPLIKASI
 Komplikasi Ambliopia Anisometropia
Strabismus
 Komplikasi Miopia Ringan
Tidak ada
10. EDUKASI
OD Ambliopia Anisometropia
o Menjelaskan pada pasien bahwa penurunan tajam penglihatan mata
kanan pasien dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya biasanya
karena bentuk bola mata yang panjangnya antara mata kanan dan kiri
tidak sama
o Menjelaskan pada pasien bahwa penurunan tajam penglihatan yang
dialami oleh pasien mata kanan pasien diakibatkan Ambliopia
Anismetropia yaitu keadaan dimana mata kanan dan kiri pasien memiliki
perbedaan lebih dari -2.00 D
o Menjelaskan pada pasien bahwa pasien harus menggunakan kacamata
saat beraktivitas agar mata pasien tidak terjadi juling
o Menjelaskan pada pasien bahwa minus pada mata kanan pasien dengan
-4.00 termasuk minus sedang dan pasti bertambah tetapi akan berhenti
pada usia sekitar 30 tahun, sedangkan untuk mata kiri pasien dengan
-0,25 termasuk minus ringan dan akan berhenti pada usia sekitar 25
tahun.

11
o Menjelaskan pada pasien walaupun keluhan penurunan tajam
penglihatan dapat dibantu dengan kacamata tetapi untuk mata kanan
tidak bisa sejelas mata kiri.
o Menjelaskan pada pasien untuk melatih mata yang lemah untuk melihat
dengan cara menutup mata yang kiri dan mempergunakan mata kanan
untuk melihat saat di rumah. Hal tersebut dilakukan agar memaksa otak
untuk mengenali sinyal-sinyal saraf penglihatan yang sebelumnya
diabaikan.
o Menjelaskan pada pasien bahwa ada pilihan lain jika tidak ingin
menggunakan kacamata yaitu dengan penggunaan lensa kontak.
Keuntungannya koreksi sesuai minus yang dialami oleh pasien dan tidak
membuat pusing, namun kerugiannya mata pasien rentan terkena infeksi.
o Menjelaskan pada pasien jika ingin mendapatkan penglihatan yang lebih
baik dapat dilakukan operasi pada mata kanan pasien namun tajam
penglihatannya tidak sebagus mata kirinya.
o Menjelaskan kepasien seandainya dulu tidak terlambat periksa, mungkin
penglihatannya tidak akan seburuk sekarang ini, sehingga nanti kalau
sudah punya anak bisa mendeteksi dini supaya tidak terjadi seperti yang
dialami orang tuanya.
OS Miopia Ringan
- Menjelaskan bahwa kondisi mata minus tersebut bisa berhenti pada usia 25 th
jika minusnya < 3, jika > 3 - 6 maka akan berhenti pada usia 30 th, jika > 6
maka akan berhenti di atas 40 th.
11. RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya
karena dari pemeriksaan klinis tidak ditemukan kelainan yang berkaitan dengan
Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.

12
12. PROGNOSIS
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad functionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad vitam ad bonam ad bonam

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
AMBLIOPIA

I. Definisi
Ambilopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia
(penglihatan). Dikenal juga dengan “lazy eye” atau “mata malas”.
Ambilopia adalah berkurangnya visus atau tajam penglihatan unilateral atau
bilateral walaupun sudah dengan koreksi terbaik tanpa ditemukannya kelainan struktur
pada mata atau lintasan visual bagian belakang. Hal ini merupakan akibat pengalaman
visual yang abnormal pada masa lalu (masa perkembangan visual) yang penyebabnya
adalah strabismus atau mata juling, anisometropia atau bilateral ametrop yang tinggi
serta ambliopia exanopsia.

II. Etiologi
Penyebab ambliopia adalah :
a. Strabismus adalah penyebab tersering ambliopia dimana satu mata digunakan
terus menerus untuk fiksasi, sedangakan mata yang lain tidak digunakan. Pada
strabismus yang alternating, biasanya tidak ditemukan ambliopia.
b. Gangguan refraksi (anisometropia) tinggi, adalah penyebab tersering kedua,
apabila gangguan refraksi ini tidak dikoreksi dengan lensa kaca mata.
c. Kelainan fiksasi juga menjadi penyebab ambliopia misalnya nistagmus pada usia
dini.
Ketiga kelompok tersebut diatas disebut ambliopia fungsional yaitu secara
anatomis tidak terlihat kelainan pada msing-masing mata tetapi didapati gangguan
fungsi penglihatan binocular.
d. Kekeruhan pada media lintasan visual, misalnya katarak pada bayi adalah
penyebab ambliopia yang sering tidak terlihat sampai timbulnya strabismus.
Hal yang sama dapat terjadi bila kita melakukan oklusi total pada salah satu
mata misalnya karena adda ulkus kornea pada anak usia dibawah 6 tahun.

14
Kelompok ini digolongklan pada ambliopia ex-anopsia yaitu adanya gangguan
penusuran sinar pada media lintasan visual, baik gangguan organic maupun gangguan
karena penutupan total terlalu lam pada anak usia dini.
Pada kelompok ambliopia fungsional dan ex-anopsia keduanya dapat dicegah dan
atau diobati, misalnya dilakukan koreksi strabismus pada usia dini, koreksi kacamata
pada anak usia dibawah 6 tahun, operasi katarak pada usia sedini mungkin, serta tidak
melakukan oklusi total mata pada anak usia kurang dari 6 tahun.
e. Kelompok lain ambliopia adalah ambliopia toksik, oleh Karena obat-obatan atau
meminum minuman keras yang mengandung metal alcohol. Ambliopia pada
keadaan ini adalah permanent hingga timbul kebutaan.

III. PATOFISIOLOGI
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat suatu periode kritis dalam
penglihatan. Dalam studi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan
balita, mendukung konsep adanya suatu periode tersebut yang peka dalam
berkembangnya keadaan ambliopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan
sistem penglihatan anak yang peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan
rangsangan seperti deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.
Periode kritis tersebut adalah :
a. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6) yaitu
pada saat lahir sampai usia 3-5 tahun.
b. Periode yang berisko (sangat) tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi yaitu
di usia beberapa bulan hingga usia 7-8 tahun.
c. Periode dimana kesembuhan ambliopia mash dapat dicapai yaitu sejak
terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.
Ambliopia seharusnya tidak dilihat hanya dari masalah di mata saja tetapi juga
kelainan di otak akibat rangsangan visual abnormal selama periode kritis perkembangan
penglihatan. Pada penelitian yang menggunakan hewan menunjukan bahwa ada pola
distorsi pada retina dan strabismus pada perkembangan penglihatan awal dan bisa
mengakibatkan kerusakan struktural dan fungsional Nukleus Genikulatum Lateral dan
Korteks Striata (Wright et al, 1995; Mittelman, 2003). Ambang sistem penglihatan pada
bayi baru lahir adalah di bawah orang dewasa meskipun sistem optik mata memiliki

15
kejernihan 20/20. Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan khususnya
interaksi antara kedua jalur lintasan mata kanan dan kiri di korteks penglihatan untuk
berkembang menjadi penglihatan seperti orang dewasa yaitu visus menjadi 20/20
(AAO, Sect 13, 2004). Pada Ambliopia terdapat defek pada visus sentral, sedangkan
medan penglihatan perifer tetap normal.
Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih sangat belum jelas,
studi eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan percobaan
laboratorium pada manusia dengan ambliopia telah memberi beberapa masukan, pada
binatang percobaan menunjukkan gangguan sistem penglihatan fungsi neuron yang
dalam/besar yang diakibatkan pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks
visual primer dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu
atau kedua mata, dan sel yang masih responsif fungsinya akhirnya dapat menurun.
Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina masih
belum dapat disimpulkan.
Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama interaksi
kompetitif antar jalur penglihatan di kedua mata pada visual korteks untuk berkembang
hingga dewasa. Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir, tapi mereka harus belajar
bagaimana menggunakan mata mereka. Mereka harus belajar bagaimana untuk fokus,
dan bagaimana cara menggunakan kedua mata bersamaan. Penglihatan yang baik harus
jernih, bayangan terfokus sama pada kedua mata. Bila bayangan kabur pada satu mata,
atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat
berkembang dengan baik, bahkan dapat memburuk. Bila hal ini terjadi, otak akan
”mematikan” mata yang tidak fokus dan orang ersebut akan bergantung pada satu mata
untuk melihat.

IV. KLASIFIKASI
Ambliopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan/kelainan yang
menjadi penyebabnya.
 Ambliopia Fungsional
Ambliopia dapat terjadi kongenital atau didapat, seperti ambliopia fungsional,
yang terdapat pada satu mata, dengan tajam pengelihatan yang kurang tanpa
kelainan organik, yang tidak dapat diperbaiki dengan kaca mata. Anak-anak

16
mmepunyai risiko terjadinya ambliopia fungsional ini. Setelah usia bertambah maka
strabismus atau setiap faktor lain yang secara potensial ambliopiagenik, seperti
suatu katarak yang didapat, tidak mungkin menyebabkan ambliopia.
 Ambliopia Strabismik
Ambliopia yang terjadi akibat juling lama biasanya juling kedalam pada anak
sebelum pengelihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut
untuk mencegah gangguan pengelihatan (diplopia). Kelainan ini disebut sebagai
ambliopia stabismik dimana kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya pada
satu mata yang diarahkan pada benda yang dilihat.
 Ambliopia anisometropia
Ambliopia anisometropia adalah kelainan refraksi dari kedua mata yang
menyebabkan gambaran di satu retina menjadi focus berlangsung lama. Kondisi ini
menghasilakan efek langsung dari kompetisi intraocular atau mirip inhibisi (tetapi
tidak serupa) respon strabismic ambliopia. Hyperopic ringan atau astigmatic
anisometropia (1-2D) dapat menyebabkan ambliopia yang ringan. Myopic
anisometropia ringan (kurang-3 D) biasanya tidak menyebabkan ambliopia, tetapi
myopia yang tinggi pada unilateral (-6D atau lebih besar) menghasilkan ambliopia.
 Ambliopia ametropia
Ambliopia ametropik, penurunan ketajaman penglihatan bilateral yang biasanya
relative ringan, yang umumnya diakibatkan tidak terkoreksinya keslahan refraksi di
kedua mata pad anak-anak masih kecil. Mekanisme meliputi efek dari gambaran
tunggal retina yang kabur. Hyperopia melebihi 5 D dan myopia melebihi dari 10 D
beresiko menginduksi ambliopia bilateral. Tidak terkoreksinya astigmatisme
bilateral secara dini pada anak-anak menghasilkan kehilangan kemampuan sampai
dengan garis meridian tampak kabur berlangsung kronik (meridional amblyopia).
 Ambliopia Deprivasi
Ambliopia deprivasi disebabkan oleh kurangnya stimulasi pada retina bisa
unilateral atau bilateral. Pada umumnya penyebabnya adalah katarak congenital,
kekeruhan kornea dan perdarahan vitreus mungkin bisa juga terlibat. Ambliopia
deprivasi ditemukan sedikit namun sulit untuk dilakukan terapi.
Anak-anak kecil sampai 6 tahun dengan katarak congenital yang terletak
disentral dengan ketebalan 3 mm atau lebih dari lensa mampu menyebabkan

17
ambliopia. Kekeruhan lensa yang didapat setelah umur 6 tahun secara umum jarang
mengalami ambliopia
V. TANDA DAN GEJALA
Tanda ambliopia dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari penderita dalam melihat
sebuah objek. Tanda-tanda tersebut meliputi :
1. Memicing-micingkan mata
2. Memiringkan kepala untuk melihat objek
3. Duduk terlalu dekat dengan objek
5. Menutup sebelah mata saat membaca
7. Mata terasa lelah
8. Memanfaatkan telunjuk saat membaca
9. Peka terhadap cahaya
10. Sering mengeluh sakit kepala
Gejala ambliopia meliputi semua kegiatan yang dilakukan penderita untuk
melihat sebuah objek yang dapat ditinjau dan dinilai secara medis. Berikut adalah
gejala-gejala dari ambliopia :
1. Hilangnya sensitivitas kontras
2. Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding
3. Hilangnya sensitivitas kontras
4. Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik
5. Anisokoria
6. Tidak mempengaruhi penglihatan mata
7. Daya akomodasi menurun
8. ERG dan EEG penderita ambliopia selalu normal yang berarti tidak terdapat kelainan
organik pada retina maupun korteks serebri.
VI. ANAMNESIS
Bila menemui pasien yang diperkirakan ambliopia yang harus kita lakukan
adalah mengajukan 4 pertanyaan penting yang harus kita tanyakan dan harus dijawab
dengan lengkap yaitu :
1. Kapan pertama kali dijumpai kelainan ambliogenik ? (seperti strabismus,
anisometropia)
2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan ?

18
3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu ?
4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?
Jawaban dari keempat pertanyaan tersebut akan membantu kita dalam membuat
prognosisnya tabel berikut.

Faktor Primer Yang Berhubungan Dengan Prognosis Ambliopia


JELEK – SEDANG SEDANG – BAIK BAIK –
SEMPURNA
Onset Anomaly Lahir – usia 2 tahun 2 – 4 tahun 4 – 7 tahun
Ambliogenik
Onset Terapi Minus > 3 tahun 1 – 3 tahun ≤ 1 tahun
Onset Anomali
Bentuk dan Koreksi optikal, Koreksi optikal dan Koreksi optikal
Keberhasilan dari kemajuan VA Patching, kemajuan penuh dan Patching,
Terapi Awal minimal VA sedang kemajuan VA
signifikan.
Latihan akomodasi,
koordinasi mata,
tangan, dan fiksasi
Adanya streosepsis
dan alternasi.
Kepatuhan Tidak s/d kurang Lumayan s/d cukup Cukup s/d sangat
patut

Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang menderita


strabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan predisposisi
seorang anak menderita ambliopia.Strabismus dijumpai sekitar 4% dari keseluruhan
populasi. Frekuensi strabismus yang “diwariskan” berkisar antara 22% - 66%.
Frekuensi esotropia diantara saudara sekandung pada orang tua tidak dijumpai kelainan
tersebut adalah 15%. Jika salah satu orang tuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga
40%. (Informasi ini tidak mempengaruhi prognosis tetapi penting untuk keturunannya).

19
Pemeriksaan serta mengetahui perkembangan tajam penglihatan sejak bayi
sampai usia 9 tahun adalah perlu untuk mencegah keadaan terlambat untuk memberikan
perawatan.
VII. PEMERIKSAAN LAIN
1. Uji Crowding Phenomena
Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat
dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam
penglihatan yang dinilai dengan cara konvensional yang berdasar kepada kedua fungsi
tadi selalu mendekati normal.
Telah diketahui bahwa penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf
yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat
kita lakukan dengan penderita diminta membaca kartu snellen sampai huruf terkecil
yang dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien
di suruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari
huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya fenomena crowding pada
mata tersebut. Mata ini menderita ambliopia. 1 Hal ini disebut ”Crowding
Phenomenon”. Terkadang mata Ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) pada
huruf isolasi dapat turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour
interaction).

Gambar. Balok Interaktif yang mengelilingi huruf Snellen.

2. Uji Density Filter Netral

20
Dasar uji adalah diketahui pada mata yang ambliopia secara fisiologik berada
dalam keadaan beradaptasi gelap sehingga bila pada mata ambliopia dilakukan uji
penglihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai filter density) tidak
akan terjadi penurunan tajam penglihatan.
Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan di gelakan sehingga
penglihatan pada mata normal turun 50% pada mata ambliopia fungsional tidak akan
atau hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan sebelumnya.
Dibuat terlebih dahulu gabungan filter sehingga tajam penglihatan pada mata
yang normal turun dari 20/20 menjadi 20/40 atau turun 2 baris pada kartu pemeriksaan
gabungan filter tersebut di taruh pada mata di duga ambliopia.
Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan
berkurang satu baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut ambliopia
organik maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan pemakaian filter tersebut.

Gambar. Tes Filter Densitas Netral


Keterangan :
A. Pada saat mata yang sehat ditutup, filter ditempatkan di depan mata yang ambliopik
selama 1 menit sebelum diperiksa visusnya.
B. Tanpa filter pasien bisa membaca 20/40.

21
C. Dengan filter, visus tetap 20/40 (atau membaik 1 atau 2 baris) pada Ambliopia
fungsional.
D. Filter bisa menurunkan visus 3 baris atau lebih pada kasus-kasus Ambliopia organik.

3. Uji Worth’s Four Dot


Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina
abnormal, supresi pada satu mata dan juling.
Penderita memakai kaca mata dengan filter merah pada mata kanan dan filter
biru mata kiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau 1 putih.
Lampu atau pada titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau oleh mata
kiri. Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau hanya dapat
dilihat oleh mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan sedang lampu putih
terlihat sebagai warna campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata
juling akan tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal. Bila dominan
atau 3 hijau bila mata kiri yang dominan. Bila terlihat 5 titik 3 merah dan 2 hijau yang
bersilangan berarti maka berkedudukan esotropia.
VIII. PENATALAKSANAAN
Ambliopia, pada kebanyakan kasus dapat ditatalaksana dengan efektif selama
satu dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin
besar pula peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil hal ini tidak
menjamin penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinisi harus tetap
waspada dan bersiap untuk melanjutkan penatalaksanaan hingga penglihatan ”matang”
(sekitar umur 10 tahun).
Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah – langkah berikut :
1. Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan misalnya katarak.
2. Koreksi kelainan refraksi.
3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata
yang lebih baik.
1. Koreksi Refraksi
Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia maka dapat
diterapi dengan kacamata atau lensa kontak. Ukuran kaca mata untuk mata ambliopia
diberi dengan koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia. Bila dijumpai miopia

22
tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan karena bila memakai kacamata akan
terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk.
Karena kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung
menurun maka ia tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi seperti
pada mata anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk
menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi defisit
optikal berat. Ambliopia anisometropik dan ambliopia isometropik akan sangat
membaik walau hanya
dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.
2. Oklusi dan Degradasi Optikal
A. Oklusi
Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi pilihan11
yang keberhasilannya baik dan cepat dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time)
atau paruh waktu (part-time)
A.1 Oklusi Full Time
Pengertian oklusi full- time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk
semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga (occlusion for all or all but one
waking hour). Arti ini sangat penting dalam penatalaksanaan ambliopia dengan cara
penggunaan mata yang “rusak”. Biasanya penutup mata yang digunakan adalah penutup
adesif (adhesive patches) yang tersedia secara komersial.
Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka sewaktu
tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak opak3, atau
Annisa’s Fun Patches4 dapat juga menjadi alternatif full-time patching bila terjadi
iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang lengket. Full-time patching baru dilaksanakan
hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan binokular karena full-time
patching mempunyai sedikit resiko yaitu bingung dalam hal penglihatan binokular. Ada
suatu aturan / standar mengatakan full-time patching diberi selama 1 minggu untuk
setiap tahun usia misalnya penderita ambliopia pada mata kanan berusia 3 tahun harus
memakai full-time patch selama 3 minggu lalu dievaluasi kembali.12 Hal ini untuk
menghindarkan terjadinya ambliopia pada mata yang baik.

23
A.2. Oklusi Part-time
Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari akan memberi hasil sama
dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung dari
derajat ambliopia.
Ambliopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan peranan
full-time patching dibanding part-time. Studi tersebut menunjukkan pasien usia 3- 7
tahun dengan ambliopia berat (tajam penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 =
6/120 ), full-time patching memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari.
Dalam studi lain, patching 2 jam/hari menunjukkan kemajuan tajam penglihatan hampir
sama dengan patching 6 jam/hari pada ambliopiasedang / moderate (tajam penglihatan
lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 – 7 tahun. Dalam studi ini, patching dikombinasi
dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/ hari.7
Idealnya terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajam
penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing – masing mata. Hasil ini
tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan kemajuan maka
penatalaksanaan harus tetap diteruskan.
B. Degradasi Optikal
Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan
kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih
buruk dari mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi (penalization).
Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali
dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur
bila melihat dekat. Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan
oklusi yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih baik dilihat dari segi kosmetis. Dengan
atropinisasi, anak sulit untuk ”menggagalkan” metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu
sesering oklusi.
Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa positif
dengan ukuran tinggi (fogging)atau filter. Metode ini mencegah terjadinya efek samping
farmakologik atropine.
Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien
dengan mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama dan
memungkinkan penglihatan binokular.

24
IX. KOMPLIKASI
Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk terjadinya
ambliopia pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan
harus dipantau dengan ketat terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah
pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1 minggu per tahun usia
pada anak (misalnya : 4 minggu untuk anak usia 4 tahun). Oklusi part-time dan
degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi full-time tapi follow-up
reguler tetap penting. Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya
kembali fiksasi alternat. Tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih
dari satu baris antara kedua mata.Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi
tergantung pada hal berikut :
Derajat ambliopia
Pilihan terapeutik yang digunakan
Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih
Usia pasien
Semakin berat ambliopia dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan yang
lebih lama. Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan ambliopia
strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur
yang memakai penutup hanya seusai sekolah dan pada akhir minggu saja membutuhkan
waktu 1 tahun atau lebih untuk dapat berhasil.
X. PROGNOSIS
Sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusi pertama
setelah 1 tahun. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat
tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Masa sensitif
dimana amblyopia bisa disembuhkan s/d 8 tahun pada strabismus dan s/d 12 tahun pada
anisometropi.
Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan amblyopia adalah sebagai berikut :
 Jenis Amblyopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan
organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan amblyopia strabismik
prognosisnya paling baik.
 Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis
semakin baik.

25
 Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan
awal pada mata amblyopia maka prognosisnya juga semakin baik.

MIOPIA
2.1 Definisi
Miopia (nearsightedness, shortsightedness, penglihatan dekat) yaitu seseorang
tidak bisa melihat benda jauh dengan jelas tapi bisa melihat dengan jelas benda-benda
yang dekat. Hal ini terjadi apabila bayangan dari benda yang terletak jauh berfokus di
depan retina pada mata yang tidak berakomodasi.
2.2 Klasifikasi
Borish and Duke-Elder membagi beberapa bentuk miopia menjadi :
a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih
kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat
pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
 Kurvatura miopia adalah banyaknya atau peningkatan lengkungan satu atau
lebih dari permukaan refraksi dari mata, terutama kornea. Pada pasien dengan
sindrom Cohen, miopia biasanya diakibatkan oleh tingginya tenaga kornea dan
lentikular.
 Indeks miopia adalah variasi pada indeks refraksi dari satu atau lebih dari media
okular.
b. Miopia aksial, miopia akibat penjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.
Miopia diukur dalam satuan dioptri menurut kekuatan dan tenaga optik dari lensa, dapat
dibagi menurut derajat beratnya yaitu :
1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.
2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri. Pasien dengan miopia
sedang lebih cenderung terkena sindrom penyebaran pigmen atau glukoma
pigmentasi.
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri. Pasien dengan
miopia berat atau tinggi lebih cenderung mengalami pelepasan retina dan glukoma
primer sudut terbuka.

26
2.3 Patofisiologi
Pada saat bayi baru lahir , kebanyakan bayi memiliki mata hyperopia, namun
saat pertumbuhan, mata menjadi kurang hyperopia dan pada usia 5-8 tahun menjadi
emetropia. Proses ini disebut emetropisasi. Pada anak dengan predisposisi berlanjut,
namun mereka menderita myopia derajat rendah pada awal kehidupan. Saat mereka
terpajan pada factor miopigenik seperti kerja jarak dekat secara berlebihan yang
menyebabkan bayangan buram dan tidak focus pada retina. Miopisasi berlanjut untuk
mencapai titik fokus yang menyebabkan elongasi aksial dan menimbulkan myopia
derajat sedang.
Dua mekanisme patogenesis terhadap elongasi myopia yaitu:
1. Menurut tahanan sclera
a. Mesodermal Abnormalitas
Mesodermal sklera secara kualitas maupun kuantitas dapat mengakibatkan
elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre dapat membuktikan hal ini,
dimana pembuangan sebagian mesenkim sklera dapat menyebabkan
terjadi ektasia pada daerah ini karena adanya perubahan tekanan dinding
okular.
b. Ektodermal-Mesodermal
Miopia adalah hasil ketidakharmonisan pertumbuhan jaringan mata
dimana pertumbuhan retina yang berlebihan dengan bersamaan ketinggian
perkembangan baik koroid maupun sklera menghasilkan peregangan pasif
jaringan.
2. Meningkatnya suatu kekuatan yang luas
a.Tekanan intraokular basal
Contoh klasik miopia sekunder terhadap peningkatan tekanan basal
terlihat pada gloukoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekan berperan
besar pada peningkatan pemanjangan sumbu bola mata.

b.Susunan peningkatan tekanan


Secara anatomis dan fisiologi sklera memberikan berbagai respon
terhadap induksi deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan
pada stres. Kedipan kelopak mata yang sederhana dapat meningktkan

27
tekanan intraokuler 10 mmHg, sama juga seperti konvergensi kuat dan
pandangan ke lateral. Pada valsava manuver dapat meningkatkan tekanan
intraokular 60 mmHg.
2.5 Tanda dan Gejala Klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh.
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat.
c. Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi).
d. Astenovergens
2.6 Anamnesis & Pemeriksaan Fisik
Dalam menegakkan diagnosis miopia, harus dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, pasien mengeluhkan
penglihatan kabur saat melihat jauh, cepat lelah saat membaca, atau melihat benda dari
jarak dekat. Berikut ini gejala utama yang terjadi pada:2,8
a. Miopia simpel
Gejala utama miopia simpel adalah pandangan kabur yang menetap saat
melihat jauh, sedangkan penglihatan dekat biasanya normal. Gejala selain
pemandangan kabur mungkin saja muncul.
b. Miopia malam
Gejala utamanya adalah pandangan jauh kabur saat pencahayaan kurang.
Pasien sering mengeluhkan sulit melihat rambu-rambu lalu lintas saat
berkendaraan malam hari.
c. Pseudomiopia
Pandangan jauh kabur yang sementara, khususnya saat setelah melakukan
pekerjaan yang dekat. Hal ini mengindikasikan tidak cukup baiknya fungsi
akomodasi.
d. Miopia degeneratif
Pada miopia degeneratif terdapat pemandangan jauh yang sangat kabur
karena derajat miopia sangat signifikan. Pasien harus meletakkan objek
sangat dekat dengan matanya. Pasien mungkin mengeluhkan adanya kilatan
cahaya atau benda-benda yang mengapung akibat perubahan dari

28
vitreoretinalnya. Jika patologi dari segmen posterior berubah maka akan
mengakibatkan gangguan fungsi retina, pasien akan mengeluhkan memiliki
riwayat hilangnya penglihatan atau riwayat menggunakan alat optik dengan
koreksi tinggi.
e. Miopia terinduksi
Pasien dengan miopia terinduksi juga melaporkan adanya pandangan jauh
yang kabur. Waktu kaburnya itu sesuai dengan agen atau kondisi yang
mempengaruhi miopia tersebut. Pupil konstriksi saat penyebab dari miopia
ini adalah agen agonis kolinergik.
Setelah melakukan anamnesis, pada pasien dilakukan pemeriksaan mata
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan ketajaman penglihatan (visus, refraksi subjektif)
Cara subjektif dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen dan lensa
coba. Pemeriksaan dengan optotipe Snellen dilakukan dengan jarak 5-6
meter dari kartu Snellen dan pemeriksaan ini harus dilakukan dengan
tenang. Pada pemeriksaan terlebih dahulu ditentukan tajam penglihatan atau
visus yang dinyatakan dengan bentuk pecahan.Visus yang terbaik adalah 6/6
(20/20), yaitu pada jarak pemeriksaan 5 meter dapat terlihat huruf yang
seharusnya terlihat pada jarak 5 meter.

29
Gambar 2. Snellen Chart10

Bila huruf terbesar dari optotipe Snellen tidak dapat dilihat, maka
pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta penderita menghitung jari
pada bermacam-macam jarak. Hitung jari pada penglihatan normal terlihat
pada jarak 60 m, jika penderita hanya dapat melihat pada jarak 2 m, maka
visusnya sebesar 2/60. Apabila pada jarak terdekat pun hitung jari tidak
dapat terlihat, maka pemeriksaan dilakukan dengan cara pemeriksa
menggerakkan tangannya pada bermacam-macam arah dengan jarak
bermacam-macam dan meminta penderita mengatakan arah gerakan
tersebut. Gerakan tangan pada penglihatan normal terlihat pada jarak 300 m,
jika penderita hanya dapat melihat gerakkan tangan pada jarak 1 m, maka
visusnya 1/300.Namun apabila gerakan tangan tidak dapat terlihat pada
jarak terdekat sekalipun, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan
menggunakan cahaya dari senter pemeriksa dan mengarahkan sinar tersebut
pada mata penderita dari segala arah, dengan salah satu mata penderita
ditutup. Pada pemeriksaan ini penderita harus dapat melihat arah sinar
dengan benar, apabila penderita dapat melihat sinar dan arahnya benar,

30
maka fungsi retina bagian perifer masih baik dan dikatakan visusnya 1/~
dengan proyeksi baik. Namun jika penderita hanya dapat melihat sinar dan
tidak dapat menentukan arah dengan benar atau pada beberapa tempat tidak
dapat terlihat maka retina tidak berfungsi dengan baik dan dikatakan sebagai
proyeksi buruk. Bila cahaya senter sama sekali tidak terlihat oleh penderita
maka berarti terjadi kerusakan dari retina secara keseluruhan dan dikatakan
visus nol atau buta total.
b. Retinoskopi atau refraksi objektif
Pemeriksaan retinoskopi dilakukan dalam kamar gelap, dengan jarak
pemeriksa dan penderita sejauh 0,5 meter. Sumber cahaya terletak di atas
penderita agak kebelakang dan cahaya ditujukan kepada pemeriksa yang
memegang cermin, dimana cermin kemudian memantulkan cahaya tersebut
ke arah pupil penderita, sehingga pemeriksa dapat melihat refleks fundus
pada pupil penderita melalui lubang pada bagian tengah cermin.

Gambar 3. Reflek Fundus pada Retinoskopi12

Kemudian cermin tersebut digerak-gerakkan dan pemeriksa memperhatikan


gerakan dari refleks fundus pada mata penderita. Pada penderita miopia
akan didapatkan arah gerak refleks fundus yang berlawanan dengan arah
gerak cermin, maka perlu ditambahkan dengan lensa konkaf (minus),
sampai reflek pupil mengisi seluruh apertura pupil dan tidak lagi terdeteksi
adanya gerakan (titik netralisasi). Pemeriksaan dilakukan dengan
memasangkan lensa sferis +2 D, selanjutnya dilakukan koreksi yang sesuai
sampai dicapainya titik netralisasi.

31
Gambar 4. Gerak Reflek Fundus yang Berlawanan Arah12

Selain itu, pemeriksa juga perlu memperhatikan terang, bentuk dan


kecepatan gerak fundus. Refleks yang terang, pinggirnya tegas dan gerak
yang cepat menunjukkan kelainan refraksi yang ringan, sedangkan refleks
yang suram, pinggir tidak tegas dan gerak lamban menunjukkan adanya
kelainan refraksi yang tinggi.

Pada pasien dewasa, pemeriksaan subjektif dan objektif harus dilakukan.


Setelah melakukan pemeriksaan mata, dapat dilakukan pemeriksaan
tambahan untuk mengidentifikasi keadaan yang berhubungan serta
memantau perubahan retina pada pasien dengan miopia degeneratif atau
progresif, yaitu melalui:12
a. Fundus fotografi
b. A- dan B-scan ultrasonografi
c. Lapangan pandang
d. Pemeriksaan lain, seperti gula darah puasa, dan lain-lain.

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Diagnosis miopia ditegakkan secara subyektif dan obyektif. Menegakkan
diagnosis secara subyektif melalui gejala klinis pada miopia dan menggunakan cara
trial and error. Diagnosis secara obyektif menggunakan pemeriksaan penunjang berupa
funduskopi, streak retinoskopi dan autorefraksi. Diagnosis banding dari miopia adalah
hipermetropi, astigmatisma, dan kelainan pada segmen belakang mata.

32
2.8 Penatalaksanaan

a. Koreksi optikal
Koreksi penglihatan dilakukan dengan memberikan kacamata atau lensa
kontak yang memberikan penglihatan jauh yang baik. Derajat miopia
diperkirakan dengan menghitung kebalikan dari jarak titik jauh. Dengan
demikian, titik jauh sebesar 0,25 meter menandakan perlunya lensa koreksi
sekitar minus 4 dioptri.
b. Farmakoterapi
Kadang-kadang sikloplegik dapat digunakan untuk mengurangi respon
akomodasi yang merupakan bagian dari pengobatan pseudomiopia.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa penggunaan harian atropin dan
siklopentolin topikal dapat menggurangi progresivitas miopia pada anak
dengan onset usia muda. Oleh karena terjadi inaktivasi dari otot siliar,
penambahan lensa positif tinggi (2.50 D) diperlukan untuk penglihatan
dekat. Untuk pasien yang memiliki potensi reaksi alergi, reaksi idiosinkrasi
dan toksisitas sistemik, maka penggunaan atropin dalam jangka waktu lama
dapat memberikan efek kebalikannya pada retina. 11-13
c. Ortokeratologi
Ortokeratologi adalah penyesuaian lensa kontak setelah jangka waktu
seminggu atau sebulan, untuk meratakan kornea dan mengurangi miopia.
Hasil penelitian dengan standar lensa kotak rigid menunjukkan respon
individu terhadap ortokeratologi sangat beragam, dengan rata-rata
menurunan miopia lebih dari 3.00 D pada beberapa pasien. Terjadinya
penurunan miopia dilaporkan dalam sebuah penelitian rata-rata 0.75-1.00 D,
kebanyakkannya terjadi penurunan pada 4-6 bulan pertama dari
ortokeratologi program. Ortokeratologi secara umum hanya digunakan
untuk orang dewasa, meskipun kontrol yang terlihat pada miopia anak-anak
dengan menggunakan lensa kontak rigid-gas permeable memberikan efek
yang sama dengan ortokeratologi.
d. Operasi refraktif
1) Radial keratotomi (RK)

33
Insisi dengan pola seperti jari-jari radial pada parasentral kornea untuk
melemahkan bagian dari kornea. Bagian yang curam pada kornea akan
menjadi lemah sedangkan bagian central kornea akan mendatar. Hasil dari
perubahan refraktif tergantung pada ukuran zona optiknya dan jumlah serta
dalamnya insisi.

Gambar 5. Radial Keratotomi

2) Photorefraktive Keratektomi (PRK)


PRK adalah suatu prosedur dimana kekuatan kornea dikurangi dengan
menggunakan ablasi laser pada central kornea. Data dari beberapa penelitian
menyatakan bahwa 48-92% pasien mendapatkan ketajaman penglihatan 6/6
setelah melakukan prosedur ini. Pasien kadang-kadang menyatakan tidak
ada perbaikan setelah PRK, namun PRK ini lebih baik daripada RK. Baik
RK maupun PRK ini diindikasikan untuk miopia ringan dan sedang.

34
Gambar 6. Photorefractive Keratectomy

3) Laser Assisted In situ Keratomileusis (LASIK)

Gambar 7. Operasi Metode LASIK


LASIK merupakan metode terbaru didalam operasi mata,
direkomendasikan untuk miopia dengan derajat sedang sampai berat. Pada
LASIK digunakan laser dan alat pemotong yang dinamakan mikrokeratom
untuk memotong flap secara sirkular pada kornea. Flap yang telah dibuat
dibuka sehingga terlihat lapisan dalam dari kornea. Kornea diperbaiki

35
dengan sinar laser untuk mengubah bentuk dan fokusnya, setelah itu flap
ditutup kembali.
Kandidat yang ideal untuk dilakukan LASIK, yaitu:
a. Diatas 18 tahun.
b. Memiliki resep kaca mata atau lensa kontak yang stabil minimal 2 tahun ini.
c. Memiliki ketebalan kornea yang cukup.
d. Memiliki satu gangguan penglihatan seperti miopia, astigmatisma,
hipermetropia atau kombinasinya.
e. Tidak menderita penyakit, baik yang berhubungan dengan penglihatan atau
penyakit lain.
f. Telah melakukan informed consent yang adekuat ke pasien tentang tindakan
ini.
Syarat untuk melakukan LASIK, yaitu:
a. Gangguan refraksi harus masuk dalam katagori yang bisa diobati oleh FDA-
laser excimer, seperti: miopia sampai -14.0D, astigmatisma sampai -6.0D
dan hipermetropia sampai +6.0D. Karena teknik dan teknologi yang
berkembang sangat cepat, dokter dapat mengobati keadaan yang lebih
parah. Laser juga digunakan untuk regular atau campuran astigmat. Jika
gangguan refraktif pasien atau faktor kesehatan lain tidak memungkinkan
melakukan LASIK, prosedur lain dapat direkomendasikan.
b. Mata harus dalam keadaan stabil dan tidak ada kemungkinan untuk berubah
kedepannya, hal ini bisa dikonfirmasi dengan resep kaca mata dan lensa
kontak yang digunakan dalam 1 tahun ini atau lebih.
c. Kondisi yang mengikuti, sampai berubah atau diperbaiki, bisa membuat
pasien tidak bisa melakukan LASIK, karena hal tersebut menyebabkan
fluktuasi pada mata, seperti:
 Kehamilan atau menyusui
 DM atau penyakit lain dengan fluktuasi hormonal yang mempengaruhi
mata.
 Dibawah usia 18 tahun (operasi laser tidak diizinkan dibawah usia 18 tahun
oleh FDA, karena mata selalu stabil pada usia pertengahan dua puluhan.)
 Pasien menggunakan obat yang dapat menyebabkan fluktuasi penglihatan.

36
d. Kondisi mata yang membuat pasien tidak dapat menjalani LASIK, baik
sementara atau permanen, yaitu:
 Glaukoma, suspek glaukoma atau hipertensi okular.
 Beberapa penyakit mata, seperti uveitis.
 Trauma mata atau operasi mata sebelumnya.
 Keratokonus, penyakit kornea degeneratif atau pre keratokonus.
 Katarak.
 Penyakit retina.
e. Pasien harus bebas dari penyakit dan pengobatan yang dapat mempengaruhi
penyembuhan, seperti penyakit autoimun (rematik artritis, lupus
eritematosus), gangguan immunodefisiensi (HIV), diabetes, dan obat-obat
lain seperti steroid, retinoid acid, dan lain-lain.
f. Pasien harus tidak memiliki herpes okular dalam 1 tahun waktu potensial
operasi. Sebelum dan sesudah melakukan prosedur LASIK, pasien diberi
beberapa nasehat dan informasi, yaitu
a. Sebelum LASIK
 Sebelum operasi, pasien menghentikan penggunaan kream, losion, make up
dan parfum untuk menjamin tidak ada kumpulan debris pada mata yang
dapat meningkatkan risiko infeksi. Dokter mungkin meminta pasien untuk
mengscrab matanya sebelum dilakukan operasi untuk mengangkat residu
dan debris disekitar mata.
 Pasien harus diberitahu diantarkan pergi dan pulang serta pada saat follow
pertama, karena pengobatan ini memberikan rileksasi sehingga penglihatan
menjadi kabur.
b. Setelah LASIK
 Rasa terbakar yang ringan dan gatal atau merasakan suatu sensasi di mata,
bisa berlangsung sampai beberapa jam setelah LASIK. Obat analgetik
mungkin bisa diberikan. Tetes mata harus digunakan setiap hari dalam
jangka waktu beberapa hari untuk mencegah infeksi dan inflamasi.
 Penglihatan akan tetap kabur pada hari pertama dan penglihatan meningkat
saat pemeriksaan pasien esok harinya. Kebanyakan orang menyatakan
bahwa penglihatan membaik 1 hari setelah operasi. Tidak disarankan untuk

37
menggunakan lensa kontak pada periode ini, walaupun penglihatan kabur.
Beberapa pasien dapat berkendaraan satu hari setelah operasi.
 Pasien disuruh untuk menunggu beberapa hari sebelum diperbolehkan
bekerja seperti semula.
 Make up dan losion mata tidak diperbolehkan pada beberapa periode setelah
operasi.
 Semua olahraga dilarang untuk 3 hari dan olah raga berat atau berkelanjutan
dihentikan untuk 4 minggu.
 Pasien tidak diizinkan untuk berkendara sampai penglihatannya baik.
 Pada beberapa bulan pertama (6 bulan) ketajaman penglihatan bisa
berfluktuasi dan efek samping mungkin akan muncul. Periode
penyembuhan dan stabilitas dari penglihatan bisa memakan waktu 1 sampai
3 bulan.
 Setelah LASIK mata lebih mudah untuk terkena trauma, karena flap dari
kornea tidak sekuat kornea yang original. Pasien disarankan untuk
menggunakan pelindung mata saat berolah raga dan aktivitas yang dapat
membuat trauma pada bola mata, proyeksi, alis mata.
4) Ekstraksi Lensa Mata (Lensektomi)

Ekstraksi lensa mata (extraction of clear crystalline lens, lensektomi)


dianjurkan pada miopia dengan -16 D sampai -18 D, khususnya pada
anisometropia miopia. Ekstraksi lensa mata pada anisometropia miopia
yang berat dikenal dengan operasi Fucala. Setelah ekstraksi lensa mata,
dilakukan implantasi lensa intraokular artifisial dengan kekuatan 0 D.
Ekstraksi lensa mata dengan implantasi lensa intraokular artifisial baru-baru
ini direkomendasikan untuk miopia dengan -12 D.

38
Gambar 8. Lensektomi dengan Implan Lensa Intraokuler13
5) Implantasi Lensa Kontak Intraokuler (Phakic IOLs)

Pasien yang tidak memenuhi syarat untuk LASIK karena memiliki miopia
yang sangat tinggi atau kornea yang sangat tipis adalah calon potensial
untuk operasi implan lensa kontak. Fungsi lensa kontak ini sama dengan
lensa kontak yang dipakai di ekstraokular, namun ditempatkan antara
kornea dan iris. Beberapa ahli bedah mata menganggap metode ini
merupakan pilihan terbaik untuk miopia ekstrim. Lensa mata pasien tetap
ada sehingga fungsi akomodasi tidak terganggu.

Gambar 9. Koreksi Refraktif dengan Phakic IOLs13


6) Intracorneal Ring (ICR) Implantation11,13
Implantasi cincin intrakorneal dilakukan pada kira-kira dua per tiga
kedalaman stroma menggunakan implan dari plastik sintetik yang berbentuk
dua buah setengah lingkaran. Tindakan ini dianjurkan pada miopia dengan
usia di atas 2 tahun. Adapun hasil yang diharapkan yaitu sentral kornea
lebih datar dan mengurangi miopia.

Gambar 10. Intracorneal Ring Implantation

39
2.9 Komplikasi
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya
ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat
mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi
satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.
2.10 Prognosis
Prognosis dari miopia simpel sangatlah bagus. Pasien dapat memperoleh
penglihatan jauh yang baik dengan menggunakan koreksi. Hal ini tergantung
juga dengan derajat miopianya, astigmat, anisometropia dan fungsi akomodasi
dari pasien. Pemeriksaan secara teratur sangat penting untuk penderita
degeneratif miopia karena mereka mempunyai faktor risiko untuk terjadinya
ablasio retina, degerasi retina atau masalah lainnya.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000:
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004:
3. SUSAN R. CARTER, M.D., Eyelid Disorders: Diagnosis and Management, University
of California, San Francisco, School of Medicine, San Francisco, CaliforniaAm Fam
Physician. 1998 Jun 1;57(11):2695-
2702.http://www.aafp.org.afp/980600ap/articles.html
4. Joanne car Ff. Opthalmology Referral Guidelines. NHS oxfordshire. 2012:19-20
5. James C. tsai ea. Oxford American Handbook of Opthalmology. first ed. New
York2011. 103-13 p.
6. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar penyakit mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta.2009. Hal 28-29
7. Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth-Heinemann,
Boston

41

Anda mungkin juga menyukai